{"title":"Maserasi fetus sebagian pada kambing peranakan etawa","authors":"Rini Widyastuti, R. Setiawan, M. F. Ulum","doi":"10.29244/avl.7.1.13-14","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.7.1.13-14","url":null,"abstract":"Maserasi fetus adalah kondisi patologis selama masa kebuntingan ditunjukkan dengan adanya kematian janin diikuti dengan proses pembusukan dan penghancuran jaringan fetus. Maserasi fetus pada laporan kasus kali ini terjadi pada induk kambing peranakan etawa yang menjadi resepien program sinkronisasi birahi dan inseminasi buatan (IB). Hasil pemeriksaan ultrasonografi dan palpasi abdomen pada kambing menunjukkan tanda kebuntingan 3 bulan pasca IB. Namun hingga bulan ke 7 tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kelahiran. Hasil pemeriksaan fisik terlihat pembesaran abdomen dan teraba janin pada palpasi abdominal, akan tetapi pada vulva terdapat leleran darah dan nanah. Terapi dengan penyuntikan hormon PGF2α dilakukan untuk mendilatasi servik dan kontraksi myometrium sehingga janin dapat keluar. Kondisi janin yang keluar tampak abdominal hingga ekstremitas caudal sudah membusuk dan lisis. Induk kambing PE didiagnosa mengalami maserasi sebagian pada fetus. Terapi pada induk dilanjutkan dengan pemberian antibiotik dan multivitamin.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78338951","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Uji Escherichia coli pada feather meal dan daging ayam","authors":"Fernanda Septi Ikhriandanty, Nurul Hidayah","doi":"10.29244/avl.7.1.17-18","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.7.1.17-18","url":null,"abstract":"Daging ayam merupakan salah satu sumber protein yang sering dikonsumsi masyarakat, dalam konteks keamanan pangan penting bagi masyarakat untuk mendapatkan daging yang sehat dengan kandungan gizi yang tinggi. Feather meal (tepung bulu) merupakan tambahan pada pakan ternak ruminansia. Pengawasan terhadap kandungan bakteri E. coli pada daging ayam dan feather meal perlu dilakukan untuk mencegah efek samping terhadap kontaminasi. Menurut SNI 3924:2009 batas kontaminasi E. coli pada daging ayam dan feather meal adalah <1 x 101 koloni/g. Sampel berasal dari produsen daging dan feather meal di Kabupaten Mojokerto dan pemeriksaan dilakukan di Dinas Pertanian setempat. Pemeriksaan menggunakan media petrifilm E. coli (3M™ Petrifilm™ E. Coli) dengan pengenceran 1x 10-6 yang diinkubasi selama 24 jam. Hasil yang didapatkan yaitu 15 x 10-6 koloni/g pada media feather meal dan 11 x 10-6 koloni/g pada daging ayam. Kontaminasi E. coli pada produk menandakan bahwa proses pengolahan dan higiene kurang baik, sehingga daging ayam dan feather meal tidak layak untuk dikonsumsi dan sebagai sumber bahan tambahan pakan ternak.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"19 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81523118","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pemantauan penanganan esophageal ulcer dan gastric ulcer pada lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik (Tursiops aduncus) dengan teknik endoskopi","authors":"M. Elmanaviean, Dwi Restu Seta","doi":"10.29244/avl.7.1.11-12","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.7.1.11-12","url":null,"abstract":"Seekor lumba-lumba hidung botol Indo Pasifik betina yang telah berada di lembaga konservasi selama 2 tahun mengalami gejala tidak nafsu makan. Keadaan lumba-lumba terlihat tidak aktif bergerak dan cenderung berenang menyendiri. Tindakan yang dilakukan adalah pemeriksaan saluran pencernaan menggunakan endoskopi dan didapatkan diagnosa esophageal ulcer dan gastric ulcer. Penanganan pasca pemeriksaan yaitu penyesuaian pemberian pakan, rehidrasi, pemberian antasida, proton pump inhibitor, antibiotik, dan multivitamin. Setelah pengobatan selama 14 hari, dilakukan evaluasi menggunakan endoskopi, terlihat mukosa esofagus serta lambung depan telah membaik, lumba-lumba kembali makan dan beraktivitas normal.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"8 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87808930","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Abortus pada kucing akibat infeksi feline panleukopenia virus","authors":"Ni Wayan Helpina Widyasanti, I. Putra","doi":"10.29244/avl.7.1.9-10","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.7.1.9-10","url":null,"abstract":"Feline panleukopenia virus (FPV) yang menginfeksi kucing dalam keadaan bunting diketahui dapat mengakibatkan abortus, mumifikasi fetus, kematian fetus dini dan resorption fetus. Kucing domestik betina berumur 7 bulan dibawa ke Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan gejala muntah, diare, lemas dan tidak mau makan. Pemeriksaan ultrasonografi terlihat 5 fetus dalam keadaan hidup dengan usia kebuntingan 