JURNAL LUXNOSPub Date : 2023-06-29DOI: 10.47304/jl.v9i1.312
Sostenis Nggebu
{"title":"KEUNIKAN KRISTUS DALAM PANDANGAN STEPHEN TONG","authors":"Sostenis Nggebu","doi":"10.47304/jl.v9i1.312","DOIUrl":"https://doi.org/10.47304/jl.v9i1.312","url":null,"abstract":"Problem dari artikel ini pentingnya mengenali keunikan Kristus dalam pemikiran Stephen Tong. Sebagai tokoh intelektual Kristen nasional, Tong telah berkeliling ke berbagai penjuru dunia guna memberitakan keunikan Kristus yang diimaninya. Baginya, banyak orang Kristen membutuhkan pengajaran yang benar tentang Kristus. Tujuan pembahasan ini mengarah pada deskripsi pokok-pokok pemikiran Tong tentang keunikan Kristus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode fenomenalogis. Hasilnya, menunjukkan bahwa pemikiran Tong tentang keunikan Kristus mengakar kuat pada teologi reformed. Keyakinan itu menjadi dasar baginya untuk memberitakan keunikan Kristus. Kristus itu adalah Allah yang menjadi manusia demi menyelamatkan orang berdosa. Dampak dari pelayanan Tong telah memberkati orang Kristen. Mendidik warga gereja untuk menemukan kejaiban Kristus dan menjalani iman yang dewasa secara rohani. \u0000 ","PeriodicalId":228336,"journal":{"name":"JURNAL LUXNOS","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128133613","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL LUXNOSPub Date : 2023-06-29DOI: 10.47304/jl.v9i1.309
Lidia Theresia
{"title":"Trinitas di Antara Subaltern dan Politik Egaliter","authors":"Lidia Theresia","doi":"10.47304/jl.v9i1.309","DOIUrl":"https://doi.org/10.47304/jl.v9i1.309","url":null,"abstract":"Abstract: Colonialism in human civilization has caused comprehensive problems in all aspects of life, including gender issues. Gayatri Chakravorty Spivak, one of the literary critics, said that colonialism gave rise to a new inferiority with Eurocentrism. When Europe became the locus of power, women outside European nations were increasingly oppressed and became third-world women, which Spivak calls subaltern. The church, also formed due to colonialism, must not take advantage of itself but must be critical in highlighting social inequality. The presence of the church must respond to social problems that occur among its people and support the creation of equality in human life. For this reason, this article will show that the church can answer subaltern problems through the doctrine of the Trinity and create equality or egalitarianism in people's lives. The discussion is carried out using a qualitative research method, which presents formulations of the doctrine of the Trinity by theologians. The explanation will then show the model of the Trinity that is present to answer the subaltern problem. Thus, through the Trinity, the church can provide theological answers to the struggles felt by humans.\u0000Abstrak: Kolonialisme yang terjadi dalam peradaban manusia telah menimbulkan permasalahan menyeluruh di segala aspek kehidupan, termasuk masalah gender. Gayatri Chakravorty Spivak, salah seorang kritikus sastra, mengatakan bahwa kolonialisme memunculkan inferioritas baru dengan Eropasentris. Ketika Eropa menjadi lokus kuasa, maka perempuan di luar bangsa Eropa semakin tertindas dan menjadi perempuan dunia ketiga, yang Spivak sebut sebagai subaltern. Gereja yang juga terbentuk akibat dari kolonialisme, tidak boleh mengambil keuntungan sendiri, melainkan harus bersifat kritis dalam menyorot ketimpangan sosial yang terjadi. Kehadiran gereja harus menjawab permasalahan sosial yang terjadi di tengah-tengah umatnya, dan mendukung terciptanya kesetaraan dalam kehidupan manusia. Untuk itu, artikel ini akan memperlihatkan bahwa gereja mampu menjawab masalah subaltern melalui doktrin Trinitas, dan menciptakan kesetaraan atau egaliterisme dalam kehidupan masyarakat. Pembahasan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, yang memaparkan rumusan-rumusan mengenai doktrin Trinitas para teolog. Pemaparan tersebut kemudian akan memperlihatkan model Trinitas yang hadir untuk menjawab masalah subaltern. Dengan demikian, melalui Trinitas gereja dapat memberi jawaban teologis atas pergumulan yang dirasakan oleh manusia.","PeriodicalId":228336,"journal":{"name":"JURNAL LUXNOS","volume":"46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125729363","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL LUXNOSPub Date : 2023-06-29DOI: 10.47304/jl.v9i1.311
