Jurnal Sumberdaya Lahan最新文献

筛选
英文 中文
Sistem Alley Cropping: Analisis SWOT dan Strategi Implementasinya di Lahan Kering DAS Hulu
Jurnal Sumberdaya Lahan Pub Date : 2020-06-25 DOI: 10.2018/jsdl.v12i1.8370.g8372
Ratri Ariani, U. Haryati
{"title":"Sistem Alley Cropping: Analisis SWOT dan Strategi Implementasinya di Lahan Kering DAS Hulu","authors":"Ratri Ariani, U. Haryati","doi":"10.2018/jsdl.v12i1.8370.g8372","DOIUrl":"https://doi.org/10.2018/jsdl.v12i1.8370.g8372","url":null,"abstract":"Abstrak. Ditinjau dari segi luasan, lahan kering di Indonesia merupakan lahan yang cukup potensial, untuk dikembangkan sebagai areal pertanian. Namun usaha pertanian di areal ini dihadapkan pada beberapa kendala, diantaranya karena lahan ini banyak tersebar di daerah pegunungan dengan topografi yang curam sehingga rawan erosi. Untuk itu usahatani konservasi mutlak perlu dilakukan. Teknik konservasi mekanik berupa teras bangku, yang telah banyak dikenal dan diadopsi petani, diyakini dapat menurunkan erosi, namun teknik ini tidak selalu cocok diimplementasikan pada semua kondisi, selain memerlukan biaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu, teknik konservasi vegetatif lebih disarankan untuk diapliksikan di areal ini. Sistem pertanaman lorong (alley cropping) merupakan teknik konservasi vegetatif yang telah terbukti efektif mengendalikan erosi dan aliran permukaan (runoff), kehilangan hara, meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman, efisien dari segi biaya, serta dapat diadopsi oleh petani berdasarkan hasil-hasil penelitian. Dengan demikian, sistem pertanaman lorong berpeluang untuk dikembangkan di areal lahan kering dengan memperhatikan keunggulan dan kelemahannya. Makalah ini mengemukakan tentang keunggulan dan kelemahan sistem pertanaman lorong serta peluang dan tantangan yang akan dihadapi di dalam implementasinya di lahan kering berdasarkan hasil analisis SWOT (strengths, weeknesses, opportunities, threats). Pengembangan strategi untuk implementasi sistem alley cropping meliputi strategi yang bersifat teknis dan non teknis.Abstract. In terms of area, upland in Indonesia is a potential land to be developed as an agricultural area. However, this agricultural bussines on this area is faced with several problem, some of them is because the agricultural land is spread in mountainouns area with a steep topography that is easy to erosion, therefore conservation agriculture system is absolutely needed. Mechanical soil conservation techniques such as bench terrace which have been widely known and farmer-friendly are believed to reduce erosion, but this technique is not always suitable to be implemented in all condition other than requiring high cost, therefore vegetative conservation vegetative conservation techniques are more suggested to control erosion in this area. Alley cropping system is a vegetative conservation technique that has been proven effective in controlling erosion and runoff, nutrient loss, increasing land and crop productivity, cost efficient and can be adopted by farmers based on the research results. Thus, the alley cropping system is likely to be developed in upland area with attention to its advantages and disadvantages. This paper presents the advantages and disadvantages of alley cropping system and the opportunities and challenges that will be faced in its implementation in upland based on SWOT (strengths, weeknesses, opportunities, threats) analysis. Development of strategy for implementation of alley cropping system includes","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"190 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123181707","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 5
Potensi dan Pemanfaatan Lahan Gambut Dangkal untuk Pertanian 低泥炭地农业的潜力和利用
Jurnal Sumberdaya Lahan Pub Date : 2020-06-25 DOI: 10.2018/JSDL.V11I1.8191
Masganti Masganti, Khairil Anwar, M. A. Susanti
