{"title":"Aplikasi Mikrorganisme Sebagai Agensia Promosi Pertumbuhan Tanaman Lada (Piper nigrum Linn)","authors":"Syatrawati, Sitti Inderiati, Pricilia Aurelia","doi":"10.25047/agriprima.v6i1.437","DOIUrl":"https://doi.org/10.25047/agriprima.v6i1.437","url":null,"abstract":"Kemampuan fungi dan bakteri mengkolonisasi tanaman dan mengsekresi zat pengatur tumbuh seperti auksin dan sitokinin yang digunakan oleh tanaman inang untuk ketahanan dan pertumbuhan menjadi dasar pemanfaatan mikrorganisme simbiotan. Penelitian ini bertujuan membandingkan aktivitas beberapa jenis fungi dan bakteri dalam menggiatkan pertumbuhan vegetatif tanaman lada. Mikrobia yang digunakan adalah cendawan endofit 10 butir per tanaman dalam bentuk granula, Trichoderma harzianum 10 butir per tanaman dan bakteri Burkholderia 50 ml per tanaman dalam bentuk molases yang diinokulasi pada bibit lada varietas Natar-1 yang berumur 3 bulan. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pemberian Trichoderma harzianum secara tunggal menghasilkan tinggi tanaman (22.79 cm) dan pertambahan jumlah ruas sulur (6.44) terbaik. Perlakuan cendawan endofit + bakteri Burkholderia + Trichoderma harzianum menghasilkan jumlah cabang terbanyak (0.63) dan pemberian bakteri Burkholderia + Trichoderma harzianum menghasilkan berat basah dan berat kering tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan aplikasi mikroorganisme lainnya. Meskipun demikian, berdasarkan uji statistik perlakuan aplikasi mikroba berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan tanaman lada yang diuji, namun terdapat perlakuan inokulasi mikroba baik secara tunggal maupun kombinasi mikroba yang menghasilkan pertambahan tumbuh tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kontrol. Dengan demikian, inokulasi mikroba menyebabkan ketersedian hara dan zat pengatur tumbuh sehingga menstimulir pertumbuhan vegetatif tanaman inang.","PeriodicalId":235652,"journal":{"name":"Agriprima : Journal of Applied Agricultural Sciences","volume":"16 7","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121007750","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Regenerasi Nilam Aceh ‘Sidikalang’ melalui Organogenesis tak Langsung dan Multiplikasi Tunas dalam Produksi Tanaman True-to-Types","authors":"Natasha Florenika, Agnes Natalia Wijaya, Didik Puji Restanto, Poppy Hartatie Hardjo","doi":"10.25047/agriprima.v6i1.447","DOIUrl":"https://doi.org/10.25047/agriprima.v6i1.447","url":null,"abstract":"Nilam Aceh ‘Sidikalang’ (Acehnese Patchouli) merupakan salah satu anggota kelompok dari Lamiaceae, famili mint. Minyak aromatik yang biasa disebut juga dengan minyak patchouli dapat diproduksi dari daunnya, yang mana bernilai tinggi dalam industri parfum dan aromaterapi, karena wangi aromatik yang segar. Minyak patchouli juga memiliki variasi senyawa fitokimia yang memiliki efek terapeutik, seperti antimikroba, antidepresan, anti-inflamasi, dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan protocol yang efisien dan reprodusibel untuk refenerasi tak langsung dari eksplan daun dan banyak tunas dari eksplan nodus. Organogenesis tak langsung telah dilakukan menggunakan medium MS (Murashige-Skoog) dengan beberapa perlakuan, seperti NAA 0,5 mg/L + BAP 0,1 mg/L, NAA 1 mg/L + BAP 0,1 mg/L, dan NAA 1,5 mg/L + BAP 0,1 mg/L, sedangkan tunas majemuk yang dihasilkan dari eksplan nodus dikulturkan pada media MS dengan berbagai variasi konsentrasi BAP, yakni 0,5 mg/L, 1,0 mg/L, dan 1,5 mg/L kemudian, untuk tahap perakaran dari tunas, tunas akan