Duma Indah Sinaga
{"title":"From Disabling Community to Embracing Gospel:","authors":"Duma Indah Sinaga","doi":"10.47304/jl.v9i1.311","DOIUrl":"https://doi.org/10.47304/jl.v9i1.311","url":null,"abstract":"Biblical text relating to disability usually approached with either a metaphorical or literary interpretation. Both of these approaches themselves provide a negative view of people with disabilities. Both of these approaches show that disability is a condition to be eliminated. This tendency itself arises because of the lact of attention to the context of the Bible itself and the limited approach to understanding disability only in the medical approach. By paying attention to the socio-religious context of Luke’s Gospel—particularly the meal, body and wholeness in Jewish understanding, and the concept of sickness and healt—which is dialogued with the perspective of disability studies, this article attempts to explore the message of the text of Luke 14:12-14. The result is that the text findsalignments with people with disabilities in three form, namely the collapse of normalism, embracing “damaged” bodies, and eating together as an act of solidarity. This article will show that in the text of Luke 14:12-14, physical disability is not something that should be eliminated, but celebrated in communal meal.","PeriodicalId":228336,"journal":{"name":"JURNAL LUXNOS","volume":"124 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132086637","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL LUXNOSPub Date : 2023-06-29DOI: 10.47304/jl.v9i1.322
Okyob Jeon, Yasti Tiran
{"title":"Eksegesis Matius 5:14-16 dalam Perspektif Identitas Para Murid Yesus","authors":"Okyob Jeon, Yasti Tiran","doi":"10.47304/jl.v9i1.322","DOIUrl":"https://doi.org/10.47304/jl.v9i1.322","url":null,"abstract":"Khotbah di Bukit, yang pertama dari lima ajaran signifikan dalam Injil Matius, telah menjadi favorit banyak orang. Ketika membaca Khotbah di Bukit, beberapa ahli telah menekankan pentingnya δικαιοσύνη (kebenaran) dan pembentukan identitas atau pembangunan komunitas. Secara khusus, metafora garam dan terang dalam 5:13-16 adalah salah satu teks yang menggambarkan identitas para murid. Penelitian ini melihat 5:14-16 dari perspektif identitas para murid Yesus. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Dalam ayat 14a, Yesus menyatakan identitas murid-murid-Nya, yaitu sebagai pembawa terang. Dalam ayat 14b-15, Ia menunjukkan kepada mereka pengaruh yang jelas dan nyata di sekitar mereka. Dalam ayat 16, misi murid-murid-Nya dijelaskan; murid-murid sebagai pembawa terang harus melakukan perbuatan baik agar orang lain memuliakan Allah. Secara khusus, murid-murid pada zaman ini, yang merupakan seminaris muda dan hamba-hamba Tuhan, harus hidup dalam kebenaran Allah (Firman Tuhan sebagai standar hidup), setia mengikut Tuhan dan melakukan perbuatan baik dengan kasih kepada orang terdekat, khususnya yang tidak mengenal Yesus terang dunia.","PeriodicalId":228336,"journal":{"name":"JURNAL LUXNOS","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"113962348","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL LUXNOSPub Date : 2023-06-29DOI: 10.47304/jl.v9i1.224
Andre Rollando
{"title":"Bolehkah Bercerai?: Melihat Kembali Pandangan Yesus Tentang Perceraian Dalam Matius 19:9 Dengan Pendekatan Kritik Tata Bahasa","authors":"Andre Rollando","doi":"10.47304/jl.v9i1.224","DOIUrl":"https://doi.org/10.47304/jl.v9i1.224","url":null,"abstract":"Abstract: Whether or not it is permissible to divorce in marriage is still being debated among interpreters when reading the Gospel of Matthew 19:9, and in general Christians see the text as legitimacy for divorce, especially in the phrase \"μὴ ἐπὶ πορνείᾳ\" which is for reasons of adultery. The author actually sees that there is an error in understanding the text and in fact there is no opportunity given by Jesus for divorce. The method used in this research is grammatical criticism. As a result, Matthew 19:9 especially in the phrase \"μὴ ἐπὶ πορνείᾳ\" is actually not like adultery which is generally understood in society. This word means unnatural sexual crimes, fornication, prostitution, and is equated with idol worship. Therefore, divorce is only done by people who do not fear God. Characteristic of an attitude that imitates Christ who loves and forgives. So Jesus remained consistent against divorce among believers.