J. Indarti, E. Novita, L. T. A. Sutrisna, Rendy Pratama
{"title":"Holistic Approach of Patient with Cerebral Tuberculoma in Pregnancy: a Case report in Pregnancy: a Case report","authors":"J. Indarti, E. Novita, L. T. A. Sutrisna, Rendy Pratama","doi":"10.47830/jinma-vol.71.6-2021-402","DOIUrl":"https://doi.org/10.47830/jinma-vol.71.6-2021-402","url":null,"abstract":"Background: Tuberculoma are tumor-like space occupying lesions dispersed among various sites. Unlike pulmonary tuberculosis (TB), diagnosis and treatment of tuberculoma have received little consideration, especially those affected during pregnancy.Case: A 22-years-old women with two gestations, one parity, one abortion, and one alive child was admitted due to several syncope episodes. It was found that she had cerebral tuberculoma and received appropriate medication. Following her discharge, she was pregnant and had another symptoms. Holistic and multidiscipline approach was provided to the patient.Discussion: Cerebral tuberculoma is one of the most serious clinical forms of TB. There are some interactions between pregnancy and cerebral tuberculoma. Diagnosis and management on biopsychosocial aspect of cerebral tuberculoma in pregnancy was needed for patients, couples, and families affected.Conclusion: Tuberculoma in pregnancy is one of the challenging problem in pregnancy. Limited resource of references combined with both the mother and baby condition. It is important that healthcare providers assess the patient’s need and provide comprehensive and holistic management.","PeriodicalId":378619,"journal":{"name":"Journal Of The Indonesian Medical Association","volume":"307 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132980561","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Efektivitas Pemberian Deksametason dalam Memengaruhi Durasi Perawatan di Rumah Sakit Pada Operasi Bedah Pintas Arteri Koroner Off Pump","authors":"Rally Galang Pratama Putra, Dudy Arman Hanafy, Dicky Aligheri Wartono, Pribadi Wiranda Busro, Bagus Herlambang","doi":"10.47830/jinma-vol.71.6-2021-746","DOIUrl":"https://doi.org/10.47830/jinma-vol.71.6-2021-746","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Teknik bedah pintas arteri koroner (BPAK) off pump diharapkan mampu menghilangkan efek samping dan komplikasi yang ditimbulkan akibat penggunaan mesin pintas jantung paru (PJP). Namun teknik ini tidak sepenuhnya bebas dari efek samping atau komplikasi. Salah satu efek yang dapat ditimbulkan adalah peningkatan respons inflamasi sistemik, sehingga durasi rawat menjadi lebih lama. Hal tersebut menjadi dasar penelitian ini untuk melakukan studi pemberian deksametason dalam memengaruhi durasi rawat inap pada pasien yang menjalani operasi BPAK off pump. Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan enam puluh pasien yang menjalani operasi BPAK off-pump dan dibagi dalam kelompok deksametason atau plasebo masing-masing 30 orang. Hasil klinis dianalisis. Hasil: Lama rawat inap kelompok deksametason berbeda bermakna dibandingkan kelompok plasebo berturut-turut 5 (5-8) hari vs 6,5 (5-30) hari; p=0,04). Keluaran klinis lain pada kelompok deksametason lebih baik daripada kelompok plasebo, dalam hal durasi ventilasi mekanis (p=0,03) dan perawatan di unit perawatan intensif (p=0,03). Terdapat perbedaan penanda inflamasi yang signifikan antara kedua kelompok: interleukin-6 (p=0,0001), prokalsitonin (p=0,0001), dan C-reaktif protein (p=0,0001) lebih rendah pada kelompok deksametason. Kesimpulan: Deksametason praoperasi pada pasien yang menjalani operasi BPAK off pump efektif dalam mengurangi lama rawat pasien di rumah sakit dan mengendalikan reaksi inflamasi pascaoperasi.","PeriodicalId":378619,"journal":{"name":"Journal Of The Indonesian Medical Association","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126192267","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jason Theola, Ananda Maulana Fanshur, Muhammad Rayyan Faher Shahab, Nico Gamalliel
