{"title":"The Interaction of Suluk/Khalwat and Local Culture","authors":"Darni Yusna","doi":"10.37108/tabuah.v24i1.275","DOIUrl":"https://doi.org/10.37108/tabuah.v24i1.275","url":null,"abstract":"The Khalwat was a tradition to draw closer to God in the way of escaping. Those who undergo khalwah are the perpetrators of suluk, although the essence must be done by the Muslims and All believers as a whole. In the practice of Suluk or order, the Khulwah is one of the levels that must be passed by a Salik or Sufi, in addition to the level of maqamat (degree/position) such as the Repentance, Mujahadah, Zuhud, and others. This can be known through manuscripts of either local manuscripts or the opinion of the calm experts in the Suluk and Khalwat. Sufism entry into Indonesia has undergone interactions and adjustments with local cultures. By conducting library and content analysis studies, the authors try to review the books of Suluk and Sufism and find that Sufism in Indonesia is a combination of Sufism derived from the source with the local culture. Even Sufism in various forms can provide peace and tranquility of soul for people who do it based on their own experience by the perpetrators of the Suluk and the Khulwah.","PeriodicalId":358180,"journal":{"name":"Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora","volume":"64 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128562434","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Dari Minangkabau Untuk Dunia Islam","authors":"Lukmanul Hakim, Aziza Meria, Lisna Sandora, Siti Aisyah, Yulniza","doi":"10.37108/tabuah.v24i1.270","DOIUrl":"https://doi.org/10.37108/tabuah.v24i1.270","url":null,"abstract":"Tujuan tulisan ini untuk menganalisis perjalanan hidup Hamka sehingga dapat diidentifikasi latar minat istimewa sejarah Hamka, termasuk pengaruh faktor agama, pendidikan dan sosio-kultural terhadap persepsi dan interpretasi sejarah Hamka. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan historiografi. Latar belakang minat istimewa Hamka di bidang sejarah: Pertama, Hamka berasal dari lingkungan keluarga yang islami, sehingga Hamka dididik dengan semangat dan jiwa Islam. Pandangan hidup Hamka yang Islami ini terakumulasi pada dua sasaran, yaitu demi perjuangan Islam dan kewajiban moril terhadap bangsa. Kedua, bahaya yang mengancam Islam justeru dari lapangan kebudayaan, untuk itu Hamka terpanggil berkiprah di lapangan kebudayaan, khususnya tentang sejarah Islam. Ketiga, karena penulisan sejarah Islam di Indonesia di dominasi oleh penulis asing, maka banyak terjadi kekeliruan dan kesalahan data yang tidak sesuai dengan fakta yang ada, hal ini disebabkan kepentingan kolonial dan kepentingan misionaris Kristen. Pandangan Hamka terhadap sejarah dipengaruhi oleh agama Islam, pendidikan, dan sosio-kultural, sehingga bagi Hamka sejarah Islam itu adalah sejarah dan agama Islam. Hamka adalah sejarawan dari masyarakat dan sejarawan otodidak, yang dibentuk oleh lingkungan keluarga, lingkungan alam tempat kelahirannya, kondisi zaman dan masyarakat tempat ia tumbuh dan hidup di tanah kelahirannya, Minangkabau, serta di perantauan yang berpindah-pindah","PeriodicalId":358180,"journal":{"name":"Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora","volume":"173 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127127970","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Hadist dan Histografi Islam","authors":"Melia Afdayeni","doi":"10.37108/tabuah.v24i1.264","DOIUrl":"https://doi.org/10.37108/tabuah.v24i1.264","url":null,"abstract":"Artikel ini mencoba memperkenalkan tentang hadits dan historiografi islam maksudnya adalah pengaruh hadits dalam penulisan sejarah pada masa awal perkembangan agama islam, hadits adalah sumber kedua sebagai pedoman hidup umat islam. hadits memberi andil yang sangat besar terhadap perkembangan sejarah islam, karena sejarawan islam pada masa awal, terfokus pada penulisan biografi nabi Muhammad SAW dan juga perang-perang penting yang dilakukan oleh rasulullah, secara otomatis tokoh utama dari tulisan tersebut adalah nabi Muhammad SAW yang membawa islam kepermukaan bumi ini. