Jurnal Anestesi Perioperatif最新文献

筛选
英文 中文
Pengaruh Premedikasi Ketamin 0,3 Mg/kgBB terhadap Respons Tubuh Pasien Saat Insersi Jarum Spinal dan Penerimaan Pasien 性别用药前抑制剂0.3 Mg/kgBB对抗患者插入脊柱Jar时的身体反应和患者接受
Jurnal Anestesi Perioperatif Pub Date : 2021-08-01 DOI: 10.15851/jap.v9n2.2419
Ardi Janardika, Ezra Oktaliansyah, M. A. Prihartono
{"title":"Pengaruh Premedikasi Ketamin 0,3 Mg/kgBB terhadap Respons Tubuh Pasien Saat Insersi Jarum Spinal dan Penerimaan Pasien","authors":"Ardi Janardika, Ezra Oktaliansyah, M. A. Prihartono","doi":"10.15851/jap.v9n2.2419","DOIUrl":"https://doi.org/10.15851/jap.v9n2.2419","url":null,"abstract":"Pemberian premedikasi dapat mengurangi kecemasan preoperatif dan respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal. Premedikasi membuat intervensi spinal menjadi lebih nyaman bagi pasien, pasien kooperatif selama penyuntikan, dan mengurangi respons saat insersi jarum spinal. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh premedikasi ketamin 0,3 mg/kgBB yang diberikan 3 menit sebelum dilakukan anestesi spinal terhadap respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal dan penerimaan pasien terhadap anestesi spinal. Penelitian dilakukan periode Agustus–Desember 2020 di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian bersifat komparatif eksperimental dengan menggunakan uji klinis acak buta ganda terhadap 46 subjek yang dibagi acak ke dalam 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol (kelompok C, n=23) dan kelompok premedikasi ketamin (kelompok K, n=23). Pascapemberian premedikasi ketamin dinilai respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal menggunakan prick response score dan penerimaan pasien dengan numeric rating scale . Analisis statistik untuk respons penyuntikan dan penerimaan pasien diuji dengan tes chi-square. Hasil penelitian menunjukkan respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal berkurang (p<0,01) dan penerimaan pasien meningkat (p<0,01) pada kelompok perlakuan. Simpulan penelitian, yaitu premedikasi ketamin 0,3 mg/kgBB yang diberikan 3 menit sebelum anestesi spinal menurunkan respons tubuh pasien saat insersi jarum spinal dan meningkatkan penerimaan pasien terhadap anestesi spinal. The Effect of Ketamine Premedication 0.3 mg/kgBW before Spinal Anesthesia to Body Response during Spinal Needle Insertion and Satisfaction Premedication may reduce preoperative anxiety and response during spinal needle insertion. Premedication leads to a more comfortable spinal intervention for the patients, making them more cooperative and allaying response during spinal needle insertion. The aims of this study were to determine the effects of 0.3 mg/kgBW ketamine premedication administered 3 minutes before spinal anesthesia on the patient`s body response during spinal needle insertion and patient satisfaction. The study was conducted in August–December 2020 in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung. This was a comparative experimental study with a randomized, double blinded clinical trial on 46 subjects randomly divided into 2 groups, a control group (group C, n=23), and a ketamine premedication group (group K, n=23). After premedication with ketamine, the patient`s body response were evaluated during spinal needle insertion using the prick response score and their satisfaction using the numeric rating scale. Statistical analysis for response during needle insertion and patient satisfaction was evaluated using the chi-square test. Results of the study showed that patient`s body response during spinal needle insertion were reduced (p<0.01) and patient satisfaction was increased (p<0.01) in the ketamine premedication group. In conclusion, 0.3 mg/kgBW ketamine premedication admi","PeriodicalId":30635,"journal":{"name":"Jurnal Anestesi Perioperatif","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42049188","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Laporan Kasus: COVID-19 dengan ARDS Berat dan Komorbiditas yang Bertahan tanpa Ventilasi Mekanik Invasif di ICU Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta 病例报告:雅加达克劳兰临时医院重症监护室的COVID-19急救人员,有体重ARDS和发病率的COVID-19型家庭运动员