{"title":"Potensi dan Pemanfaatan Lahan Gambut Dangkal untuk Pertanian","authors":"Masganti Masganti, Khairil Anwar, M. A. Susanti","doi":"10.2018/JSDL.V11I1.8191","DOIUrl":"https://doi.org/10.2018/JSDL.V11I1.8191","url":null,"abstract":"Abstrak. Lahan gambut terbentuk karena adanya penambahan bahan organik segar yang lebih cepat daripada perombakannya, sehingga terjadi timbunan organik dari waktu ke waktu. Gambut Indonesia sangat potensial dimanfaatkan untuk penyediaan bahan pangan. Pemanfaatan lahan gambut yang lebih masif untuk memasok bahan pangan dipicu oleh (1) laju alih fungsi lahan pertanian, (2) pertambahan jumlah penduduk, dan (3) keinginan menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia dunia. Tanah gambut dalam sistem klasifikasi tanah USDA termasuk dalam ordo Histosol. Tanah gambut juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat dekomposisi, kesuburan, fisiografi, proses pembentukan, bahan penyusun dan ketebalan gambut. Berdasarkan ketebalan gambut, tanah gambut dengan ketebalan 50-100 cm dikategorikan sebagai gambut dangkal/tipis. Karakteristik dan potensi lahan gambut antaralain ditentukan oleh sifat kimia, fisika dan biologi. Semakin tebal gambut, semakin rendah potensinya untuk budidaya tanaman pangan dan hortikultura. Potensi lahan gambut dangkal/tipis di Indonesia diperkirakan sekitar 5.241.473 ha atau 35,17% dari total luas lahan gambut Indonesia, tersebar di Pulau Papua (2.425.523 ha), Pulau Sumatera (1.767.303 ha), dan Pulau Kalimantan (1.048.611 ha). Lahan tersebut baru sebagian kecil dimanfaatkan petani untuk budidaya tanaman pangan, dan hortikultura dengan produktivitas yang tergolong rendah. Kebakaran lahan gambut dan faktor lainnya menyebabkan terjadinya dinamika luas lahan gambut tipis. Potensi gambut tipis dapat dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan seperti padi, jagung, dan kedelai, tanaman hortikultura buah-buahan seperti nenas, pisang, pepaya, melon, dan tanaman hortikultura sayuran berupa tomat, pare, mentimun, cabai, kangkung, dan bayam. Kontribusi lahan gambut tipis terhadap produksi tanaman pangan dan hortikultura diperkirakan 50-60% dari total produksi lahan gambut.Abstract. Peatlands are formed by continuous addition of fresh organic materials faster than its decomposition, resulted in accumulation of undecomposed organic material from time to time. Indonesia's peatlands are highly potential to be cultivated to produce a variety of foods. The more massive use of peatlands to supply food is triggered by (1) the rate of conversion of agricultural land, (2) population growth, and (3) the desire to feed the world. In the USDA Classification System, peat soils belong to the order of Histosol. Peat soils may also be classified by decomposition rate, fertility, physiography, formation process, constituents and thickness of peat. Based on peat thickness, peat soil with thickness > 50-100 cm is categorized as shallow/thin peat. The characteristics and potentials of peatlands among other areas are determined by chemical, physical and biological characteristics. The thicker the peat, the lower the potential for cultivation of food crops and horticulture. Differences in classification results in differences in peat characteristics such as chemical","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"90 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131366912","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 24
Strategi Pemanfaatan Sumberdaya Lahan untuk Pencapaian Swasembada Beras Berkelanjutan 可持续大米种植的土地资源利用战略
Jurnal Sumberdaya Lahan Pub Date : 2020-06-25 DOI: 10.2018/JSDL.V11I1.8187
Anny Mulyani, Dedi Nursyamsi, M. Syakir
