MAHESAPub Date : 2023-11-01DOI: 10.33024/mahesa.v3i11.11398
Fadil Hidayat, Giovanno Sebastian Yogie, Yohanes Firmansyah, Alexander Halim Santoso, Joshua Kurniawan, Ranindita Maulya Ismah Amimah, Brian Albert Gaofman, Rifi Nathaznya Syachputri
{"title":"Gambaran Kadar Hemoglobin dan Hematokrit pada Wanita Usia Produktif","authors":"Fadil Hidayat, Giovanno Sebastian Yogie, Yohanes Firmansyah, Alexander Halim Santoso, Joshua Kurniawan, Ranindita Maulya Ismah Amimah, Brian Albert Gaofman, Rifi Nathaznya Syachputri","doi":"10.33024/mahesa.v3i11.11398","DOIUrl":"https://doi.org/10.33024/mahesa.v3i11.11398","url":null,"abstract":"ABSTRACT Anemia is one of the common public health problems that cannot be underestimated. This could occur especially in children, pregnant and postnatal women, as well as female adolescents or women in menstruation. If untreated, anemia will cause bad effects on the patient, including premature delivery, low birth weight, affecting productivity and performance in work, and also could lead to organ failures or even death. To find out the haemoglobin and haematocrit profile in women of productive age. This is a descriptive study with a cross-sectional design. Data was obtained in July 2023 from Cipondoh Ward. Samples are obtained using a non-random purposive sampling method, including women of productive age that met the criteria. Data was obtained through interviews and blood examination. Qualitative data is presented in proportion (%), and quantitative data is presented in centralized data distribution. This study included 71 women of reproductive age, with the most respondents in the age group 51-64 years (59.2%). The mean haemoglobin level was 12.10 (±1.48) g/dL, with normal haemoglobin levels in 54.9% of respondents, mild anemia in 36.6% of respondents, and moderate anemia in 8.5% of respondents. The study also found an average haematocrit level of 35.70 (±4.35) % from all respondents.Anemia could occur in women of productive age in various age groups. It is important to evaluate haemoglobin and haematocrit levels in women of productive age. further research is needed to assess the parameters to find out the type of anemia, and also to explore and analyze the factors that could cause anemia. Keywords: Age, Anemia, Female ABSTRAK Anemia merupakan salah satu dari masalah kesehatan masyarakat yang tidak dapat dianggap remeh. Hal ini dapat terjadi terutama pada anak-anak, wanita hamil dan pasca melahirkan, serta remaja putri dan wanita yang sedang menstruasi. Apabila dibiarkan, anemia akan berdampak buruk pada penderitanya, seperti kelahiran premature dan berat badan lahir rendah, gangguan produktivitas dan performa dalam pekerjaan, juga dapat terjadi kegagalan organ hingga kematian. Mengetahui gambaran kadar hemoglobin dan hematokrit pada wanita usia produktif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang. Data yang diperoleh pada bulan Juli 2023 di Rukun Warga (RW) 008 Kelurahan Cipondoh. Sampel pada penelitian diperoleh dengan metode non-random purposive sampling, meliputi wanita usia produktif yang memenuhi kriteria. Data diperoleh melalui anamnesis dan pemeriksaan darah. Data disajikan dalam proporsi (%) untuk data kualitatif serta sebaran data terpusat untuk data kuantitatif. Penelitian ini mengikutsertakan 71 wanita usia produktif, dengan responden terbanyak pada kelompok usia 51-64 tahun (59,2%). Didapatkan rerata kadar hemoglobin 12,10 (±1,48) g/dL, dengan kadar hemoglobin normal pada 54.9% responden, anemia ringan pada 36,6% responden, dan anemia sedang pada 8,5% responden. Didapatkan juga rerata kadar he","PeriodicalId":473322,"journal":{"name":"MAHESA","volume":"28 3","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135325396","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
MAHESAPub Date : 2023-11-01DOI: 10.33024/mahesa.v3i11.11607
Novia Yudhitiara, Sukmawati Tansil Tan, Giovanno Sebastian Yogie, Dean Ascha Wijaya, William Gilbert Satyanegara, Fernando Nathaniel, Joshua Kurniawan, Catharina Sagita Moniaga, Yohanes Firmansyah, Alexander Halim Santoso, Astin Mandalika, Linginda Soebrata