Jurnal Anestesi Perioperatif Pub Date : 2021-08-01 DOI: 10.15851/jap.v9n2.2457
Made Yudha Asrithari Dewi, Ahmad Irfan
{"title":"Laporan Kasus: COVID-19 dengan ARDS Berat dan Komorbiditas yang Bertahan tanpa Ventilasi Mekanik Invasif di ICU Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta","authors":"Made Yudha Asrithari Dewi, Ahmad Irfan","doi":"10.15851/jap.v9n2.2457","DOIUrl":"https://doi.org/10.15851/jap.v9n2.2457","url":null,"abstract":"Sebagian besar orang yang terinfeksi COVID-19 asimtomatis ataupun bergejala ringan. Namun tidak sedikit juga yang mengalami acute respiratory distress syndrome (ARDS), membutuhkan perawatan ICU bahkan berakhir dengan kematian. Indonesia bahkan telah melampaui angka dunia dengan angka 2,7%. Keadaan ini lebih berisiko dialami oleh pasien dengan komorbid seperti hipertensi (50,1%), diabetes (36,6%), dan obesitas (13,3%). Kebutuhan terapi oksigen dengan ventilasi mekanik hingga tindakan intubasi meningkat pada kebanyakan kasus dengan komorbid. Serial kasus ini melaporkan dua pasien terkonfirmasi COVID-19 dengan komorbid yang memenuhi kriteria intubasi, namun tidak dilakukan. Dalam perjalanannya kedua kasus mengalami perbaikan klinis dan sembuh. Beberapa kemungkinan yang dapat dijelaskan, yaitu terdapat perbedaan antara ARDS pada COVID-19 (CARDS) dan ARDS klasik. Selain itu, prone position yang membantu meningkatkan oksigenasi dan mengatasi hipoksemia melalui beberapa mekanisme. Penggunaan HFNC dini pada pasien COVID-19 dan pemberian regimen kombinasi terapi antibiotik, antivirus, antikoagulan, serta antiinflamasi dinilai dapat menurunkan morbiditas pasien. Tujuan penanganan ARDS ialah menangani hipoksemia dengan meningkatkan oksigenasi. Selain dengan pemberian terapi oksigen untuk meningkatkan FiO 2 , dapat juga dilakukan dengan prone position . Prone position pada kasus dengan kombinasi HFNC dinilai berhasil karena pasien mampu bertahan tanpa penggunaan ventilasi mekanik dan mengalami perbaikan klinis hingga sembuh. Two Reported Cases of COVID-19 with Severe ARDS and Comorbidities who Survived without Invasive Mechanical Ventilation in ICU at Wisma Atlet Kemayoran COVID-19 Field Hospital, Jakarta Most patients with COVID-19 are either asymptomatic or have mild symptoms. However, many also experience acute respiratory distress syndrome (ARDS), requiring ICU, or even lead to death. Indonesia’s case fatality rate of 2.7% has exceeded the global case. Patients with comorbidities such as hypertension (50.1%), diabetes (36.6%), and obesity (13.3%) are at higher risk of experiencing this situation. The need for oxygen therapy with mechanical ventilation or even intubation is increased in most cases with previously mentioned comorbidities. These serial cases reported two confirmed COVID-19 patients with comorbidities that fulfilled intubation criteria; however, the intubation procedures were not performed. Both cases experienced clinical improvement and improved throughout the treatment period. Several possible explanations include that there are differences between ARDS in COVID-19 (CARDS) and classic ARDS. Moreover, the prone position helps in increasing oxygenation and reducing hypoxemia through several mechanisms. Early HFNC in COVID-19 patients and treatment regimen consisting of antibiotics, antivirus, anticoagulant, and anti-inflammatory drugs are considered to reduce morbidity. The goal of ARDS treatment is to treat hypoxemia by increasing oxygenati","PeriodicalId":30635,"journal":{"name":"Jurnal Anestesi Perioperatif","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46287750","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Efektivitas Oksigenasi dan Ventilasi Saat Induksi Anestesi Umum Menggunakan Masker Bedah Dinilai berdasar atas SpO2 dan EtCO2 使用SpO2和EtCO2基外科口罩进行全身麻醉时的氧气和通气效果
