{"title":"Perbedaan Pertumbuhan Anak Usia 0-12 Bulan Menurut Kondisi Rumah, Kebersihan Lingkungan dan Perilaku Pengasuhan (The Trend Of Children Growth Aged 0-12 Month And Differences Based On House Condition, Environment Hygiene And Nurturing Behaviour)","authors":"Budi Setyawati, A. Irawati, Rika Rachmalina","doi":"10.22435/pgm.v39i2.5640","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/pgm.v39i2.5640","url":null,"abstract":"The early life of a child is a very important period for their growth and development. Children growth is influenced by many factors, including environmental factors and parenting behaviours. This study aims to assess the growth trend based on weight for age (w/a) Z-score in children aged 0-12 months and differences based on house condition, environment hygiene, and nurturing behaviour.This is a longitudinal study, part of Child Growth Cohort Study organized by The National Institute of Health Research and Developmend of Republic Indonesia. Samples are children aged 0-23 months in September 2015 and domiciled in the Babakan Pasar dan Ciwaringin Village, Bogor. The growth data analized based on the w/a Z-score value. Presented the w/a Z-score each month to see the trend of growth in children. The differences in the children growth base on house condition, environment hygiene, and nurturing behaviour are assessed at 0, 3, 6, 9, and 12 months with T-independent test. House condition consist of walls, roofs, and bathroom availability. Environmental include house and environment hygiene. Nurturing behaviourinclude breastfeeding, colostrum giving, and in house smoking.The average children are in normal nutritional status.The child's growth began to falter after 3 months of age and continue until 12 months. No significant differences in growth of children based on house condition, environmental hygiene and in house smoking. There is significant differences, that children who are exclusively breastfeed and given whole colostrum have better growth than otherwise. Awal kehidupan anak merupakan periode sangat penting bagi tumbuh kembangnya.Pertumbuhan anak dipengaruhi banyak faktor, termasuk faktor lingkungan dan perilaku pengasuhan. Studi ini bertujuan melihat kecenderungan pertumbuhan (status gizi) berdasarkan nilai Z-Score berat badan menurut umur (BB/U) pada anak usia 0-12 bulan dan melihat perbedaan pertumbuhan berdasarkan kondisi rumah, kebersihan lingkungan dan perilaku pengasuhan. Studi ini merupakan studi observasional, dengan rancangan longitudinal yang merupakan bagian dari Studi Kohor Tumbuh Kembang Anak yang diselenggarakan oleh Balitbangkes RI.Sampel adalah anak yang September 2015 berusia 0-23 bulan, berdomisili di Kelurahan Babakan Pasar dan Ciwaringin, Bogor.Untuk melihat kecenderungan pertumbuhan anak disajikan nilai Rerata Z-Score BB/U tiap bulan. Perbedaan pertumbuhan dinilai pada titik usia 0, 3, 6, 9, dan 12 bulan berdasar kondisi rumah, kebersihan lingkungan dan perilaku pengasuhan dilakukan menggunakan uji T-Independen. Kondisi rumah meliputi variabel dinding, atap rumah dan ketersediaan kamar mandi.Kondisi lingkungan adalah kebersihan lingkungan didalam dan diluar rumah.Perilaku pengasuhan meliputi pemberian ASI, kolostrum dan kebiasaan merokok dalam rumah.Hasil menunjukkan Rerata anak berada di status gizi normal.pertumbuhan anak terganggu mulai usia 3 bulan dan terus berlanjut sampai 12 bulan. Tidak terdapat perbedaan signifika","PeriodicalId":310150,"journal":{"name":"The Journal of Nutrition and Food Research","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-06-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124754810","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Hubungan Sarapan dan Sosial Budaya dengan Status Gizi Anak SD Pulau Semau Kabupaten Kupang (Relationship Breakfast And Socio-cultural With Nutritional Status Of Children Elementary School In Semau Island Kupang Regency)","authors":"D. Nita, M. Helena","doi":"10.22435/PGM.V39I2.5500","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/PGM.V39I2.5500","url":null,"abstract":"Nutritional problems in students are the low energy intake at breakfast. East Nusa Tenggara Province the highest prevalence of under weight of 7,8 pencent in children aged 5-12 years. The study purposes were analyzed the breakfast energy contribution and nutrition socio-cultural to the nutritional status of elementary school students in remote areas of Semau Island. This was observational analytic study used cross sectional design. The subjects were fifth grade of elementary school students in Semau Island Kupang Regency. Subject was taken used random clusters about 112 children. Data were analyzed with chi square