Elke Camelia Halim, K. Suketi, Krisantini, Muthi’ah Khairun Nisa
{"title":"Efektivitas Berbagai Larutan Penyimpan terhadap Umur Simpan Hydrangea macrophylla","authors":"Elke Camelia Halim, K. Suketi, Krisantini, Muthi’ah Khairun Nisa","doi":"10.29244/jhi.13.3.171-179","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jhi.13.3.171-179","url":null,"abstract":"Hydrangea sebagai bunga potong memiliki umur simpan yang relatif lebih singkat dibandingkan dengan bunga lainnya. Salah satu perlakuan pascapanen yang dapat dilakukan adalah penggunaan larutan penyimpan. Penelitian bertujuan mengetahui larutan penyimpan yang dapat memperpanjang umur simpan bunga hortensia menggunakan larutan komersial (Chrysal dan Floralife) serta larutan buatan berupa kombinasi asam sitrat dan sukrosa. Penelitian dilakukan pada bulam Oktober sampai Desember 2020. Percobaan perlakuan pascapanen dilakukan di Ruang Kuliah Leuwikopo 1-B, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dengan menggunakan bunga Hydrangea macrophylla yang diperoleh dari kebun komersial di Ciloto, Jawa Barat. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan faktor tunggal berupa larutan penyimpan yang terdiri atas akudes (P0), Chrysal (P1), Floralife (P2) serta kombinasi asam sitrat 300 ppm dan sukrosa 3% (P3) dengan 5 ulangan sehingga terdapat 20 satuan percobaan. Pengamatan umur simpan dilakukan setiap hari dan ditentukan berdasarkan lama bunga menjadi layu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan penyimpan buatan dengan kombinasi asam sitrat 300 ppm dan sukrosa 3% memiliki efektivitas penggunaan larutan yang sama terhadap larutan penyimpan komersial, khususnya pada umur simpan dan warna bunga. Bunga Hydrangea macrophylla rata-rata mampu bertahan hingga 8.4 hari dengan warna bunga yang tetap pada jangkauan biru hingga akhir penelitian. \u0000Kata kunci: asam sitrat, bunga potong, kesegaran bunga, tanaman hias, sukrosa","PeriodicalId":410060,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura Indonesia","volume":"70 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-07-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141658453","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pertumbuhan dan Produksi Bunga Marigold (Tagetes erecta L.) pada Berbagai Frekuensi Pinching dan Jenis Pupuk","authors":"Muthi’ah Khairun Nisa, Dewi Sukma, Syarifah Iis Aisyah, Muhamad Syukur, Dewa Ngurah Suprapta","doi":"10.29244/jhi.14.3.141-148","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jhi.14.3.141-148","url":null,"abstract":"Pengaruh frekuensi pinching dan jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi T. erecta varietas (var.) Sudamala Oranye 1 perlu diketahui karena pelepasan varietas umumnya diiringi sistem budidaya yang sesuai dengan karakteristik tanaman. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan CV. Benih Dramaga, Desa Sinar Sari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada bulan Maret hingga Juli 2023. Percobaan dilakukan pada T. erecta var. Sudamala Oranye 1 dengan bahan tanam setek menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dengan frekuensi pinching sebanyak 3 taraf, yaitu setiap 2 hari (F1), 4 hari (F2) dan 6 hari (F3) serta jenis pupuk sebanyak 2 taraf yaitu AB Mix 1000 ppm (J1) dan NPK 16-16-16 5000 + Gandasil 2000 (J2) sebagai faktor. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi pinching berpengaruh nyata terhadap bobot kuntum serta sangat nyata terhadap diameter kuntum, sedangkan jenis pupuk berpengaruh nyata terhadap persentase tanaman terserang layu bakteri dan tanaman hidup, serta sangat nyata terhadap masa panen Sudamala Oranye 1 Pengamatan secara kualitatif pada kedua varietas menunjukkan adanya perbedaan warna daun dan mahkota bunga akibat jenis pupuk. Pinching setiap 2 hari memiliki komponen hasil tertinggi pada T. erecta varietas Sudamala Oranye 1 walaupun tidak berbeda nyata dengan frekuensi lainnya. Pemberian pupuk AB Mix 1000 ppm menghasilkan produksi tertinggi pada T. erecta varietas Sudamala Oranye 1.Kata kunci: AB Mix, gandasil, NPK, pembuangan kuncup, setek","PeriodicalId":410060,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura Indonesia","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139536392","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bona Patrick Leonard Silitonga, Wagiono, Elia Azzizah, Emi Sugiartini