Jurnal Anestesi Perioperatif Pub Date : 2021-08-01 DOI: 10.15851/jap.v9n2.2401
Linggih Panji Nugraha, Ezra Oktaliansah, Ricky Aditya
{"title":"Efektivitas Oksigenasi dan Ventilasi Saat Induksi Anestesi Umum Menggunakan Masker Bedah Dinilai berdasar atas SpO2 dan EtCO2","authors":"Linggih Panji Nugraha, Ezra Oktaliansah, Ricky Aditya","doi":"10.15851/jap.v9n2.2401","DOIUrl":"https://doi.org/10.15851/jap.v9n2.2401","url":null,"abstract":"Anestesiolog memiliki risiko tinggi terpapar aerosol pada saat melakukan tindakan ventilasi maupun intubasi. Anestesiolog harus dapat melakukan ventilasi dengan baik selama induksi anestesi umum. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas oksigenasi dan ventilasi saat induksi anestesi umum pada pasien yang menggunakan masker bedah dinilai berdasar atas SpO 2 dan EtCO 2 . Penelitian ini merupakan penelitian analisis numerik berpasangan dengan rancangan eksperimental pada pasien yang dilakukan operasi elektif dengan anestesi umum di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan November–Desember 2020. Selama induksi anestesi, pasien menggunakan masker bedah kemudian dilakukan penilaian SpO 2 dan EtCO 2 pada saat sebelum induksi dan selama induksi menit ke-1, 2, dan 3. Hasil penelitian mengungkapkan nilai SpO 2 dan EtCO 2  preinduksi dan pada menit ke-1, 2, dan 3 diperoleh nilai rerata SpO 2 dan EtCO 2 induksi menit ke-1, ke-2, dan ke-3 tidak lebih inferior dibanding dengan nilai pra induksi (p<0,05) dengan nilai rerata SpO 2 dan EtCO 2 dalam batas normal.Simpulan penelitian adalah penggunaan masker bedah selama induksi tidak mengurangi efektivitas oksigenasi dan ventilasipada pasien yang dilakukan anestesi umum dinilai berdasar atas SpO 2 dan EtCO 2 . Effectiveness of Oxygenation and Ventilation During General Anesthesia Induction Using Surgical Mask Assessed by SpO 2 and EtCO 2 Anesthesiologist have high risk for exposure of aerosol during ventilation or intubation. They must do ventilation during induction of general anesthesia effectively. The study was aimed to know how effective the oxygenation and ventilation during induction of general anesthesia while using surgical mask assessed by SpO 2 and EtCO 2 . The research was a numerical analytic with experimental design performed on elective surgery patients done by general anesthesia in central operating theatre Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung in November–December 2020. During induction of anesthesia, patient were using surgical mask and assessment of SpO 2 and EtCO 2 was done before induction and during induction in the 1 st , 2 nd , and 3 rd minute induction. The result of the study revealed SpO 2 and EtCO 2  preinduction and 1 st , 2 nd , and 3 rd minute induction had SpO 2 and EtCO 2 value in 1 st , 2 nd , and 3 rd minute induction not inferior to pre induction value, with SpO 2 and EtCO 2 value within normal limit.The study has concluded that using surgical mask during induction does not decrease the effectiveness of oxygenation and ventilation in patient with general anesthesia assessed by SpO 2 and EtCO 2 .","PeriodicalId":30635,"journal":{"name":"Jurnal Anestesi Perioperatif","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44059367","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Syndecan-1 Laktat dan Profil Lipid sebagai Faktor Risiko Keparahan dan Mortalitas Sepsis Syndecan-1乳酸和脂质作为严重危险因素与脓毒症死亡率
Jurnal Anestesi Perioperatif Pub Date : 2021-05-11 DOI: 10.15851/jap.v9n1.2251
Y. Wiguna, Philia Setiawan, B. Semedi, B. Purwanto