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberi gambaran bahwa pada masa awal perkembangan islam, hadits hadir sebagai sumber rujukan utama dalam penulisan sejarah, selain itu metode penulisan hadits juga dipakai dalam penulisan sejarah.. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah, mulai dari pencarian sumber (Heuristik) yang hanya sebatas pada buku-buku sejarah yang ada di perpustakaan-perpustakaan, kemudian Kritik Sember (kritik internal dan eksternal), verifikasi dan yang terakhir adalah Historiografi. Maka dari itu artikel ini menjelaskan secara gamblang bagaimana pengaruh hadits dalam historiografi pada masa awal perkembangan islam. Sebahagian besar dari penulis sejarah adalah mereka yang juga merupakan seorang muhaddisun atau penulis hadits, maka dari itu kebanyakan dari karya-karya sejarah baik secara metode dan sumber memiliki kesamaan dengan hadits.","PeriodicalId":358180,"journal":{"name":"Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora","volume":"61 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126845912","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Impelementasi Komunikasi dalam Pemanfaatan Layanan Online Sapo Rancak di Pemerintah Kota Padang","authors":"Charlie Ch Legi, Ernita Arif, Sarmiati","doi":"10.37108/tabuah.v24i1.290","DOIUrl":"https://doi.org/10.37108/tabuah.v24i1.290","url":null,"abstract":"Komunikasi dalam pemanfaatan layanan online Sapo Rancak pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Padang yang dilakukan masyarakat sebagai pengguna layanan dalam penyelenggaraan pelayanan publik belum berjalan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi komunikasi pada layanan online Sapo Rancak dalam mewujudkan penyelenggaraan pelayanan publik. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Informan penelitian ini, masyarakat pengguna aplikasi, Kepala DPMPTSP, Kepala Bidang Data dan Teknologi Informasi, Kepala Bidang Administrasi Perizinan dan Pengaduan DPMPTSP, Kepala Seksi Data, Evaluasi, dan Pelaporan DPMPTSP. Penelitian ini menggunakan teori difusi inovasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran layanan online Sapo Rancak telah mengurangi interaksi antara petugas dengan pemohon perizinan. Hanya saja, aplikasi online ini tidak selamanya dapat diakses dengan baik karena latar belakang pendidikan, usia, dan profesi pengguna berbeda-beda yang menjadi penghalang. Layanan pengaduan tidak didapati di aplikasi Sapo Rancak. Konten pada aplikasi cukup sulit digunakan masyarakat karena rumit. Petugas yang memverifikasi berkas masuk dari pemohon perizinan tidak bekerja 24 jam. Termasuk masih adanya pemohon yang berurusan secara manual, meski sudah ada aplikasi online.","PeriodicalId":358180,"journal":{"name":"Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora","volume":"203 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123046356","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Islam dan Dakwah di Indonesia Pada Masa Kontemporer","authors":"Inggria Kharisma, Doni Nofra, Wahyu Wedri Yani, Nurul Khomariah","doi":"10.37108/tabuah.v24i1.258","DOIUrl":"https://doi.org/10.37108/tabuah.v24i1.258","url":null,"abstract":"Masuknya Islam ke Indonesia melalui beberapa Fase, pertama, sejak akhir abad ke- 8 M sampai ke-12 M ditandai dengan hubungan perdagangan. Inisiatif. Fase kedua, dari abad ke-12 M sampai akhir abad ke -15, hubungan antara bangsa Arab dan India mengambil aspek aspek lebih luas. Muslim Arab dan India yang terdiri dari pedagang atau pengembara