{"title":"Laporan Kasus Berbasis Bukti: Akurasi Diagnostik RT-PCR Spesimen Saliva terhadap Spesimen Swab Nasofaring pada Suspek COVID-19","authors":"Jason Theola, Ananda Maulana Fanshur, Muhammad Rayyan Faher Shahab, Nico Gamalliel","doi":"10.47830/jinma-vol.71.6-2021-414","DOIUrl":"https://doi.org/10.47830/jinma-vol.71.6-2021-414","url":null,"abstract":"Pendahuluan: RT-PCR dari spesimen swab nasofaring telah menjadi baku emas dalam mendiagnosis COVID-19. Akan tetapi, metode ini sulit dilakukan karena prosedur yang tidak nyaman bagi pasien. Terdapat metode diagnosis lain dengan menggunakan saliva sebagai spesimen RT-PCR. Tujuan: Mengetahui akurasi diagnostik RT-PCR spesimen saliva dalam mendiagnosis COVID-19 dengan acuan RT-PCR spesimen swab nasofaring sebagai baku emas.Metode: Pencarian literatur dilakukan dengan melakukan penelusuran literatur melalui tiga basis data, yaitu MEDLINE, EBSCO, dan Scopus. Artikel yang dipilih adalah artikel yang berisi studi diagnostik atau potong lintang yang memuat data terkait sensitivitas, spesifisitas, dan prevalensi, yang sesuai dengan PICO dan kriteria eligibilitas. Telaah kritis dilakukan setelah didapatkan artikel yang akan digunakan untuk analisis kualitatif.Hasil: Sebanyak enam artikel ditelaah kritis dan keenam artikel tersebut menunjukkan bahwa sampel saliva yang digunakan untuk RT-PCR dalam mendiagnosis COVID-19 mempunyai akurasi diagnostik yang baik.Kesimpulan: RT-PCR spesimen saliva untuk mendiagnosis COVID-19 dapat menggantikan RT-PCR spesimen swab nasofaring karena mempunyai akurasi diagnosis yang baik dan tidak invasif sehingga lebih nyaman dilakukan oleh pasien.","PeriodicalId":378619,"journal":{"name":"Journal Of The Indonesian Medical Association","volume":"106 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117219867","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Rehabilitasi Respirasi Untuk Pasien COVID-19","authors":"Siti Chandra Widjanantie","doi":"10.47830/jinma-vol.71.6-2021-805","DOIUrl":"https://doi.org/10.47830/jinma-vol.71.6-2021-805","url":null,"abstract":"Sejak dinyatakan sebagai pandemi di Maret 2020, sampai dengan saat ini kita menghadapi ancaman gelombang ketiga wabah COVID-19 di Indonesia, adanya penyakit yang menyerang sistem respirasi ini mengakibatkan dampak fungsional yang cukup tinggi. Pada sistem respirasi yang terbesar menyebabkan disfungsi respirasi tipe restriksi sejak awitan masa infeksi dan bervariasi tergantung area yang terdampak, bahkan sampai saat pasca infeksi yang dikenal sebagai sindrom long COVID-19.","PeriodicalId":378619,"journal":{"name":"Journal Of The Indonesian Medical Association","volume":"283 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123270642","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pengaruh Periode Penggunaan Tamoxifen Terhadap Kejadian Endometriosis Pada Penderita Kanker Payudara","authors":"Marshal Agreno, Noer Faisal Darmi, Jufriady Ismy, Ferry Erdani, I. Hidayat","doi":"10.47830/jinma-vol.71.6-2021-447","DOIUrl":"https://doi.org/10.47830/jinma-vol.71.6-2021-447","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Tamoxifen (selective estrogen receptor modulator) merupakan standar terapi hormonal pada wanita penderita kanker payudara dengan reseptor estrogen positif. Penggunaan regimen ini terbukti mengurangi kejadian relaps lokal, kolateral atau pada area tubuh yang jauh serta menurunkan mortalitas kanker payudara. Salah satu efek tamoksifen adalah menginduksi terjadinya proliferasi endometrium, sehingga dapat menimbulkan berbagai kelainan pada jaringan endometrium.