{"title":"Syndecan-1 Laktat dan Profil Lipid sebagai Faktor Risiko Keparahan dan Mortalitas Sepsis","authors":"Y. Wiguna, Philia Setiawan, B. Semedi, B. Purwanto","doi":"10.15851/jap.v9n1.2251","DOIUrl":"https://doi.org/10.15851/jap.v9n1.2251","url":null,"abstract":"Pada sepsis, endothelial glycocalyx (EG), dapat rusak dan luruh melepaskan syndecan-1 ke dalam plasma. Kerusakan EG akan mengganggu mikrosirkulasi, menimbulkan hipoperfusi jaringan, dan meningkatkan kadar laktat. Gangguan profil lipid pada sepsis terjadi karena gangguan metabolisme dan kerusakan langsung hepatosit akibat meluruhnya EG. Penelitian ini bermaksud menganalisis syndecan-1, laktat, dan profil lipid sebagai faktor risiko keparahan dan mortalitas pada pasien sepsis. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional pada 39 pasien dewasa yang memenuhi kritera sepsis-3. Keparahan sepsis diklasifikasikan menjadi sepsis dan syok septik dan ditentukan dalam 6 jam setelah time zero berdasarkan penggunaan vasopresor, kecukupan resusitasi cairan, dan nilai laktat ulangan. Kematian 7 hari dihitung sejak time zero sepsis. Syndecan-1, laktat, dan profil lipid diambil dalam jam pertama setelah time zero dianalisis sebagai faktor risiko keparahan dan mortalitas 7 hari. Analisis data dilakukan dengan uji logistik regresi bivariat dan multivariat. Pada penelitian ini didapatkan 20 pasien dengan sepsis, 19 pasien dengan syok septik. Berdasar atas mortalitas 7 hari, 10 pasien meninggal dan 29 pasien bertahan hidup. Laktat dan syndecan-1 merupakan prediktor keparahan pada sepsis. Laktat merupakan variabel yang lebih superior dibanding dengan syndecan-1 sebagai prediktor keparahan sepsis. Laktat merupakan prediktor untuk mortalitas 7 hari pada pasien sepsis. Simpulan penelitian ini adalah laktat dan syndecan-1 merupakan prediktor keparahan pada sepsis. Laktat merupakan prediktor kematian 7 hari pada sepsis.","PeriodicalId":30635,"journal":{"name":"Jurnal Anestesi Perioperatif","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44885191","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Perbedaan Pengaruh Balanced dan Unbalanced Crystalloids sebagai Terapi Cairan pada Sepsis dan Syok Sepsis: a Systematic Review 平衡和非平衡类结晶作为脓毒症和脓毒症流液治疗的差异:系统综述
Jurnal Anestesi Perioperatif Pub Date : 2021-05-01 DOI: 10.15851/jap.v9n1.2352
Dimas Adjie Yuda Mahendra, Febrian Dwi Cahyo
{"title":"Perbedaan Pengaruh Balanced dan Unbalanced Crystalloids sebagai Terapi Cairan pada Sepsis dan Syok Sepsis: a Systematic Review","authors":"Dimas Adjie Yuda Mahendra, Febrian Dwi Cahyo","doi":"10.15851/jap.v9n1.2352","DOIUrl":"https://doi.org/10.15851/jap.v9n1.2352","url":null,"abstract":"Mortalitas sepsis dan syok sepsis hampir 20% per tahun dari semua kematian global. Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab 50% pasien dirawat di Intensive Care Unit (ICU). Kristaloid menjadi terapi cairan yang tepat menurut “The Surviving Sepsis Campaign Bundle: 2018 (SSC 2018)”. Kristaloid terbagi menjadi dua jenis, yaitu balanced dan unbalanced crystalloids. Perbedaan kandungan elektrolit keduanya dapat memengaruhi outcome pasien. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan pengaruh balanced dan unbalanced crystalloids pada sepsis dan syok sepsis dalam aspek mortalitas, kejadian hiperkloremia, dan lama tinggal di rumah sakit (RS). Metode yang digunakan adalah systematic review. Tempat penelitian berupa pencarian artikel penelitian pada online database dengan waktu penelitian, yaitu artikel dari tahun 2017 hingga 2021. Seleksi studi menggunakan PRISMA, kirteria restriksi dan PICO. Telaah artikel didapatkan 6 dari 249 artikel yang memenuhi syarat. Hasil analisis adalah mortalitas lebih rendah pada grup balanced crystalloids, kejadian hiperkloremia lebih tinggi pada unbalanced crystalloids, namun lama tinggal di RS di kedua grup tidak ada perbedaan signifikan. Simpulan penelitian adalah balanced crystalloids lebih efektif daripada unbalanced crystalloids dalam aspek menurunkan mortalitas dan kejadian hiperkloremia, namun tidak mengenai lama tinggal.","PeriodicalId":30635,"journal":{"name":"Jurnal Anestesi Perioperatif","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45343171","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Perioperative Management of a Giant Ovarian Tumour in an Adolescence with Severe Scoliosis and Unilateral Diaphragmatic Dysfunction: A Case Report 青少年严重脊柱侧弯和单侧膈肌功能障碍伴巨大卵巢肿瘤的围手术期处理:一例报告
