{"title":"Pengembangan Teknologi Panen Air untuk Memenuhi Kebutuhan Domestik","authors":"Nani Heryani","doi":"10.21082/jsdl.v15n2.2021.117-129","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jsdl.v15n2.2021.117-129","url":null,"abstract":"Kelangkaan air secara global terjadi antara lain karena pertumbuhan penduduk yang tinggi, persaingan penggunaan air, dan perubahan iklim global. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini antara lain pemanfaatan sumber air alami berupa air hujan. Teknologi yang sudah ada sejak masa lalu sudah diaplikasikan secara luas di berbagai negara, namun di Indonesia belum diaplikasikan secara luas. Teknologi sederhana ini dapat dilakukan pada wilayah dengan curah hujan rendah sampai tinggi, baik di perkotaan maupun pedesaan. Aplikasi teknologi panen air hujan untuk keperluan domestik semakin bermanfaat jika terjadi anomali iklim (El-Nino) dan pada saat defisit air. Rancangan panen air untuk keperluan domestik harus memperhitungkan kebutuhan dan ketersediaan air serta kemampuan teknis dan keuangan. Peran aktif masyarakat dalam perancangan dan pemeliharaan sangat penting untuk keberlanjutan pengembangan teknologinya.","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"333 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134515507","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
M. T. Sutriadi, A. Wihardjaka, E. S. Harsanti, A. Pramono
{"title":"Environmentally Friendly Agricultural Development","authors":"M. T. Sutriadi, A. Wihardjaka, E. S. Harsanti, A. Pramono","doi":"10.21082/jsdl.v15n2.2021.89-102","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jsdl.v15n2.2021.89-102","url":null,"abstract":"Abstract. Environmentally friendly agriculture is an agricultural system that manages all resources and inputs of the agricultural system to achieve optimal productivity and economic benefits, but has a low risk of resource and environmental sustainability, as well as global warming/climate change. Environmentally friendly implementation strategies lead to synergy and integration between technologies, optimization of resources and production inputs which are carried out through three approaches, namely: (1) Anticipation, adaptation, and mitigation approaches in the context of global warming and climate change, (2) Mitigation approach, countermeasures, and remediation in the context of edhapik and biological environments, and (3) Land remediation approach in the context of degradation and pollution of land, air and ecosystem resources due to excessive use of agrochemicals. Support for research activities and development of adaptation, mitigation and remediation strategies for the restoration of polluted land is expected to increase the economy while producing healthy agricultural products and environment. Various regulations and policies for implementing a sustainable agricultural environment, socialization and implementation in the field must be supported by an agricultural environment information system that is easily accessed by users.","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"282 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114456774","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Membuat Peta Tanah dengan Teknik Disagregasi Spasial","authors":"Yiyi Sulaeman, Husnain Husnain","doi":"10.21082/JSDL.V15N2.2021.%P","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/JSDL.V15N2.2021.%P","url":null,"abstract":"Peta tanah merupakan informasi spasial dasar untuk perencanaan dan praktek pengelolaan lahan dan lingkungan. Informasi spasial tanah yang detil, terkini, dan kontekstual diperlukan dalam waktu yang tepat yang dapat disediakan melalui penerapan pendekatan digital soil mapping (DSM) berdasarkan data tanah warisan. Pemanfaatan teknologi DSM perlu disesaikan dengan kondisi infrastruktur data setempat. Tulisan ini membahas tentang teknik disagregasi spasial untuk membuat peta tanah dan mengevaluasi tantangan penerapannya di Indonesia. DSM merupakan subdisiplin ilmu tanah yang paling aktif menghasilkan produk riset. Salahsatu teknik DSM yang diterapkan diberbagai tempat adalah teknik Disagregasi Spasial. Teknik ini bekerja di wilayah yang mempunyai peta tanah baik meliputi seluruh wilayah atau sebagiannya dan memisahkan sub-sub poligon suatu satuan peta tanah menjadi bagian-bagian yang lebih detil. Aneka algoritma disagregasi spasial sudah banyak dikembangkan dan bemanfaat digunakan di wilayah Indonesia khususnya untuk pendetilan peta, penyelerasan batas peta, dan pembuatan peta di wilayah baru menggunakan hubungan tanah-lanskap dari wilayah lain. Aneka alat bantu dikembangkan yang dapat mempercepat dan mempermudah