Muhammad Hikmat, Diah Puspita Hati, Mira Media Pratamaningsih, S. Sukarman
{"title":"Kajian Lahan Kering Berproduktivitas Tinggi di Nusa Tenggara untuk Pengembangan Pertanian","authors":"Muhammad Hikmat, Diah Puspita Hati, Mira Media Pratamaningsih, S. Sukarman","doi":"10.21082/jsdl.v16n2.2022.119-133","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jsdl.v16n2.2022.119-133","url":null,"abstract":"Alih fungsi lahan pertanian yang terus terjadi di sentra-sentra produksi, khususnya komoditas pangan, harus diimbangi dengan penambahan lahan pertanian baru. Jika tidak, hal ini dapat mengancam program ketahanan pangan secara nasional. Tulisan ini bertujuan mengkaji lahan-lahan berproduktivitas tinggi di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur untuk pengembangan pertanian. Tanah di kedua provinsi ini didominasi lahan kering beriklim kering, tetapi sebagian tanahnya mempunyai karakteristik yang baik untuk pengembangan pertanian. Di wilayah ini masih terdapat banyak padang rumput dan belukar yang berpotensi untuk pengembangan pertanian, antara lain terdapat di Kabupaten Bima, Sumbawa Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan Kupang, Kabupaten Sumba Tengah serta sebagian besar Pulau Flores di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada umumnya tanah-tanah di wilayah ini tergolong berproduktivitas tinggi terutama yang berkembang dari bahan vulkanik dan bahan aluvial-koluvial. Kendala utama dalam pengembangan pertanian pada lahan ini adalah ketersediaan air rendah serta pada beberapa wilayah terdapat tanah bersolum dangkal. Secara teknis pengembangan kawasan pertanian harus dilakukan melalui evaluasi kesesuaian lahan yang cocok dengan sifat biofisik dan lingkungannya, dan menerapkan teknologi yang tepat dalam menangani permasalahan di lapangan. Padi gogo, kedelai, jagung, sorgum, kopi, dan jambu mete merupakan komoditas-komoditas yang potensial dikembangkan karena tidak terlalu banyak memerlukan air. Teknologi irigasi hemat air merupakan kunci pengelolaan air pada lahan kering beriklim kering. Penerapan teknik irigasi ini banyak terbukti efisien, meningkatkan produksi tanaman, dan mampu mengairi lahan lebih luas. Penyediaan air suplementer pada musim kemarau merupakan kunci utama untuk meningkatkan produktivitas lahan melalui peningkatan produksi dan indeks pertanaman. Sedangkan pada lahan berlereng pembuatan teras bangku sangat bermanfaat untuk memperluas areal tanam dan mengurangi potensi erosi tanah oleh air. ","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"79 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126170256","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"A Review of the use of Web-based Climate Information Systems for Agriculture Purposes","authors":"Rachmat Abdul Gani, Rizatus Shofiati, A. Pramudia","doi":"10.21082/jsdl.v16n2.2022.153-148","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jsdl.v16n2.2022.153-148","url":null,"abstract":"The development of information system technology is needed in facing current and future agricultural challenges. An integrated agricultural information system is needed based on climate information system technology in answering this challenge. The Indonesian Agency for Agricultural Research and Development Ministry of Agriculture has developed a web-based Indonesia Integrated Cropping Calendar Information System (ICCIS). The ICCIS provides information for users in preparing planting plans. Likewise, Jaxa's Satellite-based Monitoring Network system (JASMIN-JAXA) web application that uses a satellite database covers all provinces in South Asia, Southeast Asia, and East Asia. This paper aims to review the use of web-based climate information systems in the ICCIS and the JASMIN-JAXA web-based application. Integrated climate information system in ICCIS, among others: flood estimation, drought and crop pests, prediction dry season and rainy season, district-level monthly rainfall prediction map. While JASMIN is a map (rainfall, drought index, soil moisture, groundwater index, solar radiation, surface temperature, and vegetation index) with time series and data sources. Both are able to monitor climate developments for agricultural purposes, dynamic, and growing. The importance of updating and verifying data in accordance with field conditions and equipment maintenance in the system is to be continuously improved to get benefits and accuracy of results in