{"title":"Strategi Pemanfaatan Sumberdaya Lahan untuk Pencapaian Swasembada Beras Berkelanjutan","authors":"Anny Mulyani, Dedi Nursyamsi, M. Syakir","doi":"10.2018/JSDL.V11I1.8187","DOIUrl":"https://doi.org/10.2018/JSDL.V11I1.8187","url":null,"abstract":"Abstrak. Lahan pertanian eksisting penghasil bahan pangan terutama sawah dan lahan kering menjadi tumpuan harapan untuk memenuhi kebutuhan pangan 258,7 juta jiwa penduduk pada tahun 2017. Usaha pencapaian swasembada berkelanjutan dihadapkan pada (i) peningkatan jumlah penduduk sekitar 3,4 juta jiwa setiap tahun, (ii) konversi lahan sawah ke non pertanian dengan laju sekitar 96.500 ha tahun-1, sementara laju perluasan lahan sawah hanya sekitar 20.000-30.000 ha tahun-1, dan (iii) perubahan iklim global yang menyebabkan peningkatan intensitas dan frekuensi kejadian iklim ekstrim berupa kekeringan, kebanjiran, longsor, yang selanjutnya meningkatkan intensitas serangan hama/penyakit tanaman. Upaya dan strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut diantaranya melalui, pertama, intensifikasi dengan inovasi teknologi pada 4 juta ha sawah irigasi teknis, 4,1 juta ha lahan sawah sub-optimal (tadah hujan, irigasi sederhana, sawah rawa) melalui perbaikan saluran irigasi dan sistem drainase, pemupukan berimbang, pengembangan varietas unggul, dan peningkatan Indeks Panen dari 1 menjadi 1,5. Kedua, pengendalian konversi lahan melalui kesepakatan berbagai pemangku kepentingan, kerjasama lintas kementerian/ lembaga serta antara pemerintah dengan swasta dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya konversi lahan terhadap ketahanan pangan, kestabilan sosial, ekonomi dan politik. Ketiga,perluasan areal tanam di lahan perkebunan kelapa sawit muda (5,1 juta ha) dan karet (0,54 juta ha), serta pada perkebunan kelapa (2,15 juta ha). Tersedia varietas toleran naungan untuk padi gogo, jagung dan kedelai untuk mendukung usaha ini. Keempat, perluasan areal pertanian baru untuk tanaman pangan pada lahan potensial di lahan rawa (pasang surut, lebak, dan gambut) dan pada lahan basah non rawa untuk sawah irigasi dan tadah hujan, serta di lahan kering dengan lereng < 15% untuk tegalan. Keempat pendekatan ini diharapkan dapat mewujudkan swasembada pangan secara berkelanjutan.Abstract. Existing agricultural land for food crops, especially paddy fields and upland, is a very essential element for fulfilling the needs of food for258.7 million people in 2017. The efforts to achieve permanent self-sufficiency are challenged by (i) an increase in the population of approximately 3.4 million people each year, (ii) conversion of paddy field to non-agricultural land at a rate of about 96,500 ha year-1, while the rate of paddy field expansion is only about 20,000-30,000 ha year-1, and (iii) global climate change which causes the increase in intensity and frequency of extreme climatic events in the forms of droughts, floods, landslides, that in turns increase the incident of pest/disease attacks. Efforts and strategies are required to overcome them through first, intensification by applying technological innovations on 4 million ha of existing fully irrigated rice fields, 4.1 million ha of sub-optimal rice fields (rainfed, simple irrigation, swampland) with improved irrigation and","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"84 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121065355","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 26
Kontroversi Aplikasi dan Standar Mutu Biochar 关于应用程序和生物char质量标准的争议
Jurnal Sumberdaya Lahan Pub Date : 2020-06-25 DOI: 10.2018/JSDL.V11I1.8189
D. H. Goenadi, L. P. Santi
{"title":"Kontroversi Aplikasi dan Standar Mutu Biochar","authors":"D. H. Goenadi, L. P. Santi","doi":"10.2018/JSDL.V11I1.8189","DOIUrl":"https://doi.org/10.2018/JSDL.V11I1.8189","url":null,"abstract":"Abstrak. Biochar merupakan material baru yang diteliti secara intensif dalam waktu sepuluh tahun terakhir di berbagai penjuru dunia. Hal ini dipicu oleh fakta bahwa tanah-tanah Terra Preta di wilayah Amazon, Amerika Selatan, dikenal sangat subur karena mengandung arang yang dibentuk dari pembakaran minim oksigen (pirolisis) ribuan tahun yang lalu. Dalam kondisi kemajuan teknologi seperti sekarang ini para peneliti mencoba untuk meniru dalam memperoleh material serupa yang kemudian dikenal secara luas dengan istilah biochar dan menguji manfaatnya terutama untuk perbaikan kondisi tanah agar menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman yang lebih baik, sekaligus mampu menjadi penghambat lepasnya karbon ke atmosfir (carbon sequestering). Sebagai sebuah topik riset yang baru tentu saja dapat dipahami bahwa hal tersebut menimbulkan pro- dan kontra, khususnya