dikulturkan pada media ½ MS tanpa Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan media MS dengan beberapa perlakuan, yakni tanpa Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), IBA (Indole-3-Butyric Acid) 0,5 mg/L, dan NAA (Naphthalene Acetic Acid) 0,5 mg/L. Selanjutnya, planlet yang dihasilkan dari tahap perakaran secara in vitro akan diaklimatisasi pada kombinasi tanah : kompos (1:1). Sebagai tambahan, tunas in vitro juga akan ditanam secara langsung sebagai stek tunas mikro pada kombinasi tanah : kompos (1:1). Perlakuan optimal untuk organogenesis tak langsung menggunakan media MS dengan NAA 1 mg/L + BAP 0,1 mg/L. Dalam perbanyakan tunas majemuk dari eksplan nodus, media MS dengan BAP 0,5 mg/L merupakan media optimum. Tunas yang dikulturkan pada media ½ MS untuk tahap perakaran, tumbuh membentuk planlet dengan morfologi akar normal. Secara keseluruhan, planlet nilam lebih cepat terbentuk melalui penanaman langsung stek tunas mikro pada kondisi ex vitro dibandingkan melalui tahap perakaran in vitro.","PeriodicalId":235652,"journal":{"name":"Agriprima : Journal of Applied Agricultural Sciences","volume":"51 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122576063","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Parwi, Muhammad Muhammad, M. Y. Namuri, F. D. Dewanti, R. Priyadashini
{"title":"Isolasi dan Identifikasi Fungi Mikoriza Pada Rizosfer Tanaman Porang Pada Sistem Agroforestri dan Monokultur","authors":"Parwi, Muhammad Muhammad, M. Y. Namuri, F. D. Dewanti, R. Priyadashini","doi":"10.25047/agriprima.v6i1.433","DOIUrl":"https://doi.org/10.25047/agriprima.v6i1.433","url":null,"abstract":"Mikoriza arbuskula adalah mikrobia tanah yang memiliki peran dalam meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman melalui perpanjangan hifa sehingga dapat menjangkau pada daerah yang lebih luas. Mikoriza arbuskula merupakan mikrobia tanah yang dapat berkembang pada sistem agroforestri dan monokultur. Informasi mikoriza yang dapat bersimbiosis dengan Porang baik secara agroforestri dan monokultur belum banyak dipublikasikan. Oleh sebab itu perlu identifikasi spora yang ada di rizosfer Porang sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai bahan baku pupuk berbasis mikoriza arbuskula untuk tanaman Porang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikoriza arbuskula yang berada di rizosfer Porang pada berbagai sistem pertanaman. Penelitian tentang fungi mikoriza arbuskula di rizosfer Porang dilakukan di lahan agroforestri dan monokultur yang memiliki jenis tanah latosol. Lahan penelitian berada di Desa Mrayan, Kecamatan Ngrayun kabupaten Ponorogo Jawa timur Indonesia dan dilakukan pada bulan Desember 2020. Sampel tanah diambil secara acak di tiga lahan yang berbeda yaitu agroforestri berbasis pinus, agroforestri berbasis sengon dan monokultur. Sampel tanah diambil disekitar perakaran tanaman Porang. Sampel akar berupa akar halus porang. Spora mikoriza arbuskula diektrak dengan metode pengayaan basah dan kering. Identifikasi spora mikoriza arbuskula dilakukan dengan identifikasi morfologi. Hasil penelitian ini ditemukan 3 genera yang terdiri dari 9 species yaitu Glomus (5 species), Acaulospora (2 speies) dan Gigaspora (2 species). Kepadatan spora tertinggi berjenis Glomus dan yang terkecil adalah Gigaspora. Rata rata kepadatan spora adalah 56-105 spora/100 g tanah. Kepadatan spora tertinggi pada agroforestri berbasis pinus. Persentase infeksi akar berkisar antar 24-50%. Persentase infeksi akar tertinggi pada agroforestri berbasis sengon.","PeriodicalId":235652,"journal":{"name":"Agriprima : Journal of Applied Agricultural Sciences","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127721240","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hendrival, Rika Khairunnisa, Muhammad Muaz Munawwar