accordance with the interests of agriculture.","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124322318","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Tanam Sisip Jagung-Kedelai dengan Budidaya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut: Tantangan Pengembangan Berkelanjutan","authors":"Sahuri Sahuri","doi":"10.21082/jsdl.v16n2.2022.97-109","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jsdl.v16n2.2022.97-109","url":null,"abstract":"Pola tanam sisip (PTS) adalah metode tanam ganda dengan pengaturan waktu tanam dan panen, tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama mencapai tahap reproduksi tetapi sebelum siap untuk dipanen. Budidaya jenuh air (BJA) merupakan sistem penanaman jagung dan kedelai dengan memberikan irigasi terus-menerus dan membuat tinggi muka air tetap, sehingga lapisan di bawah permukaan tanah jenuh air. Sistem ini memberikan solusi dalam pengelolaan air di lahan pasang surut (LPS) karena dapat menghilangkan pengaruh negatif dari kelebihan air pada pertumbuhan tanaman jagung dan kedelai. Penanaman jagung dan kedelai di LPS lebih dari 75% dilakukan secara monokultur. PTS jagung-kedelai merupakan pilihan strategis untuk menambah luas tanam dan produktivitas kedua komoditas tersebut secara berkelanjutan di LPS. Tulisan ini membahas potensi manfaat lahan pasang surut, penerapan BJA pada jagung-kedelai, varietas jagung-kedelai adaptif lahan pasang surut, manfaat PTS jagung-kedelai, tantangan pengembangan PTS jagung-kedelai dan perspektif kebijakan pengembangan PTS jagung-kedelai dalam konteks produktivitas tanaman berkelanjutan di LPS. Tantangan pengembangan pola ini antara lain meningkatkan peran pemerintah, penyuluh, menyederhanakan birokrasi administrasi, dan mendapatkan komitmen yang kuat dari pimpinan eksekutif dan legislatif di daerah secara menyeluruh dan konsisten yang didukung oleh lembaga penelitian, penyuluh pertanian, dan lembaga keuangan daerah. Perspektif kebijakan pemerintah diperlukan untuk mendukung dan penyangga harga jagung dan dan kedelai di tingkat usahatani melalui penguatan kelembagaan ekonomi seperti lembaga pengolahan hasil, penyimpanan, dan pemasaran. Selain itu diperlukan dukungan bimbingan teknis, pendampingan manajemen usahatani jagung dan kedelai serta diseminasi teknologi untuk mempercepat adopsi dan tingkat adaptasi teknologi di tingkat petani sehingga mempermudah petani dalam melaksanakan sistem usahataninya.","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"87 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132810969","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Muhammad Noor, S. Sukarman, Masganti Masganti, A. Hairani, I. Khairullah, Muhammad Alwi
{"title":"Lima Puluh Tiga Tahun Penelitian dan Pengembangan Lahan Rawa untuk Pertanian dan Produksi Pangan","authors":"Muhammad Noor, S. Sukarman, Masganti Masganti, A. Hairani, I. Khairullah, Muhammad Alwi","doi":"10.21082/jsdl.v16n2.2022.111-118","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jsdl.v16n2.2022.111-118","url":null,"abstract":"Masa depan pangan Indonesia ada di lahan rawa. Pembukaan rawa untuk produksi pangan oleh pemerintah melalui Proyek Pembukaan Persawahan Pasang Surut (P4S) tahun 1969-1984 yang disebut sistem reklamasi garpu dan sisir membawa Indonesia swasembada tahun 1985, sekalipun pasokan utama produksi dari lahan irigasi. Disusul Proyek Pengembangan Lahan Gambut (PLG) di Kalimantan Tengah tahun 1995-1999 bersamaan saat impor beras 2-3 juta ton per tahun, namun kemudian, di tengah kecaman, Proyek PLG dihentikan pada tahun 1999. Pandemik Covid 19 membuat pemerintah menginisiasi pengembangan Food Estate lahan rawa di Kalimantan Tengah tahun 2021-2023. Luas lahan rawa sekitar 32,64-33,39 juta hektar, diantaranya 14-19 juta hektar sesuai untuk pertanian. Hanya saja baru 6,90 juta hektar yang dimanfaatkan diantaranya 2,90 juta hektar untuk padi dan masih tersedia seluas 27,60 juta hektar yang belum direklamasi dari luas total rawa dan 0,84 juta hektar yang belum dimanfaatkan dari 2,90 juta hektar yang telah direklamasi. Produktivitas padi di lahan rawa yang dicapai petani masih rendah (2-3 t/ha)sementara dari hasil penelitian mencapai 4,5-7,5 t/ha. Kendala budidaya padi di lahan rawa antara lain kemasaman tanah yang tinggi, kualitas air jelek, unsur dan senyawa toksik, kahat hara makro dan mikro, serangan hama dan penyakit tanaman. Pendekatan pengembangan rawa memerlukan