{"title":"Peran Guru Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembinaan Rohani Siswa","authors":"Heri Kiswanto","doi":"10.46348/car.v4i1.153","DOIUrl":"https://doi.org/10.46348/car.v4i1.153","url":null,"abstract":"Peran guru pendidikan agama Kristen pada sekolah sangat diperlukan, sebab berperan sebagai orang tua kedua siswa selama siswa berada di lingkungan sekolah, untuk memberikan suatu perlindungan, menjaga siswanya sehingga setiap siswa dapat merasakan keamanaan serta kenyamanan selama berada di lingkungan sekolah. Guru pendidikan agama Kristen pada sekolah sangat diperlukan sebagai pendidik, sebab peran guru pendidikan agama Kristen tidak hanya sekedar menjadikan anak didiknya berpengetahuan tinggi, tetapi juga harus memiliki perubahan tingkah laku dan memperaktekkan inti dari nilai yang terkandung dalam pelajaran agama. Tujuan Penelitian ini bertujuan bagaimana peran seorang guru pendidikan agama Kristen pada sekolah sangat diperlukan menjadi pembinaan rohani secara material dan spiritual agar nantinya siswa dapat mengembangkan dirinya di dalam sekolah dan masyarakat di mana siswa menempatkan dirinya kelak. Guru pendidikan agama Kristen juga menjadi pembimbing siswa agar imannya bertumbuh, sehingga mencapai kedewasaan dalam rohani. Peran guru pendidikan agama Kristen terhadap pembinaan rohani siswa adalah yang terutama membawa siswa mengenal Tuhan Yesus sebagai juru selamatnya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Dimana untuk mendapat data yang diperlukan melalui kajian literatur yang berhubungan dengan peran guru pendidikan agama Kristen dalam pembinaan rohani siswa. Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil yaitu peran guru Agama Kristen dalam pembinaan rohani siswa mempunyai pengaruh terhadap perubahan dan pertumbuhan rohani siswa, sehingga mengalami pertumbuhan rohani yang berdampak pada tingkah laku peserta didik. \u0000 \u0000Kata Kunci: Peran Guru Pendidikan Agama Kristen, Pembinaan Rohani Siswa \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":431596,"journal":{"name":"CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127703481","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Dalihan na tolu sebagai teologi lokal:","authors":"Jhon Ferdinand Sihombing, Claudie Valda Silooy","doi":"10.46348/car.v4i1.173","DOIUrl":"https://doi.org/10.46348/car.v4i1.173","url":null,"abstract":"Tulisan ini bertujuan untuk mempercakapkan dalihan na tolu dalam Batak Toba dan Lukas 16: 19-31 dengan perspektif Robert J. Schreiter tentang teologi lokal. Kajian awal terhadap dalihan na tolu telah memunculkan fakta bahwa terdapat perbedaan seseorang dengan yang lain karena status hula-hula, dongan tubu atau boru, dan ketidaksetaraan gender. Hula-hula akan menjadi orang yang sangat dihormati dalam sebuha adat, dongan tubu sebagai sahabat dari orang yang mengadakan adat, sedangkan boru adalah pekerja dalam adat tersebut. Dalam hal ini, hula-hula menjadi pihak yang sangat diuntungkan dibandingkan dengan boru. Penentuan posisi seseorang selalu merujuk kepada marga laki-laki, sehingga perempuan harus mengikut marga suaminya. Dalam mengkaji tulisan ini, penulis akan menggunakan metode kualitatif yaitu upaya kontekstualisasi berbasis teologi Robert J. Schreiter tentang teologi lokal dengan kajian pustaka. Kajian ini menemukan bahwa dalihan na tolu menjunjung tinggi nilai kekerabatan yang sangat tinggi, demikian juga Lukas 16: 19-31 yang menekankan kepedulian terdapan orang lain. Berdasakan kajian ini, penulis menyimpulkan bahwa dalihan na tolu adalah sebuah teologi lokal yang sangat penting untuk dipertahankan.","PeriodicalId":431596,"journal":{"name":"CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115273349","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kisah Ayub dalam perspektif psikoanalisis","authors":"Claudie Valda Silooy","doi":"10.46348/car.v4i1.132","DOIUrl":"https://doi.org/10.46348/car.v4i1.132","url":null,"abstract":"Kerusuhan di Ambon tahun 1999 akan dikaji berdasarkan kisah dari tokoh Ayub yang mengalami pencobaan secara bertubi-tubi dalam Ayub 1:1-2; 6-12; 15-22. Peristiwa serupa dalam dua konteks yang berbeda ini akan membawa kita pada sebuah perspektif