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif katagorik tidak berpasangan dengan desain single cohort (internal comparison group) secara retrospektif. Seluruh penderita kanker payudara di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh sejak tahun 2017 – 2019 dilibatkan pada penelitian ini. Evaluasi terhadap kejadian endometriosis dilakukan berdasarkan durasi penggunaan tamoxifen menggukan Uji Mann Whitney U test.Hasil: Sebanyak 114 pasien (46,15%) dilaporkan mengalami endometriosis dari total 247 pasien kanker payudara yang menggunakan tamoksifen dengan rata-rata usia 49 tahun. Sebagian besar penderita terdiagnosis sebagai kanker payudara stadium IIIB dengan jenis ductal cell carncinoma. Sebanyak 111 orang (97,37%) mengalami endometriosis setelah penggunaan tamoxifen selama 30 – 36 bulan dan 3 (2,63%) sisanya setelah 24 – 29 bulan. Durasi penggunaan rata – rata tamoxifen yang berkaitan dengan kejadian endometriosis adalah 34 bulan (p < 0,001).Kesimpulan: Penggunaan tamoxifen jangka panjang pada pasien kanker payudara meningkatkan risiko kejadian endometriosis \u0000 ","PeriodicalId":378619,"journal":{"name":"Journal Of The Indonesian Medical Association","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116264554","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Hubungan Kadar Magnesium Serum Dengan Luaran Jangka Pendek Pasien Stroke Iskemik Di Manado","authors":"Aprillia Dompas, D. Ngantung, A. H. Mawuntu","doi":"10.47830/jinma-vol.71.6-2021-563","DOIUrl":"https://doi.org/10.47830/jinma-vol.71.6-2021-563","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Hubungan kadar magnesium (Mg) serum dengan luaran jangka pendek stroke iskemik (SI) masih belum banyak dipelajari sehingga menarik untuk diteliti. Metode: Dilakukan suatu penelitian kohort prospektif terhadap subjek dengan SI akut di RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado, Indonesia antara bulan Oktober 2019 hingga April 2020. Subjek yang memenuhi kriteria penelitian diperiksa kadar Mg serum dan skor National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) secara berkala selama tiga minggu. Hubungan kadar Mg serum dan semua pengukuran NIHSS diperiksa dengan analisis bivariat lalu dengan regresi linear. Hasil: Didapatkan 65 subjek (33 laki-laki) dengan rerata usia 57,9 tahun. Median awitan SI adalah 24 jam sebelum masuk rumah sakit. Median tekanan darah sistolik adalah 150mmHg. Rerata kadar Mg serum subjek adalah 1,96mg/dl. Terdapat delapan subjek dengan kadar Mg serum di bawah normal. Kenaikan Mg serum meningkatkan skor NIHSS awal tetapi tidak bermakna secara statistik (p=0,06), namun berhubungan dengan besarnya perubahan skor NIHSS awal dan minggu III (p=0,04). Kesimpulan: Pasien stroke iskemik umumnya memiliki kadar Mg serum dalam batas normal. Semakin tinggi kadar Mg serum makin besar pula perubahan antara skor NIHSS awal dan minggu III sehingga nampaknya memperburuk luaran. \u0000 ","PeriodicalId":378619,"journal":{"name":"Journal Of The Indonesian Medical Association","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126666824","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
R. Halomoan, Leonard Christianto Singjie, Jonny Setiawan