penanganan yang terpadu dan spesifik lokasi. Implementasi program yang dilaksanakan pemerintah memberikan pelajaran bahwa pengembangan pertanian, khususnya padi memerlukan dukungan infrastruktur tata air, perencanaan sistem produksi, kelembagaan manajemen, dan langkah implementasi yang cepat dan tepat. Beberapa catatan menunjukkan pendekatan pengelolaan masih bersifat parsial, tidak terintegrasi, tanpa road map dan target yang jelas, manajemen dan kelembagaan petani masih lemah, sehingga dampak terhadap kesejahteraan petani masih belum tercapai. Tulisan ini mengemukakan tentang perjalanan penelitian dan pengembangan lahan rawa selama 53 tahun meliputi dinamika kegiatan pengembangan, peluang, kendala dan pembelajaran dari petani pada pengembangan kawasan food estate di Kalimantan Tengah. ","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"63 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123503456","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Masganti Masganti, Andin Muhammad Abduh, Yanti Rina D., Muhammad Alwi, Muhammad Noor, Rusmila Agustina
{"title":"Pengelolaan Lahan dan Tanaman Padi di Lahan Salin","authors":"Masganti Masganti, Andin Muhammad Abduh, Yanti Rina D., Muhammad Alwi, Muhammad Noor, Rusmila Agustina","doi":"10.21082/jsdl.v16n2.2022.83-95","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jsdl.v16n2.2022.83-95","url":null,"abstract":"ABSTRAKKebutuhan beras di Indonesia terus meningkat disebabkan jumlah penduduk terus bertambah, kebutuhan energi individu meningkat, dan keinginan menjadi lumbung pangan dunia. Sementara terjadi kompetisi penggunaan lahan dan penurunan kualitas lahan. Perubahan iklim global menyebabkan meluasnya daerah yang terimbas intrusi air laut, sehingga terjadi penurunan produktivitas padi, dan biaya input produksi lebih tinggi. Tanah salin adalah tanah yang mempunyai kandungan natrium berada di atas ambang batas kritis atau ambang batas toleransi tanaman. Berdasarkan nilai daya hantar listrik (DHL), dan kadar natrium (Na) dalam tanah, tanah salin dibagi menjadi 5 (lima) kategori, yakni (1) sangat rendah, (2) rendah, (3) sedang, (4) tinggi, dan (5) sangat tinggi. Peningkatan salinitas terjadi pada musim kemarau untuk kondisi daerah dengan curah hujan rendah, dekat pantai, input air irigasi yang mengandung garam, evaporasi dan evapotranspirasi lebih tinggi dibandingkan presipitasi/curah hujan, lahan sawah yang air irigasinya tercemar limbah pabrik berkadar garam tinggi, keadaan topografi, kerapatan irigasi aktif, bencana alam seperti tsunami, dan tanah yang bahan induknya tersusun dari deposit garam. Padi merupakan tanaman yang sensitif terhadap salinitas, tetapi termasuk tanaman yang direkomendasikan untuk dibudidayakan di lahan salin. Salinitas menurunkan kapasitas produksi tanaman akibat (a) tekanan osmotik tanaman yang rendah, (b) kandungan hara N, P, K, dan Ca yang rendah, (c) kandungan Na dan pH yang tinggi, (d) keracunan Al dan Fe, dan (e) degradasi khlorofil. Respon tanaman terhadap salinitas dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh dan indeks toleransi tanaman. Pemanfaatan lahan salin untuk peningkatan produksi padi memerlukan teknologi pengelolaan hara dan tanaman. Teknologi pengelolaan hara meliputi (1) ameliorasi menggunakan kapur pertanian, pupuk kandang, kompos, dan bahan organik, dan (2) penggunaan bahan pembenah tanah seperti mulsa, gipsum, SP-50, fosfat alam, dan abu sekam padi. Sedangkan pengelolaan tanaman yang diperlukan adalah (a) penggunaan padi varietas unggul toleran salin, dan (2) pengaturan waktu tanam. ","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115153148","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Strategies for Indonesia’s Agricultural Climate Change Adaptation and Mitigation","authors":"F. Agus, E. Surmaini, Helena Lina","doi":"10.21082/jsdl.v16n2.2022.67-81","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jsdl.v16n2.2022.67-81","url":null,"abstract":"Agriculture is known as one of the sectors that both contributes to and is the victim of climate change. Under the adverse impacts of climate change, producing more food is an advance challenge. Rainfall and temperature controls crop growing seasons. The frequency and intensity of the occurrence of floods and droughts are increasing, which causes crop yield decline. On the other hand, climate change is also affected by agriculture sector’s emissions. Agriculture in Indonesia emitted