{"title":"Uji Efektivitas Budidaya Sistem Hidroponik dan Akuaponik pada Tiga Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)","authors":"Bona Patrick Leonard Silitonga, Wagiono, Elia Azzizah, Emi Sugiartini","doi":"10.29244/jhi.12.3.204-210","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jhi.12.3.204-210","url":null,"abstract":"Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman sayuran. Sayuran juga merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional, seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat sayuran dan pertambahan jumlah penduduk, menyebabkan permintaan sayuran terus meningkat. Dengan kondisi lahan yang terbatas, diperlukan inovasi teknologi budidaya tanaman. Salah satu teknologi pertanian yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tanaman sayuan yaitu, hidroponik dan akuaponik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas hidroponik sistem Deep Flow Technique (DFT) dan akuaponik terhadap pertumbuhan dan hasil tiga varietas bawang merah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktur tunggal perlakuan yang terdiri dari 6 perlakuan dalam 4 kali ulangan meliputi A (Hidroponik DFT + Bima); B (Hidroponik DFT + Trisula); C (Hidroponik DFT + Sembrani); D (Akuaponik + Bima); E (Akuaponik + Trisula); F (Akuaponik + Sembrani). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan hasil pada tanaman bawang merah terbaik diperoleh pada kombinasi hidroponik sistem DFT dan varietas Trisula, rata-rata menghasilkan tertinggi pada tinggi tanaman 1MST, jumlah daun 1-7 MST, jumlah anakan 3-7 MST, jumlah umbi (10.40), bobot basah umbi bawang merah per tanaman (29.21 g), bobot kering umbi bawang merah per tanaman (21.18 g). Kata kunci: Akuaponik, Bima, Sistem DFT, Sembrani, Trisula","PeriodicalId":410060,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura Indonesia","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139356664","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
I. Manzila, M. Syukur, T. P. Priyatno, Reflinur, Chotimatul Azmi, Astri Widia Wulandari, N. Gunaeni, Nurrika Azizah
{"title":"Polymorphics SSR Markers of Chilli Parental and Breeding Lines in Chilli Resistance to Pepper Yellow Leaf Curl Virus (PYLCV)","authors":"I. Manzila, M. Syukur, T. P. Priyatno, Reflinur, Chotimatul Azmi, Astri Widia Wulandari, N. Gunaeni, Nurrika Azizah","doi":"10.29244/jhi.12.2.126-137","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jhi.12.2.126-137","url":null,"abstract":"Aksesi cabai IPBC12 telah diketahui memiliki gen ketahanan dominan terhadap PYLCV dan dapat dimanfaatkan sebagi donor gen untuk perakitan varietas cabai tahan PYLCV. PYLCV merupakan salah satu virus patogen penting pada pertanaman cabai di Indonesia. Identifikasi marka SSR polimorfik pada populasi persilangan antara IPBC12 dan varietas Yuni dilakukan untuk mendapatkan marka yang dapat digunakan untuk seleksi progeni hasil persilangan dan terpaut dengan sifat ketahanan terhadap PYLCV. Sebanyak 20 marka SSR dianalisis polimorfismenya pada dua tetua persilangan, kemudian marka yang polimorfik diuji pada galur generasi F1 dan F2. Hasil penelitian menunjukkan ada empat marka polimorfik pada kedua tetua persilangan, tetapi ketika diuji pada galur-galur keturunannya hanya 3 marka (CaBR61, CaBR64, dan CaBR98) yang polimorfik. Berdasarkan analisis marka, 14 galur F1 terkonfirmasi hasil persilangan antar aksesi IPBC12 dan varietas Yuni. Marka yang secara konsisten mendeteksi penurunan alel dari kedua tetua pada progeni F1 adalah CaBR61. Marka tersebut berpotensi sebagai marka seleksi galur-galur hasil persilangan pada tanaman cabai. Analisis molekuler pada galur-galur F2 tidak mendapatkan keterpautan antara marka dengan sifat ketahanan. Perlu analisis lebih lanjut menggunakan jumlah marka yang mencukupi dan tersebar merata dalam genom cabai untuk memetakan gen ketahanan terhadap PYLCV pada populasi persilangan antara aksesi IPBC12 dan varietas Yuni. \u0000Kata kunci: aksesi IPBC12, Capsicum annuum, seleksi berpandu marka, varietas Yuni","PeriodicalId":410060,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura Indonesia","volume":"146 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122343670","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
E. Nihayati, Dellia Rezha Bayu Rizqullah, E. Widaryanto