\u0000Abstrak: Boleh atau tidaknya bercerai dalam pernikahan masih menjadi perdebatan di kalangan para penafsir ketika membaca Injil Matius 19:9, dan pada umumnya orang Kristen melihat teks itu sebagai legitimasi untuk bercerai khususnya pada frase “μὴ ἐπὶ πορνείᾳ” yaitu karena alasan perzinahan. Penulis justru melihat ada kesalahan dalam memahami teks tersebut dan sesungguhnya tidak ada kesempatan yang diberikan Yesus untuk bercerai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kritik tata bahasa. Hasilnya, Matius 19:9 khususnya pada frase “μὴ ἐπὶ πορνείᾳ” sesungguhnya tidak seperti zinah yang dipahami pada umumnya dalam masyarakat. Kata tersebut berarti kejahata seksual yang tidak wajar, percabulan, persundalan, dan disetarakan dengan penyembahan berhala karena itu perceraian hanya diperbuat oleh orang-orang yang tidak takut akan Allah. Selain itu perceraian tidak mengambarkan ciri sikap yang meneladanai Kristus yang mengasih dan mengampuni. Jadi Yesus tetap konsisten menetang perceraian di kalangan orang percaya.","PeriodicalId":228336,"journal":{"name":"JURNAL LUXNOS","volume":"318 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114960848","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL LUXNOSPub Date : 2023-06-29DOI: 10.47304/jl.v9i1.323
F. A. Mendrofa
{"title":"Pemaknaan Berkat Menurut Ulangan 28:1-14 Dalam Perspektif Teori Kebutuhan Abraham Maslow","authors":"F. A. Mendrofa","doi":"10.47304/jl.v9i1.323","DOIUrl":"https://doi.org/10.47304/jl.v9i1.323","url":null,"abstract":"Penulisan karya ilmiah ini berangkat dari pengamatan penulis terhadap pemaknaan berkat yang kurang tepat di kalangan orang Kristen. Ketidaktepatan ini terkait kepada pemikiran yang menganggap bahwa berkat merupakan sesuatu yang hanya bersifat materi. Untuk meluruskan hal tersebut, penulis melakukan penelitian dengan tujuan menjelaskan berbagai berkat yang diberikan Allah. Mengunakan metode studi kepustakaan, penulis melakukan pencarian data baik melalui penafsiran teks maupun pembacaan data pustaka sesuai variabel. Penafsirkan teks Ulangan 28-1-14 dilakukan dengan metode Integrasi Hermeneutik dan kemudian dielaborasi dengan teori kebutuhan Maslow. Dari hasil penelitian ini, penulis menemukan bahwa materi hanyalah salah satu bagian dari berkat yang diberikan Allah kepada bangsa Israel. Oleh sebab itu orang Kristen seharusnya melihat materi bukan satu-satunya berkat yang Allah berikan tetapi hanya salah satu bagian dari keseluruhan berkat.","PeriodicalId":228336,"journal":{"name":"JURNAL LUXNOS","volume":"65 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116498394","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL LUXNOSPub Date : 2023-06-29DOI: 10.47304/jl.v9i1.217
R. Silaen, Sabudin Sabudin, Nurlia Siregar
{"title":"Belajar Dari Totalitas Pelayanan Daud Bagi Pelayanan Masa Kini","authors":"R. Silaen, Sabudin Sabudin, Nurlia Siregar","doi":"10.47304/jl.v9i1.217","DOIUrl":"https://doi.org/10.47304/jl.v9i1.217","url":null,"abstract":"Abstract: David continued to lead the people of Israel as a king after Saul. The appointment of David and the period of reigning Israel are interesting to explore from many fields for researchers. This paper aims to discuss David's performance as a servant with a position as a king from the point of view of the totality of self, energy, and mind for the advancement of God's kingdom in the world. The researcher used a descriptive qualitative method from related selected literature sources. The data are sorted and reduced according to the research objectives to obtain a synthesis that supports the ideas in the conclusion section. David's whole life in God was evident from his works as a shepherd (1 Sam. 16:20). David's totality was also seen when working for King Saul (2 Sam. 1-8), also when ruling as a King (2 Sam. 5-8). David showed totality in energy, mind, and all of which was adrift in the frame of fear of God.