about 104 Mt (million tonnes) CO2e in 2020 with the main sources of emission were from lowland rice, livestock enteric fermentation, direct N2O from soil and manure and indirect N2O from soil. Emission reduction strategies in Indonesia’s Nationally Determined Contribution (NDC) include the use of low-emission lowland rice crops varieties, implementation of efficient water management in lowland rice cultivation, manure management for biogas, and feed quality improvement for livestock. Moreover, for reaching the national emission reduction target some additional actions are needed, including: intensified use of organic fertilizers, organic village, balance fertilization which is mostly associated with improving N use efficiency, and raising water in peatland farming. At the national level, climate change policy is more focused on mitigation ambition above that of NDC. Therefore, the country needs to look for ways that combine climate change mitigation and ensuring food security. All policies of mitigation must be in synchrony with adaptation since adaptation is the key for successful maintenance of food security.","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116851541","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Strategi Peningkatan Produktivitas Padi melalui Sistem Salibu","authors":"David Septian Sumanto Marpaung","doi":"10.21082/jsdl.v16n1.2022.1-7","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jsdl.v16n1.2022.1-7","url":null,"abstract":"Beras merupakan makanan utama bagi masyarakat Indonesia. Kebutuhan akan beras, melalui tanaman padi meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia. Namun, ketersediaan lahan untuk bercocok tanam, terus berkurang dari tahun ke tahun. Sistem salibu merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan untuk peningkatan produktivitas padi yang efektif dan ramah lingkungan. Berbagai macam strategi untuk mendukung sistem salibu dalam peningkatan nilai produksi tanaman padi telah diterapkan, diantaranya perlakuan waktu pemotongan tunggul, perlakuan tinggi pemotongan tunggul, manajemen air, penggunaan pupuk, dan penggunaan varietas unggul. Melalui tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang sistem salibu padi dan strategi peningkatan produktivitasnya.","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"262 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114772356","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rima Purnamayani, A. Dariah, H. Syahbuddin, S. D. Tarigan, Sudradjat Sudradjat
{"title":"Best Practices Pengelolaan Air Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut","authors":"Rima Purnamayani, A. Dariah, H. Syahbuddin, S. D. Tarigan, Sudradjat Sudradjat","doi":"10.21082/jsdl.v16n1.2022.9-21","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jsdl.v16n1.2022.9-21","url":null,"abstract":"Alih fungsi hutan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit seringkali menimbulkan isu lingkungan. Budidaya kelapa sawit di lahan gambut membutuhkan drainase untuk menurunkan kedalaman muka air tanah sampai batas tertentu. Tulisan ini ditujukan untuk memberikan informasi dan menelaah best practices pengelolaan air pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut untuk mencapai pembangunan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan. Pengelolaan air merupakan salah satu kunci keberhasilan pengembangan lahan gambut sehingga diperoleh produktivitas lahan yang optimal, namun mampu mempertahankan kelestarian sumber daya lahan gambut. Produktivitas kelapa sawit di lahan gambut bervariasi tergantung umur tanaman, kesuburan lahan, dan kedalaman muka air tanah. Best practices pengelolaan air berbasis kearifan lokal menjadi dasar pengelolaan air pada skala lebih luas. Best practices pengelolaan air di perusahaan perkebunan besar sudah memperhitungkan rancangan drainase secara lebih presisi, menggunakan metode pembendungan menggunakan pagar kayu, tiang pancang, karung berisi pasir dan dinding batu. Pengelolaan air yang harus diimplementasikan pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut adalah pengelolaan air yang berfungsi ganda, yaitu untuk membuang kelebihan air pada musim hujan dan konservasi air pada musim kemarau. Best practices pengelolaan air pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut harus memperhitungkan aspek berkelanjutan, yaitu dengan memperhatikan aspek ekologi, sosial dan