test and ordinal regression multivariates. There is relationship of breakfast energy contribution and nutritional status (p = 0.043), there is not relationship of breakfast protein contribution and nutritional status (p=0.918), there is not relationship of eating habits to the nutritional status (p=0.405) there is not relationship of eating refrain and nutritional status (p=0.903), there is not relationship of appetite and nutritional status (p=0,614), there is not relationship of nutrition knowledge and nutritional status (p=0.417), there is not relationship of tribes to the nutritional status (p=0.522). Kupang for district health office, the need to conduct feeding breakfast to be a form of primary school students in Semau Island of Kupang Regency. Masalah gizi pada anak sekolah adalah rendahnya asupan energi pada sarapan pagi. Sarapan pagi anak sekolah sangatlah penting kerena dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan stamina. Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah daerah dengan prevalensi kurus ( IMT/U) tertinggi (7,8 %) pada anak usia 5-12 tahun. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis sumbangan energi sarapan pagi dan sosial budaya gizi dengan status gizi anak SD di daerah terpencil di Pulau Semau. Penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan potong lintang. Subjek penelitian adalah anak kelas 5 SD di Pulau Semau Kabupaten Kupang. Subjek di ambil dengan menggunakan proporsional random sampling sebanyak 112 anak. Data diperoleh melalui wawancara, pengisian kuesioner dan pengukuran antropometri. Data dianalisis dengan uji chi square dan multivariate regresi ordinal. Hasil menunjukkan ada hubungan sumbangan energi sarapan pagi dan status gizi (p=0,043). Tidak ada hubungan antara asupan protein (p=0,918), kebiasaan makan (p=0,405), pantangan makan (p=0,903), selera makan (p=0,614), pengetahuan gizi (p=0,417), dan suku (0,552) dengan status gizi. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang perlu mengadakan program pemberian makanan tambahan berupa sarapan pagi bagi anak sekolah dasar di Pulau Semau.","PeriodicalId":310150,"journal":{"name":"The Journal of Nutrition and Food Research","volume":"34 6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-06-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130484977","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Aplikasi Pati Aren Termodifikasi Ekstrak Daun Jambu Biji Merah Dalam Pengembangan Produk Berindeks Glikemik Rendah (Applications of Arenga Starch Modified with Red Guava Leaf Extract in Development of a Low Glycemic Index Product)","authors":"N. Nurjanah, E. Julianti, E. Sahara","doi":"10.22435/pgm.v39i2.6969","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/pgm.v39i2.6969","url":null,"abstract":"Consumption of lowglycemic index (GI) and glycemic load (GL) products are recommended to prevent and manage of degenerative diseases.The high digestibility of arenga starch could be lowered by physicochemical modification with soaking the arenga starch using polyphenolic compounds. The aims of this study were to determine chemical composition, glycemic index (GI) and glycemic load (GL) of cake and cookies from arenga starch modified with 4 percent red guava leaf extract 58-62 o Brix. Chemical composition analysis include proximate, starch, dietary fiber and resistant starch. GI test was conducted in vivo on 12 healthy people. The results showed no differences in chemical compisiton between modified arenga starch cakeand native starch. However, modified arenga starch cookies had significantly lower fat and higher total carbohydrate and starch than native starch (p< 0.05). GI and GL decreased significantly (p<0.05) on cake of modified arenga starch, from high (77.72) to low (51.84). GI of modified arenga starch cookies (46.20) was not significantly different than to native starch (47.31). Cookies and cake of modified arenga starch had intermediate GL, 10.55 and 18.45 respectively. The study concluded that arenga starch modified with red guava leaf extract had a potential as an ingredient for development of low GI products. Konsumsi produk yang memiliki indeks glikemik (IG) dan beban glikemik (BG) rendah direkomendasikan untuk pencegahan dan manajemen penyakit degeneratif. Daya cerna pati dan indeks glikemik tinggi pati aren dapat diturunkan dengan memodifikasi pati melalui perendaman dalam ekstrak daun jambu biji merah sebagai sumber polifenol. Penelitian ini bertujuan mengetahui perubahan komposisi kimia, IG dan beban glikemik (BG) kue basah dan cookies berbahan baku pati aren termodifikasi ekstrak daun jambu biji merah dibandingkan pati alaminya. Kue basah dan cookies