{"title":"Variasi Kerentanan dan Kerusakan Serealia setelah Infestasi Hama Kumbang Bubuk (Sitophilus oryzae L.) Berdasarkan Kadar Air","authors":"Hendrival, Rika Khairunnisa, Muhammad Muaz Munawwar","doi":"10.25047/agriprima.v6i1.443","DOIUrl":"https://doi.org/10.25047/agriprima.v6i1.443","url":null,"abstract":"Hama kumbang bubuk, Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae) merupakan hama primer dan menyebabkan kerusakan yang berbeda pada serealia sehingga menentukan tingkat kerentanannya selama penyimpanan. Kerusakan serealia selama di penyimpanan dipengaruhi oleh kadar air. Penelitian bertujuan mempelajari variasi kerentanan dan kerusakan serealia setelah infestasi S. oryzae berdasarkan kadar air. Penelitian dilaksanakan dalam bentuk faktorial pola Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan jenis serealia dan kadar air. Perlakuan kadar air yaitu 12% dan 14%, sedangkan jenis serealia yaitu sorgum, beras putih, beras ketan hitam, beras ketan putih, dan jagung. Parameter pengamatan yaitu jumlah F1, median waktu perkembangan, indeks kerentanan, dan susut berat serealia. Analisis data hasil penelitian menggunakan analisis ragam dan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 0,05. Untuk mengukur kekuatan hubungan antar parameter pengamatan ditentukan dengan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air 14% dapat meningkatkan jumlah F1, indeks kerentanan, susut berat serealia serta median waktu perkembangan yang singkat. Katagori kerentanan serelia bervariasi dari moderat sampai sangat rentan. Jumlah F1, indeks kerentanan, susut berat paling tinggi dan median waktu perkembangan paling singkat dijumpai pada beras ketan hitam. Beras ketan hitam dengan kadar air 12 dan 14% dapat meningkatkan jumlah F1, indeks kerentanan, susut berat serealia serta median waktu perkembangan yang singkat serta kerentanannya tergolong rentan-sangat rentan sampai sangat rentan","PeriodicalId":235652,"journal":{"name":"Agriprima : Journal of Applied Agricultural Sciences","volume":"63 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130577837","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Stabilitas Genetik Klon Tanaman Tebu Transgenik Berbasis RNAi dan Ketahanannya terhadap Infeksi SCMV","authors":"Naomi Berthi Yonindi, Retno Apriasti, Netty Ermawati, Bambang Sugiharto","doi":"10.25047/agriprima.v6i1.452","DOIUrl":"https://doi.org/10.25047/agriprima.v6i1.452","url":null,"abstract":"SCMV merupakan virus pathogen pada tanaman tebu yang dapat menyebabkan perlambatan pertumbuhan, kerusakan kloroplas, penurunan fotosintesis dan hilangnya produktifitas gula sekitar 20-50%. Penelitian sebelumnya telah mengembangkan tanaman tebu tahan virus SCMV dengan memasukkan HpSCMVCp melalui pendekatan bioteknologi RNAi (RNA interference). RNAi dapat memproduksi dsRNA homolog yang akan diproses menjadi 21-24 siRNA oleh enzim Dicer. Spesifik siRNA akan mendegradasi target mRNA virus dan mencegah ekpresi protein virus. Dua klon tebu transgenik HpSCMVCp-CaMV dan HpSCMVCp-Ubi yang telah dikembangkan perlu dilakukan uji stabilitas genetik dan ketahannya pada generasi T1. Indukan tebu HpSCMVCp-CaMV dan HpSCMVCp-Ubi ditumbuhkan 5 mata tunas dan dilakukan konfirmasi PCR menunjukkan adanya materi genetic