{"title":"Korelasi Kadar Gula Darah Sewaktu dengan Kadar Air dan Sebum Kulit di Rukun Warga (RW) 008 Kelurahan Cipondoh","authors":"Novia Yudhitiara, Sukmawati Tansil Tan, Giovanno Sebastian Yogie, Dean Ascha Wijaya, William Gilbert Satyanegara, Fernando Nathaniel, Joshua Kurniawan, Catharina Sagita Moniaga, Yohanes Firmansyah, Alexander Halim Santoso, Astin Mandalika, Linginda Soebrata","doi":"10.33024/mahesa.v3i11.11607","DOIUrl":"https://doi.org/10.33024/mahesa.v3i11.11607","url":null,"abstract":"ABSTRACT Skin hydration is influenced by various factors. Blood glucose levels are also known to affect the protective function of the skin. This cross-sectional study aims to investigate the profile of skin hydration status and its correlation with blood glucose levels among subjects at RW 08 Cipondoh. Skin hydration status measurements were done using an Over The Counter (OTC) skin analyzer. Blood glucose levels were measured using Point of Care Testing (POCT) Out of 101 respondents, the average age was 51.38 years with 75.2% of the respondents were female. The mean blood glucose was 122.71 mg/dL. The mean oil and water hydration were 22.99% and 42.96%, respectively. The data showed a negative correlation between blood glucose and water hydration, with a correlation coefficient power of 0.319 significantly, and between blood glucose and oil hydration, with 0.236 significantly. This study concludes that higher blood glucose levels was associated with worse skin hydration status. Keywords : Blood glucose, Hydration Status ABSTRAK Kelembaban kulit dipengaruhi oleh banyak faktor. Kadar gula darah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi fungsi kelembaban kulit. Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status hidrasi kulit dan korelasinya dengan kadar gula darah pada komunitas yang tinggal di RW 08 Cipondoh. Pengukuran status hidrasi kulit menggunakan alat Over The Counter (OTC) skin analyzer. Kadar gula darah diukur menggunakan Point of Care Testing (POCT). Dari 101 responden, rata-rata usia subjek penelitian adalah 51,38 tahun dengan 75,2% responden adalah perempuan. Rerata gula darah sewaktu (GDS) sebesar 122,71 mg/dL. Rerata hidrasi sebum dan air, masing-masing sebesar 22,99% dan 42,96%. Hasil uji statistik menunjukan hasil korelasi negatif antara GDS dengan hidrasi air sebesar 0,319 secara signifikan dan hidrasi sebum sebesar 0,236 secara signifikan. Penelitian ini menyatakan bahwa semakin tinggi kadar gula darah, maka semakin menurun status hidrasi kulit seseorang. Kata Kunci: Kadar Gula Darah, Kadar Hidrasi","PeriodicalId":473322,"journal":{"name":"MAHESA","volume":"26 3","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135325403","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
MAHESAPub Date : 2023-11-01DOI: 10.33024/mahesa.v3i11.11601
Senja Atika Sari HS, Uswatun Hasanah, Nuri Luthfiatil Fitri, Sri Nurhayati, Viki Yusri
{"title":"Hubungan Usia, Jenis Kelamin dan Asupan Garam dengan Tekanan Darah Penderita Hipertensi","authors":"Senja Atika Sari HS, Uswatun Hasanah, Nuri Luthfiatil Fitri, Sri Nurhayati, Viki Yusri","doi":"10.33024/mahesa.v3i11.11601","DOIUrl":"https://doi.org/10.33024/mahesa.v3i11.11601","url":null,"abstract":"ABSTRACT Hypertension, known as the 'silent-killer', affects more than 1.3 billion people in the world, 1 in 4 men and 1 in 5 women suffer from this disease. Hypertension has caused various serious impacts such as heart failure and coronary heart disease and even stroke. The risk factors that cause hypertension are multi-factorial, so this disease must be a concern. The purpose of this study was to determine the relationship between age, gender and salt intake with blood pressure of hypertension sufferers in the Banjarsari Health Center. This type of research is an analytic study with a cross-sectional design. The population in this study were patients with primary hypertension, the samples taken were 42 people. Analysis using chi square test. Patients with hypertension were dominated by age <60 years (69.0%), female gender (73.8%), and not limiting salt intake behavior (54.8%), blood pressure generally being at grade II (42.8%). 