Jurnal Anestesi Perioperatif Pub Date : 2021-04-11 DOI: 10.15851/jap.v9n1.2385
G. Giwangkancana, Andi Kurniadi, Y. Putri, Euis Maryani
{"title":"Perioperative Management of a Giant Ovarian Tumour in an Adolescence with Severe Scoliosis and Unilateral Diaphragmatic Dysfunction: A Case Report","authors":"G. Giwangkancana, Andi Kurniadi, Y. Putri, Euis Maryani","doi":"10.15851/jap.v9n1.2385","DOIUrl":"https://doi.org/10.15851/jap.v9n1.2385","url":null,"abstract":"Though giant ovarian tumor are rare but due to the limitations in oncology surgery during the COVID-19 pandemic, many oncology patients are presented with a more severe stage and giant ovarian tumors may be more commonly seen during this period. The aim of this case report study was to describe the perioperative management of an adolescent patient with a giant ovarian tumor, severe scoliosis, and unilateral diaphragm dysfunction. An 18-years-old girl weighing 28 kgBW came with a giant abdominal mass that extended to her thoracic and back areas. The patient had a history of severe scoliosis since childhood. She had signs of respiratory distress and was not comfortable lying down. Preoperatively, the surgeon used ultrasonography to guide cyst puncture using a thoracic tube and 6,500 cc of mucinous fluid was drained. Inhalational induction with preservation of spontaneous breathing was performed. Two massive masses filled the entire abdominal area, adhering to the peritoneum while pushing and tenting the diaphragm cranially and laterally to the right and bilateral salpingo-oophorectomy was conducted. Serial radiological examinations showed unilateral diaphragmatic dysfunction and a progressing ventilator associated pneumonia. Improving post-operative outcome of patients with giant intraabdominal masses must include preoperative assessment of potential peri-operative respiratory complications, preparation of intraoperative hemodynamic, and ventilatory disturbances with gentle weaning and multidisciplinary approach during the post-operative care to assess readiness of ventilator weaning.","PeriodicalId":30635,"journal":{"name":"Jurnal Anestesi Perioperatif","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48228453","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Perbandingan Penggunaan Masker Anestesi Berpewangi dengan Masker Anestesi Tidak Berpewangi terhadap Tingkat Kecemasan Anak pada Induksi Inhalasi 比较使用带香味的麻醉口罩和无香味麻醉口罩对儿童吸入焦虑程度的比较
Jurnal Anestesi Perioperatif Pub Date : 2021-04-11 DOI: 10.15851/jap.v9n1.2387
D. Nugraha, Dewi Yulianti Bisri, Radian Ahmad Halimi
{"title":"Perbandingan Penggunaan Masker Anestesi Berpewangi dengan Masker Anestesi Tidak Berpewangi terhadap Tingkat Kecemasan Anak pada Induksi Inhalasi","authors":"D. Nugraha, Dewi Yulianti Bisri, Radian Ahmad Halimi","doi":"10.15851/jap.v9n1.2387","DOIUrl":"https://doi.org/10.15851/jap.v9n1.2387","url":null,"abstract":"Induksi inhalasi dapat memberikan pengalaman emosi yang traumatis terhadap anak seperti perasaan terkekang atau tercekik selama bernapas melalui masker dan bau yang tajam dari gas anestesi. Salah satu pendekatan nonfarmakologis yang dapat dilakukan adalah menggunakan masker beraroma buah-buahan sebelum induksi. Modifikasi sederhana dengan mengoleskan lip balm dengan wangi buah pada permukaan dalam masker anestesi merupakan salah satu pendekatan yang efektif dan murah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbandingan pengaruh penggunaan masker anestesi berpewangi dibanding dengan masker anestesi tidak berpewangi terhadap tingkat kecemasan anak pada induksi inhalasi. Penelitian dilakukan menggunakan metode uji klinis acak terkontrol buta tunggal secara prospektif terhadap 38 anak berusia 4–12 tahun yang menjalani anestesi umum dengan status fisik american society of anesthesiologist (ASA) I–II di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Subjek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapat masker berpewangi dan kelompok