{"title":"Strategy to Improve Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Yields and Quality under Teak Trees (Tectona grandis)","authors":"E. Nihayati, Dellia Rezha Bayu Rizqullah, E. Widaryanto","doi":"10.29244/jhi.12.2.81-88","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jhi.12.2.81-88","url":null,"abstract":"Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) tumbuh di lahan tegalan yang memiliki banyak tanaman tahunan. Intensifikasi temulawak dapat menggunakan lahan jati sebagai alternatif dalam budidaya. Jarak tanam jati yang lebar dapat dimanfaatkan untuk menanam temulawak. Jarak tanam temulawak di bawah tegakan jati akan mempengaruhi pertumbuhan, kualitas dan kuantitas temulawak. Tujuan penelitian untuk mempelajari dan mendapatkan jarak tanam temulawak yang tepat pada perbedaan intensitas cahaya di bawah tegakan jati, agar mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang maksimal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2019 hingga Juni 2020 di kebun percobaan Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto, Kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan split plot terdiri dari 2 taraf petak utama yaitu jati umur 17 dan 3 tahun, dengan anak petak jarak tanam temulawak 50 cm × 50 cm (J1), 50 cm × 40 cm (J2), 50 cm × 30 cm (J3), 50 cm × 20 cm (J4) diulang 4 kali. Dari hasil penelitian didapat bahwa berat rimpang temulawak per hektar yang optimum didapatkan pada temulawak yang ditanam di bawah tegakan jati umur 3 tahun dengan jarak tanam J1. Kualitas temulawak (tingkat aktivitas antioksidan) yang optimum didapatkan pada temulawak yang ditanam di bawah naungan jati umur 17 tahun dengan jarak tanam J4. Efisiensi penggunaan intensitas cahaya tertinggi terdapat pada temulawak yang ditanam pada tegakan jati 17 tahun. \u0000Kata kunci: antioksidan, intensitas cahaya, jarak tanam, kurkumin","PeriodicalId":410060,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura Indonesia","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125224794","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Heat Unit Establishment as Harvest Criteria for Raja Bulu Banana","authors":"W. D. Widodo, Ketty Suketi, Aidil Fitriansyah","doi":"10.29244/jhi.12.2.99-107","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jhi.12.2.99-107","url":null,"abstract":"Penentuan waktu panen pisang Raja Bulu berdasarkan umur buah menyebabkan kualitas matang pascapanen (matang peram) yang tidak seragam antar tandan. Penentuan kriteria panen yang lebih tepat telah dilakukan dengan mengkonversi umur bunga antesis hingga panen ke akumulasi satuan panas dan mendapatkan akumulasi satuan panas optimum 1 400 oC hari pada pertanaman pisang Raja Bulu di dataran rendah (± 10 m dpl). Untuk memantapkan hasil tersebut telah dilakukan percobaan dengan rancangan kelompok lengkap teracak dari 3 waktu antesis berinterval satu minggu dengan 4 ulangan pada satuan panas 1 400 oC hari. Penandaan bunga antesis dilakukan di Kebun Parakansalak, PTPN VIII, Sukabumi (670 m dpl) pada Juli 2018. Observasi pascapanen dilakukan di Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Akumulasi satuan panas 1 400 oC hari dicapai pada 88-91 hari setelah antesis. Tingkat matang peram (skala warna kulit 6) dicapai pada 11-14 hari setelah panen. Pada tingkat matang peram yang sama perbedaan waktu antesis tidak mempengaruhi kriteria matang peram buah pisang Raja Bulu yang meliputi umur simpan, susut bobot, laju respirasi, kekerasan buah, kandungan padatan terlarut total, kandungan asam tertitrasi total, dan kandungan vitamin C. \u0000Kata kunci: antesis, matang peram, pascapanen, umur buah, umur simpan","PeriodicalId":410060,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura Indonesia","volume":"64 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133980320","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
E. R. Palupi, Chintya Dwi Septianingrum, Erianna Ayu Emkha Putri, Abdul Qadir
