{"title":"INTERNALISASI KONSEP PLURALISME DI TENGAH KONFLIK SOSIAL (Perspektif Agama Hindu)","authors":"Komang Heriyanti","doi":"10.25078/sanjiwani.v13i1.1004","DOIUrl":"https://doi.org/10.25078/sanjiwani.v13i1.1004","url":null,"abstract":"Belakangan ini banyak beredar berita tentang konflik sosial yang membawa nama agama. Berita-berita tersebut sangat dengan mudah sampai ke setiap individu melalui media sosial. Tak jarang permasalahan keagamaan yang awalnya dianggap kecil menjadi permasalahan besar. Hal ini disebabkan dengan adanya oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Oknum-oknum tersebut berusaha menyulut api melalui media sosial, sehingga dapat memunculkan emosi bagi umat beragama yang merasa di pihak dirugikan. Jika permasalahan sosial tidak dihadapi secara bijak maka hanya akan menambah keributan. Dimana aktivitas saling serang akan menjadi-jadi. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini yaitu: (1) Tentang konflik sosial di masyarakat yang membawa nama suatu agama dan (2) Solusi yang kiranya dapat dilakukan untuk meminimalis konflik-konflik tersebut yang dikaji dari sudut pandang agama Hindu. Hasil tulisan ini tentu merupakan sebuah penelitian kualitatif, dimana tulisan ini dibuat berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan terkait konflik sosial dan cara meminimalis permasalahan tersebut. Dalam agama Hindu hal semacam itu dapat dilakukan melalui kegiatan dharma wacana dan dharmatula. Melalui kegiatan dharma wacana, umat Hindu akan mendapatkan siraman rokhani dari tokoh-tokoh agama sehingga mendapat sebuah pencerahan dalam menghadapi konfik antar umat beragama. Dalam kegiatan dharmatula juga umat Hindu mendapat kesempatan untuk berdiskusi langsung terkait dengan isu-isu keagamaan di masyarakat.","PeriodicalId":132261,"journal":{"name":"Sanjiwani: Jurnal Filsafat","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116443842","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"MISTISISME MUDRA: RAGAM GERAKAN SPRITUALITAS DALAM DUNIA KESEHATAN","authors":"Ni Made Sinarsari, I. W. Nerta","doi":"10.25078/sanjiwani.v13i1.1009","DOIUrl":"https://doi.org/10.25078/sanjiwani.v13i1.1009","url":null,"abstract":"Mudra sebagai sikap mistik, ritual atau simbolis yang dipraktikkan dari zaman yang sangat tua dalam Buddhisme, Hindu dan budaya timur lainnya. Mudra panggilan untuk keterlibatn seluruh tubuh dilakukan dengan menggunakan jari – jari kedua tangan dan tangan. Setiap jari dihubungkan dengan makna yang khusus dan energi. Jari – jari terdapat lima unsur yaitu udara, air, api, bumi, langit. Mudra memfasilitasi harmonisasi dari lima elemen dalam tubuh manusia. Mudra meningkatkan jiwa manusia dan mendorong individu untukmenggunakan kekuatan ilahi. Mudra dalam polarisasi gerakan spritual sebagai sikap emosional, kebaktian, psikis dan estetika melalui gerakan yang bervariasi dilakukan secara teratur, tubuh akan mendapatkan manfaat kesehatan yang mengagumkan.","PeriodicalId":132261,"journal":{"name":"Sanjiwani: Jurnal Filsafat","volume":"52 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117019353","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"AKTUALISASI KONSEP VASUDHAIVA KUTUMBAKAM DI TENGAH TANTANGAN ERA GLOBALISASI (Studi Kasus SD Fajar Harapan)","authors":"I. P. S. Ariputra, I. W. Yasa, I. N. Sumerta","doi":"10.25078/sanjiwani.v13i1.1007","DOIUrl":"https://doi.org/10.25078/sanjiwani.v13i1.1007","url":null,"abstract":"Era globalisasi berimplikasi pada kehidupan yang mengutamakan kecanggihan teknologi dan sifat materialistik, sekularistik, hedonistik, fragmatik, dan transaksional. Era globalisasi memberikan sebuah gaya hidup yang memisahkan antara kehidupan materi dengan ajaran agama. Ini menimbulkan permasalahan dimana kecanggihan yang diciptakan oleh manusia digunakan untuk