yang menyangkut manfaat positif secara luas. Pihak yang pro mendasarkannya pada banyak bukti tentang manfaat aplikasi biochar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman seperti halnya juga terhadap sifat-sifat tanah. Sebaliknya yang kontra menekankan terbatasnya data yang tersedia sejauh ini dan adanya ketidak-konsistenan hasil yang dilaporkan. Ulasan berikut ini mencoba untuk melihat dari dua sudut tersebut untuk memberikan gambaran yang sebenarnya bagi para calon peminat riset dan/atau pengguna biochar untuk kepentingan perbaikan kesehatan dan produktivitas tanah. Pada akhir diskusi disampaikan perlunya persyaratan mutu biochar untuk memperoleh hasil yang dapat diperbandingkan.Abstract. Biochar is a new material researched intensively within the last ten years in various parts of the world. This is fuelled by the fact that the lands of Terra Preta in the Amazon region of South America is known to be very fertile because it contains charcoal that was formed from the minimum oxygen combustion (pyrolysis) at times thousands of years ago. Under the conditions of technological advances like nowadays, researchers tried to replicate it in obtaining similar material which was then widely known by the term biochar and test its usefulness mainly to improved soil conditions in order to generate growth and better crop production and the same time capable of being a barrier to the release of carbon into the atmosphere (carbon sequestering). As a new research topic, it is understandable that it raises pros and cons, especially on its benefits. The pro-side emphasized on the proven beneficial application of biochar to improve growth and yield of crops as well as on soil properties. Others, rised the controversy focused on the limited data reported and somewhat inconsistency on the results. The following review is trying to look at it from the two angles to give the real picture for the prospective applicants of biochar such as researchers and users of biochar for the benefit of improving health and productivity of the soil. At the end of the discussion it is given the necessity for quality standard of biochar t","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128918547","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 9
Teknologi Peningkatan Produktivitas Lahan Bekas Tambang Timah 科技提高了废弃锡矿土地的生产力
Jurnal Sumberdaya Lahan Pub Date : 2020-06-25 DOI: 10.2018/JSDL.V11I2.7305
A. Asmarhansyah
{"title":"Teknologi Peningkatan Produktivitas Lahan Bekas Tambang Timah","authors":"A. Asmarhansyah","doi":"10.2018/JSDL.V11I2.7305","DOIUrl":"https://doi.org/10.2018/JSDL.V11I2.7305","url":null,"abstract":"ABSTRAKKegiatan penambangan timah telah secara nyata mengakibatkan kerusakan lingkungan biofisik lahan dan status ekonomi dan sosial masyarakat sekitar tambang. Selain itu, lahan bekas tambang timah memiliki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah yang tergolong buruk dan bukan merupakan media tanam yang ideal untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Penanganan dan perbaikan kualitas lahan bekas tambang timah harus dilakukan sebelum lahan tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian produktif. Teknologi peningkatan produktivitas lahan dan tanaman sangat diperlukan, melalui inovasi teknologi pertanian. Peningkatan produktivitas tersebut patut mempertimbagkan sumberdaya yang terkait dengan lahan bekas tambang timah, meliputi sumber lahan, tanaman, peternakan, dan air. Aplikasi bahan organik dan bahan pembenah tanah mampu memperbaiki kualitas lahan bekas tambang timah. Implementasi sistem pertanian terintegrasi akan mampu meningkatkan produktivitas lahan bekas timbang timah untuk pertanian produktif secara komprehensif dan berkelanjutan.Kata kunci: lahan, tambang timah, produktivitas","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"315 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132331741","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Keberlanjutan Inovasi Teknologi Lahan Rawa Pasang Surut : Prospek, Kendala dan Implementasi 潮汐沼泽的可持续性技术创新:前景、障碍和实现