implementasi disagregasi spasial di lapangan. Kasus-kasus terpilih juga disajikan dan didiskusikan. Dengan meningkatkan kapasitas dan penelitian, implementasi teknik akan menyediakan algotiruma yang lebih jitu yang pada saat bersamaan menambah informasi spasial tanah. ","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"119 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133315393","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Peran Analisis Neraca Air untuk Perencanaan Pertanian di Kabupaten Konawe Selatan","authors":"Fathnur Fathnur, Thamrin Kunta, Musyadik Musyadik","doi":"10.21082/JSDL.V15N1.2021.46-56","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/JSDL.V15N1.2021.46-56","url":null,"abstract":"Abstrak. Air merupakan sumberdaya alam yang memiliki beragam fungsi baik sebagai konsumsi air bersih maupun kegiatan perekonomian seperti industri, pertanian, dan pariwisata. Ketersediaan air tanah yang sebagian besar berasal dari curah hujan merupakan factor pembatas yang penting bagi peningkatan produksi suatu tanaman. Konsep siklus hidrologi lingkungan menyatakan bahwa jumlah air disuatu luasan tertentu di permukaan bumi dipengaruhi oleh besarnya air yang masuk/meresap (input) dan keluar (output) pada jangka waktut ertentu. Neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat dikenal sebagai neraca air (waterbalance). Neraca air merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk melihat ketersediaan air tanah bagi tanaman pada waktut ertentu. Salah satu prosedur perhitungan neraca air adalah berdasarkan metode Thorntwaite dan Mather (1957) dengan satuan tinggi air (mm). Tujuan dari penulisan makalah ini adalah menelaah penggunaan neraca air umum untuk perencanaan pertanian berdasarkan hasilpenelitian di Kecamatan Lamooso Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. ","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"122 3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122991075","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"POLUSI TANAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEHATAN MANUSIA","authors":"Mirawanty Amin","doi":"10.21082/JSDL.V15N1.2021.36-45","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/JSDL.V15N1.2021.36-45","url":null,"abstract":"Polusi tanah merupakan masalah lingkungan yang sering dihadapi. Polusi tanah mengacu pada keberadaan bahan kimia atau zat atau hadir pada konsentrasi yang lebih tinggi dari batas normal serta memiliki dampak negatif pada makhluk hidup dan lingkungan. Sumber polusi tanah tentunya berasal dari kegiatan pertambangan, limbah rumah tangga, kegiatan pertanian dan masih banyak lagi. Apablia tidak dilakukan Tindakan pencegahan atau remediasi dapat memberikan dampak negative terhadap lingkungan terutama bagi Kesehatan manusia. Berbagai macam metode remediasi dapat dilakukan dengan metode berbasis sains seperti peningkatan aktivitas mikroba (Bioremediasi) dan Fitoremediasi dianggap dapat menjadi teknik pengendalian tanah tercemar karena mudah dan ekonomis untuk dilakukan.","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"102 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115629967","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Manfaat Inovasi Teknologi Sumberdaya Lahan Pertanian Dalam Mendukung Pembangunan Pertanian","authors":"H. Mamat, S. Sukarman","doi":"10.21082/jsdl.v14n2.2020.115-132","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jsdl.v14n2.2020.115-132","url":null,"abstract":"Abstrak. Permasalahan pupuk, lahan terdegradasi, dan pencemaran, pengelolaan sumberdaya lahan rawa, dan pengelolaan sumberdaya air yang terbatas di lahan pertanian, merupakan isu atau permasalahan mendesak yang harus dicari pemecahannya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) telah menghasilkan beberapa teknologi yang siap diaplikasikan. Dalam dua tahun terakhir, output hasil penelitian BBSDLP tersebut dalam bentuk produk teknologi dan rekomendasi anjuran teknologi sumberdaya lahan telah diaplikasikan dan dimanfaatkan dalam mendukung program prioritas sektor pertanian. Program prioritas dimaksud, adalah: (1) program selamatkan rawa dan sejahterakan petani disingkat SERASI, (2) program penurunan pencemaran lingkungan, (3) program peningkatan produktivitas pertanian dan (4) program antisipasi perubahan iklim. Terdapat opini yang paradoks, institusi lembaga riset menganggap bahwa banyak teknologi hasil penelitian yang siap diaplikasikan, tetapi menurut sebagian petani sangat terbatas teknologi hasil penelitian yang siap dimanfaatkan petani. Untuk itu perlu analisis secara seksama sehingga memperoleh gambaran yang akurat dan dimana letak permasalahannya serta bagaimana cara