memenuhi hawa nafsu semata karena tidak dilandasi perilaku dan moral yang baik. Globalisasi merupakan salah satu unsur yang melatarbelakangi munculnya gagasan pendidikan karakter sebagai jawaban di tengah banyaknya isu konflik. Bertitik tolak dari pemikiran di atas, maka konsep Vasudhaiva Kutumbaka sebagai salah satu nilai kearifan lokal Hindu memiliki ruang strategis mengembangkan pendidikan karakter pada masyarakat. Konsepsi ini memiliki makna yang universal yaitu didasarkan pada cinta kasih. Tujuan penulisan ini ialah menganalisa eksistensi konsep Vasudhaiva Kutumbakam pada era globalisasi melalui aktualisasinya sehingga konsep ini tidak semata slogan. Kajian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. \u0000Vasudhaiva Kutumbakam: seluruh dunia adalah satu keluarga. Vasudhaiva Kutumbakam mengisyaratkan lima hal yaitu kebenaran, kebijakan, cinta kasih, kedamaian, dan ahimsa. SD Fajar Harapan mengambil momentum penerapan pendidikan karakter dengan membumikan kembali konsep Vasudhaiva Kutumbakam. Aktualisasi konsep Vasudhaiva Kutumbakam pada era globalisasi di SD Fajar Harapan dengan cara menginternalisasinya ke peserta didik dengan mentransformasi nilai menjadi kegiatan sekolah, sehingga konsep ini dapat teraktualisasi pada setiap warga sekolah. Pola berdoa bersama dan bergilir sesuai agama masing-masing, program acara natal dan buka puasa bersama, program amal, dan makan dan bercengkrama bersama saat istirahat pada dasarnya sebagai bentuk aktualisasi konsep ini sehingga konsep Vasudhaiva Kutumbakam masih memiliki eksistensi hingga saat ini.","PeriodicalId":132261,"journal":{"name":"Sanjiwani: Jurnal Filsafat","volume":"468 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122737665","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"ANALISIS ETIKA SITUASI JOSEPH FLETCHER PADA KONSEP PAÑCA NṚTA (LIMA JENIS KEBOHONGAN YANG DIPERBOLEHKAN) DALAM SUSASTRA HINDU","authors":"Gede Agus Siswadi","doi":"10.25078/sanjiwani.v13i1.999","DOIUrl":"https://doi.org/10.25078/sanjiwani.v13i1.999","url":null,"abstract":"Kata berbohong dikenal sebagai kata yang buruk, tidak boleh dilakukan, dilarang agama, serta mendapatkan dosa apabila melakukan perbuatan berbohong. Pernyataan tersebut memang benar, apabila berbohong dilakukan dengan tujuan untuk menipu ataupun membodohi seseorang. Namun, berbeda dengan perbuatan berbohong yang dilakukan untuk mencapai kebahagiaan, serta dengan tujuan yang mulia atau ketika mendapatkan situasi yang sulit sehingga menyebabkan berbohong tersebut dilakukan. Maka berbohong dapat dibenarkan. Seperti dalam konsep pañca nṛta atau lima jenis kebohongan yang dibenarkan dalam ajaran agama Hindu. Penelitian ini menggunakan metode hermeneutik filosofis dengan pola analisis Miles dan Huberman. Adapun hasil dari penelitian ini adalah 1). Etika situasi dari Joseph Fletcher menjelaskan bahwa perbuatan dikatakan baik apabila berdasarkan dengan cinta kasih, serta situasi yang tepat. Perbuatan yang baik akan menjadi jahat apabila dilakukan tanpa cinta kasih atau tidak pada situasi yang tepat, begitu juga sebaliknya. Perbuatan yang buruk akan menjadi baik apabila dilakukan dengan cinta kasih serta situasi yang tepat. 2). Konsep pañca nṛta merupakan lima jenis kebohongan yang dibenarkan, hal ini harus berkaitan dengan situasi yang tepat serta berdasarkan cinta kasih. 3). Konsep pañca nṛta, apabila dilakukan dengan tujuan yang baik, maka akan menghasilkan sesuatu yang baik, namun apabila dilakukan dengan tujuan yang buruk, maka akan menerima karma ataupun dosa.","PeriodicalId":132261,"journal":{"name":"Sanjiwani: Jurnal Filsafat","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132740379","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pande Made Adhi Satria Wicaksana, I. K. Wisarja, I. Arimbawa