Jurnal Sumberdaya Lahan Pub Date : 2020-06-25 DOI: 10.2018/JSDL.V12I2.10453
Mamat Haris Suwanda, Muhammad Noor
{"title":"Keberlanjutan Inovasi Teknologi Lahan Rawa Pasang Surut : Prospek, Kendala dan Implementasi","authors":"Mamat Haris Suwanda, Muhammad Noor","doi":"10.2018/JSDL.V12I2.10453","DOIUrl":"https://doi.org/10.2018/JSDL.V12I2.10453","url":null,"abstract":"Abstrak. Masalah pangan yang dihadapi semakin berat dan kompleksnya ditengah semakin meningkatnya jumlah populasi penduduk dan konversi lahan. Sejak tahun 2018 melalui Program UPSUS PAJALE dan Program SERASI pemerintah di bawah Kementerian Pertanian berupaya meningkatkan produksi pangan, khsusunya beras secara nasional.  Dari luas 20,11 juta hektar lahan rawa pasang surut berpotensi sebagai sumber produksi padi seluas 9,53 juta hektar. Jika 50% saja dari lahan yang cocok tersebut dimanfaatkan, maka dapat dihasilkan sekitar 14,295 juta ton GKG per tahun. Dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pengembangan lahan rawa pasang surut  hasil penelitian dan pengkajian cukup tersedia, baik dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi maupun peningkatan kapasitas dan kelembagaan petani. Implementasi hasil-hasil penelitian tersebut dalam skala luas (scalling up) memerlukan dukungan pemerintah baik pusat maupun daerah. Berdasarkan hasil penelitian dalam meningkatkan produksi tanaman pangan, khususnya padi diperlukan 10 komponen teknologi meliputi : (1) pengelolaan air, (2) penyiapan lahan dan, (3) pengolahan tanah, (4) penataan lahan, (5) ameliorasi, (6) pemupukan, (7) penggunaan varietas adaptif, (8) sistem tanam dan jarak tanam, (9) pengendalian hama dan penyakit tanaman, dan (10) panen dan pasca panen. Tulisan ini bertujuan untuk mengemukakan tentang perspektif keberlanjutan dari  inovasi teknologi lahan rawa pasang surut terkait dengan potensi dan kendalanya dalam implementasi ke depan.  Masalah pokok yang menghambat implementasi teknologi  terdiri paling tidak atas tiga hal yaitu (1) kesesuaian teknis dari teknologi tersebut dengan kemampuan teknis petani, (2) kesesuaian teknis dari teknologi tersebut dengan sosial budaya petani setempat, (3) dukungan dari aspek kelembagaan petani dan pemerintah, termasuk pemerintah daerah. Keberlanjutan inovasi teknologi pertanian lahan rawa pada umumnya paling tidak ditentukan minimal oleh tiga aspek atau dimensi, yaitu aspek ekonomi, sosial dan aspek lingkungan.  Secara garis besar, maka implementasi keberlanjutan teknologi pengembangan rawa, termasuk keberhasilan Program SERASI  hanya dapat dicapai melalui (1) penyiapan infrastruktur pengelolaan air yang tepat sebagai kunci; (2) paket teknologi yang lengkap dan spesifik lokasi dari komponen teknologi penyiapan bibit, penyemaian sampai komponen pasca-panen (pengemasan), dan (3) model kelembagaan menyeluruh dari penyuluhan, permodalan, pengelolaan air, budidaya, pengolahan hasil, pemasaran, dan penyediaan sarana dan prarana produksi, termasuk alsintan.  Abstract. The problem of food faced is increasingly heavy and complex amidst the increasing population and land conversion. Since 2018 through the UPSUS PAJALE Program and the SERASI Program the government under the Ministry of Agriculture has sought to increase food production, especially rice nationally. Of the total 20.11 million hectares of tidal swamp land potentially as a source of rice production, 9","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126679913","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 4
Memahami Komunikasi Tumbuhan-Tanah dalam Areal Rhizosfir untuk Optimasi Pengelolaan Lahan 理解Rhizosfir领域内的土壤通信,以优化土地管理
Jurnal Sumberdaya Lahan Pub Date : 2020-06-25 DOI: 10.2018/JSDL.V11I1.8190
Enny Widyati