9%). The results of the analysis showed that there was a relationship between age (p-value 0.038; OR: 6.769) and salt intake (p-value 0.035; OR: 4.857) with blood pressure in patients with hypertension. Meanwhile, gender was not shown to have a significant relationship with blood pressure (p-value 0.731). It is hoped that people with hypertension can apply a healthy lifestyle such as doing physical activity and limiting salt intake. Keywords: Age, Gender, Salt Intake, Blood Pressure ABSTRAK Hipertensi yang dikenal sebagai ‘silent-killer’ telah diderita oleh lebih dari 1,3 milyar penduduk dunia, 1 dari 4 pria dan 1 dari 5 wanita menderita penyakit ini. Hipertensi telah menimbulkan berbagai dampak yang cukup serius seperti gagal jantung dan penyakit jantung koroner dan bahkan stroke. Faktor resiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi bersifat multi faktor sehingga penyakit ini harus menjadi perhatian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia, jenis kelamin dan asupan garam dengan tekanan darah penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarsari. Jenis penelitian studi analitik rancangan crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi primer, sampel yang diambil sebanyak 42 orang. Analisis menggunakan uji chi square. Penderita hipertensi didominasi usia <60 tahun (69,0%), jenis kelamin perempuan (73,8%), dan memiliki perilaku tidak membatasi asupan garam (54,8%), tekanan darah uumumnya berada pada derajat II (42,9%). Hasil analisis menunjukkan ada hubungan usia (p-value 0,038; OR: 6,769) dan asupan garam (p-value 0,035; OR: 4,857) dengan tekanan darah pada penderita hipertensi. Sementara jenis kelamin tidak terbukti memiliki hubungan signifikan dengan tekanan darah (p-value 0,731). Diharapkan penderita hipertensi dapat menerapkan pola hidup sehat seperti melakukan aktivitas fisik dan membatasi asupan garam. Kata Kunci: Usia, Jenis Kelamin, Asupan Garam, Tekanan Darah","PeriodicalId":473322,"journal":{"name":"MAHESA","volume":"103 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135325614","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada Klien Halusinasi","authors":"Mirdayata Diana Karitas, Faisal Kholid Fahdi, Nita Arisanti Yulanda","doi":"10.33024/mahesa.v3i11.11879","DOIUrl":"https://doi.org/10.33024/mahesa.v3i11.11879","url":null,"abstract":"ABSTRACT Mental health problems are currently experiencing an increasing trend. Long treatment makes some hallucinatory clients have low medication adherence. Analyze the relationship between family support and medication adherence in hallucinatory clients at the Poli Psikiatri Technical Implementation Unit Klinik Utama Sungai Bangkong. This study was a type of quantitative research with correlational design and cross sectional study approach. The number of research respondents was 30 outpatient clients at the Poli Psikiatri Technical Implementation Unit Klinik Utama Sungai Bangkong living with hallucination. The sampling technique used was consecutive sampling. Research instruments were employed to measure family support, namely Perceived Social Support-Family and to measure medication adherence, namely Morisky Medication Adherence Scale-8. The statistical test used in the research was the Spearman Rank correlation test with a p-value of 0.025 (p <0.05). This, indicates that there is a relationship between family support and medication adherence in hallucinatory clients. It can be concluded that, there is a relation between family support and medication adherence in people with hallucinaton at the Poli Psikiatri Technical Implementation Unit Klinik Utama Sungai Bangkong. Keywords: Family Support, Hallucinations, Medication Adherence ABSTRAK Masalah kesehatan jiwa saat ini terus mengalami tren peningkatan. Pengobatan yang panjang membuat beberapa klien halusinasi memiliki kepatuhan minum obat rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada klien halusinasi di Poli Psikiatri UPT. Klinik Utama Sungai Bangkong. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain korelasional dan pendekatan cross sectional study. Responden penelitian berjumlah 30 orang klien rawat jalan di Poli Psikiatri UPT. Klinik Utama Sungai Bangkong dengan riwayat halusinasi. Teknik pengambilan sampel digunakan consecutive sampling. Instrumen penelitian untuk mengukur dukungan keluarga dengan Perceived Social Support-Family dan mengukur kepatuhan minum obat digunakan Morisky Medication Adherence Scale-8. Uji statistik yang digunakan pada penelitian adalah uji korelasi Spearman Rank dengan nilai p-value 0,025 (p<0,05) yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada klien halusinasi. Adapun dalam penelitian ini terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada klien halusinasi di Poli Psikiatri UPT. Klinik Utama Sungai Bangkong. Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Halusinasi, Kepatuhan Minum Obat","PeriodicalId":473322,"journal":{"name":"MAHESA","volume":"14 2","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135270982","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
MAHESAPub Date : 2023-11-01DOI: 10.33024/mahesa.v3i11.11537
Conny Riana Tjampakasari, Nadyatul Hanifah
{"title":"Kultivasi dan Identifikasi Bakteri Anaerob Bacteroides Fragilis","authors":"Conny Riana Tjampakasari, Nadyatul Hanifah","doi":"10.33024/mahesa.v3i11.11537","DOIUrl":"https://doi.org/10.33024/mahesa.v3i11.11537","url":null,"abstract":"ABSTRACT Anaerobic infections are infections caused by bacteria that grow and develop without the need for oxygen. Anaerobic bacteria are found in various human bodies such as on the skin, mucosal surfaces, and are in high concentrations in the mouth and digestive tract as part of the normal flora. These bacteria can infect deep wound, deeper tissues, and internal organs thet require ilttle oxygen. Cultivation and identification of anaerobic bacteria is one the most important steps as the basis diagnosis of a disease. Cultivation can be done by choosing the right medium, while to get a growth environtment without oxygen, an anerobic jar equipped with an anaerogen chemical gas generation sachet is used. The process of identifying bacteria was carried out starting from Gram staining follwed by a carbohydrate utilitization examination. Technological developments support the development of various automatic methods to identify anaerobic bacteria, one of which is the Vitek-2 machine. Bacteroides fragilis from clinical specimens was successfully identified with a probability of >90%, Gram negative, rod-shaped anaerobic bacterium. Keywords: Cultivation, Identification, Anaerobic Bacteria ABSTRAK Infeksi anaerob adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang tumbuh dan berkembang tanpa membutuhkan oksigen. Bakteri anaerob ditemukan pada berbagai tubuh manusia seperti di kulit, permukaan mukosa, dan berada dalam konsentrasi tinggi di mulut dan saluran pencernaan sebagai bagian dari flora normal. Bakteri ini dapat menginfeksi luka yang dalam, jaringan yang lebih dalam, dan organ dalam yang membutuhkan sedikit oksigen. Kultivasi dan proses identifikasi bakteri anaerob menjadi salah satu tahapan yang sangat penting sebagai dasar diagnosis terhadap suatu penyakit. Kultivasi dapat dilakukan dengan pemilihan medium yang tepat sedangkan untuk mendapatkan lingkungan pertumbuhan tanpa oksigen digunakan jar anaerob yang dilengkapi dengan gas generation sachet anaerogen chemical. Proses identifikasi bakteri dilakukan mulai dari pewarnaan Gram dilanjutkan dengan uji pemanfaatan karbohidrat. Perkembangan teknologi menunjang berkembangnya berbagai metode otomatis untuk melakukan identifikasi bakteri anaerob, salah satunya adalah mesin Vitek-2. Bacteroides fragilis dari spesimen klinik berhasil diidentifikasi dengan probabilitas >90%, merupakan bakteri anaerob berbentuk batang bersifat Gram negatif. Kata Kunci: Kultivasi, Identifikasi, Bakteri Anaerob","PeriodicalId":473322,"journal":{"name":"MAHESA","volume":"16 1-2","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135271676","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
MAHESAPub Date : 2023-11-01DOI: 10.33024/mahesa.v3i11.11349
Yuliana Yuliana, Fathia Rizki, Irma Suryani