{"title":"Is Radiofrequency Ablation Better than Venous Stripping for Management of Chronic Venous Insufficiency?","authors":"R. Halomoan, Leonard Christianto Singjie, Jonny Setiawan","doi":"10.47830/jinma-vol.71.5-2021-519","DOIUrl":"https://doi.org/10.47830/jinma-vol.71.5-2021-519","url":null,"abstract":"Chronic venous insufficiency (CVI) is a disease of the vein due to valve dysfunction, venous obstruction, or both. This results in increased vein pressure and related to disruption in the vein system.","PeriodicalId":378619,"journal":{"name":"Journal Of The Indonesian Medical Association","volume":"66 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123469413","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Faktor Prediktor Gangguan Kognitif 30 hari Pasca Stroke Iskemik Ringan-Sedang","authors":"R. Pinzon, Carmelia Anggraini","doi":"10.47830/jinma-vol.71.5-2021-412","DOIUrl":"https://doi.org/10.47830/jinma-vol.71.5-2021-412","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Angka kejadian gangguan kognitif yang ditimbulkan akibat stroke iskemik saat ini semakin meningkat. Gangguan kognitif pascastroke iskemik seringkali terlambat didiagnosis. Penelitian yang mengidentifikasi faktor prediktor gangguan kognitif pascastroke iskemik akut masih terbatas dilaporkan di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor prediktor terhadap gangguan kognitif pada pasien pascastroke iskemik akut ringan-sedang.Metode: Penelitian kohort terhadap pasien berusia >18 tahun yang terdiagnosis stroke iskemik akut dan telah menjalani pemeriksaan Mini - Mental State Examination (MMSE) dan Clock Drawing Test (CDT) pada hari ke – 30 di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta diikutkan dalam penelitian. Luaran dari penelitian ini merupakan hasil MSSE dan CDT pada hari ke -30. Analisis penelitian ini menggunakan metode Chi-square intuk mengukur hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung yang dilanjutkan dengan analisis multivariat regresi logistik. Nilai p <0,05 dianggap bermakna.Hasil: Sebanyak 140 pasien diikutkan dalam penelitian dengan rata-rata usia 62,8 tahun. Subjek berjenis kelamin laki – laki berjumlah 86 (61,4%) dan perempuan 54 (38,6%). Sembilan puluh satu subjek (65%) mengalami gangguan kognitif pascastroke iskemik akut. Analisis multivariat menunjukkan usia >70 tahun, tingkat pendidikan ≤ 6 tahun, skor Barhtel Index ≤4 dan skor mRS >3 saat terdiagnosis, jumlah lesi multipel dan lokasi lesi korteks merupakan faktor prediktor independen yang mempengaruhi gangguan kognitif 30 hari pascastroke iskemik akut. Kesimpulan: Usia >70 tahun, tingkat pendidikan ≤ 6 tahun, skor Barhtel Index ≤4 dan skor mRS >3 saat terdiagnosis, jumlah lesi multipel dan lokasi lesi korteks merupakan faktor prediktor independen terjadinya gangguan kognitif 30 hari pascastroke iskemik akut.","PeriodicalId":378619,"journal":{"name":"Journal Of The Indonesian Medical Association","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130037516","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Gambaran Tajam Penglihatan Sebelum Dan Sesudah Injeksi Bevacizumab Pada Pasien Retinopati Diabetik Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh","authors":"N. L. Sary, Saiful Basri, Firjatullah","doi":"10.47830/jinma-vol.71.5-2021-308","DOIUrl":"https://doi.org/10.47830/jinma-vol.71.5-2021-308","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Retinopati diabetik merupakan komplikasi dari penyakit diabetes dan merupakan salah satu penyebab utama kebutaan. Retinopati diabetik terjadi ketika pembuluh darah pada retina rusak dan hal ini berhubungan dengan hiperglikemi dan kondisi lainnya pada diabetes. Bevacizumab digunakan untuk mengobati retinopati diabetik dan penyakit lainnya yang menganggu retina. Injeksi Bevacizumab dilakukan untuk mencegah hilangnya penglihatan dengan memblok perkembangan yang abnormal dari pembuluh darah pada retina. Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik serta gambaran tajam penglihatan pasien retinopati diabetik sebelum dan sesudah injeksi bevacizumab. Metode: Jenis Penelitian ini adalah deskriptif retrospektif dilakukan dengan pengumpulan data dari rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi. Data dikumpulkan pada periode 1 Januari tahun 2019 sampai 31 desember tahun 2019 yang berjumlah 69 mata dari 40 pasien sebagai sampel penelitian. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar mata mengalami NPDR yang berjumlah 55 (80%) mata. Sebelum injeksi bevacizumab tajam penglihatan 6/6 – 6/18 berjumlah 18%, tajam penglihatan 6/19 – 6/60 sebanyak 37.7% dan tajam penglihatan 5/60 – 1/∞ sebanyak 43.5%. Sesudah injeksi bevacizumab tajam penglihatan 6/6 – 6/18 berjumlah 27.5%, tajam penglihatan 6/19 – 6/60 sebanyak 42% dan tajam penglihatan 5/60 – 1/∞ sebanyak 30.4%. Pada penelitian ini mata yang tidak mengalami perubahan tajam penglihatan berjumlah 52.2%, mata yang mengalami perbaikan 34.8% dan mata yang mengalami penurunan 13%. Kesimpulan: Kesimpulannya sesudah di injeksi bevacizumab mata yang tidak mengalami perubahan tajam penglihatan lebih banyak setelah follow up 1 bulan yaitu 52.2%.","PeriodicalId":378619,"journal":{"name":"Journal Of The Indonesian Medical Association","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130552563","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Fatira Ratri Audita, Arini Ika Hapsari, Andi Marsa Nadhira, Muhammad Hafiz Aini
{"title":"Kadar Gula Darah dan Keparahan COVID-19 pada Pasien Diabetes Melitus di Ruang Rawat Intensif: Serial Kasus","authors":"Fatira Ratri Audita, Arini Ika Hapsari, Andi Marsa Nadhira, Muhammad Hafiz Aini","doi":"10.47830/jinma-vol.71.5-2021-358","DOIUrl":"https://doi.org/10.47830/jinma-vol.71.5-2021-358","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Coronavirus disease 2019 (COVID-19) memiliki tingkat keparahan dari flu ringan hingga gagal napas dan kematian. Diabetes melitus (DM) dianggap sebagai salah satu faktor risiko kerentanan infeksi dan tingkat keparahan penyakit pada COVID-19. Serial kasus ini melaporkan gejala klinis, penemuan pemeriksaan penunjang, dan mortalitas pada pasien COVID-19 berat dengan komorbid DM.Ilustrasi Kasus: Laporan ini merupakan serial kasus dari tiga pasien perempuan usia 50-68 tahun, dengan COVID-19 terkonfirmasi dan komorbid DM yang dirawat di perawatan intensif dari bulan April hingga Juli 2020. Dua pasien mengalami hiperglikemia pada presentasi awal. Selama perawatan, dua pasien cenderung mengalami hiperglikemia, sementara satu pasien lebih sering mengalami hipoglikemia. Dua pasien mengalami pneumonia terkait infeksi rumah sakit dan gagal ginjal akut selama perawatan. Satu pasien meninggal dunia.Diskusi: Ketiga subjek mengalami fluktuasi kondisi dan gula darah yang sulit dicapai selama perawatan. Satu pasien mengalami mengalami gagal napas dan meninggal dunia, sementara dua pasien lainnya dipulangkan setelah perbaikan keadaan. Kondisi hiperglikemia dan hipoglikemia pada DM diperkirakan berperan dalam keparahan infeksi COVID-19.Kesimpulan: DM dapat memperburuk kondisi pasien yang terinfeksi COVID-19. Kadar gula darah normal saat presentasi awal tidak menjadi jaminan prognosis baik pada pasien; sehingga, kontrol gula darah pada pasien COVID-19 dengan DM merupakan hal yang krusial.","PeriodicalId":378619,"journal":{"name":"Journal Of The Indonesian Medical Association","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130658497","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}