39,7 ± 2 hari. Hasil pemeriksaan hematologi menunjukkan terjadi leukopenia, anemia makrositik hipokromik dan trombositopenia. Rapid test kit antigen FPV menunjukkan hasil positif. Terapi dalam kasus ini dibagi dalam 2 tahap yaitu pengobatan injeksi selama 3 hari yaitu antibiotik, antiemetik, ATP dan multivitamin. Kucing mengalami abortus pada hari ke-2 dan ke-3 sehingga dilanjutkan dengan terapi oral selama 7 hari yaitu antibiotik, antiprotozoa cefadroxil, metronidazole, adsorben dan emolien serta multivitamin. Terapi cairan ringer laktat diberikan selama 5 hari bersamaan dengan pakan pemulihan. Proses pemulihan ditandai dengan tidak ada muntah dan mulai ada nafsu makan pada hari ke-3. Feses sudah berbentuk semisolid pada skor 5 (skala 1-7) pada hari ke-6. Kucing sudah dapat dibawa pulang oleh pemilik dan dilanjutkan rawat jalan dengan terapi obat oral. Tujuh hari setelah rawat jalan kucing telah dinyatakan sembuh.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73315608","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Diagnosa dan penanganan fraktur oblique os radius-ulna pada kucing domestik","authors":"Allysa Shavira, Annisa Rahma Yanti, Yoni Darmawan Sugiri, Fransiscus Teguh Santoso, R. Andari, Okta Wismadanu","doi":"10.29244/avl.7.1.1-2","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.7.1.1-2","url":null,"abstract":"Seekor kucing domestik jantan bernama Oreo berumur 4 tahun dirujuk ke Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa Barat. Sebelumnya, kucing diketahui jatuh dari ketinggian 2,5 m yang menyebabkan kucing terlihat tidak aktif dan mengalami pincang gerak pada kaki depan sebelah kanan saat berjalan. Pemeriksaan radiografi dilakukan untuk mencitrakan bentuk fraktur yang terjadi dan terlihat adanya fraktur os radius-ulna dengan jenis fraktur oblique. Terapi dilakukan dengan prosedur bedah pemasangan bone pin pada tulang yang fraktur","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"43 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87337006","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mukhammad Yusuf Kadir Pole, S. Kholifah, Nur Alif Bahmid, Fika Yuliza Purba
{"title":"Mastitis subklinis pada sapi perah di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden, Jawa Tengah, Indonesia","authors":"Mukhammad Yusuf Kadir Pole, S. Kholifah, Nur Alif Bahmid, Fika Yuliza Purba","doi":"10.29244/avl.7.1.5-6","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.7.1.5-6","url":null,"abstract":"Mastitis subklinis merupakan penyakit yang sering menyerang sapi perah laktasi dan berpotensi menurunkan produksi sehingga menimbulkan kerugian bagi peternak. Mastitis subklinis umumnya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae dan Escherichia coli. Tulisan ini bertujuan untuk melaporkan tanda klinis, metode diagnosis dan penanganan mastitis subklinis pada sapi perah di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden. Uji mastitis dilakukan menggunakan California Mastitis Test (CMT). Pemeriksaan klinis sapi tampak normal tanpa adanya tanda-tanda peradangan pada ambing, sedangkan berdasarkan pemeriksaan dengan CMT, sapi dinyatakan positif mastitis subklinis dengan hasil CMT +++ (sedang) pada ambing kiri depan, dan CMT ++ (ringan) pada ambing kiri belakang. Sapi kemudian ditangani dengan pemberian antibiotik Terrexine LC yang mengandung cephalexin (200 mg) dan kanamycin (100,000 IU), secara intramamari, sebanyak 3 kali setiap 12 jam post-milking. Teat dipping menggunakan povidone iodine 1% serta pemisahan kandang dengan sapi yang sehat juga dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit. Skor CMT tampak menurun dan dinyatakan sebagai infeksi ringan setelah 7 hari pasca pengobatan.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82016254","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Roro Soesatyoratih, R. H. Soehartono, Mohamad Zaky Asyraf
{"title":"Akupuntur untuk terapi konstipasi pada kucing Persia","authors":"Roro Soesatyoratih, R. H. Soehartono, Mohamad Zaky Asyraf","doi":"10.29244/avl.7.1.3-4","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.7.1.3-4","url":null,"abstract":"Seekor kucing betina Persia bernama Lucy mengalami kesulitan defekasi berulang, kucing tampak lemas, anoreksia, muntah dan dehidrasi akibat muntah yang terjadi berulang-kali. Berdasarkan anamnesa, gejala klinis, hasil pemeriksaan fisik hewan, dan pemeriksaan penunjang, rontgen abdomen, kucing Lucy didiagnosa mengalami konstipasi (kesulitan defekasi). Terapi akupuntur menggunakan dry needle pada titik BL-21, BL-25, CV-4, CV-6, CV-12, GV-1, ST-25, dan ST-36 digunakan sebagai pengobatan pada kasus ini dengan tujuan meningkatkan motilitas gastrointestinal. Terapi dilaksanakan selama 15 menit setiap terapi dan dilakukan seminggu 3 kali. Kucing dapat defekasi dengan lancar setelah terapi ke-3 dan kondisi kucing yang awalnya buruk semakin membaik.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88925406","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Elsi Rahmadhani, I. Wibawan, D. R. Ekastuti, Ronal Tarigan, P. Achmadi, Isdoni Isdoni, Koekoeh Santoso, A. Satyaningtijas