yang mendapat masker tidak berpewangi. Tingkat kecemasan anak di ruang persiapan dan kamar operasi dinilai menggunakan skala modified yale preoperative anxiety scale (MYPAS). Skala MYPAS adalah baku emas untuk evaluasi kecemasan anak yang terdiri atas 22 penilaian dalam 5 kategori dengan realibilitas dan validitas tinggi. Analisis statistik dengan Uji Mann-Whitney. Tingkat kecemasan anak pada kelompok masker berpewangi secara bermakna lebih rendah dibanding dengan kelompok masker tidak berpewangi (p=0,000), namun penilaian di ruang persiapan tidak menunjukkan hasil yang bermakna (p=0,07). Kesimpulan penelitian adalah penggunaan masker anestesi berpewangi pada induksi inhalasi menghasilkan tingkat kecemasan anak yang lebih rendah dibanding dengan penggunaan masker anestesi tidak berpewangi.","PeriodicalId":30635,"journal":{"name":"Jurnal Anestesi Perioperatif","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42122438","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Perbandingan Efek Analgesia antara Fentanil dan Oksikodon Intravena untuk Pengelolaan Nyeri Pascabedah Laparotomi Kolesistektomi 芬太尼与羟考酮用于肾管理综合切除术的镇痛效果比较
Jurnal Anestesi Perioperatif Pub Date : 2021-04-11 DOI: 10.15851/jap.v9n1.2386
Thomas Thomas, Iwan Fuadi, I. Rachman
{"title":"Perbandingan Efek Analgesia antara Fentanil dan Oksikodon Intravena untuk Pengelolaan Nyeri Pascabedah Laparotomi Kolesistektomi","authors":"Thomas Thomas, Iwan Fuadi, I. Rachman","doi":"10.15851/jap.v9n1.2386","DOIUrl":"https://doi.org/10.15851/jap.v9n1.2386","url":null,"abstract":"Nyeri pascabedah harus diatasi dengan baik menggunakan analgetik yang memiliki efek analgesia adekuat dengan efek samping minimal. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan nyeri pascabedah laparotomi kolesistekomi yang dinilai dengan numeric rating score (NRS) antara pasien yang menggunakan continuous intravenous patient controlled analgesia (IV-PCA) fentanil dan oksikodon. Penelitian dilakukan pada periode Agustus–November 2020 di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian randomized control trial (RCT) dilakukan terhadap 32 subjek status fisik ASA I–II yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapat continuous IV-PCA fentanil 0,5 µg/kgBB/jam dan kelompok dengan continuous IV-PCA oksikodon 30 µg/kgBB/jam. Nyeri pascabedah dinilai dengan NRS pada jam pertama, ke-6, ke-12, dan ke-24. Analisis statistik data numerik dengan Uji Mann-Whitney, data kategorik dengan uji chi-square dan alternatif Uji Fisher’s Exact. Nilai NRS pada kelompok oksikodon lebih rendah dibanding dengan fentanil pada jam pertama hingga jam ke-24 (p=0,001). Kebutuhan rescue analgetik pada jam pertama dan ke-6 juga lebih rendah pada kelompok oksikodon (p=0,012; p=0,022, berurutan). Penelitian dengan rasio fentanil:oksikodon 1:60 ini tidak menunjukkan perbedaan efek samping kejadian mual, muntah, pusing, sakit kepala, dan pruritus antara kedua kelompok. Pemberian analgesia oksikodon intravena pada pasien pascabedah laparotomi kolesistektomi lebih baik dibanding dengan fentanil intravena.","PeriodicalId":30635,"journal":{"name":"Jurnal Anestesi Perioperatif","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41390985","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Penggunaan Ventilatory Ratio dan Alveolar Dead Space Fraction sebagai Prediktor Mortalitas pada Pasien COVID-19 dengan Acute Respiratory Distress Syndrome 彭家南通气量比与肺泡死亡空间分数的关系及对COVID-19登干急性呼吸窘迫综合征死亡率的预测
Jurnal Anestesi Perioperatif Pub Date : 2021-04-11 DOI: 10.15851/jap.v9n1.2274
Muhammad Kemal Disa Putra, Arie Utariani, B. Semedi, C. Waloejo, Hardiono Hardiono