mengatasinya agar teknologi hasil penelitian tersebut efektif. Hasil evaluasi awal beberapa teknologi yang dimanfaatkan dalam program prioritas tersebut telah menunjukkan nilai tambah atau nilai indeks efisiensi teknis dalam bentuk meningkatkan produktivitas hasil (sekitar 30%) atau efisiensi penggunaan input produksi (contohnya mengefisiensikan penggunaan pupuk N,P sebesar 20%), walaupun masih perlu kajian lebih lanjut, apakah teknologi tersebut berpotensi memberikan dampak potensial (potential impact). Sebagian besar teknologi unggulan tersebut menunjukkan dampak awal (initial impact) yang positif dalam bentuk penyebaran dan aplikasi teknologi oleh petani di wilayah pengembangan. Abstract. The problem of fertilizer, degraded land, and pollution, management of swampy land resources, and management of limited water resources on agricultural land, are urgent issues or problems that have to be resolved. To overcome these problems, ICALRD has produced several technologies that have been and are ready to be applied. In the last two years, it has been shown that some of the outputs of research results in the form of technological products and recommendations for land resource technology have been applied and utilized in supporting the priority programs in the agricultural sector. The priority programs referred to are: (1) safe the peat swamp and increased farmer’s welfare program abbreviated as SERASI, (2) environmental pollution reduction program, (3) agricultural productivity improvement program and (4) climate change anticipation program. There is a paradox opinion between beween research institute and farmers; where many technologies have been resulted by research institute and ready for application but according to some farm","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134263478","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Masganti Masganti, Ani Susilawati, Nurmili Yuliani
{"title":"Optimasi Pemanfaatan Lahan untuk Peningkatan Produksi Padi di Kalimantan Selatan","authors":"Masganti Masganti, Ani Susilawati, Nurmili Yuliani","doi":"10.21082/jsdl.v14n2.2020.101-114","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jsdl.v14n2.2020.101-114","url":null,"abstract":"Abstrak. Masalah penyediaan beras dihadapkan pada ketersediaan, alih fungsi, dan kompetisi pemanfaatan lahan, degradasi kesuburan tanah dan kerusakan infrastruktur pertanian, menurunnya jumlah keluarga tani dan gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), tata ruang pertanian, jumlah penduduk dan kebutuhan konsumsi individu meningkat, dan efisiensi konsumsi. Kalimantan Selatan dalam perberasan nasional menduduki ranking 12 dari 34 provinsi. Meski produksi beras nasional pada tahun 2019 lebih rendah dari tahun 2018, tetapi Kalsel termasuk 8 provinsi yang mengalami kenaikan dan surplus sebesar 306.621 ton atau sekitar 63,37%. Peningkatan produksi padi di Kalimantan Selatan dapat dilakukan melalui optimasi pemanfaatan lahan sawah irigasi, lahan tadah hujan, lahan kering, lahan rawa pasang surut, dan lahan rawa lebak serta lahan yang tidak digunakan. Optimasi pemanfaatan lahan untuk peningkatan produksi padi dan perbaikan ranking Kalsel dalam perberasan nasional melalui peningkatan IP di daerah yang berpotensi ditingkatkan IP-nya dengan persyaratan tertentu, peningkatan produktivitas dengan perlakuan khusus di daerah tertentu, perluasan tanam di daerah-daerah yang potensial untuk dibuka sebagai sawah baru, dan tumpangsari dengan tanaman perkebunan, yang didukung oleh kebijakan inventarisasi kondisi eksisting lahan pertanian, optimasi dan revitalisasi infrastruktur pengelolaan air, optimasi penggunaan alsintan, pengamanan panen, konsolidasi manajemen pemanfaatan lahan, perbaikan kelembagaan pertanian dan petani, dan penyusunan tata ruang pertanian.Abstact. Problems with rice supply are faced with responsibilities, transfer of functions, and competition for land use, degradation of soil fertility and damage to agricultural infrastructure, number of farming families and policies on excavation of plants), agricultural spatial planning, population and individual consumption needs, and consumption efficiency. South Kalimantan is ranked 12th out of 34 provinces in the national rice stock. Although the national rice production in 2019 is lower than in 2018, South Kalimantan is included in 8 provinces which added and a surplus of 306,621 tons or around 63.37%. Increased rice production in South Kalimantan can be done through the optimization of the use of paddy fields, rainfed land, dry land, tidal swamp land, and swamp land and land that is not used. Improve rankings to increase production and improve South Kalimantan's ranking