{"title":"Perbedaan Kadar Hemoglobin Sebelum dan Sesudah Pemberian Jus Jambu Biji Merah Pada Ibu Hamil Trimester III di Desa Cibunarjaya Kabupaten Sukabumi","authors":"Yuliana Yuliana, Fathia Rizki, Irma Suryani","doi":"10.33024/mahesa.v3i11.11349","DOIUrl":"https://doi.org/10.33024/mahesa.v3i11.11349","url":null,"abstract":"ABSTRACT Anemia is a condition of deficiency in hemoglobin levels mainly caused by a lack of absorption of iron. In Indonesia, 2018 stated that 48.9% of pregnant women had anemia, West Java province, namely 63.25%. Sukabumi Regency is 11.2%, and in the village of Cibunar Jaya in 2021 it is 33.9%. Efforts made to prevent anemia, namely consuming Fe tablets, can also be given non-pharmacological therapy, namely red guava juice. To determine differences in hemoglobin levels before and after administration of red guava juice in third trimester pregnant women. This study uses a pre-experimental design, One-Group Pretest-Postest design within 7 days. A sample of 30 pregnant women in the third trimester of gestational age 33 weeks – 35 weeks met the inclusion and exclusion criteria using purposive sampling technique. This study was conducted for 1 month with primary data from checking hemoglobin using a digital HB meter before and after giving red guava juice. The average hemoglobin level before giving red guava juice was 10.823gr/dl. After giving red guava juice for 7 days, the average hemoglobin level was 13.993gr/dl. The results of the study with the parried T test p-0.001 so that the value of p<0.05. There are differences in hemoglobin levels before and after administration of red guava juice in third trimester pregnant women. Keywords: Anemia, Red Guava Juice, Hemoglobin Levels ABSTRAK Anemia adalah suatu keadaan kekurangan kadar hemoglobin terutama disebabkan oleh kurangnya penyerapan zat besi. Di Indonesia 2018 menyatakan 48,9% ibu hamil mengalami anemia, provinsi Jawa Barat yaitu 63,25%. Kabupaten Sukabumi sebesar 11,2%, dan di desa Cibunar jaya tahun 2021 sebanyak 33,9%. Upaya yang dilakukan dalam pencegahan anemia yaitu mengkonsumsi tablet Fe, dapat juga diberikan terapi non farmakologi yaitu pembeian jus Jambu biji merah. Untuk mengetahui perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan sesudah pemberian jus jambu biji merah pada ibu hamil trimester III. Penelitian ini menggunakan rancangan Pre-eksperimetal, designs One-Group Pretes-Postest dalam waktu 7 hari. Sampel 30 orang ibu hamil trimester III usia kehamilan 33 mgg – 35 minggu yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan dengan data primer dari memeriksa hemoglobin menggunakan HB meter digital sebelum dan sesudah pemeberian jus jambu biji merah.Rata-rata kadar Hemoglobin sebelum pemberian jus jambu biji merah adalah 10,823gr/dl. Setelah pemberian jus jambu biji merah selama 7 hari kadar Hemoglobin rata rata 13,993gr/dl. Hasil penelitian dengan paried T test p-0,001 sehinga nilai p<0,05. Ada perbedaan kadar Hemoglobin sebelum dan sesudah pemberian jus jambu biji merah pada ibu hamil Trimester III. Kata Kunci: Anemia, Jus Jambu Biji Merah, Kadar Hemoglobin","PeriodicalId":473322,"journal":{"name":"MAHESA","volume":"18 4","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135270973","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
MAHESAPub Date : 2023-11-01DOI: 10.33024/mahesa.v3i11.10941
Lina Marlina, Ai Rahmawati, Eneng Daryanti, Maria Ulfah Jamil, Meti Sulastri, Sri Gustini
{"title":"Efektivitas Pijat Endorphin dan Komunikasi Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan Inpartu Kala I","authors":"Lina Marlina, Ai Rahmawati, Eneng Daryanti, Maria Ulfah Jamil, Meti Sulastri, Sri Gustini","doi":"10.33024/mahesa.v3i11.10941","DOIUrl":"https://doi.org/10.33024/mahesa.v3i11.10941","url":null,"abstract":"ABSTRACT Childbirth is a natural occurrence that is experienced by every woman. In the process of childbirth, there will be a combination of physical processes and emotional experiences, causing anxiety. Anxiety can be overcome non-pharmacologically through relaxation. Relaxation can be in the form of endorphine massage or therapeutic communication. To determine the effectiveness of endorphin massage and therapeutic communication on anxiety levels in the first stage of labour. Used was quasi-experimental with a one group pretest posttest design. The population was all mothers who gave birth in the first stage at the Sukalaksana Health Center and Bungursari Health Center, using a quota sampling technique, namely at the Sukalaksana Health Center as many as 16 respondents with endorphine massage interventions, Bungursari Health Center 16 respondents