\u0000Abstrak: Daud melanjutkan tongkat pimpinan bagi rakyat Israel sebagai raja setelah Saul. Pengangkatan Daud dan masa memimpin Israel mempunyai daya tarik untuk ditelusuri dari banyak bidang bagi peneliti. Tulisan ini bertujuan mendiskusikan kinerja Daud sebagai seorang pelayan dengan posisi sebagai Raja, dari sudut totalitas diri, daya tenaga, pikiran untuk kemajuan kerajaan Allah di dunia. Peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan perolehan data dari sumber literatur terkait yang dipilih. Data dipilah dan direduksi sesuai tujuan penelitian sehingga memperoleh sintesa yang mendukung gagasan pada bagian kesimpulan. Daud tampak total hidup dalam Tuhan terbukti sejak Bekerja Sebagai Gembala (1 Sam. 16:20). Totalitas Daud juga tampak ketika bekerja pada Raja Saul (2 Sam. 1-8), juga ketika memerintah sebagai Raja (2 Sam.5-8) Daud menunjukkan totalitas dalam tenaga, pikiran, yang semua terpaut dalam bingkai Takut pada Allah.","PeriodicalId":228336,"journal":{"name":"JURNAL LUXNOS","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132193719","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL LUXNOSPub Date : 2023-06-29DOI: 10.47304/jl.v9i1.190
Narsing L. Marriba, Yusuf L.M.
{"title":"Interpretasi Seruan Memberi Persepuluhan dalam Maleakhi 3:6-12","authors":"Narsing L. Marriba, Yusuf L.M.","doi":"10.47304/jl.v9i1.190","DOIUrl":"https://doi.org/10.47304/jl.v9i1.190","url":null,"abstract":"Abstract: Giving tithes to the house of God is nothing new in the Christian faith. However, the emphasis on giving is still a polemic in the church. Some agree and some disagree because it is no longer the Old Testament era. However, in the analysis of this article, God's call to give tithes in the context of Malachi 3:6-12 is a very absolute emphasis in the context of the Israelites not tithing. At that time, God emphasized that they were considered to have robbed God. Therefore, they must turn back to God by forsaking their sins and bringing tithes into the house of God. The method used is to conduct a study of the literature, such as books or articles related to the text and context, and the results are described through a description of the meaning of words, phrases, or clauses in the text, then concluded to get answers to the purpose of God's call to tithe in the context of Malachi 3:6-12.\u0000Abstrak: Memberi persepuluhan ke dalam rumah Tuhan bukanlah hal baru dalam iman Kristen. Akan tetapi, penekanan untuk memberi masih menjadi polemik di dalam gereja. Ada yang setuju dan ada juga yang tidak setuju dengan alasan sudah bukan zaman Perjanjian Lama. Namun dalam analisis artikel ini, seruan Allah untuk memberi persepuluhan dalam konteks Maleakhi 3:6-12 merupakan suatu penekanan yang sangat mutlak dalam konteksnya bangsa Israel ketika tidak memberi persepuluhan. Pada saat itu Allah menegaskan bahwa mereka justru dianggap telah merampok Allah. Untuk itu, mereka harus berbalik kepada Allah dengan cara meninggalkan dosanya dan wajib membawa persepuluhan ke dalam rumah Tuhan. Metode pendekatan yang digunakan yakni melakukan kajian terhadap literatur seperti buku-buku atau artikel yang berkaitan dengan teks dan konteks dan hasilnya diuraikan melalui suatu deskripsi terhadap makna kata, frasa atau klausa yang ada di dalam teks, kemudian disimpulkan untuk mendapatkan jawaban atas maksud seruan Allah memberi perpuluhan dalam konteks Maleakhi 3:6-12.","PeriodicalId":228336,"journal":{"name":"JURNAL LUXNOS","volume":"181 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134105273","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL LUXNOSPub Date : 2023-06-29DOI: 10.47304/jl.v9i1.327
T. Marbun