{"title":"Penggunaan Ventilatory Ratio dan Alveolar Dead Space Fraction sebagai Prediktor Mortalitas pada Pasien COVID-19 dengan Acute Respiratory Distress Syndrome","authors":"Muhammad Kemal Disa Putra, Arie Utariani, B. Semedi, C. Waloejo, Hardiono Hardiono","doi":"10.15851/jap.v9n1.2274","DOIUrl":"https://doi.org/10.15851/jap.v9n1.2274","url":null,"abstract":"Pada pasien COVID-19 dengan ARDS terjadi gangguan oksigenasi dan ventilasi. Menurut kriteria Berlin ARDS, oksigenasi diukur dengan PaO2/FiO2, namun tidak mengukur ventilasi alveolar yang diukur dengan dead space yang dapat terjadi akibat kondisi, seperti kerusakan endotel, mikrotrombus, dan penggunaan ventilator yang berlebih. Tujuan penelitian ini menganalisis penggunaan ventilatory ratio (VR) dan dead space fraction (Vd/Vt) sebagai prediktor mortalitas pasien COVID-19 ARDS. Penelitian ini adalah analitik kohort retrospektif. Data dikumpulkan dari rekam medik pasien COVID-19 yang dirawat di RIK RSUD Dr. Soetomo periode Juni–September 2020 dengan teknik total sampling terhadap subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk eksklusi. Data yang dikumpulkan adalah nilai VR dan Vd/Vt (diambil dari data laboratorium), kondisi klinis pasien dan pengaturan ventilator 24 jam pertama setelah terintubasi. Penelitian ini didapatkan 77 dari 80 subjek yang memenuhi kriteria. Nilai VR berhubungan dengan mortalitas secara signifikan dengan nilai p 0,001; cut off 1,84; sensitivitas 84,2%; spesifisitas 85%; RR 30,22; CI 95%: 7,31–124,89. Vd/Vt dan mortalitas menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap mortalitas dengan nilai p 0.001. Uji analisis Spearman VR dengan Vd/Vt didapatkan hasil korelasi yang kuat dengan koefisien korelasi 0,704 dan p 0,001. Simpulan, nilai VR dan Vd/Vt dapat digunakan sebagai prediktor mortalitas pasien COVID-19 dengan ARDS dan keduanya mempunyai korelasi yang kuat. VR dapat menggantikan Vd/Vt.","PeriodicalId":30635,"journal":{"name":"Jurnal Anestesi Perioperatif","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45483926","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Anesthesia Management of Oculocardiac Reflex in Strabismus Surgery: A Case Study 斜视手术中眼心反射的麻醉处理
Jurnal Anestesi Perioperatif Pub Date : 2021-04-11 DOI: 10.15851/jap.v9n1.2388
Diva Zuniar Ritonga, Dedi Fitri Yadi, M. Adli
{"title":"Anesthesia Management of Oculocardiac Reflex in Strabismus Surgery: A Case Study","authors":"Diva Zuniar Ritonga, Dedi Fitri Yadi, M. Adli","doi":"10.15851/jap.v9n1.2388","DOIUrl":"https://doi.org/10.15851/jap.v9n1.2388","url":null,"abstract":"There are various types of eye surgery with each requires special attention in anesthesia management. Strabismus surgery has several risks that need to be considered; one of which is oculocardiac reflex. The oculocardiac reflex is a condition characterized by decreased heart rate caused by the pressure on the globe or by traction on the extraocular muscles and conjunctiva or the orbital structures. This reflex can manifest as an asystole if left untreated. This is a case report of a 19-year-old male with ASA classification 1 presented with esotropia of left and right eyes. General anesthesia was used for anesthesia with 100 mcg fentanyl, 100 mg propofol, and 25 mg atracurium for induction and, for airway management, LMA size 3 was used. Sevoflurane 2–3 vol% with oxygen and nitrous oxide was given as maintenance. During the surgery, the heart rate dropped to 35 beats per minute when the operator pulled the medial rectus muscle in the first eye. The surgery was then paused and the heart rate was incrementally increased to 65 beats per minute without any other intervention. Then, as the operator pulled the medial rectus muscle in the second eye, the heart rate decreased to 55 beats per minute and the surgery continued with the heart rate slowly increased without any intervention. The remaining surgery time was uneventful. Knowledge and early intervention of oculocardiac reflex conditions should be well understood by all anesthesiologist to avoid more catastrophic conditions.","PeriodicalId":30635,"journal":{"name":"Jurnal Anestesi Perioperatif","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43994312","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
相关产品
×
本文献相关产品
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信