{"title":"MEMAKNAI PEMIKIRAN TENTANG RUB?BIYAH DAN UL?HIYAH (INTERPRET THOUGHTS ABOUT RUBUBIYAH AND ULUHIYAH)","authors":"Gusnar Zain","doi":"10.37108/tabuah.v21i2.67","DOIUrl":"https://doi.org/10.37108/tabuah.v21i2.67","url":null,"abstract":"Pondasi utama dalam Islam adalah ‘aqidah, lazim disebut dengan tauhid, atas pondasi inilah munculnya bermacam kewajiban terhadap setiap individu yang mengaku mukmin dan muslim. Setiap mukmin pasti muslim, dan setiap muslim belum tentu mukmin. Allah menciptakan manusia lebih mulia dari makhluk lainnya, kemuliaan tersebut terletak pada akal. Akal adalah sebagai wahana untuk menjadi cerdas, memikirkan fenomena alam, menentukan amal baik dan buruk, dengan akal dapat memaknai pemikiran terhadap tauhid Rub?biyah dan Ul?hiyah atas dasar iman, Islam dan ihsan demi ridha-Nya.","PeriodicalId":358180,"journal":{"name":"Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora","volume":"43 4","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-12-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114041887","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"AZYUMARDI AZRA SEBAGAI SEJARAWAN ISLAM","authors":"Lukmanul Hakim","doi":"10.15548/TABUAH.V21I2.64","DOIUrl":"https://doi.org/10.15548/TABUAH.V21I2.64","url":null,"abstract":"Historiografi Islam di Melayu Nusantara selama ini banyak ditulis oleh penulis sejarah yang bukan berlatar belakang sejarah, mereka menulis sejarah sebatas minat kebetulan yang tidak terarah dengan baik, sehingga sulit menghasilkan karya sejarah yang benar-benar ilmiah. Di tengah kondisi ini muncullah Azyumardi Azra sebagai salah seorang penulis sejarah yang berlatar belakang sejarah. Pentingnya studi sejarah akademis untuk melahirkan sejarawan professional, tidak lagi amatir. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis posisi Azyumardi Azra sebagai sejarawan Islam. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sejarah. Latar belakang pendidikan Azra dari Departemen Sejarah Columbia University Amerika Serikat dan telah melahirkan beberapa tulisan yang membicarakan sejarah Islam pada umumnya, khususnya Islam di dunia Melayu Nusantara sehingga Azra dikelompokkan kepada sejarawan professional. Azra telah memberi warna Islam dan kesadaran sejarah umat Islam bagi pertumbuhan dan pengembangan historiografi Islam yang lebih komprehensif dengan menggunakan berbagai pendekatan di wilayah dunia Islam Melayu-Nusantara khususnya dan dunia Islam secara keseluruhan.","PeriodicalId":358180,"journal":{"name":"Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-12-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122877299","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"MELAYUNISASI KITAB AL-HIKAM KARYA IBNU ‘ATHAILLAH AL-SAKANDARI (Tinjauan Terhadap Teks Tadzkîr al-Ghabî Karya Syekh Burhanuddin)","authors":"A. Hidayat, Sudarman Sudarman","doi":"10.15548/TABUAH.V21I2.49","DOIUrl":"https://doi.org/10.15548/TABUAH.V21I2.49","url":null,"abstract":"Artikel ini mendiskusikan perihal upaya melayunisasi kitab al-Hikam yang ditulis oleh Ibn‘Athaillah al-Sakandari (w.1309 M) melalui buah tangan Syekh Burhanuddin Ulakan (w. 1692 M) berjudul, Tadzkir al-Ghabi. Berdasarkan Telaah terhadap manggala, kolofon dan edisi kitab Tadzkir al-Ghabi terlihat bahwa upaya mensyarah yang dilakukan Syekh Burhanuddin untuk‘memiliki’ kitab al-Hikam atau menjadikannya sebagai milik Melayu bukanlah membuat sebuah versi dari naskah al-Hikam, tetapi ‘membumikan’ ajaran-ajaran tauhid yang digagas dalam teks al-Hikam agar mudah diterima oleh masyarakat Melayu pada umumnya, dan masyarakat Minangkabau khususnya. Sebaliknya, edisi Tazkir al-Ghabi tidak pula berupa salinan mentah dari kitab Hikam, berkenaan dengan upaya syekh Burhanuddin menyederhanakan makna ke dalam alam psyicho organik dunia Melayu. Perubahan judul yang dilakukan Burhanuddin terhadap kitab Tazkir al-Ghabi, yang bermakna ‘peringatan bagi orang-orang yang dungu’ tidak berarti ia lari dari teks inti (al-Hikam), tetapi memberi ruang gerak baru bagi pembaca Melayu yang mabuk akan dimensi tasauf, namun lupa akan inti ajaran tauhid. Selain itu, teks Tazkir al-Ghabi juga membuktikan