{"title":"Profil eritrosit, hemoglobin, dan nilai hematokrit luwak Jawa (Paradoxurus hemaphroditus) pemakan dan tidak pemakan buah kopi","authors":"Elsi Rahmadhani, I. Wibawan, D. R. Ekastuti, Ronal Tarigan, P. Achmadi, Isdoni Isdoni, Koekoeh Santoso, A. Satyaningtijas","doi":"10.29244/avl.7.1.15-16","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.7.1.15-16","url":null,"abstract":"Luwak Jawa (Paradoxurus hemaphroditus) merupakan hewan yang memiliki kemampuan menghasilkan biji kopi yang berkualitas, sehingga status kesehatannya perlu untuk diperhatikan. Gambaran darah dapat dijadikan sebagai indikator status kesehatan luwak pada kondisi tertentu. Penelitian mengenai luwak telah banyak dilaporkan, namun belum ada penelitian mengenai parameter fisiologis khususnya profil eritrosit dari luwak yang sengaja diberikan buah kopi secara terus menerus selama 3 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung profil eritrosit pada luwak Jawa pemakan pemakan kopi dan tidak pemakan buah kopi. Gambaran darah luwak Jawa pada saat adaptasi dan pemeliharaan berfluktuasi. Rataan jumlah eritrosit luwak pemakan buah kopi dan tidak pemakan buah kopi adalah (8,24±2,40) x 106/mL dan (8,25±2,16) x 106/mL, kadar hemoglobin adalah (6,18±2,21) g/dL dan (6,40±2,21) g/dL dan nilai hematokrit adalah (16,50±2,21) % dan (16,00±2,14) %. Secara umum gambaran darah luwak Jawa pemakan buah kopi memiliki rataan yang lebih rendah dari pada luwak Jawa yang tidak diberi buah kopi.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"20 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84088021","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Prolapsus rektum berulang pada kucing ras campuran","authors":"Haifa Maziyyah, Rahma Melatiana, Ziazan Bevina Athallah, Ayu Syilvita Amanda, Yoni Darmawan Sugiri, Fransiscus Teguh Santoso, Okta Wismandanu","doi":"10.29244/avl.7.1.7-8","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.7.1.7-8","url":null,"abstract":"Seekor kucing ras campuran dibawa pemiliknya datang ke Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa Barat dengan keluhan keluarnya massa kemerahan dari anus yang pernah terjadi 7 kali sebelumnya. Kucing didiagnosa mengalami prolapsus rektum berulang. Penanganan terakhir pada kasus prolapsus dilakukan tindakan amputasi rektum (enterectomy) dan anastomosis, serta colopexy. Selama pemulihan diberikan infus NaCl, antibiotik injeksi dan topikal, serta NSAID sebagai terapi. Namun, kucing tidak dapat bertahan dan mengalami kematian 5 hari setelah pembedahan.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"118 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77441014","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Gambaran parameter fisiologi sebelum dan setelah penanganan pada kuda dengan kasus kolik ringan","authors":"Irfan Hakim Utomo, Dwi Budiono","doi":"10.29244/avl.6.4.73-74","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.6.4.73-74","url":null,"abstract":"Kolik merupakan penyakit yang sering dialami oleh kuda. Kondisi kolik secara umum akan menyebabkan perubahan pada kondisi fisiologis kuda. Tulisan ini melaporkan kondisi parameter fisiologi sebelum dan setelah penanganan pada kuda yang mengalami kolik ringan. Beberapa gejala klinis yang muncul pada kedua kuda adalah menakur-nakur, memojok, napas terengah-engah, dan tidak memakan pelet. Hasil pemeriksaan parameter fisiologi kuda yang mengalami kolik ringan menunjukkan kedua kuda mengalami peningkatan frekuensi denyut jantung, frekuensi denyut nadi, frekuensi respirasi dan frekuensi peristaltik usus kuda hanya terdengar 1 kali. Temperatur tubuh dan warna mukosa kedua kuda dalam kondisi normal. Kedua kuda tidak berdefekasi sebelum penanganan. Kedua kuda diberikan terapi berupa penyuntikan obat non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID) flunixin intravena. Selain itu, kuda juga diajak berjalan-jalan dan dilakukan penundaan pemberian pakan. Hasil pemeriksaan parameter fisiologi kedua kuda setelah penanganan berhasil menurunkan frekuensi denyut jantung, frekuensi denyut nadi, frekuensi respirasi dari nilai sebelum penanganan menjadi normal. Peristaltik usus kedua kuda meningkat yang disertai dengan defekasi. Suhu tubuh dan warna mukosa kedua kuda dalam kondisi normal","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"8 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79473292","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}