ekonomi. ","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132247557","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"BIOCHAR-KOMPOS BERBASIS LIMBAH KELAPA SAWIT: Bahan Amandemen untuk Memperbaiki Kesuburan dan Produktivitas Tanah Di Lahan Rawa","authors":"Wahida Annisa","doi":"10.21082/jsdl.v15n2.2021.103-116","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jsdl.v15n2.2021.103-116","url":null,"abstract":"Umumnya untuk mengurangi toksisitad baik Al3+dan Fe2+ di lahan rawa dengan pengapuran, namun ini bukan solusi yang tepat karena tidak untuk jangka Panjang, karena pengapuran hanya menyembuhkan gejalanya saja. Penambahan bahan amandemen tanah seperti bahan organic dan kompos merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan di lahan rawa. Pesatnya perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia, mengakibatkan semakin besar juga limbah biomassa yang di hasilkan. Tandan buah kosong kelapa sawit merupakan limbah terbesar yang dihasilkan dari perkebunan sawit dibandingkan dengan limbah kelapa sawit lainnya seperti cangkang sawit. Pengelolaan biomassa tandan buah kosong kelapa sawit dalam jumlah besar dengan metode konvensional seperti penimbunan lahan dan pembakaran di pabrik akan menimbulkan masalah dampak lingkungan yang serius. Pengomposan dan mengubah menjadi biochar menjadi salah satu alternatif untuk pengelolaan limbah yang menghasilkan amandemen tanah untuk memperbaiki kesuburan tanah rawa dan produktivitas serta memulihkan daerah yang terkontaminasi dengan logam yang berpotensi beracun. Paper ini menggunakan metode sistematik review yang merangkum hasil-hasil penelitian primer. Tujuan penulisan paper ini adalah: mensintesis seluruh hasil penelitian secara kualitatif untuk menggali potensi biochar dan kompos sebagai bahan amelioran untuk meningkatkan kesuburan dan produktivitas tanah di lahan rawa. Kata Kunci: biomassa kelapa sawit, unsur toksik, dekomposisi, pirolisis, sifat kimia","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114902171","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Suci Primilestari, Hendri Purnama, Rima Purnamayani, W. Estiningtyas
{"title":"Implementasi Teknologi Mendukung Peningkatan Indeks Pertanaman Jagung di Kabupaten Muaro Jambi","authors":"Suci Primilestari, Hendri Purnama, Rima Purnamayani, W. Estiningtyas","doi":"10.21082/jsdl.v15n2.2021.75-88","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jsdl.v15n2.2021.75-88","url":null,"abstract":"Kabupaten Muaro Jambi memiliki potensi lahan dan air untuk peningkatan IP (Indeks Pertanaman) khususnya komoditas jagung dengan potensi lahan kering seluas 85.540 ha. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah menghasilkan inovasi teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan indeks pertanaman pada lahan kering. Tulisan ini bertujuan mengkaji potensi, ketersediaan teknologi, serta tantangan dan solusi dalam upaya meningkatkan IP jagung di lahan kering Kabupaten Muaro Jambi. Potensi di Muaro Jambi untuk meningkatkan IP yaitu potensi iklim dengan curah hujan yang cukup rendah, potensi sumberdaya lahan yang sesuai untuk tanaman jagung berdasarkan arahan peta pewilayahan komoditas dan potensi tanam berdasarkan Kalender Tanam (Katam). Untuk mendukung potensi dan tujuan peningkatan IP Jagung di Kabupaten Muaro Jambi, telah diidentifikasi ketersediaan teknologi diantaranya Varietas Unggul Baru Jagung Hibrida, pengaturan pola dan waktu tanam berdasarkan Sistem Informasi Katam dan teknologi pengelolaan air yang membutuhkan introduksi infrastruktur panen dan hemat air. Tingkat adopsi teknologi petani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan IP di Kabupaten Muaro Jambi. Kendala tingkat adopsi oleh petani dalam penerapan teknologi untuk meningkatkan IP, dapat diatasi dengan sosialisasi inovasi teknologi pendukung peningkatan IP, pendekatan sosial budaya kepada petani, penyuluhan dengan berbagai media dan metode diseminasi yang sesuai membangun kelembagaan serta pendampingan implementasi teknologi. Implementasi peningkatan indeks pertanaman harus dilihat secara komprehensif, dengan mempelajari permasalahan yang ada, melihat potensi dan peluang serta kemudian menyampaikan solusi dan manfaat kepada petani.","PeriodicalId":261618,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Lahan","volume":"258 2","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"113995927","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}