{"title":"Immersion in GA3 and Storage in Low Temperature for Breaking the Dormancy of Garlic (Allium sativum L.) Seed Cloves","authors":"E. R. Palupi, Chintya Dwi Septianingrum, Erianna Ayu Emkha Putri, Abdul Qadir","doi":"10.29244/jhi.12.2.89-98","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jhi.12.2.89-98","url":null,"abstract":"Benih umbi bawang putih umumnya diambil dari pertanaman sebelumnya, namun umbi tidak dapat segera ditanam karena dorman. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyimpanan dan Pengujian Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura pada bulan November 2017 sampai April 2019. Penelitian terdiri atas dua percobaan. Percobaan pertama bertujuan mendapatkan konsentrasi GA3 yang efektif untuk pematahan dormansi umbi bawang putih (var. Tawangmangu Baru). Percobaan dilaksanakan dalam rancangan acak lengkap dua faktor dengan konsentrasi GA3 (0, 50, 100, dan 150 ppm) sebagai faktor pertama dan kondisi simpan (ruang terbuka/27±2°C dan kulkas/9±1°C) sebagai faktor kedua, dan diulang 4 kali. Percobaan kedua bertujuan mendapatkan perlakuan yang mampu mempercepat permatahan dormansi umbi bawang putih juga dilaksanakan dalam rancangan acak lengkap. Perlakuan jenis larutan perendaman (air, 50 ppm GA3 dan 1.5% KNO3) sebagai faktor pertama dan kondisi simpan (ruang terbuka/29±2 ˚C, RH 87±7%; ruang ber-AC/ 19±1 ˚C, RH 60±1%, dan kulkas/7±1 ˚C, RH 77± 3%) sebagai faktor kedua dan diulang 3 kali. Umbi benih direndam dalam larutan sesuai perlakuan selama 24 jam, dikering-anginkan kemudian disimpan dan direndam kembali sebelum dikecambahkan. Hasil penelitian menunjukkan lama periode dormansi umbi bawang putih lebih dari 22 minggu setelah panen. Larutan GA3 konsentrasi 50 ppm efektif untuk pematahan dormansi umbi bawang putih. Perendaman umbi dalam 50 ppm GA3 selama 24 jam dilanjutkan dengan penyimpanan pada suhu rendah (6 - 10 ˚C) selama 8 minggu dapat mematahkan dormansi umbi bawang putih var. Tawangmangu Baru umur 6 minggu setelah panen. \u0000Kata kunci: daya tumbuh, indeks vigor, kulkas, quiscence","PeriodicalId":410060,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura Indonesia","volume":"85 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116909374","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"The Effect of Citrus Farming Practices on Huanglongbing (HLB) Disease Severity in Sambas, West Kalimantan","authors":"M. Zuhran, G. Mudjiono, R. D. Puspitarini","doi":"10.29244/jhi.12.2.108-116","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jhi.12.2.108-116","url":null,"abstract":"Beberapa praktik budidaya dilaporkan mempengaruhi kesesuaian agroekosistem bagi perkembangan penyakit tanaman. Namun demikian, praktik-praktik budidaya jeruk yang mempengaruhi perkembangan penyakit huanglongbing (HLB) dan serangga vektornya yaitu kutu loncat jeruk (KLJ) Diaphorina citri belum banyak diketahui. Penelitian ini mempelajari pengaruh praktik budidaya jeruk terhadap intensitas penyakit HLB melalui survei singkat selama dua minggu pada 37 kebun jeruk yang berlokasi di Kabupaten Sambas. Parameter pengamatan adalah intensitas serangan penyakit HLB, kelimpahan KLJ, dan praktik budidaya yang diterapkan. Pengaruh praktik budidaya terhadap intensitas serangan penyakit HLB dianalisis melalui structural equation modeling berbasis partial least squares (SEM-PLS). Hasil penelitian menunjukkan tingkat penggunaan pestisida, kualitas saluran drainase, dan kepadatan tanaman jeruk berpengaruh positif terhadap intensitas serangan penyakit HLB, sedangkan tingkat keanekaragaman vegetasi dan pemberian pupuk kimia berpengaruh negatif terhadap intensitas serangan penyakit HLB. Pengendalian gulma, kualitas tanah, dan pemangkasan pemeliharaan tidak mempengaruhi intensitas HLB. Oleh karena itu, penanaman jeruk sebaiknya menerapkan sistem polikultur, menggunakan beragam varietas, dan jarak tanam tidak terlalu rapat. Pemberian hara yang dapat meningkatkan ketahanan tanaman jeruk terhadap serangan KLJ hendaknya ditingkatkan. Pengendalian hama dan penyakit tanaman disarankan dilakukan secara terpadu sehingga insektisida hanya digunakan ketika populasi hama mencapai ambang ekonomi. \u0000Kata kunci: huanglongbing, jeruk, kutu loncat jeruk, praktik budidaya","PeriodicalId":410060,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura Indonesia","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116021336","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Eko Darma Husada, I. Sudiana, Idris, N. Indriyani, P. J. Santoso