{"title":"Memahami Komunikasi Tumbuhan-Tanah dalam Areal Rhizosfir untuk Optimasi Pengelolaan Lahan","authors":"Enny Widyati","doi":"10.2018/JSDL.V11I1.8190","DOIUrl":"https://doi.org/10.2018/JSDL.V11I1.8190","url":null,"abstract":"Abstrak. Seperti halnya dunia manusia, tumbuhan juga mengembangkan sistem komunikasi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Bahasa yang digunakan adalah senyawa kimia yang diproduksi oleh eksudat akar. Tumbuhan merupakan inisiator karena mereka yang memiliki tujuan untuk apa komunikasi dibangun. Tumbuhan mengeluarkan eksudat akar untuk memanggil atau untuk mengusir mikroba yang diinginkan. Tumbuhan mengirim surat undangan pada beberapa mikroba dengan mensekresikan eksudat akar. Untuk membangun asosiasi mikoriza tumbuhan mengeluarkan gula, asam amino dan strigolakton. Hal tersebut akan dibalas oleh fungi dengan mengeluarkan senyawa flavonoid yang menunjukkan spesifikasi jenis inang-mikoriza. Hadirnya senyawa flavonoid merupakan undangan bagi rhizobium pada tanaman legum untuk membangun asosiasi. Tumbuhan akan menyeleksi rhizobium yang akan diajak berasosiasi dengan mensekresikan senyawa kanavanin yang bersifat toksik. Kesalahan dalam mengeluarkan eksudat akar merupakan surat undangan yang keliru bagi tumbuhan. Dosis senyawa stigolakton yang terlalu rendah tidak akan dapat membentuk asosiasi mikoriza tetapi yang berkembang adalah patogen. Walaupun tumbuhan menghasilkan senyawa fitoantisipin untuk mencegah serangan patogen dan fitoaleksin ketika patogen sudah menginfeksi. Komunikasi akar dengan akar tumbuhan lain dilakukan dengan menghasilkan senyawa alelopati untuk membatasi pertumbuhan akar di sekelilingnya yang dianggap sebagai pesaing. Tanaman invasif atau gulma umumnya selain menghasilkan alelopati juga memproduksi katekin yang dapat membunuh mikroba menguntungkan pada tumbuhan setempat. Akibatnya tumbuhan lokal akan rentan terhadap serangan penyakit dan berujung pada kematian. Selain alelopati, untuk merespon kehadiran tetangganya tumbuhan juga menghasilkan senyawa glukosinolat yang jumlahnya makin meningkat sejalan dengan tingginya biodiversitas vegetasi. Senyawa ini merupakan senyawa beracun bagi patogen, sehingga tumbuhan yang dibudidayakan dengan pola monokultur menjadi rentan terhadap penyakit. Oleh karena itu agar tanah tetap memiliki kandungan senyawa glukosinolat yang memadai serta tetap memelihara kondisi rhizosfir yang dinamis perlu dilakukan pergiliran tanaman varietas lokal setelah beberapa rotasi tanaman.Abstract. Similar to human, plants also develop a communication system to achieve their prosperity. Plants utilize chemical compounds of their root exudates as the “languange”. Plants are the initiator of communications, since they define the purposes of building communication. Root exudates are released either to attract or to demenish the soil microbes target as an “invitation letter” to some microbes. To build a mycorrhizal association, for examples, plants issue sugars, amino acids and strygolactones to the rhizosphere. Fungi will reply the invitation by secreting flavonoid compounds that determine host-mycorrhizal specifications. The presence of flavonoids is another invitation to rhizobia to establish association in legume r","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130939109","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 4
Indikator Kualitas Tanah pada Lahan Bekas Penambangan 采石场土壤质量指示器
Jurnal Sumberdaya Lahan Pub Date : 2020-06-25 DOI: 10.2018/JSDL.V11I1.8185
A. Rachman, S. Sutono, Irawan Irawan, I. W. Suastika
{"title":"Indikator Kualitas Tanah pada Lahan Bekas Penambangan","authors":"A. Rachman, S. Sutono, Irawan Irawan, I. W. Suastika","doi":"10.2018/JSDL.V11I1.8185","DOIUrl":"https://doi.org/10.2018/JSDL.V11I1.8185","url":null,"abstract":"Abstrak. Lahan dalam kawasan tambang-tambang mineral mengalami perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah serta lansekap yang sangat signifikan sebagai akibat dari berbagai aktifitas penambangan seperti land clearing, pembangunan fasilitas pendukung kegiatan penambangan, lalu lintas kendaraan berat, penggalian, penimbunan bahan galian, pengolahan hasil tambang atau bahan mineral, dan lainnya. Sangat penting untuk mengembalikan kualitas tanah seperti kondisi sebelum kegiatan penambangan sehingga lahan dapat difungsikan kembali untuk pertanian. Makalah ini membahas metode penilaian indeks kualitas tanah sehingga dapat dievaluasi dampak berbagai