akan kiprah kepenulisan syekh Burhanuddin di dunia Melayu, yang selama ini dianggap tidak memiliki karya tulis.","PeriodicalId":358180,"journal":{"name":"Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora","volume":"225 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-12-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133583978","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"ARSITEKTUR RUMAH IBADAH KUNO DI MINANGKABAU","authors":"Sudarman Sudarman, Rusydi Ramli","doi":"10.15548/TABUAH.V21I2.66","DOIUrl":"https://doi.org/10.15548/TABUAH.V21I2.66","url":null,"abstract":"Rumah Ibadah di Minangkabau tidak hanya menandakan bahwa orang Minangkabau sangat religious, tetapi yang lebih penting adalah bahwa orang Minangkabau termasuk dalam katagori masyarakat multikulturalisme. Yang dimaksud dengan masyarakat multikulturalisme tidak hanya masyarakatnya yang plural, penekannya adalah kebijakan pemerintah kolonial terhadap seluruh aliran agama di ruang public. Melalui rumah ibadah kuno di Minangkabau, penelitian ini menemukan tiga hal. Pertama, penelitian ini menemukan tipelogi arsitektur mesjid dan gereja. Mesjid secara cultural dipengaruh oleh budaya local seperti mesjid yang berarsitektur Bodi Caniago dan Kota Piliang, sedangkan Gereja dilihat dari fungsinya bisa dibedakan antara lain; Katedral, Paroki, Stasi dan Kapel. Kedua, simbol-simbol yang ada di rumah ibadah kuno memiliki makna sacral yang bisa memberikan motivasi kepada penganutnya. Semakin simbol itu disakralkan maka semakin kuat juga makna yang terkandung didalamnya. Ketiga, dengan berdirinya rumah ibadah kuno di kota-kota yang dibangun dan menjadi basis colonial, menandakaan satu dinamika baru dalam pembentukan masyarakat multicultural di Minangkabau.","PeriodicalId":358180,"journal":{"name":"Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-12-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127266100","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"TRADISI KULINER MASYARAKAT MINANGKABAU: Aneka Makanan Khas Dalam Upacara Adat dan Keagamaan Masyarakat Padang Pariaman","authors":"Siti Aisyah","doi":"10.37108/tabuah.v21i2.65","DOIUrl":"https://doi.org/10.37108/tabuah.v21i2.65","url":null,"abstract":"Minangkabau daerah yang kaya dengan aneka kuliner terkenal kelezatannya. Di setiap daerahnya juga memiliki tradisi yang berbeda dalam menyajikan kuliner tersebut sehingga terbentuk sebuah tradisi tersendiri dalam masyarakat. Padang Pariaman bagian dari daerah rantau Minangkabau memiliki aneka ragam kuliner (makanan) khas yang menjadi budaya masyarakatnya. Ada makanan khas yang dibuat dalam upacara adat dan ada juga dalam upacara keagamaan masyarakat. Keberadaan makanan tersebut dianggap penting dalam upacara tersebut, karena apabila dalam pelaksanaan upacara tersebut tidak membuat makanan tradisi yang biasa dilakukan, maka pelaksanaan upacara dianggap kurang lengkap. Umumnya makanan khas tersebut berbahan dasar beras ketan (pulut) dan santan kelapa, karena Padang Pariaman dikenal dengan sebagai daerah penghasil kelapa yang kental santannya. Diantara makanan yang dihidangkan dalam upacara dalam pelaksanaan tradisi adat seperti rendang, lapek bugis, juadah. Makanan tersebut disajikan dalam upacara perkawinan, batagak penghulu dan batagak rumah. Sedangkan dalam upacara keagamaan, makanan yang disajikan adalah lemang dan sambareh. Penyajian kedua jenis makanan ini menjadi tradisi bagi masyarakat Padang Pariaman. Munculnya tradisi ini seiring dengan penyebaran agama Islam di Minangkabau yang dikembangkan oleh Syekh Burhanuddin. Makanan lemang disajikan dalam upacara maulid nabi setiap bulan Rabiul Awal dan bulan Sya’ban dalam rangka menyambut bulan Ramadhan, bahkan nama bulan sya’ban bagi masyarakat Padang Pariaman lebih dikenal dengan istilah bulan lamang. Demikian juga halnya dengan makanan sambareh disajikan setiap bulan Rajab sehingga bulan ini dikenal dengan sebutan bulan Sambareh.","PeriodicalId":358180,"journal":{"name":"Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-12-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124766512","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}