{"title":"Preliminary Study of Biohydrolysis Method of Durian Rind for Reducing Sugar Determination on Bioethanol Production","authors":"Eko Darma Husada, I. Sudiana, Idris, N. Indriyani, P. J. Santoso","doi":"10.29244/jhi.12.2.117-125","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jhi.12.2.117-125","url":null,"abstract":"Biohidrolisis merupakan proses hidrolisis atau delignifikasi biomasa lignoselulosa secara enzimatik dengan bantuan mikroorganisme. Koleksi isolat cendawan Trametes polyzona dan Aspergillus sp. memiliki potensi untuk digunakan pada proses biohidrolisis dalam produksi bioetanol. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi isolat cendawan dalam metode biohidrolisis kulit buah durian untuk pembentukan gula reduksi dalam produksi bioetanol. Optimasi metode dilakukan dengan perlakuan biohidrolisis langsung dengan cendawan, kombinasi praperlakuan kimiawi (1% NaOH) dan biohidrolisis, kombinasi praperlakuan panas (microwave) dan biohidrolisis, serta delignifikasi alkali (5% NaOH) sebagai kontrol. Isolat cendawan Trametes polyzona secara umum memperlihatkan potensi terbaik pada perlakuan biohidrolisis langsung maupun kombinasi dengan praperlakuan kimia dan panas dibandingkan dengan isolat Aspergillus sp. Proses biohidrolisis Trametes polyzona dengan kombinasi praperlakuan panas selama 10 menit dengan inkubasi selama 7 hari menghasilkan 0.38% atau setara 3.83 g L-1 gula reduksi pada hidrolisat. Metode biohidrolisis langsung memberikan hasil 0.32% dan tidak berbeda nyata dengan kontrol (0.32%). Kedua modifikasi dalam proses hidrolisis biomasa lignoselulosa ini dapat digunakan sebagai metode alternatif produksi bioetanol di samping menggunakan senyawa kimia. Metode biohidrolisis dengan cendawan Trametes polyzona ini masih perlu dikaji lebih dalam terkait beberapa parameter lainnya yang berpengaruh agar diperoleh gula reduksi yang lebih baik dalam produksi bioetanol yang lebih efektif. \u0000Kata kunci: delignifikasi, lignoselulosa, optimasi, Trametes polyzona \u0000 \u0000 \u0000 \u0000 \u0000","PeriodicalId":410060,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura Indonesia","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122383812","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Influence of Media Composition and Genotype on Potato (Solanum tuberosum L.) Microtuberization","authors":"I. Astarini, N. P. K. Febryanti, J. C. Miller","doi":"10.29244/JHI.12.1.51-58","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/JHI.12.1.51-58","url":null,"abstract":"Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah salah satu komoditi pangan penting di dunia. Penyediaan benih kentang generasi awal yang bebas penyakit sistemik virus merupakan masalah utama dalam pembudidayaan kentang. Produksi benih kentang generasi awal berupa umbi mini di rumah kaca masih memiliki resiko kontaminasi oleh penyakit virus. Teknik produksi umbi mikro secara in vitro dapat menjadi metode alternatif untuk produksi benih sumber. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan media yang optimum dalam produksi umbi mikro pada empat genotipe kentang, yaitu AOTX98202-1RU, ATX9202-3RU, ATTX98468-5R/Y dan ATTX98518-5P/Y. Keempat genotipe dikulturkan pada media Murashige and Skoog (MS) dengan tambahan 6% sukrosa, dengan atau tanpa 2 g L-1 phytagel, dan dengan atau tanpa 10 mg L-1 kinetin. Stek dua buku dikulturkan pada tiap botol kultur, masing – masing dengan lima ulangan. Kultur diinkubasi selama dua minggu pada suhu 23°C dengan fotoperiode 16 jam terang/hari, lalu suhu 16 °C selama 2 minggu dengan fotoperiode 16 jam terang/hari, dan suhu 16 °C dalam ruang gelap selama 6 minggu, dan diamati selama 10 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiap genotipe memiliki respon yang berbeda terhadap media. Perlakuan 2 g L-1 phytagel + 10 mg L-1 kinetin (T4) merupakan media yang efektif untuk mendorong pertumbuhan umbi mikro pada genotipe ATTX98468-5R/Y dan ATTX98518-5P/Y. Genotipe ATTX98468-5R/Y pada media T4 menghasilkan umbi mikro terbanyak (4.2 umbi mikro/botol), sedangkan ATTX98518-5P/Y menghasilkan rata-rata berat umbi tertinggi (363.6 mg). Hasil penelitian menunjukkan pentingnya untuk mengembangkan protokol khusus untuk tiap genotipe agar mendapatkan produksi umbi mikro yang optimal.","PeriodicalId":410060,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura Indonesia","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116023158","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}