perlakuan reklamasi. Sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan indeks kualitas tanah untuk tujuan tersebut memberikan hasil yang baik, mudah dilaksanakan dan mudah dipahami oleh pengguna. Pemilihan indikator kunci (minimun data set) dan nilai ambang batasnya, pada batas mana tanah dapat berfungsi optimal, sangat menentukan akurasi penetapan indeks kualitas tanah. Penskoran dan pembobotan dilakukan terhadap setiap individu indikator kunci yang kemudian diintegrasikan untuk mendapatkan satu nilai indeks kualitas tanah. Indikator kunci untuk mengevaluasi kualitas tanah pada lahan bekas tambang disarankan sebagai berikut: kandungan bahan organik tanah (SOM), reaksi tanah (pH), berat isi tanah (BD), kapasitas air tersedia (AWC), agregasi (WSA), dan respirasi tanah, namun dapat ditambahkan indikator lain sesuai tujuan evaluasi dan kondisi geografis lahan yang akan dievaluasi. Penilaian kualitas tanah dapat juga dilakukan menggunakan metode Scorecard. Evaluasi kualitas tanah pasca penambangan sebaiknya dilakukan sebelum pelaksanaan reklamasi untuk menentukan prioritas sifat-sifat tanah yang perlu perhatian lebih sehingga perlakuan reklamasi lebih terarah dan terukur dan selama pelaksanaan reklamasi untuk mengetahui arah perubahan yang terjadi.Abstract. Land in the mining areas undergo changes in soil physical, chemical, and biological properties as well as landscape as a result of various mining activities namely land clearing, construction of facilities to support the operations, movement of vehicles, excavation, storage of overburden dump materials backfilling of excavated material, and mineral mined processing. It is essential to restore soil quality similar to the condition before mining operation so that it can be utilized for agriculture purposes. This paper discusses method for assessing soil quality index to allow evaluation of the impact of different reclamation treatments. Studies indicated that the use of soil quality index gave good result, easy to perform, and easy to understand by the end user. Selection of key indicators (minimum data set) and its threshold values, in which soil is functioning optimally, is essential for the accuracy of soil quality index determination. Scoring and weighing of the individual soil indicator was performed before integrating all key indicators to obtai","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125459056","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 7
Peluang dan Tantangan Implementasi Model Pertanian Konservasi di Lahan Kering 干旱土地上实现环保农业模型的机会和挑战
Jurnal Sumberdaya Lahan Pub Date : 2020-06-25 DOI: 10.2018/JSDL.V11I2.7182
A. Rachman
{"title":"Peluang dan Tantangan Implementasi Model Pertanian Konservasi di Lahan Kering","authors":"A. Rachman","doi":"10.2018/JSDL.V11I2.7182","DOIUrl":"https://doi.org/10.2018/JSDL.V11I2.7182","url":null,"abstract":"Abstrak. Pertanian konservasi adalah salah satu alternatif model pada praktek pertanian di lahan kering yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas tanaman, efisiensi usahatani, dan kualitas lingkungan melalui perbaikan kualitas tanah. Tulisan ini membahas prospek penerapan pertanian konservasi untuk meningkatkan kualitas tanah dan produktivitas lahan kering. Model pertanian konservasi lebih menekankan pada perbaikan kandungan bahan organik tanah melalui kombinasi 3 pendekatan yaitu olah tanah minimum, pemulsaan, dan pengaturan pola tanam. Introduksi model pertanian konservasi di negara-negara berkembang seperti Indonesia, yang umumnya lahan pertaniannya berskala sempit (<1 ha) dihadapkan pada masalah perkembangan gulma dan penurunan produktivitas pada fase awal implementasi, dan lahan yang tidak bersih sehingga berpotensi memicu munculnya hama dan penyakit tertentu. Namun demikian, model pertanian konservasi ini berpotensi untuk mengubah lahan kering terdegradasi atau tidak produktif menjadi lahan pertanian produktif dengan efisiensi usahatani yang tinggi. Dengan manfaat jangka panjang tersebut, maka implementasi pertanian konservasi di lahan kering, yang potensinya mencapai 29,4 juta