with therapeutic communication techniques. Before and after the intervention, the HARS anxiety scale questionnaire was given. Data analysis used paired t test. Anxiety research before the intervention found that all mothers who gave birth experienced anxiety, and the highest was in the moderate category with 18 people (56.25%). After treatment, the highest anxiety level in therapeutic communication respondents, namely the moderate category, was 12 people (75%), the most endorphine massage respondents were in the moderate category, 13 people (81.25%). There is an effect of therapeutic communication and endorphine massage on anxiety levels with a ρvalue below 0.05, namely the therapeutic communication group 0.001 and the endorphine massage group 0.002. Endorphine massage reduced anxiety levels more because the average anxiety level of the therapeutic communication group was higher (5.8125) than the endorphine massage group (5.3750) Keywords : Endorphin Massage, Therapeutic Communication, Anxiety, Labour ABSTRAK Persalinan merupakan kejadian alamiah yang dialami setiap perempuan. Pada proses persalinan, akan terjadi sebuah kombinasi antara proses fisik dan pengalaman emosional, sehingga menimbulkan kecemasan. Kecemasan dapat diatasai secara non farmakologi melalui relaksasi. Relaksasi bisa berupa pijat endorphine maupun komunikasi terapeutik. Untuk mengetahui efektivitas pijat endorphin dan komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan inpartu kala I. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain one group pretest posttest. Populasinya adalah seluruh ibu yang melahirkan kala I di Puskesmas Sukalaksana dan Puskesmas Bungursari, dengan teknik quota sampling, yaitu di Puskesmas Sukalaksana sebanyak 16 responden dengan intervensi pijat endorphine, Puskesmas Bungursari 16 responden dengan teknik komunikasi teurapeutik. Sebelum dan sesudah intervensi, diberikan kuesioner skala kecemasan HARS. Analisis data menggunakan uji paired t test. Hasil penelitian kecemasan sebelum intervensi diperoleh bahwa semua ibu melahirkan mengalami kecemasan, dan paling tinggi ada pada kategori sedang seba","PeriodicalId":473322,"journal":{"name":"MAHESA","volume":"19 2","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135271114","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
MAHESAPub Date : 2023-11-01DOI: 10.33024/mahesa.v3i11.11573
Arwinder Singh, Muhammad Firdaus, Oskar Ady Widarta, Yosafat Kurniawan Sugiarto, Danny Halim, Ahmad Faried
{"title":"Gambaran Epidemiologi Kasus Tumor Meningioma Intrakranial WHO Derajat II dan III di Rumah Sakit Kanker Dharmais","authors":"Arwinder Singh, Muhammad Firdaus, Oskar Ady Widarta, Yosafat Kurniawan Sugiarto, Danny Halim, Ahmad Faried","doi":"10.33024/mahesa.v3i11.11573","DOIUrl":"https://doi.org/10.33024/mahesa.v3i11.11573","url":null,"abstract":"ABSTRACT Meningioma is the most common primary intracranial tumors in adults. Although most meningioma cases are regarded as benign, certain types have been suggested of having higher proliferative capacities compared to the majority. Knowing the epidemiology of the more aggressive types of meningioma are important to anticipate the disease burden and improve their management. This study aims to describe the epidemiology of WHO grade II and III intracranial meningiomas at Dharmais National Cancer Center Hospital. All patients diagnosed with WHO grade II or III intracranial meningiomas between 2011 and 2022 were included in this study. Information on patient’s characteristics, tumor location, and histopathological analyses. As many as thirty-three patients diagnosed with WHO grade II and III intracranial meningiomas between 2011 and 2022. Most patients were female (72.72%), aged between 40- to 60-year-old (57.57%), classified as WHO grade II (60.6%), and had their tumors located at convexity regions (48.48%). The most common grade II intracranial meningioma is atypical (95%), while the majority of grade III intracranial meningiomas is anaplastic (76.92%). In both WHO grade II and III intracranial meningiomas, the highest number of patients aged between 40- to 60-year-old, 60% and 53.85%, respectively. Interestingly, most WHO grade II intracranial meningiomas were