dibuat dari pati aren yang dimodifikasi dengan 4 persen ekstrak daun jambu biji merah 58-62 o Brix dan pati alaminya. Komposisi kimia yang diuji meliputi proksimat, pati, serat pangan dan pati resisten. Pengujian IG dilakukan in vivo pada 12 orang sehat . Komposisi kimia kue basah pati aren termodifikasi tidak berbeda nyata dibandingkan pati alaminya. Cookies pati aren termodifikasi memiliki kadar karbohidrat total dan pati secara nyata lebih tinggi dan kadar lemak lebih rendah dibandingkan pati alaminya. IG menurun secara nyata hanya pada kue basah pati aren termodifikasi dari tinggi (78) menjadi rendah (52). IG cookies pati aren termodifikasi rendah, tidak berbeda nyata dibandingkan pati alaminya, berturut-turut 46 dan 47. Nilai BG kue basah pati aren termodifikasi daun jambu biji lebih rendah (10,55) dibandingkan pati alaminya (15,05). BG produk tersebut terkategori sedang. Kue basah dan cookies pati aren termodifikasi memiliki BG berturut-turut 10,55 dan 18,45. Penggunaan pati aren termodifikasi dapat menurunkan IG pada kue basah. Pati aren termodifikasi berpotensi dijadikan bah","PeriodicalId":310150,"journal":{"name":"The Journal of Nutrition and Food Research","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-06-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121999718","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Gambaran Konsumsi Protein Nabati Dan Hewani Pada Anak Balita Stunting Dan Gizi Kurang Di Indonesia (the Profile of Vegetable - Animal Protein Consumption of Stunting and Underweight Children Under Five Years Old in Indonesia)","authors":"Fitrah Ernawati, Mutiara Prihatini, Aya Yuriestia","doi":"10.22435/PGM.V39I2.6973","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/PGM.V39I2.6973","url":null,"abstract":"Undernutrition is still public health problem in Indonesia, based on 2013 Basic Health Research showed that more than 20 percent of children under five in 18 out of 33 provinces were underweight and more than 20 percent in all of provinces were stunted, so the malnutrition is still a public health problem. Meanhile the SKMI 2014 showed that the average of protein consumption of children under five were above 100 persen RDA. Therefore the purpose of this data analysis was to establish the profile of protein intake and the nutritional status of children under five years old. The data sources were from the SKMI 2014 and the Basic Health Research 2013. The design of the two national health research were cross-sectional, and the analysis was done in National Institute of Heatlh Research and Development, Ministry of Health. Samples were children under five years old (ages 6-59 months). The variables collected were residence, socio economic, education, number of household members, the protein intake, vegetable and animal protein consumption, as well as their nutritional status. The result showed that among stunting and underweight children, the protein intake from animal foods especially milk and dairy foods were lower than children with normal nutritional status. Meanwhile the protein intake from vegetable was higher, especially cereals. Based on these results need to be developed foods containing high quality protein as well as providing information and education for people to consume more varied food sources of high quality protein with low prices such as nuts. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan 18 dari 33 provinsi mempunyai prevalensi gizi kurang ( underweight ) pada balita lebih dari 20 persen dan semua propinsi masih memiliki masalah stunting lebih dari 20 persen, sehingga masalah gizi kurang dan stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Data SKMI 2014 menunjukkan bahwa tingkat kecukupan rata-rata protein pada balita sudah di atas 100 persen. Analisis lanjut data SKMI 2014 dan data Riskesdas 2013 ini bertujuan untuk melihat profil keragaman asupan protein hubungannya dengan masalah gizi pada balita. Desain penelitian Riskesdas maupun SKMI adalah cross-sectional. Analisis data dilakukan di Badan Litbang Kesehatan dari bulan Juni -Oktober 2015. Sampel adalah anak balita (usia 6-59 bulan). Variabel yang dikumpulkan yaitu tempat tinggal, sosial ekonomi kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga, jumlah anggota rumah tangga, asupan protein anak balita, konsumsi protein nabati dan hewani anak balita, masalah gizi anak balita yang kemudian dilakukan analisis antara asupan protein hewani dan asupan protein nabati. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada anak balita stunting maupun gizi kurang, asupan protein hewani terutama yang berasal dari susu dan hasil olahnya lebih rendah dibandingkan anak balita dengan status gizi baik. Sebaliknya asupan protein dari bahan nabati lebih tinggi terutama serealia. Berdasarkan ha","PeriodicalId":310150,"journal":{"name":"The Journal of Nutrition and Food Research","volume":"91 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-06-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132681036","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Amalia Safitri, Abas Basuni Jahari, Fitrah Ernawati