HpSCMVCp yang stabil pada setiap mata tunas. Selanjutnya pada umur 2 bulan dilakukan uji tular SCMV yang menunjukkan tingkat ketahanan terhadap serangan SCMV mencapai 70-100% dibandingkan dengan wild type 0%. Hal ini juga ditunjukkan dari hasil analisa RT-PCR deteksi SCMV dengan pasangan primer untuk amplifikasi DNA Nib-Cp. Tanaman tebu WT yang bergejala mosaic dan tidak tahan infeksi SCMV menunjukan amplifikasi DNA Nib-Cp dan tidak ada pada tanaman tebu transgenic yang tahan. Secara keseluruhan penelitian ini menunjukan bahwa tanaman tebu transgenic stabil menurunkan materi genetic dan ketahanan terhadap infeksi SCMV pada generasi berikutnya.","PeriodicalId":235652,"journal":{"name":"Agriprima : Journal of Applied Agricultural Sciences","volume":"52 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123785737","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nadya Oktafiana, S. Umayyah, Wulan Nursyiam Ningtyas, Bambang Sugiharto
{"title":"Regenerasi Kalus Embriogenik Sorgum (Sorghum bicolor) menggunakan Kombinasi ZPT dan Mikronutrien","authors":"Nadya Oktafiana, S. Umayyah, Wulan Nursyiam Ningtyas, Bambang Sugiharto","doi":"10.25047/agriprima.v6i1.463","DOIUrl":"https://doi.org/10.25047/agriprima.v6i1.463","url":null,"abstract":"Perakitan varietas unggul tanaman sorgum dapat dilakukan melalui perbanyakan secara in-vitro melalui kultur jaringan. Somatik embriogenesis menjadi salah satu metode perbanyakan yang tepat untuk menghasilkan tanaman dalam waktu yang cepat dan jumlah banyak. Tetapi, rendahnya kemampuan regenerasi kalus menyebabkan kegagagalan terbentukya tunas dan tanaman baru. Pemberian nutrisi dan zat pengaruh tumbuh (ZPT) yang efektif pada media regenerasi menentukan keberhasilan regenerasi kalus. Sitokinin dan auksin merupakan jenis ZPT yang berperan dalam pembelahan dan perkembangan sel serta menstimulasi pertumbuhan tunas pada kalus. Sedangkan, CuSO4 digunakan sebagai nutrisi mikro tambahan yang berperan aktif dalam katalisasi enzim dan transfer elektron pada proses fotosintesis. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui konsentrasi terbaik dari kombinasi antara Kinetin, NAA, dan CuSO4 pada media regenerasi kalus sorgum untuk menstimulasi pertumbuhan tunas dan akar. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi MS0, 0,1 mg/L NAA, 1 mg/L kinetin menjadi kombinasi paling baik unuk regenerasi tunas yaitu 6,38 tunas. Sedangkan untuk regenerasi akar kombinasi MS0 dan 1 mg/L CuSO4 merupakan konsentrasi terbaik untuk regenerasi tunas dan akar sebanyak 32,1 akar dan meningkatkan jumlah planlet sebanyak 7,67. Namun sebaliknya, tidak ada pengaruh pada penambahan CuSO4 terhadap tinggi tanaman. Planlet yang tumbuh mampu beradaptasi pada kondisi in vivo di dalam green house dan menunjukkan tidak ada perbedaan pertumbuhan antara tanaman yang tumbuh dari biji dan tanaman hasil in vitro. \u0000 \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":235652,"journal":{"name":"Agriprima : Journal of Applied Agricultural Sciences","volume":"261 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134603513","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis Histologi dan Scaning Elektron Mikroskopy (SEM) pada Somatik Embriogenesis Tanaman Porang (Amorphophallus muelleri B)","authors":"Dwika Nano Hariyanto, Triyogo Handoyo, Parawita Dewanti, Kacung Hariyono, Didik Pujdi Restanto","doi":"10.25047/agriprima.v6i1.450","DOIUrl":"https://doi.org/10.25047/agriprima.v6i1.450","url":null,"abstract":"Pembentukan Somatik Embriogenesis (SE) porang