ha, akan meningkatkan secara signifikan kontribusi lahan kering terhadap upaya mempertahankan swasembada pangan nasional dan meningkatkan kesejahteraan petani lahan kering. Diperlukan proses dan modifikasi untuk mengadaptasikan teknologi ini yang disesuaikan dengan karakteristik agroekosistem, konidisi sosial, dan ekonomi lokal setempat, sehingga berbagai kendala adopsi dapat diminimalisir dan manfaat dapat dioptimalkan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Selain itu, diperlukan dukungan pemerintah dalam bentuk pelatihan, advokasi, dan bantuan input usahatani untuk meminimalisir resiko kerugian petani terutama pada tahap awal implementasi teknologi.Abstract. Conservation agriculture is an alternative model to agricultural practices in dryland which in the long term provides a number of benefits including an increase in crop productivity, farm input efficiency and environmental quality through the improvement of soil quality. This paper discusses the prospect for implementing conservation agricultural to improve soil quality and productivity of dryland. The conservation agriculture model emphasizes the improvement of soil organic matter content through a combination of 3 approaches, namely minimum tillage, mulching, and cropping pattern. Introduction of conservation agriculture into developing countries like Indonesia, which are generally small-scale farming (<1 ha), will face a number of obstacles caused by short-term and immediate shortcomings of the technology. These shortcomings include weed development and productivity decline in the early phase of implementation, and the potential to trigger the emergence of certain pests and diseases due to unclean land. However, the practice has the potential to transform degraded or unproductive drylands","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"75 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121733234","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 6
Ecohydrology Towards Integrative Ecosystem Modeling: A Review 面向综合生态系统建模的生态水文学研究进展
Jurnal Sumberdaya Lahan Pub Date : 2020-06-25 DOI: 10.2018/jsdl.v11i2.7601
S. Adi
{"title":"Ecohydrology Towards Integrative Ecosystem Modeling: A Review","authors":"S. Adi","doi":"10.2018/jsdl.v11i2.7601","DOIUrl":"https://doi.org/10.2018/jsdl.v11i2.7601","url":null,"abstract":"Keterkaitan antara air dan ekosistem sudah dikenal sejak lama, akan tetapi konsep ekohidrologi baru saja diperkenalkan sejak tiga dekade yang lalu. Konsep ini memperluas tema penelitian di bidang hidrologi dengan mengintegrasikan parameter ekologi ke dalam proses pemodelannya. Artikel ini ditulis untuk mengidentifikasi tren penelitian di bidang hidrologi selama satu dekade terakhir (2004-2015), dengan tujuan utama untuk mencari kesenjangan antara penelitian hidrologi dan ekologi ke arah pemodelan ekosistem yang terintegrasi. Data dari artikel-artikel bersitasi tinggi di tiga jurnal publikasi internasional di bidang sumber daya air menunjukkan bahwa hanya 10% dari total artikel yang direview mengintegrasikan parameter ekologi secara kuantitatif. Rendahnya persentase integrasi ekologi dalam penelitian di bidang sumber daya air disebabkan oleh tiga kesenjangan ilmiah, meliputi: (1) kesenjangan isu, dimana isu sumber daya air diperlakukan sebagai variabel empiris utama; (2) kesenjangan model, dimana air merupakan satu-satunya parameter yang dipertimbangkan dalam pemodelan; dan (3) kesenjangan data, yang terfokus pada permasalahan ketersediaan data ekologi untuk analisis. Tiga rekomendasi terkait dengan kesenjangan ilmiah ini meliputi: (1) memperkuat konsep ekohidrologi dengan memandang air adalah bagian tidak terpisahkan dari ekosistem bumi yang saling terkait, (2) mendorong integrasi parameter ekologi ke dalam pemodelan hidrologi, dan (3) pengembangan teknik peningkatan skala (resolusi) data yang terintegrasi dengan analisis ketidaktentuan.","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114799916","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
相关产品
×
本文献相关产品
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信