{"title":"KONSUMSI MAKANAN PENDUDUK INDONESIA DITINJAU DARI NORMA GIZI SEIMBANG (FOOD CONSUMPTION IN TERM OF THE NORM OF BALANCED NUTRITION)","authors":"Amalia Safitri, Abas Basuni Jahari, Fitrah Ernawati","doi":"10.22435/PGM.V39I2.6971","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/PGM.V39I2.6971","url":null,"abstract":"Currently Indonesia is facing double burden nutrition problems, undernutrition and over nutrition .The Riskesdas, national basic health survey in 2013 the prevalence of underweight is 19.6 percent and 11.9 percent overweight. One of the cause s of malnutrition is a problem in selecting healthy food that can lead to problems in food varie ty, proportion and adequacy requir ed by the body. The purpose of this analysis is to assess food consumption pattern of the population in both quality and quantity which is a re presenta tion of the first pillar of balanced nutrition guide (Pedoman Gizi Seimbang) . D ata from the Individual Food Consumption Survey (SKMI) in 2014 was used for this analysis . The diversity of food is analyzed based on the types of food consumed , the proportion of consumption data obtained from the consumption of ca rbohydrat e , protein and fat , and the adequacy energy consumption as e v aluated based on total energy consum p tion of the sample compared to Dietary Allowances (RDA). The results showed that only food variety is in better situation than the proportion and energy adequ ac y Recommenda tion,n utrition education should be intensified either through formal channel (via schools or other in s titution) or informal channel (pengajian, arisan, karang taruna, majlis taklim, sekol a h ming g u di gereja) conveying the messages of balanced nutrition. Saat ini Indonesia disebut menghadapi permasalahan gizi ganda, yaitu adanya masyarakat yang kekurangan gizi, namun sebaliknya ada juga yang kelebihan. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 prevalensi underweight sebesar 19,6 persen dan kegemukan sebesar 11,9 persen. Salah satu penyebab dari kejadian ini adalah adanya kesalahan dalam pola makan yang tidak memperhatikan keragaman, proporsi dan kecukupan energi yang dibutuhkan oleh tubuh.Tujuan dari analisis ini adalah untuk melihat bagaimana pola konsumsi penduduk baik kualitas maupun kuantitasnya yang merupakan cerminan dari pilar pertama gizi seimbang. Analisis ini menggunakan data dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) tahun 2014. Keragaman makanan didapatkan dari data hidangan dan jenis bahan makanan, proporsi konsumsi didapatkan dari data konsumsi bahan makanan sumber karbohidrat (KH), protein dan lemak dan data kecukupan didapatkan dari total energi yang dikonsumsi dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG). Hasil yang didapat dari analisis ini secara umum keragaman konsumsi makanan penduduk di Indonesia sudah baik, namun pada proporsi dan kecukupan konsumsi masih kurang. Saran dari hasil analisis ini adalah perlu digalakkannya pedoman gizi seimbang dan lebih memahami pentingnya menjaga kualitas dan kuantitas konsumsi makanan agar sehat dan terhindar dari penyakit.","PeriodicalId":310150,"journal":{"name":"The Journal of Nutrition and Food Research","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-06-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123146839","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
S. Fatimah, Leva B Akbar, Ambrosius Purba, Vita Murniarti Tarawan, G. Nugraha, Putri Tessa Radhiyanti, Titing Nurhayati
{"title":"HUBUNGAN PENGUKURAN LEMAK SUBKUTAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA LAKI-LAKI USIA LANJUT","authors":"S. Fatimah, Leva B Akbar, Ambrosius Purba, Vita Murniarti Tarawan, G. Nugraha, Putri Tessa Radhiyanti, Titing Nurhayati","doi":"10.22435/PGM.V40I1.6295","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/PGM.V40I1.6295","url":null,"abstract":"Degenerative diseases are associated with obesity. Body mass index (BMI) measurement is a way to measure disease risk,howeverfat mass more explain metabolic conditions associated with degenerative diseases. Research shows consistent relation between these two parameters with diseases risk. This study aims to determine the association of fat mass by skinfold thickness measurement with