secara tidak langsung memiliki proses yang lambat, selama ini yang digunakan adalah induksi secara langsung karena dapat mempercepat penyediaan bibit tetapi pengetahuan tentang induksi SE secara tidak langsung sangat dibutuhkan untuk mengetahui tahapan perkembangannya. Kami menyajikan pengetahuan terkait interaksi hormon 2,4-D dan NAA terhadap induksi kalus, histologi dan scanning elektron microscop (SEM) kalus embriogenik tanaman porang (Amorphophallus muelleri). Tujuan penelitian ini adalah guna mengetahui interaksi pengaruh 2,4-D dan NAA dalam proses induksi SE dan mempelajari tahapan perubahan embrio serta perkembangan struktur embrio tanaman porang. Penelitian ini telah dilangsungkan selama 6 bulan sejak Mei hingga Oktober 2021. Tempat penelitian berada di Laboratorium Kultur Jaringan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Penelitian ini mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 2 Faktor dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama ialah hormon 2,4-D dengan konsentrasi 0 ppm, 1 ppm, 2 ppm, dan faktor kedua yaitu hormon NAA dengan konsentrasi 0,5 ppm, 1 ppm, 1,5 ppm, 2 ppm, 2,5 ppm, kemudian data yang didapatkan dilakukan analisis deskriptif dan ANOVA. Hasil penelitian menunjukan perlakuan hormon 1 ppm 2,4-D dan 1,5 ppm NAA menghasilkan kalus embriogenik dan pada hasil histologi dan scaning electron mikroskopy (SEM) memperlihatkan tahapan embrio somatik porang meliputi tahapan proembrio, embrio globular, skutelar dan kolioptilar, lalu tahap koleoptilar berkembang ke tahap primodial tunas. Pada konsentrasi 1 ppm 2,4-D dan 1,5 ppm NAA terbentuk proembrio dan embrio globular yang memiliki permukaan proembrio yang halus. ","PeriodicalId":235652,"journal":{"name":"Agriprima : Journal of Applied Agricultural Sciences","volume":"45 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124124612","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pengaruh Dosis dan Waktu Aplikasi Pupuk KCl Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.)","authors":"Muhammad Nur Thoriq Alfy, Triyogo Handoyo","doi":"10.25047/agriprima.v6i1.431","DOIUrl":"https://doi.org/10.25047/agriprima.v6i1.431","url":null,"abstract":"Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman legum yang memiliki kandungan gizi cukup tinggi. Produksi buncis belum mampu memenuhi permintaan buncis yang tinggi. Rendahnya produksi buncis dapat disebabkan oleh ketersediaan unsur hara. Kebutuhan unsur hara kalium (K) pada buncis tidak tercukupi karena kalium bersifat mudah tercuci. Upaya pemenuhan unsur hara kalium dilakukan melalui pemupukan KCl. Dosis pupuk yang tepat dapat membantu tanaman mencukupi kebutuhannya untuk tumbuh optimal. Waktu aplikasi pupuk yang tepat membantu tanaman menjaga ketersediaannya akan unsur hara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis pupuk KCl dan waktu aplikasi pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu dosis pupuk KCl K0 = 0 g/tanaman, K1 = 2,5 g/tanaman, K2 = 3 g/tanaman, K3 = 3,5 g/tanaman. Faktor kedua yaitu waktu aplikasi pupuk KCl W1 = 14 hst, W2 = 14 hst dan 21 hst, W3 = 14 hst, 21 hst, 28 hst. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dan diuji menggunakan Uji Lanjut Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tertinggi diperoleh perlakuan K3 dengan dosis pupuk KCl 3,5 g/tanaman dan perlakuan W3 dengan waktu aplikasi pupuk KCl pada 14 hst, 21 hst, dan 28 hst.","PeriodicalId":235652,"journal":{"name":"Agriprima : Journal of Applied Agricultural Sciences","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116734323","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pengaruh Cekaman Suhu Tinggi pada Fase Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Umbi Dua Varietas Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L.)","authors":"R. Ningsih, Slameto, Ketut Anom Wijaya","doi":"10.25047/agriprima.v5i2.390","DOIUrl":"https://doi.org/10.25047/agriprima.v5i2.390","url":null,"abstract":"Kentang umumnya dapat tumbuh optimal di dataran tinggi, ketika kentang ditanam di dataran medium maka pertumbuhan tanaman akan terganggu. Hal ini dikarenakan pada dataran medium memiliki suhu yang relative tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui respon tanaman kentang jika ditanam pada suhu tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cekaman suhu tinggi pada fase bibit terhadap pertumbuhan dan hasil pada tanaman kentang yang dilaksanakan di Jember dengan ketinggian di atas 500 mdpl (suhu rerata 320C). Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor pertama perlakuan suhu yaitu, Suhu Kontrol 320C (T0), Suhu 250C 16 jam dan 350C, 8 jam selama 15 hari (T1), Suhu 420C selama 8 jam (T2). Faktor kedua perlakuan varietas yaitu, varietas atlantik (V1), dan varietas granola (V2). Sehingga terdapat 6 kombinasi perlakuan dengan ulangan 4 kali. Data dianalisis menggunakan uji lanjut jarak berganda duncan 5%. Hasil penelitian interaksi antara perlakuan cekaman suhu kontrol 320C dan varietas granola kembang menunjukkan hasil terbaik pada variabel pengamatan tinggi tanaman sebesar 36,31 cm, jumlah daun sebanyak 15,95 helai, dan kandungan karbohidrat sebesar 22,49 mg/g. Sedangkan interaksi antara perlakuan cekaman suhu kontrol 320C dan varietas atlantik menunjukkan hasil terbaik pada variabel pengamatan berat umbi sebesar 17,4 g.","PeriodicalId":235652,"journal":{"name":"Agriprima : Journal of Applied Agricultural Sciences","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126476753","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Respon Tanaman Brokoli (Brassica oleracea) terhadap Pupuk Organik Cair","authors":"Fatiani Manik, B. Karo, R. Hutabarat, D. Musaddad","doi":"10.25047/agriprima.v5i2.434","DOIUrl":"https://doi.org/10.25047/agriprima.v5i2.434","url":null,"abstract":"Penggunaan pupuk organik sebagai alternatif pengganti pupuk anorganik dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi pupuk organik cair (POC) terhadap pertumbuhan dan hasil brokoli (Brassica oleracea). Penelitian dilaksanakan di IP2TP Berastagi pada bulan Mei sampai dengan September 2020. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 kali ulangan dan 10 perlakuan. Perlakuan yang diuji adalah sebagai berikut: A: tanpa POC (Kontrol), B: POC kotciplus 10 ml/L, C: POC kotciplus 20 ml/L D: POC kotciplus 30 ml/L, E: POC kipait 10 ml/L, F: POC kipait 20 ml/L, G: POC kipait 30 ml/L, H: POC limbah buah 10 ml/L, I: POC limbah buah 20 ml/L, J: POC limbah buah 30 ml/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa POC yang terbaik adalah POC kotciplus. POC kotciplus 20 ml/L, dan POC kotciplus 30 ml/L menunjukkan diameter kanopi terlebar yaitu masing-masing (52,35 cm dan 51,71 cm). Pemberian POC kotciplus 30 ml/L mampu meningkatkan hasil brokoli dilihat dari diameter bunga, bobot bunga per tanaman, bobot kuntum dan bobot bunga per plot.","PeriodicalId":235652,"journal":{"name":"Agriprima : Journal of Applied Agricultural Sciences","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129830148","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}