in skullbase regions (50%); meanwhile, majority of WHO grade III intracranial meningiomas were in convexity regions (69.23%). Although it only represents a minor fraction from the total meningioma cases, patients who are diagnosed with WHO grade II and III intracranial meningiomas are faced with higher risks of morbidity and mortality compared to WHO grade I intracranial meningiomas. The results of this study describe the current epidemiology of this challenging tumor. Keywords : Intracranial, Meningioma, Benign, WHO Grading ABSTRAK Meningioma adalah tumor intrakranial yang paling sering terjadi pada pasien dewasa. Meskipun kebanyakan kasus meningioma intrakranial tergolong jinak, namun beberapa tipe meningioma tertentu terbukti memiliki kapasitas proliferatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan mayoritas tipe meningioma. Pengetahuan mengenai epidemiologi dari tipe meningioma yang bersifat agresif sangatlah penting untung mengetahui beban penyakit dan melakukan upaya peningkatan manajemen penyakit ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui data epidemiologi meningioma intrakranial derajat 2 dan 3 berdasarkan klasifikasi histopatologis yang ditetapkan oleh badan kesehatan dunia / World Health Organization (WHO). Seluruh pasien yang didiagnosis dengan meningioma intrakranial derajat 2 dan 3 di RS Kanker Dharmais selama periode tahun 2011 s.d. 2022 dimasukkan ke dalam studi ini. Data mengenai karakteristik pasien, lokasi tumor, dan hasil analisis histopatologis diambil dan diolah sebagai data penelitian. Sebanyak 33 pasien didiagnosis dengan meningioma intrakranial derajat 2 dan 3 sela","PeriodicalId":473322,"journal":{"name":"MAHESA","volume":"108 2","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135325727","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
MAHESAPub Date : 2023-11-01DOI: 10.33024/mahesa.v3i11.11612
Gina Triana Sutedja, Sukmawati Tansil Tan, Giovanno Sebastian Yogie, Yohanes Firmansyah, Dean Ascha Wijaya, William Gilbert Satyanegara, Fernando Nathaniel, Joshua Kurniawan, Catharina Sagita Moniaga, Alexander Halim Santoso, Fladys Jashinta Mashadi
{"title":"Korelasi Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Air dan Sebum Kulit di Rukun Warga (RW) 008 Kelurahan Cipondoh","authors":"Gina Triana Sutedja, Sukmawati Tansil Tan, Giovanno Sebastian Yogie, Yohanes Firmansyah, Dean Ascha Wijaya, William Gilbert Satyanegara, Fernando Nathaniel, Joshua Kurniawan, Catharina Sagita Moniaga, Alexander Halim Santoso, Fladys Jashinta Mashadi","doi":"10.33024/mahesa.v3i11.11612","DOIUrl":"https://doi.org/10.33024/mahesa.v3i11.11612","url":null,"abstract":"ABSTRACT Skin is the largest organ in the human body and plays various important roles. Skin characteristics, including pigmentation, hydration, texture, and various other parameters, differ for each individual. Skin properties are influenced by various parameters, one of which is the body mass index (BMI). This cross-sectional study aimed to determine the description of skin hydration status and its correlation with BMI, among subjects in RW 08 Cipondoh. Skin hydration status was measured using the over the counter (OTC) skin analyzer. Body mass index was calculated and measured based on standard procedures. Out of 101 respondents, the average age was 51.38 years with 75.2% of respondents being female. The mean BMI was 26.12 kg/m², predominantly falling into obesity level 1 (41.6%). The mean oil and water hydration were 22.99% and 42.96%, respectively. The Spearman statistical test results showed a negative correlation between body mass index and water hydration, with a correlation coefficient power of 0.498 significantly, and oil hydration, with 0.107 insignificantly. This study concludes that the higher the BMI, the worse is the individual's skin hydration status. Keywords: Body Mass Index, Hydration Status ABSTRAK Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia dan memiliki berbagai peranan penting. Karakteristik kulit mencakup pigmen, hidrasi, tekstur, dan berbagai parameter lainnya berbeda-beda pada setiap individu. Sifat kulit tergantung pada berbagai parameter, salah satunya adalah indeks massa tubuh (IMT). Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status hidrasi kulit dan korelasinya dengan IMT di RW 08 Cipondoh. Pengukuran status hidrasi kulit dilakukan dengan menggunakan alat over the counter (OTC) skin analyzer. Indeks masa tubuh dihitung dan diukur berdasar prosedur standar. Dari 101 responden, rata-rata usia adalah 51,38 tahun dengan 75,2% responden adalah perempuan. Rerata IMT didapatkan sebesar 26,12 kg/m2, didominasi oleh obesitas tingkat 1 (41,6%). Rerata hidrasi sebum dan air, masing-masing sebesar 22,99% dan 42,96%. Hasil uji statistik Spearman menunjukan hasil korelasi negatif antara indeks masa tubuh dengan hidrasi air dengan kekuatan korelasi 0,498 secara signifikan dan hidrasi sebum sebesar 0,107 secara tidak signifikan. Penelitian ini menyatakan bahwa semakin tinggi nilai IMT, maka semakin menurun status hidrasi kulit seseorang. Kata Kunci: Kadar Hidrasi, Indeks Masa Tubuh","PeriodicalId":473322,"journal":{"name":"MAHESA","volume":"114 3","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135325832","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
MAHESAPub Date : 2023-11-01DOI: 10.33024/mahesa.v3i11.11609
Johan Lucas Harjono, Yohanes Firmansyah, William Gilbert Satyanagara, Joshua Kurniawan, Giovanno Sebastian Yogie, Edwin Destra
{"title":"Korelasi Nilai Fecal Incontinence Severity Index (FISI) dengan nilai Activity Daily Living (ADL) pada Kelompok Lanjut Usia","authors":"Johan Lucas Harjono, Yohanes Firmansyah, William Gilbert Satyanagara, Joshua Kurniawan, Giovanno Sebastian Yogie, Edwin Destra","doi":"10.33024/mahesa.v3i11.11609","DOIUrl":"https://doi.org/10.33024/mahesa.v3i11.11609","url":null,"abstract":"ABSTRACT Fecal incontinence is describes as inability to control bowel movement that effect 10-17% elderly. Fecal incontinence increase the risk of infection, psychosocial stress, depression, and increase dependency on others, leading to decrease in quality of life. A cross-sectional study was conducted to determine the correlation of FISI values with ADL in the elderly, at the Santa Anna nursing resident from June-July 2023. Participants who include in the study will be asked to complete both the FISI and ADL questionnaires. The Spearman correlation test was used In this study. This research include 60 participants with an average age of 76.30 years, dominated by women 40 (66.7%). The results indicate a moderate correlation (-0.432) between FISI scores and ADL scores (p-value=0.001). These findings suggest that increasing severity of fecal incontinence is associated with a decrease in independence. Fecal incontinence impacts the independence of elderly patients. This serves as a reminder for caregivers and families to offer both physical and psychological support to patients suffering from fecal incontinence. Keywords : Activity Daily Living, Fecal Incontinence, Elderly ABSTRAK Inkontinensia fekal merupakan kondisi ketidakmampuan untuk mengatur buang air besar yang dialami oleh 10-17% lansia. Inkontinensia fekal dapat meningkatkan risiko infeksi, stress psikososial, depresi, dan meningkatkan ketergantungan terhadap pengaruh yang dapat menurunkan kualitas hidup. Pelaksanaa studi potong lintang untuk mengetahui korelasi nilai FISI terhadap ADL ada kelompok lanjut usia, di Panti Lansia Santa Anna periode Juni-Juli 2023. Responden yang memenuhi kriteria inklusi akan mengisi kuisioner FISI dan ADL. Analisa statistik yang akan dilakukan adalah uji Spearman Correlation. Terdapat 60 responden ikut dalam penellitian ini, dengan rerata usia 76,30 tahun dan didominasi oleh perempuan (40 (66,7%)). Hasilnya, didapatkan korelasi antara skor FISI terhadap nilai ADL (p-value 0,001, r:-0,432(cukup)). Hal ini menunjukan semakin berat inkontinensia fekal maka kemandirian akan semakin menurun. Inkontinesia fekal memberikan dampak terhadap kemandirian pasien usia lanjut. Hal ini menjadi pembelajaran bagi pengasuh dan keluarga untuk tetap memberikan dukungan baik fisik maupun psikis terhadap pasien yang mengalaminya. Kata Kunci: Activity Daily Living, Inkontinensia Fekal, Lansia","PeriodicalId":473322,"journal":{"name":"MAHESA","volume":"4 5","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135325856","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}