baru untuk memaknai konsep penderitaan. Artikel ini akan memperlihatkan spirtualitas orang-orang yang mengalami penderitaan dengan menggunakan studi psikoanalisis dari Sigmund Freud. Di sisi lain, artikel ini juga akan membahas tentang studi trauma dan kepedulian teologi dalam isu trauma. Teori tentang studi trauma akan dipakai untuk memahami masyarakat di Kota Ambon yang merasakan hal dampak dari peristiwa kerusuhan. Selain itu, aritkel ini juga akan menampilkan eksistensi Allah di tengah-tengah peliknya badai hidup yang dialami oleh manusia. Tulisan ini disajikan dengan tujuan untuk melihat perubahan perilaku manusia dalam konteks penderitaan, dan membantu pembaca agar memahami bahwa penderitaan bukanlah hal yang dapat dihindari. Salah satu kunci dari penderitaan yang harus dilakukan oleh manusia adalah menjalaninya dengan keyakinan dan pengharapan kepada Tuhan. \u0000Kata kunci: Ayub 1:1-2; 6-12; 15-22; kerusuhan di Ambon; penderitaan; studi psikoanalisis; tokoh Ayub.","PeriodicalId":431596,"journal":{"name":"CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124213261","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"DINAMIKA MENGELOLA JEMAAT POTENSIAL","authors":"D. Setiawan, Hani Rohayani","doi":"10.46348/car.v4i1.129","DOIUrl":"https://doi.org/10.46348/car.v4i1.129","url":null,"abstract":"Artikel ini bertujuan mendeskripsikan dinamika pemberdayaan warga jemaat potensial oleh para Gembala Sidang di lingkungan Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS). Adapun research problem penelitian ini adalah bagaimanakah dinamika para Gembala Sidang GBIS dalam mengelola jemaat potensial di dalam pelayanan? Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan dan survei. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa pengelolaan jemaat potensial di GBIS memiliki dinamika yang cukup menarik. Hal ini didasarkan atas persepsi 81 responden yang adalah gembala sidang GBIS yang secara langsung mengelola jemaat potensial di gereja mereka masing-masing. Mereka menyadari adanya kesulitan dalam mengarahkan jemaat potensial. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor dan rupanya ini yang juga mendorong sebagian besar gembala sidang GBIS tersebut untuk memiliki staff yang dapat membantu mengelola jemaat potensial. Konflik antara gembala sidang dengan jemaat potensial disadari oleh mereka, khususnya dalam hal tata kelola pelayanan gerejawi. Meskipun demikian, para gembala sidang GBIS tetap berinisiatif untuk membina jemaat potensial dengan mengadakan berbagai pelatihan bagi mereka. Tetapi juga didapati fakta bahwa terdapat jemaat potensial yang tidak mendapatkan tempat pelayanan namun tetap berkomitmen di gereja tersebut.","PeriodicalId":431596,"journal":{"name":"CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129158575","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Merestorasi Manusia Kota","authors":"David Pardomuan Sitompul","doi":"10.46348/car.v4i1.176","DOIUrl":"https://doi.org/10.46348/car.v4i1.176","url":null,"abstract":"Hukum Tahun Yobel (Im. 25:8-55) merupakan hukum dalam Perjanjian Lama (PL) yang cukup populer di kalangan umat Kristen karena isinya berbicara tentang merestorasi kehidupan rakyat miskin dan tertindas sehingga lepas dari kemiskinan dengan cara mengembalikan kembali tanah dan properti kepada mereka pada Tahun Yobel. Akan tetapi, untuk tanah dan properti yang dimiliki oleh orang Israel non-Lewi yang berada di kota yang berpagar tembok (Im. 25:29-31) yang sudah tergadaikan justru tidak berada dalam perlindungan hukum Tahun Yobel karena waktu untuk menebusnya hanya satu tahun jika tidak dia akan dimiliki orang yang menghutangi secara permanen. Hal ini kontras dengan tanah dan properti di kota yang dimiliki oleh orang Lewi, mereka masih bisa mendapatkan rumahnya kembali pada tahun Yobel jika rumah tersebut telah digadaikan atau bahkan dijual sebelumnya (Lih. Im. 25:32-34). Pemikiran kontradiktif ini muncul dari konteks Imamat 25 yaitu periode pendudukan bangsa Persia di tanah Yehuda (539-333 SM). Penulis Imamat 25 dihadapkan pada dua pandangan tentang kota yang kontradiktif, yaitu pandangan teologis yang positif tentang kota dan realitas historis yang negatif