{"title":"Yesus Kristus Lahir 25 Desember: Studi Historis","authors":"T. Marbun","doi":"10.47304/jl.v9i1.327","DOIUrl":"https://doi.org/10.47304/jl.v9i1.327","url":null,"abstract":"Perayaan Natal tanggal 25 Desember sering dituduh sebagai perayaan paganisme. Pada umumnya tuduhan ini merujuk pada penetapan kaisar Aurelia tangal 25 desember sebagai Dies Natalis Solis Invicti pada tahuan 274M. Tujuan penelitian ini menggali bukti-bukti sejarah perayaan natal sebelum tahun 274M. Metode yang gunakan dalam dalam penelitian metode sejarah dengan tahapan Heuristik, Kristik Sumber, Interpretasi dan Histografia. Hasil dari peneletian ini menunjukkan perayaan natal sudah laksanakan 239 Tahun sebelum tahun 274M","PeriodicalId":228336,"journal":{"name":"JURNAL LUXNOS","volume":"197 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130932153","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
JURNAL LUXNOSPub Date : 2023-06-29DOI: 10.47304/jl.v9i1.313
F. L. Harefa, Agustina Pasang, Triana Tambunan
{"title":"Analisis Kritis Tentang Konsep Misi Kaum Postmodernis Dalam Perspektif Teologi Reformed","authors":"F. L. Harefa, Agustina Pasang, Triana Tambunan","doi":"10.47304/jl.v9i1.313","DOIUrl":"https://doi.org/10.47304/jl.v9i1.313","url":null,"abstract":"Abstract: The aim of this research is to critically analyze the postmodernist concept of mission from a Reformed perspective. This is motivated by the phenomenon of shifting culture and thinking of modern society towards the postmodern era. This change has an impact on the perspective of Christian mission which has an impact on the church in developing its duties to carry out the great commission. The approach used is qualitative with library research methods. Research results and analysis. First, the basic mission of the postmodernists does not depart from Bible revelations, resulting in a fictional concept of mission that does not reflect the reality of the truth itself. Second, the focus of the postmodernist mission is oriented towards liberating humans from social issues and setting aside the proclamation and finality of Jesus Christ as the center of Christian mission. Third, the postmodernist mission approach only emphasizes theological dialogue, so it does not present a complete and holistic truth value. The postmodernist emphasis on one mission approach results in an imbalance in the implementation of mission applications. The conclusion of this study shows that the postmodernist concept of mission in the Reformed perspective has several weaknesses and inconsistencies in terms of biblical basis, mission focus, and mission approach. This raises inequality in the application of the mission concept. There needs to be a critical evaluation and understanding of the postmodernist concept of mission, so that the church can develop its duties in carrying out the great commission in accordance with biblical principles.\u0000Abstrak: Tujuan penelitian adalah menganalisis secara kritis konsep misi kaum postmodernis dalam perspektif Reformed. Hal ini dilatarbelakangi oleh fenomena pergeseran budaya dan pemikiran masyarakat modern menuju era postmodern. Perubahan ini berdampak pada cara pandang terhadap misi Kristen yang berdampak kepada gereja dalam mengembangkan tugasnya untuk melaksanakan amanat agung. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan metode penelitian kepustakaan. Hasil penelitian, pertama, dasar misi kaum postmodernis bukan bertolak dari penyataan Alkitab sehingga menghasilkan konsep misi yang fiksi dan tidak mencerminkan sebuah realitas dari kebenaran itu sendiri. Kedua, fokus misi kaum postmodernis berorientasi pada pembebasan manusia dari isu sosial serta mengesampingkan proklamasi dan finalitas Yesus Kristus sebagai pusat misi Kristen. Ketiga, pendekatan misi kaum postmodernis hanya menekankan pada dialog teologis, sehingga tidak menghadirkan nilai kebenaran yang utuh dan holistik. Penekanan kaum postmodernis terhadap salah satu pendekatan misi membutikan ketimpangan dalam pelaksanaan aplikasi misi. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa konsep misi kaum postmodernis dalam perspektif Reformed memiliki beberapa kelemahan dan ketidakkonsistenan dalam hal dasar Alkitab, fokus misi, dan pendekatan misi. Hal ini memunculkan ","PeriodicalId":228336,"journal":{"name":"JURNAL LUXNOS","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114946879","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}