sufi, mulai mengintensifikasikan penyebaran Islam di berbagai wilayah Nusantara.. Kemudian pada tahap berikutnya, yaitu sejak abad ke-16 sampai paruh kedua abad ke-17 yang ditandai dengan hubungan yang mengarah ke ranah politis di samping keagamaan itu sendiri. \u0000Dakwah di Indonesia pada masa orde lama merupakan dakwah meletakkan dasar nilai-nilai kehidupan keagamaan dalam kehidiupan berbangsa dan bernegara. Pada orde baru pemerintah melakukan rekontruksi yang sangat mendasar dalam pembangunan ekonomi, sosial dan politik. Pemerintahjan pada orde ini lebih terpusat pada stabilitas politik guna mendukung kedamaian kehidupan nasional. Oleh sebab itu terciptalah Trilogi Pembangunan, yaitu adanya pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas politik. Pada masa reformasi, kehidupan politik yang terbuka membawa angin segar bagai masyarakat muslim dalam menyampaikan segala aspirasinya. Perkembangan dakwah pada masa reformasi menjadi lebih terbuka dan kondusif, karena adanya publikasi melalui media massa, baik cetak maupun elektronik.","PeriodicalId":358180,"journal":{"name":"Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131006730","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Nasionalisme, Sekularisme di Turki","authors":"Fadila Syahadha","doi":"10.37108/tabuah.v24i1.268","DOIUrl":"https://doi.org/10.37108/tabuah.v24i1.268","url":null,"abstract":"Rakyat Turki dikenal memiliki kecintaan yang sangat besar kepada tanah airnya. Dan hal ini sangat mudah dijumpai di Turki, dengan simbol dan perilaku sosial yang dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja, bendera Turki yang bisa dijumpai di masjid, rumah, restoran, mobil, bus, kereta, kapal laut, sekolah, universitas, hotel, kantor-kantor pemerintahan dan swasta. Juga taman-taman kota yang selalu memberikan ruang khusus untuk tiang bendera Turki bersama patung sang pendiri Republik Turki, Mustafa Kemal Atatürk. Satu frasa yang sangat terkenal dan populer di Turki adalah Ne Mutlu Türküm Diyene (NMTD, Betapa bahagianya seorang yang menyebut dirinya aku orang Turki). Frasa tersebut sebenarnya diambil dari kutipan pidato Mustafa Kemal Atatürk pada 29 Oktober 1933 yang menandai 10 tahun kemerdekaan Turki. Semboyan ini pada umumnya digunakan sebagai cara untuk mempertegas identitas sebagai seorang Turki. Pada sisi lainnya, juga dijumpai masalah rasial perihal frasa tersebut, karena dianggap tidak mengakomodir kelompok identitas lain yang hidup di Turki. Selain itu, secara umum orang Turki tetap berprinsip bahwa semboyan tersebut adalah medium untuk bertanggungjawab dan melampaui rasa cinta tanah air (Nasionalisem) dengan tujuan membawa Turki lebih maju dan kuat dalam segala bidang. ","PeriodicalId":358180,"journal":{"name":"Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131971348","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kearifan Budaya Lokal Dalam Naskah-Naskah Kuno di Uluan","authors":"Ottoman Ottoman, Endang Rochmiatun","doi":"10.37108/tabuah.v24i1.256","DOIUrl":"https://doi.org/10.37108/tabuah.v24i1.256","url":null,"abstract":"Aksara ulu atau kaganga menjadi kekayaan budaya masyarakat tepian sungai di Sumatera bagian Selatan.Diperkirakan, aksara itu tumbuh sejak abad ke-12 Masehi dan berkembang pesat pada abad ke-17-19 Masehi. Naskah ulu banyak digunakan untuk menyampaikan ajaran agama, ilmu kedokteran, petuah, dan kearifan lokal lain. Keberadaan aksara ulu tersebut menunjukkan, budaya tepian sungai memiliki tradisi intelektualisme cukup tinggi.Disebut aksara ulu karena banyak berkembang dalam masyarakat yang tinggal di hulu sungai di pedalaman.Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa naskah Gelumpai merupakan peninggalan masa lalu di wilayah uluan dan ada yang diproduksi sekitar abad ke-16 hingga 17 M. Naskah Gelumpai menunjukkan dinamika sosial, politik dan agama masyarakat di wilayah Uluan Palembang. Dalam struktur kekuasaan serta kawasan wilayah masyarakatnya, di Palembang terbagi menjadi dua yakni masyarakat iliran dan masyarakat uluan. Salah satu naskah gelumpai dalam kajian ini adalah naskah yang terdiri dari 14 bilah-bilah bambu.Naskah ini dibuat sekitar abad ke-16-17 Masehi.yang diproduksi oleh kalangan ulama Kesultanan Palembang Darussalam. Aksara hulu yang digunakan atau ka-ga-nga merupakan perpaduan dari bahasa local dan bahasa Jawa.Isi dari naskah ini menceritakan tentang profil, karakter dan nilai-nilai sosial, serta ajakan dalam merujuk Islam sebagai syariat kehidupan. Berdasarkan data yang dihimpun peneliti, bahwa naskah ini sebagai media dalam penyebaran agama Islam di wilayah huluan palembang. Selain itu, sebagai naskah yang diterbitkan oleh Kesultanan, ini menunjukkan bahwa agama Islam sebagai pengikat masyarakat huluan terhadap eksistensi Kesultanan Palembang Darussalam. Naskah “gelumpai” lainnya yakni naskah yang terdiri dari 8 bilah bambu. Naskah ini berasal dari sub Etnis Melayu yang menempati kawasan Musi Rawas saat ini. Teks dalam naskah tersebut menggunakan aksara ulu, serta tidak mempunyai judul.Namun demikian jika dilihat dari isi teksnya, naskah berisikan tentang ajaran-ajaran dalam Agama Hindu. Naskah lainnya merupakan naskah yang teksnya ditulis dengan aksara ulu sebanyak 23 bilah atau 23 keping bambu.Nomor urut keping 1 sampai dengan 23 dalam awal kalimat menggunakan tanda *.Jika dilihat dari isinya naskah ini merupakan amalan serta ajaran-ajaran dari Agama Hindu.","PeriodicalId":358180,"journal":{"name":"Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora","volume":"38 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130470541","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Rumah Gadang Tiang Panjang Peninggalan Kerajaan Sungai Dareh Kabupaten Dharmasraya (Tinjauan Historis Arkeologis)","authors":"Deslira Wardani, K. Muslim, Darul Ilmi","doi":"10.37108/tabuah.v24i1.267","DOIUrl":"https://doi.org/10.37108/tabuah.v24i1.267","url":null,"abstract":"Pembahasan tentang Rumah Gadang Tiang Panjang sengaja dipaparkan dalam tulisan ini dengan tujuan untuk menambah cakrawala pembaca bahwa terdapat sebuah Rumah Gadang sebuah Peninggalan Kerajaan Sungai Dareh yang berada di Kabupaten Dharmasraya yang memiliki beragam keunikkan yang berbeda dengan rumah gadang yang diketahui selama ini. Rumah gadang ini diberinama Rumah Gadang Tiang Panjang karena tiang penyanggayang di letakkan horizontal di dinding rumah gadang tersebut terbuat dari kayu yang sangat panjang dan dipasang tanpa ada penyambung sama sekali. Jika dilihat tiang penyangga tersebut seperti hanya ditempel di dinding rumah gadang. Jenis penulisan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarahya itu deskriptif naratif (kualitatif) yakni memberikan gambaran dan penjelasan tentang Rumah Gadang Tiang Panjang Peninggalan Kerajaan Sungai Dareh. Sumber primer dalam penelitian ini yaitu Rumah Gadang Tiang Panjang itu sendiri. Penulis juga melakukan wawancara dengan keturunan dari Kerajaan Sungai Dareh dan beberapa masyarakat. Selain melakukan wawancara penulis juga turun langsung ke lapangan. Adapun hasil penelitian ini adalah Rumah Gadang Tiang Panjang Peninggalan Kerajaan Sungai Dareh tidak hanya memiliki berbagai macam keunikan namun juga memiliki berbagai macam bentuk permasalahan didalamnya. Permasalahan tersebut seperti terjadinya perubahan fungsi atau kegunaan serta terjadinya perubahan pada bentuk atau bahan bangunan dari rumah gadang tiang panjang","PeriodicalId":358180,"journal":{"name":"Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129578381","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Komunikasi Interpersonal Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) (Studi