BMI. The study design was observational with cross-sectional approach. This research was done at the UniversitasPadjadjaran in 2015. The number of subjects were 96 men with the inclusion criteria over 50 years, exclusion criteria have abnormal posture and edema. Statistical analysis used Spearman rank correlation test and a simple linear regression. Characteristics of age 67.98 (SD: 9.81) years, height 1.61 (SD: 0.61) m, weight 66.67 (SD: 10.74) kg, BMI: 26.28 (SD 3,55) kg / m 2 , body fat: 30.98 percent. The distribution of nutritional status category: underweight 2 percent, normoweight 11.9 percent, overweight 27.27 percent, obese 58.4 percent. Fat mass category: normal category 41.6 percent and overfat 58.4 percent. Correlation between fat mass with age of 0.094 percent, with heights 0.14 percent and with a BMI 0.55 percent. Simple linier regression analysis shows the equation: percent fat mass = 2,757 + 0.089. This equation means every increase of 1 BMI will increase the fat mass percent by (2.757 + 1*0.089) 2 . The implications of this equation show that BMI can predict fat mass in elderly men based on subcutaneous fat thicknessmeasurements. Penyakit degeneratif berhubungan dengan faktor risiko obesitas. Pengukuran indeks massa tubuh (IMT) merupakan cara untuk mengukur risiko penyakit, tetapi massa lemak dapat menggambarkan kondisi metabolik yang berhubungan dengan penyakit degeneratif. Penelitian menunjukkan hubungan konsisten antara kedua parameter ini dengan risiko penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara massa lemak berdasarkan pengukuran tebal lemak subkutan dengan IMT. Disain penelitian adalah observasional dengan pendekatan potong lintang . Penelitian dilakukan di kampus Universitas Padjadjaran tahun 2015. Jumlah subjek 96 laki-laki dengan kriteria inklusi di atas 50 tahun, kriteria ekslusi memiliki postur tubuh tidak normal dan edema. Variabel bebas adalah umur, tinggi badan dan IMT, variabel tergantung adalah massa lemak. Analisis statistik menggunakan uji korelasi Spearman rank dan uji regresi linier sederhana.Karakteristik usia 67,98(SD: 9,81) tahun, tinggi badan 1,61(SD : 0,61) m, berat badan 66,67 (SD : 10,74) kg, IMT: 26,28 (SD : 3,55) kg/m 2 , lemak tubuh: 30,98 persen.Sebaran kategori status giziterdiri dari berat badan kurang 2 persen, normal 11,9 persen, berat badan lebih 27,27 persen, obesitas 58,4 persen. Kategori massa lemak terdiri dari kategori normal 41,6 persen dan lebih 58,4 persen. Korelasi antara massa lemak dengan usia0,094 persen, dengan tinggi badan 0,14 persen dan dengan IMT 0,55 persen. Analisis regres","PeriodicalId":310150,"journal":{"name":"The Journal of Nutrition and Food Research","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-06-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131515062","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sri Muljati, Agus Triwinarto, N. Utami, Hermina Hermina
{"title":"Gambaran Median Tinggi Badan Dan Berat Badan Menurut Kelompok Umur Pada Penduduk Indonesia Yang Sehat Berdasarkan Hasil Riskesdas 2013","authors":"Sri Muljati, Agus Triwinarto, N. Utami, Hermina Hermina","doi":"10.22435/PGM.V39I2.5723","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/PGM.V39I2.5723","url":null,"abstract":"The availability of weight and height data based on age group of Indonesian population are needed to assess the appropriate nutrition intake in every gender and age group. However, threre are many problems during determining recommended dietary allowances (RDA) for Indonesians due to un intregated available aquired data in a survey. This analyced data aimed to present aquired information for arranging RDA base on gender and age group. Weight and height data were axtracted from baseline health survey of Indonesia (Riskesdas) 2013. The weight and height data included in the analyses were individu should have good nutritional status, free from chronic diseases and came from wealth economic status. The median of weight and of height were compare to recommended weight and height in RDA 2012 in same gender and same age group. Results show that median weight and height were looked lower than RDA one, the results can be considered on determining of the coming RDA for Indonesian . Tersedianya data berat badan dan tinggi badan menurut kelompok umur pada penduduk Indonesia bermanfaat untuk menilai asupan gizi yang tepat pada setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Namun demikian dalam penetapan AKG (Angka Kecukupan Gizi) selama ini masih terkendala karena beberapa informasi yang diperlukan ketersediannya terbatas, seperti data berat badan, tinggi badan, serta asupan zat gizi belum dilakukan dalam suatu survei yang terintegrasi. Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang nilai median berat badan dan tinggi badan penduduk Indonesia menurut kelompok umur berdasarkan data Riskesdas 2013 dan membandingkan dengan median tinggi badan dan berat badan yang digunakan dalam AKG 2012. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data berat badan dan tinggi badan individu yang memiliki tingkat soaial ekonomi baik, status gizi normal dan tidak menderita penyakit kronis. Hasil analisis menunjukkan bahwa median berat badan dan tinggi badan pada jenis kelamin yang sama dan kelompok umur yang sama tampak lebih rendah dibandingkan dengan median berat badan dan tinggi badan dari setiap kelompok umur dalam AKG 2012. Dengan diperolehnya angka median berat badan dan tinggi badan menurut kelompok umur dan jenis kelamin diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan AKG yang akan datang.","PeriodicalId":310150,"journal":{"name":"The Journal of Nutrition and Food Research","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-06-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125326383","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"TINJAUAN KRITIS INTERVENSI MULTI MIKRONUTRIEN PADA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN","authors":"Sri Sumarmi","doi":"10.22435/pgm.v40i1.6374","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/pgm.v40i1.6374","url":null,"abstract":"Indonesia is one of 35 countries which join Scaling Up Nutrition (SUN) movement, a global movement worldwide effort to end under-nutrition, emphasizing on the first 1000 days of life. There are several critical notes in term of program implementation. This article will discuss the critical point view of the implementation of SUN movement in Indonesia focussing on the importance of nutrition intervention during preconception period , particularly with multi microminutrients supplementation . Several literature-based evidences as well as the author’s research evidence will be discussed in this paper. Base d on literature review, there were many prospective cohort studies in several countries pro v ide d evidence that women who consume d multivitamin supplement during preconception period ha d 50% reduce d risk of prematurity compare d to those did not consume multivitamin supplement (RR= 0,050); reduc ed risk of preeclampsia about 45-71% (OR=0,029-0,55); and reduce d ri s k of small for gestational age (SGA) by 36%. Current randomized double blind community based trial conducted in Probolinggo East Java reveal ed that extended multi micronutrients intervention 2-6 month prior to pregnancy pro v ide d better effect on birth weight and placental weight, as well as maternal endocrine and im m une response. T hose evidence s ensure the plaucibility that multi micronutrients supplementation begin at preconception period is more important then just during pregnancy. Otherwise, many evidences were also revealed that multi micronutrients supplementation better effect to improves pregnancy outcomes. It was implied when the intervention is provided only during pregnancy, it means that critical period of early pregnancy (peri-conceptional period) is missing. Furthermore, it might be better to use multi micronutrients begin at preconception period and during pregnancy, instead of iron folic acid. Indonesia merupakan salah satu dari 35 negara di dunia yang mendukung gerakan global Scaling Up Nutrition (SUN), yang intinya untuk menyelamatkan 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK). Ada beberapa catatan dalam pelaksanaan gerakan penyelamatan 1000 HPK di Indonesia. Artikel ini berisi analisis kritis terhadap kebijakan program intervensi 1000 HPK, dengan fokus pentingnya pemenuhan gizi pada periode prakonsepsi ( preconception nutrition ), terutama suplementasi multi mikronutrien dalam menunjang keberhasilan program. Berbagai evidence disajikan melalui studi literatur maupun evindence dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian prospective cohort di beberapa negara membuktikan bahwa wanita hamil yang mengkonsumsi suplemen multivitamin pada masa prakonsepsi mengalami penurunan risiko kelahiran prematur sebesar 50% (RR = 0,50) dibandingkan wanita yang tidak mengkonsumsi multivitamin. Konsumsi multivitamin pada masa prakonsepsi dapat menurunkan risiko pre-eklampsia sebesar 45% hingga 71% (OR = 0,029-0,55) dan menurunkan risiko small for gestation","PeriodicalId":310150,"journal":{"name":"The Journal of Nutrition and Food Research","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-06-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129766500","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}