in national rice through increasing IPs in regions that have improved IPs with special requirements, increasing productivity with special assistance in certain areas, increasing planting in areas that have the potential to be changed as new rice fields, and intercropping with plantation crops, supported by policies inventory of existing conditions of agricultural land, optimization and revitalization of water management infrastructure, optimizing the use of agricultural machinery, securing the harvest, investment in land use managem","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"51 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124037948","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Salinisasi Lahan dan Permasalahannya di Indonesia","authors":"Vicca Karolinoerita, Wahida Annisa","doi":"10.21082/jsdl.v14n2.2020.91-99","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jsdl.v14n2.2020.91-99","url":null,"abstract":"Abstrak. Salinisasi tanah merupakan proses peningkatan kadar garam mudah larut di dalam tanah sehingga terbentuk lahan salin. Salinitas adalah salah satu cekaman abiotik yang mengakibatkan berkurangnya hasil dan produktivitas tanaman pertanian. Setiap tahun luas lahan sawah yang ditinggalkan petani akibat mengalami salinisasi terus meningkat. Di Indonesia salinitas umumnya terjadi di lahan pertanian dekat pantai, disebabkan karena kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim. Diperkirakan lahan dekat pantai yang rentan mengalami salinitas seluas 12,020 juta ha atau 6,20% dari total daratan Indonesia. Problem salinitas pada pertanian beririgasi sering terkait dengan muka air tanah. Peningkatan kapilaritas dari muka air tanah dangkal akan membawa kembali garam-garam masuk ke daerah perakaran dan menjadi suatu sumber garam berkelanjutan. sedangkan salinitas di lahan rawa pasang surut dipengaruhi oleh pergerakan pasang surut air laut dengan tingkat salinitas yang bervariasi. Tanaman mempunyai kisaran toleransi tertentu terhadap perubahan bahkan cekaman lingkungan untuk selanjutnya dapat beradaptasi, termasuk pada cekaman salinitas. Kondisi biofisik dan kimia lahan sawah terdampak yang tidak menguntungkan tanaman tersebut memerlukan upaya pengelolaan lahan dan sistem budidaya tanaman secara tepat agar dicapai tingkat produksi yang optimal. Abstract. Soil salinization is the process of increasing the soluble salt content in the soil to form a saline soil. Salinity is an abiotic stress that results in reducing yield and productivity of agricultural crops. The area of paddy fields left by farmers as a result of experiencing salinization continues to increase every tear. In Indonesia, salinity generally occurs in agricultural land near the coast, caused by sea level rise due to climate change. It is estimated that land near the coast that is prone to experiencing salinity is 12.020 million ha or 6.20% of the total land area of Indonesia. The problem of salinity in irrigated agriculture is often related to the water table. The increase in capillarity from shallow groundwater levels will bring back salts into the root zone and become a continuous salt source. Salinity in tidal swamps is influenced by the tidal movement of sea water with varying salinity levels. Plants have a certain tolerance range to the changes and even environmental stress so that they can then adapt, including to salinity stress. The biophysical and chemical conditions of the affected paddy fields that are not beneficial to the plant, requires proper land management and crop cultivation systems in order to achieve optimal production levels.","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121587228","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Reklamasi Lahan Bekas Tambang Timah Berpotensi sebagai Lahan Pertanian di Kepulauan Bangka Belitung","authors":"A. Asmarhansyah, Rahmat Hasan","doi":"10.2018/JSDL.V12I2.10054","DOIUrl":"https://doi.org/10.2018/JSDL.V12I2.10054","url":null,"abstract":"Abstrak. Lahan bekas tambang timah berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai areal pertanian dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan dan mengatasi persoalan lingkungan pasca penambangan. Tujuan makalah ini adalah untuk mengkaji upaya reklamasi lahan bekas tambang timah untuk dijadikan areal pertanian di Kepulauan Bangka Belitung. Luas seluruh izin usaha penambangan (IUP) yang telah diterbitkan oleh pemerintah pusat dan daerah dan dimiliki oleh perseroan di darat sebesar 327.524 ha, sedangkan luas IUP di laut 183.837 ha. Aspek biofisik lahan sangat menentukan keberhasilan reklamasi lahan bekas tambang timah. Pemanfaatan lahan bekas tambang timah sebagai areal