pada PKH di Kabupaten Padang Pariaman)","authors":"Eka Ona Sutera, A. Asmawi, Sarmiati Sarmiati","doi":"10.15548/AMJ-KPI.V0I0.2072","DOIUrl":"https://doi.org/10.15548/AMJ-KPI.V0I0.2072","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilatarbelakangi dari kehadiran pendamping PKH sebagai ujung tombak pemerintah dalam merubah perilaku keluarga miskin supaya bisa keluarga dari kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh Pendamping PKH kepada KPM dan hambatan dalam pelaksanaan komunikasi interpersonal. Teori yang digunakan adalah teori Kredibilitas Sumber yang dikemukakan oleh Hovland, Janis dan Kelley. Pendekatan penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komunikasi interpersonal dilakukan pada aktivitas pertemuan wajib P2K2, kunjungan ke rumah dan kunjungan ke instansi yaitu dengan cara berdialog langsung dengan KPM melalui tatap muka menggunakan komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal dilakukan secara lisan oleh pendamping selaku komunikator kepada KPM selaku komunikan melalui diskusi dan tanya jawab, dan komunikasi non verbal dalam bentuk sentuhan yang khusus dilakukan kepada disabilitas dan lansia. Sifat hubungan antara pendamping dan KPM yaitu saling ketergantungan karena masing-masing pihak memiliki kewajiban mendampingi dan didampingi, jika tidak dana bantuan di tangguhkan. Pendamping dan KPM berkomunikasi aktif pada setiap pertemuan sampai seluruh informasi yang dibutuhkan telah diperoleh dan KPM telah memaknai seluruh pesan yang disampaikan. Pesan yang disampaikan sehubungan dengan peningkatan kualitas hidup keluarga KPM dan pendamping tidak menggunakan media karena komunikasi dilakukan tatap muka. Untuk menciptakan komunikasi yang efektif pendamping menunjukan sikap keterbukaan, memotivasi, simpati dan empati serta kesetaraan, dan atas sikap yang ditunjukan oleh pendamping tercipta rasa kepercayaan dalam diri KPM sehingga pesan yang disampaikan oleh pendamping diterima dan dilaksanakan dengan baik oleh KPM. Sementara itu Hambatan pada komunikasi interpersonal yang dilakukan yaitu, keterbatasan pengetahuan, perbedaan generasi dan keterbatasan fisik.","PeriodicalId":358180,"journal":{"name":"Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora","volume":"86 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133804451","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Sejarah dan Perkembangan Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka","authors":"Rahmad Kurnia Illahi, Miswar Munir, Arki Auliahadi","doi":"10.37108/tabuah.v24i1.257","DOIUrl":"https://doi.org/10.37108/tabuah.v24i1.257","url":null,"abstract":"Museum Rumah Kelahiran Buya HAMKA adalah museum khusus yang di dalamnya terdapat koleksi-koleksi peninggalan Buya HAMKA, berdirinya Museum Rumah kelahiran Buya HAMKA ini pada tahun 2000 dan selesai pada tahun 2001, bangunan museum ini berbentuk rumah gadang yang mencerminkan identitas Minangkabau, dalam pembangunan Museum Rumah Kelahiran Buya HAMKA ini di beri dana dari ABIM (Angkatan Belia Islam Malaysia) dan pemerintah Kabupaten Agam. Museum Rumah Kelahiran Buya HAMKA ini masih belum sesuai dengan konsep museum yang seharusnya. Partisipasi Pemerintah Kabupaten Agam khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pariwisata sudah mempunyai target sasaran terhadap museum ini, akan tetapi perhatian Pemerintah Kabupaten Agam masih kurang karena bisa dilihat dari segi pengelolaan, tata letak koleksi, koleksi yang kurang terawat, fasilitas yang kurang memadai, pemahaman manajerial masih kurang, dan juga minat pengunjung lokal masih kurang.","PeriodicalId":358180,"journal":{"name":"Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora","volume":"77 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115908907","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}