{"title":"KOMPARASI FILSAFAT MATERIALISME ANTARA KARL MARX DAN CĀRVĀKA RAMKRISHNA BATTACHARYA","authors":"Pande Made Adhi Satria Wicaksana, I. K. Wisarja, I. Arimbawa","doi":"10.25078/sanjiwani.v13i1.1003","DOIUrl":"https://doi.org/10.25078/sanjiwani.v13i1.1003","url":null,"abstract":"Materilisme merupakan salah satu paham filsafat yang tersebar luas dan dikenal oleh banyak kalangan di dunia. Banyak tokoh pemikir dunia yang menjadikan materialisme menjadi topik utama dalam karya mereka. Karl Marx dan Ramkrishna Battacharya merupakan dua tokoh materialisme yang masing-masing mewakili pemikiran filsafat barat dan filsafat timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkomparasikan serta melihat mengenai persamaan dan perbedaan yang ada pada konsep materialisme baik Karl Marx maupun Cārvāka Ramkrishna Battacharya serta melihat bagaimana relevansi dan implikasi dari konsep materialisme Karl Marx serta Cārvāka Ramkrishna Battacharya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik analisa model Miles dan Huberman dimana dilaksnakan proses data collection, data reduction, data display dan verification dimana metode pengumpuln data yang digunakan adalah melalui dokumentasi, studi pustaka, dan penelusuran data online. Penelitian ini menemukan sedikit perbedaan dalam konsep materialisme Karl Marx dengan Cārvāka Ramkrishna Battacharya. Konsep-konsep materialisme Karl Marx dan Cārvāka Ramkrishna Battacharya juga memberikan pengaruh lewat relevansi yang berimplikasi pada kehidupan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Konsep materialisme dari Karl Marx dan Cārvāka Ramkrishna Battacharya ini pada akhirnya memberikan dmapak yang cukup signifikan walaupun terdapat perbedaan pada masing-masing konsep materialisme.","PeriodicalId":132261,"journal":{"name":"Sanjiwani: Jurnal Filsafat","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123739146","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ni Made Winda Purwaningsih, Ni Gusti Ayu Agung Nerawati, Ni Luh Gede Wariati
{"title":"ETIKA SOSIAL BUDDHISME DALAM KITAB SUTTA PITAKA (Kajian Filsafat)","authors":"Ni Made Winda Purwaningsih, Ni Gusti Ayu Agung Nerawati, Ni Luh Gede Wariati","doi":"10.25078/sanjiwani.v13i1.998","DOIUrl":"https://doi.org/10.25078/sanjiwani.v13i1.998","url":null,"abstract":"Etika dan moralitas yang dimiliki manusia sudah mengalami kemerosotan. Kemerosotan ini dapat dilihat dari maraknya kasus-kasus kejahatan dan konflik yang terjadi dalam lingkungan sosial masyarakat. Oleh karena itu manusia membutuhkan agama sebagai aspek yang menuntun manusia dalam bertingkah laku. Semua agama sesungguhnya mengajarkan kebenaran, termasuk pula Buddhisme. Ajaran dalam Buddhisme didominasi oleh etika, yang secara garis besar dimuat dalam Kitab Sutta Pitaka. Dalam penelitian ini terdapat tiga rumusan masalah, antara lain: (1) Apa inti ajaran Buddhisme dalam Kitab Sutta Pitaka? (2) Bagaimana etika sosial Buddhisme dalam Kitab Sutta Pitaka? (3) Apa makna Filsafat Buddhisme dalam Kitab Sutta Pitaka? Penelitian ini menggunakan tiga teori yaitu, teori hermeneutika, teori etika, dan teori nilai. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Data dikumpulkan menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Kemudian disajikan menggunakan teknik penyajian hasil analisis data secara informal. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Ajaran Buddhisme dalam Kitab Sutta Pitaka secara garis besar dapat dipahami melalui ajaran Tiratana, Dukkha, dan Kamma, yang pada intinya ajaran ini menekankan pada etika. (2) Apabila dilihat dari aspek etika sosial, etika Buddhisme dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu, etika teologis, etika pengembangan diri, dan etika keutamaan. (3) Makna Filsafat Tiratana, Dukkha, Kamma, Sila, ajaran meditasi, dan jalan mulia berunsur delapan senantiasa berfungsi sebagai penuntun manusia agar terbebas dari penderitaan untuk mencapai Nibbana.","PeriodicalId":132261,"journal":{"name":"Sanjiwani: Jurnal Filsafat","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134493939","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"FILSAFAT MUSIK DAN POSISINYA DALAM HINDUISME","authors":"I. G. P. Mancapara","doi":"10.25078/sanjiwani.v13i1.1008","DOIUrl":"https://doi.org/10.25078/sanjiwani.v13i1.1008","url":null,"abstract":"Musik tidak terpisahkan dari kehidupan manusia sejak zaman kuno hingga sekarang baik itu sebagai identitas diri, identitas kelompok sosial, termasuk juga dalam beragama Hindu, mengingat demikian berperannya musik, sangat bermanfaat tentunya mengkaji musik dari berbagai paradigma, maka dalam kesempatan ini mengkaji musik dengan rumusan masalah; bagaimana esensi musik dari sudut pandang filsafat dan bagaimana kedudukan musik dalam agama Hindu (Ideologi/ Hinduisme). Adapun metode yang digunakan dalam karya ilmiah ini yaitu kualitatif deskriptif interpretatif. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa sesuai objek kajian filsafat, musik memiliki objek material dan formal. Musik sebagai objek material berupa alat musik beserta unsur-unsurnya yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu, serta ekspresi sebagai satu kesatuan. Objek formal dari musik bahwa musik bisa kita lihat hakekatnya berupa suatu karya seni atau estetika, berupa bentuk dari kebudayaan, ataupun sesuai pandangan filsuf yunani kuno yang memandang musik, matematika, dan astronomi dalam hubungannya dengan alam semesta. Musik tradisional yang ada di India-China-Indonesia memiliki kemiripan bahkan menggunakan alat musik yang sama seperti Vina yang berasal dari India namun tercatat dalam gambaran dinding Candi Borobudur juga, serta alat musik Khen yang di China disebut sebagai Sheng atau di Kalimantan bernama Kledi sebagai suatu alat musik yang sama. Kedudukan musik dalam Hinduisme terdapat dalam Sama Veda Samhita yang mengajarkan melagukan mantra/ doa pujian yang suci kepada Tuhan, musik dianugerahkan oleh Dewi Saraswati, selain itu dalam estetika Hindu juga bisa ditemukan dalam kitab Gandara Veda/ ilmu seni, Natya Sastra dan Nitya Vedangga.","PeriodicalId":132261,"journal":{"name":"Sanjiwani: Jurnal Filsafat","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130071658","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"ESENSI TATTWA PADA LONTAR KIDUNG SEBUN BANGKUNG","authors":"I. N. Astawa, Ni Made Resi","doi":"10.25078/sanjiwani.v13i1.1006","DOIUrl":"https://doi.org/10.25078/sanjiwani.v13i1.1006","url":null,"abstract":"Tattwa merupakan ajaran kebenaran dari hakekat Brahman (Tuhan) dan segala sesuatu yang terkait dengan kemahakuasaan Tuhan. Tuhan atau Brahman adalah asal segala yang ada, Brahman merupakan primacosa yang adanya bersifat mutlak. Karena sumber atas semua yang ada, tanpa ada Brahman maka tidak mungkin semuanya ada. Tattwa adalah kebenaran yang sejati dan hakiki. Tattwa ini sebagai konsep filsafat didasarkan atas tujuan yang hendak dicapai oleh filsafat itu yakni kebenaran yang tertinggi dan hakiki. Didalam lontar – lontar di Bali kata Tattwa inilah lebih sering digunakan jika dibandingkan dengan ke tiga istilah filsafat yang lainya, pendidikan, tempat suci, upacara yadnya, adat istiadat dan lainya, semua itu merupakan konsep dasar atau inti sarinya adalah Tattwa. Dengan demikian maka tattwa adalah suatu istilah filsafat agama yang diartikan kebenaran yang sejati dan hakiki yang didasari perenungan yang betul–betul memerlukan pemikiran yang cemerlang agar sampai kepada hakekat dan sifat kodrati.","PeriodicalId":132261,"journal":{"name":"Sanjiwani: Jurnal Filsafat","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133049735","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Agama