pertanian menemui sejumlah kendala biofisik lahan, seperti bentang lahan (lanskap) yang tidak beraturan, hilangnya lapisan atas tanah (top soil), rendahnya status kesuburan tanah, dan terganggunya kualitas air kolong. Selain aspek biofisik, upaya reklamasi juga patut mempertimbangkan aspek sosial ekonomi, seperti status kepemilikan lahan, pengetahuan dan keterampilan petani, dan kelayakan biaya usaha tani. Penyimpanan tanah pucuk, penataan lahan, penggunaan amelioran, pengembangan Legume Cover Crops, implementasi Integrated Farming Systems, dan perbaikan kualitas air kolong di lahan bekas tambang timah diyakini mampu meningkatkan kualitas dan daya dukung lahan bekas tambang timah untuk areal pertanian. Reklamasi lahan bekas tambang timah juga membutuhkan partisipasi aktif masyarakat, pemerintah daerah, dan perusahaan tambang timah. Kegiatan reklamasi yang mampu memberikan manfaat bagi masyarakat setempat untuk berusaha tani di lahan bekas tambang timah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan reklamasi pasca penambangan.Abstract. Abandoned tin-mining lands have the potential to be used as agricultural areas in order to fulfill food demand and solve the environmental problems derived from mining activities. The purpose of this paper is to assess the reclamation measures on abandoned-tin mining areas which could be used as agricultural areas in Bangka Belitung Islands. The total areas of the mining business license (IUP) issued by the central and local government and owned by the company are 327,524 ha in inland and 183,837 ha in the sea. Biophysical aspects largely determines the success of reclamation of abandoned tin-mining areas. Utilization of abandoned-tin mining areas as agricultural areas is facing land biophysical constraints, such as undulating landscape, losses of top soil, low soil fertility status, and disruption of water quality of tin-mining pond. In addition to the biophysical aspects, reclamation efforts should also consider the socio-economic aspects, including land ownership status, knowledge and skills of farmers, and the feasibility of the cost of farming systems. Conservation of top soil, arrangement of land, development of legume cover crops, implementation of Integrated Farming Systems, and improvement of water quality in the area under the former tin mine ar","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123697607","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Perspektif Pengembangan Tanaman Hortikultura di Lahan Rawa Lebak Dangkal (Kasus di Kalimantan Selatan)","authors":"R. S. Simatupang, Y. Rina","doi":"10.21082/jsdl.v13n1.2019.1-15","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jsdl.v13n1.2019.1-15","url":null,"abstract":"Abstrak. Lahan rawa lebak menjadi sangat penting dalam pembangunan pertanian, luasnya mencapai 13,28 juta ha. Lahan rawa lebak cukup potensial untuk komoditas tanaman hortikultura. Komoditas ini, dapat dikembangkan sebagai sumber protein dan gizi serta sebagai salah satu sumber pendapatan bagi petani yang berada di kawasan tersebut. Agrohidrologi lahan rawa lebak hampir sepanjang tahun mengalami genangan yang relatif dalam, sehingga sistem budidaya hanya dilakukan pada musim kemarau setelah lahan kering. Melalui penerapan inovasi teknologi, yakni penataan lahan dengan sistem surjan lahan rawa lebak dapat dioptimalkan pemanfaatannya khususnya untuk pengembangan tanaman hortikultura, dan sistem budidaya ini dapat dilakukan sepanjang tahun. Sesuai dengan umur tanamannya, tanaman hortikultura dibedakan atas: (1) tamanan hortikultura semusim, yakni jenis tamaman berumur satu musim seperti: cabai, tomat, terung, metimun, labu kuning, gambas, pare, kubis danlainnya, dan (2) tanaman hortikultura tahunan yakni tanaman berumur > 1 tahun (panjang) seperti tanaman jeruk manis (Siam) dan tanaman rambutan. Pengembangan lahan rawa lebak untuk tanaman hortikultura sudah dilakukan oleh petani secara turun temurun sebagai kearifan lokal (local wisdom) bagi petani suku Banjar di Kalimantan Selatan. Hasil analisis ekonomi, komoditas hortikultura jenis tanaman sayur-sayuran memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan petani, yakni berkisar28,8%-43,5% dan R/C rasionya > 1,0 sehingga budidaya tanaman sayur-sayuran layak dikembangkan. Penataan lahan dengan sistem surjan, tanaman hortikultura tahunan dapat ditanam pada bagian surjan. Tanaman jeruk siam sangat potensial dan memberikan kontribusi yang cukup besar yakni 18,71%-49,3% terhadap pendapatan petani. ","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"79 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131766342","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}