tentang kota. Akhirnya, kedua pandangan ini menghasilkan perlakuan Hukum Tahun Yobel yang kontradiktif terhadap orang nonLewi dan Lewi yang mempunyai properti di kota sebagai solusi untuk merestorasi manusia yang hidup dalam perkotaan. \u0000Kata kunci: perjanjian lama, tahun yobel, imamat 25:29-34, kota ","PeriodicalId":431596,"journal":{"name":"CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115353685","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"MAKNA KARANTINA DALAM PERSPEKTIF PERJANJIAN LAMA DAN RELEVANSINYA DENGAN KARANTINA DI MASA PANDEMI COVID-19","authors":"Restifani Cahyami, Neneng Andriani, Resta Gloria","doi":"10.46348/car.v4i1.95","DOIUrl":"https://doi.org/10.46348/car.v4i1.95","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan makna karantina menurut perspektif Perjanjian Lama dan menghubungkannya dengan karantina di masa pandemic Covid-19. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang deskriptif melalui studi kepustakaan. Tulisan ini menunjukkan bahwa karantina dalam Perjanjian Lama adalah suatu bentuk keharusan dan ketetapan yang diperintahkan oleh Allah kepada umatnya dengan tujuan memberikan kebaikan bagi kehidupan umat secara khusus dalam berbagai situasi tertentu yang dihadapi oleh umat Allah. Berdasarkan makna dan tujuan karantina menurut Perjanjian Lama, maka ditemukan bahwa karantina yang dilakukan di dalam Perjanjian Lama memiliki keterkaitan dengan karantina di masa pandemic Covid-19 di mana melalui karantina kasih Allah kepada manusia dan kasih manusia kepada manusia lainnya dapat diwujudkan dengan saling menjaga dan melindungi di tengah situasi pandemic Covid-19 yang sedang mengancam. Oleh karena itu, karantina dalam Perjanjian Lama dan karantina di tengah pandemic Covid-19 merupakan bentuk tindakan kasih baik kepada Allah, diri sendiri maupun kepada sesama.","PeriodicalId":431596,"journal":{"name":"CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127919397","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"BERTEOLOGI KONTEKSTUAL DARI TANGGANG-TRANGBU (TRADISI RAMAH TANAH MASYARAKAT WANGSINA)","authors":"Eunike Molebila, Delila Tanaem","doi":"10.46348/car.v4i1.130","DOIUrl":"https://doi.org/10.46348/car.v4i1.130","url":null,"abstract":"Tanah dan masyarakat yang tinggal di dalamnya memiliki interkoneksi yang intim. Hal ini dinyatakan dalam wujud kearifan lokal (lokal wisdom). lokal wisdom sendiri telah banyak memberi sumbangsih berharga bagi pengelolaan tanah dengan memperhatikan aspek ekosistem yang berkelanjutan (sustainability). Salah satu lokal wisdom tersebut adalah tranggang-trangbu yang ada pada Masyarakat Wangsina Desa Langkuru Kecamatan Pureman Kabupaten Alor.Kearifan lokal ini didasarkan pada kepercayaan bahwa tahun genap adalah tahun baik dan tahun ganjil adalah tahun keburukan. Karena itu, masyarakat Wangsina hanya akan menanam pada tahun genap, sedangkan lahan pertanian mereka diistirahatkan pada tahun ganjil. Adapun lokasi pelaksanaan tradisi ini adalah pada tiga lereng gunung besar dan akan dibersihkan satu persatu (sistem rotasi) setiap tahun genap, sehingga total waktu untuk mengistirahatkan tanah yang telah diusahakan adalah sebanyak 6 tahun. Namun timbul beberapa persoalan dalam pelaksanaan kearifan lokal ini, karena tradisi ini dibenturkan dengan pemahaman teologis maupun secara ekonomis. Hal-hal ini, membuat masyarakat Wangsina menjadi“gamang”dalam mempraktekan kearifan lokal mereka. Metode penulisan dari artikel ini adalah deskriptif kualitatif. tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tradisi ini dari sudut pandang teologi kontekstual agar dapat menghasilkan sebuah pemahaman teologi kontekstual yang ramah tanah pada masyarakat Wangsina. \u0000Kata Kunci: Memeliharan Tanah, Teologi Kontekstual, Tahun Genap-Tahun Ganjil.","PeriodicalId":431596,"journal":{"name":"CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132046655","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Hidup Selibat Sebagai Karunia Tuhan: Studi Eksposisi 1 Korintus 7:7","authors":"Yosua Sibarani","doi":"10.46348/car.v3i2.120","DOIUrl":"https://doi.org/10.46348/car.v3i2.120","url":null,"abstract":"Setiap orang memiliki panggilan unik dari Tuhan, termasuk panggilan hidup menikah atau tidak. Ada asumsi bahwa hidup selibat adalah hidup yang tidak lazim atau tidak normal. Di sisi lain, selibat dijadikan sebuah persyaratan mutlak bagi seorang imam tahbisan di dalam gereja Katolik. Alkitab menjunjung tinggi pernikahan, tetapi Alkitab juga mengajarkan tentang karunia hidup selibat (1 Kor. 7:7). Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan hidup selibat sebagai karunia Tuhan berdasarkan studi eksposisi 1 Korintus 7:7 serta implikasi teologis bagi hidup orang percaya. Untuk itu, penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Artikel ini memberikan kesimpulan bahwa hidup selibat adalah karunia Tuhan secara khusus bagi orang tertentu. Terakhir, implikasi hidup selibat sebagai karunia Tuhan adalah hidup selibat bukanlah kutuk atau aib, hidup selibat bukan soal lebih rohani (kudus) atau tidak, dan hidup selibat bukanlah persyaratan mutlak untuk menjadi pelayan Tuhan.","PeriodicalId":431596,"journal":{"name":"CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117278168","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bestian Simangunsong, E. Saragih, Frimus Y Nababan, Jihan Panggabean, Lukas Van El Manik
{"title":"KESALEHAN SOSIAL MENURUT MATIUS 23","authors":"Bestian Simangunsong, E. Saragih, Frimus Y Nababan, Jihan Panggabean, Lukas Van El Manik","doi":"10.46348/car.v3i2.126","DOIUrl":"https://doi.org/10.46348/car.v3i2.126","url":null,"abstract":"Perubahan perilaku pergaulan dan meningkatnya presentasi muda-mudi gereja dalam ruang media sosial tentunya menjadi tantangan bagi gereja. Tujuan penelitian ini adalah mengargumentasikan konstruksi prinsip Etika Kristen berupa kesalehan sosial berdasarkan pembacaan Matius 23 sebagai konsep penatalayanan adaptif bagi muda-mudi gereja. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan kajian kritis dan konstruktif pada buku dan jurnal (studi literatur) yang terkait dengan hasil tafsiran Matius 23 dan penatalayanan muda-mudi gereja. Kesimpulannya adalah kesalehan sosial sebagai konstruksi Etika Kristen dari pembacaan tafsiran Matius 23. Adapun kesalehan sosial yang dimaksud mencakup empat prinsip etika kristen bagi muda-mudi gereja ketika mereka presentif di ruang media sosial, yaitu pertama, media sosial sebagai tempat untuk mengekspresikan integritas dan identitas kristiani (ay. 1-4); kedua, media sosial sebagai tempat untuk menabur dan menularkan nilai-nilai kejujuran (ay. 5-6); ketiga, media sosial sebagai wadah untuk membangun solidaritas persaudaraan dan kesetaraan (ay. 7-12); empat media sosial sebagai tempat untuk menyampaikan suara kenabian (ay. 13-36).","PeriodicalId":431596,"journal":{"name":"CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114698162","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Yanty Piri, Kalis Stevanus, David Priyo Susilo, Fianus Tandiongan
{"title":"Pengaruh Seks Pranikah Terhadap Keharmonisan Dalam Keluarga","authors":"Yanty Piri, Kalis Stevanus, David Priyo Susilo, Fianus Tandiongan","doi":"10.46348/car.v3i2.111","DOIUrl":"https://doi.org/10.46348/car.v3i2.111","url":null,"abstract":"Pernikahan adalah wadah yang telah ditetapkan Tuhan bagi pasangan suami istri untuk mengeskpresi kehidupan seksual. Seks pra nikah adalah bentuk pelanggaran terhadap ketetapan Tuhan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perilaku seks pranikah terhadap keharmonisan dalam Keluarga di GBT Kristus Alfa Omega Semarang. Untuk menjawab tujuan penelitian tesrebut, peneliti menggunakan penelitian kuantitatif korelasional dengan mengambil sampel sejumlah 35 orang yang telah mengikuti bimbingan pranikah dan telah menikah. Ditemukan hasil penelitian variabel X (seks pranikah) berpengaruh pada variabel Y (keharmonisan keluarga) dalam kategori sedang. Namun, hasil uji linieritas menunjukkan bahwa data tidak linear, maka uji hipotesis korelasional menggunakan uji nonparametrik tidak terdapat pengaruh signifikan antara seks pranikah terhadap keharmonisan dalam keluarga pasca mengikuti bimbingan pranikah.","PeriodicalId":431596,"journal":{"name":"CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126825251","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}