Hindu di Indonesia: Perumusan Konsep Keberagamaan Hindu dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara","authors":"Putu Eka Sura Adnyana, N. Suryani","doi":"10.25078/SJF.V12I2.2576","DOIUrl":"https://doi.org/10.25078/SJF.V12I2.2576","url":null,"abstract":"AbstractIndian culture has a lot of influence on the religious and social activities of the Hindu community in the archipelago. One of them is the use of animals in the religious social activities of the Hindu community in the archipelago. The similarity of the concept of Vedic teachings and their implementation in the Land of the Archipelago encouraged the ancestors to fight for Hinduism to be recognized in Indonesia. Recognition of Hinduism begins with Hindu intellectual ideas on the island of Bali with full of twists and turns, the ups and downs of the struggles of the ancestors until Hinduism is recognized as a religion in Indonesia. The syncretism of Vedic teachings and ancestral teachings has occurred for centuries, both from the 5 theories of the entry of Hinduism to Indonesia, from the process of the Indians traveling to the archipelago known as the Bali Yatra, and from the mangjawaken byasa mata process carried out by the king of Kediri, namely Dharma Wangsa. Teguh in the IX century AD. The recognition of Hinduism in Indonesia encouraged Hindu intellectuals at that time to immediately formulate Hindu religious concepts for the life of the nation and state, such as the name of the highest entity, the concept of carrying out daily prayers, holy days, organizations, and so on. etc. This indicates the importance of understanding the Hindu red coat in Indonesia.","PeriodicalId":132261,"journal":{"name":"Sanjiwani: Jurnal Filsafat","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121356254","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Advaita Vedanta dalam Teks Śvetāśvatara Upaniṣad","authors":"Mery Ambarnuari, Hari Harsananda","doi":"10.25078/SJF.V12I2.2557","DOIUrl":"https://doi.org/10.25078/SJF.V12I2.2557","url":null,"abstract":"<p>Kitab suci merupakan jalan untuk mempelajari ajaran dari suatu agama. Agama Hindu memiliki kitab suci yang disebut dengan <em>Veda</em>, <em>Veda</em> disini bukan merujuk pada sebuah kitab, namun <em>Veda</em> terdiri dari banyak kitab yang sudah dikelompokkan atau sudah dikodifikasikan. Munculnya fenomena konflik masyarakat Hindu Bali dengan aliran sampradaya mewajibkan kita untuk menggali kembali sistem filsafat yang ada dalam agama Hindu. Istilah <em>Dvaita</em>, <em>Visistadvaita</em>, dan <em>Advaita</em>, menjadi istilah-istilah yang dikaji lebih mendalam lagi untuk menganalisis aliran yang sesuai dengan filsafat-filsafat tersebut. <em>Śvetāśvatara Upaniṣad</em> merupakan salah satu kitab suci yang akan dibahas ajarannya dalam tulisan ini. Paham <em>advaita</em> <em>Vedanta</em> menjiwai <em>Upaniṣad</em> ini, segala sesuatu yang ada merupakan Tuhan, sedangkan yang lainnya bersifat <em>maya</em>. Adapun paham panteisme dan monisme yang ada secara bersamaan dalam <em>Śvetāśvatara Upaniṣad</em>. Panteisme berkaitan dengan imanensi sedangkan monisme berkaitan dengan transendensi. Hal ini menunjukkan ajaran dalam <em>Śvetāśvatara Upaniṣad</em> erat kaitannya dengan ajaran-ajaran <em>tattwa</em> dalam teks <em>lontar</em> yang ada di Bali, salah satunya yaitu <em>lontar Tattwa Jnana</em> yang dimana memiliki konsep yang serupa dengan yang ada dalam <em>Śvetāśvatara Upaniṣad</em>. Yoga merupakan sarana untuk memurnikan sang <em>atman</em> agar dapat bersatu kembali dengan <em>brahman</em>.</p><p> </p>","PeriodicalId":132261,"journal":{"name":"Sanjiwani: Jurnal Filsafat","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131385806","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}