{"title":"Bolehkah Bercerai?: Melihat Kembali Pandangan Yesus Tentang Perceraian Dalam Matius 19:9 Dengan Pendekatan Kritik Tata Bahasa","authors":"Andre Rollando","doi":"10.47304/jl.v9i1.224","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract: Whether or not it is permissible to divorce in marriage is still being debated among interpreters when reading the Gospel of Matthew 19:9, and in general Christians see the text as legitimacy for divorce, especially in the phrase \"μὴ ἐπὶ πορνείᾳ\" which is for reasons of adultery. The author actually sees that there is an error in understanding the text and in fact there is no opportunity given by Jesus for divorce. The method used in this research is grammatical criticism. As a result, Matthew 19:9 especially in the phrase \"μὴ ἐπὶ πορνείᾳ\" is actually not like adultery which is generally understood in society. This word means unnatural sexual crimes, fornication, prostitution, and is equated with idol worship. Therefore, divorce is only done by people who do not fear God. Characteristic of an attitude that imitates Christ who loves and forgives. So Jesus remained consistent against divorce among believers.\nAbstrak: Boleh atau tidaknya bercerai dalam pernikahan masih menjadi perdebatan di kalangan para penafsir ketika membaca Injil Matius 19:9, dan pada umumnya orang Kristen melihat teks itu sebagai legitimasi untuk bercerai khususnya pada frase “μὴ ἐπὶ πορνείᾳ” yaitu karena alasan perzinahan. Penulis justru melihat ada kesalahan dalam memahami teks tersebut dan sesungguhnya tidak ada kesempatan yang diberikan Yesus untuk bercerai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kritik tata bahasa. Hasilnya, Matius 19:9 khususnya pada frase “μὴ ἐπὶ πορνείᾳ” sesungguhnya tidak seperti zinah yang dipahami pada umumnya dalam masyarakat. Kata tersebut berarti kejahata seksual yang tidak wajar, percabulan, persundalan, dan disetarakan dengan penyembahan berhala karena itu perceraian hanya diperbuat oleh orang-orang yang tidak takut akan Allah. Selain itu perceraian tidak mengambarkan ciri sikap yang meneladanai Kristus yang mengasih dan mengampuni. Jadi Yesus tetap konsisten menetang perceraian di kalangan orang percaya.","PeriodicalId":228336,"journal":{"name":"JURNAL LUXNOS","volume":"318 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JURNAL LUXNOS","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.47304/jl.v9i1.224","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Abstract: Whether or not it is permissible to divorce in marriage is still being debated among interpreters when reading the Gospel of Matthew 19:9, and in general Christians see the text as legitimacy for divorce, especially in the phrase "μὴ ἐπὶ πορνείᾳ" which is for reasons of adultery. The author actually sees that there is an error in understanding the text and in fact there is no opportunity given by Jesus for divorce. The method used in this research is grammatical criticism. As a result, Matthew 19:9 especially in the phrase "μὴ ἐπὶ πορνείᾳ" is actually not like adultery which is generally understood in society. This word means unnatural sexual crimes, fornication, prostitution, and is equated with idol worship. Therefore, divorce is only done by people who do not fear God. Characteristic of an attitude that imitates Christ who loves and forgives. So Jesus remained consistent against divorce among believers.
Abstrak: Boleh atau tidaknya bercerai dalam pernikahan masih menjadi perdebatan di kalangan para penafsir ketika membaca Injil Matius 19:9, dan pada umumnya orang Kristen melihat teks itu sebagai legitimasi untuk bercerai khususnya pada frase “μὴ ἐπὶ πορνείᾳ” yaitu karena alasan perzinahan. Penulis justru melihat ada kesalahan dalam memahami teks tersebut dan sesungguhnya tidak ada kesempatan yang diberikan Yesus untuk bercerai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kritik tata bahasa. Hasilnya, Matius 19:9 khususnya pada frase “μὴ ἐπὶ πορνείᾳ” sesungguhnya tidak seperti zinah yang dipahami pada umumnya dalam masyarakat. Kata tersebut berarti kejahata seksual yang tidak wajar, percabulan, persundalan, dan disetarakan dengan penyembahan berhala karena itu perceraian hanya diperbuat oleh orang-orang yang tidak takut akan Allah. Selain itu perceraian tidak mengambarkan ciri sikap yang meneladanai Kristus yang mengasih dan mengampuni. Jadi Yesus tetap konsisten menetang perceraian di kalangan orang percaya.
摘要:在解读《马太福音》19章9节时,是否允许在婚姻中离婚仍是解经家争论的话题,基督徒普遍认为这段经文为离婚提供了合法性,尤其是“μ μ ν π π π πορνεί ε”这句话以通奸为理由。作者实际上看到,在理解经文上有一个错误,事实上,耶稣没有给离婚的机会。本研究使用的方法是语法批评。因此,马太福音19章9节,尤其是“μ μ π π πορνεί ε”这句话,实际上并不像社会上普遍理解的通奸。这个词的意思是不自然的性犯罪,通奸,卖淫,并等同于偶像崇拜。因此,只有不敬畏上帝的人才会离婚。具有模仿基督的爱和宽恕的态度的。所以耶稣始终反对信徒离婚。摘要:Boleh atau tidaknya bercerai dalam pernikahan masih menjadi perdebatan di kalangan para penafsir ketika membaca Injil Matius 19:9, dan pada umumnya orang Kristen melihat teks to sebagai legitimasi untuk berhususnya pada frase“μ μ ορν ο ί κ π π π π”yitu karena alasan perzinahan。Penulis is just stru melihat ada kesalahan dalam memahami teks teres,但dan sesungguhnya tidak ada kesempatan yang diberikan Yesus untuk berceri。Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kritik tata bahasa。Hasilnya, Matius 19:9 khususnya pada短语" μ μ us π π πορνεί η " sesungguhnya tidak seperti zinah yang dipahami pada umumnya dalam masyarakat。Kata tersebut berarti kejahata seksual yang tidak wajar, percabulan, persundalan, dan disetarakan dengan penyembahan berhala karena, perceran hanya diperbuh oleh orange -orang yang tidak takut akan Allah。Selain - it perperdak mengambarkan(中国),中国,中国,中国。贾迪·耶苏斯(Jadi Yesus)坚持不懈地追求卓越的品质。