Trinitas di Antara Subaltern dan Politik Egaliter

JURNAL LUXNOS Pub Date : 2023-06-29 DOI:10.47304/jl.v9i1.309
Lidia Theresia
{"title":"Trinitas di Antara Subaltern dan Politik Egaliter","authors":"Lidia Theresia","doi":"10.47304/jl.v9i1.309","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract: Colonialism in human civilization has caused comprehensive problems in all aspects of life, including gender issues. Gayatri Chakravorty Spivak, one of the literary critics, said that colonialism gave rise to a new inferiority with Eurocentrism. When Europe became the locus of power, women outside European nations were increasingly oppressed and became third-world women, which Spivak calls subaltern. The church, also formed due to colonialism, must not take advantage of itself but must be critical in highlighting social inequality. The presence of the church must respond to social problems that occur among its people and support the creation of equality in human life. For this reason, this article will show that the church can answer subaltern problems through the doctrine of the Trinity and create equality or egalitarianism in people's lives. The discussion is carried out using a qualitative research method, which presents formulations of the doctrine of the Trinity by theologians. The explanation will then show the model of the Trinity that is present to answer the subaltern problem. Thus, through the Trinity, the church can provide theological answers to the struggles felt by humans.\nAbstrak: Kolonialisme yang terjadi dalam peradaban manusia telah menimbulkan permasalahan menyeluruh di segala aspek kehidupan, termasuk masalah gender. Gayatri Chakravorty Spivak, salah seorang kritikus sastra, mengatakan bahwa kolonialisme memunculkan inferioritas baru dengan Eropasentris. Ketika Eropa menjadi lokus kuasa, maka perempuan di luar bangsa Eropa semakin tertindas dan menjadi perempuan dunia ketiga, yang Spivak sebut sebagai subaltern. Gereja yang juga terbentuk akibat dari kolonialisme, tidak boleh mengambil keuntungan sendiri, melainkan harus bersifat kritis dalam menyorot ketimpangan sosial yang terjadi. Kehadiran gereja harus menjawab permasalahan sosial yang terjadi di tengah-tengah umatnya, dan mendukung terciptanya kesetaraan dalam kehidupan manusia. Untuk itu, artikel ini akan memperlihatkan bahwa gereja mampu menjawab masalah subaltern melalui doktrin Trinitas, dan menciptakan kesetaraan atau egaliterisme dalam kehidupan masyarakat. Pembahasan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, yang memaparkan rumusan-rumusan mengenai doktrin Trinitas para teolog. Pemaparan tersebut kemudian akan memperlihatkan model Trinitas yang hadir untuk menjawab masalah subaltern. Dengan demikian, melalui Trinitas gereja dapat memberi jawaban teologis atas pergumulan yang dirasakan oleh manusia.","PeriodicalId":228336,"journal":{"name":"JURNAL LUXNOS","volume":"46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JURNAL LUXNOS","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.47304/jl.v9i1.309","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Abstract: Colonialism in human civilization has caused comprehensive problems in all aspects of life, including gender issues. Gayatri Chakravorty Spivak, one of the literary critics, said that colonialism gave rise to a new inferiority with Eurocentrism. When Europe became the locus of power, women outside European nations were increasingly oppressed and became third-world women, which Spivak calls subaltern. The church, also formed due to colonialism, must not take advantage of itself but must be critical in highlighting social inequality. The presence of the church must respond to social problems that occur among its people and support the creation of equality in human life. For this reason, this article will show that the church can answer subaltern problems through the doctrine of the Trinity and create equality or egalitarianism in people's lives. The discussion is carried out using a qualitative research method, which presents formulations of the doctrine of the Trinity by theologians. The explanation will then show the model of the Trinity that is present to answer the subaltern problem. Thus, through the Trinity, the church can provide theological answers to the struggles felt by humans. Abstrak: Kolonialisme yang terjadi dalam peradaban manusia telah menimbulkan permasalahan menyeluruh di segala aspek kehidupan, termasuk masalah gender. Gayatri Chakravorty Spivak, salah seorang kritikus sastra, mengatakan bahwa kolonialisme memunculkan inferioritas baru dengan Eropasentris. Ketika Eropa menjadi lokus kuasa, maka perempuan di luar bangsa Eropa semakin tertindas dan menjadi perempuan dunia ketiga, yang Spivak sebut sebagai subaltern. Gereja yang juga terbentuk akibat dari kolonialisme, tidak boleh mengambil keuntungan sendiri, melainkan harus bersifat kritis dalam menyorot ketimpangan sosial yang terjadi. Kehadiran gereja harus menjawab permasalahan sosial yang terjadi di tengah-tengah umatnya, dan mendukung terciptanya kesetaraan dalam kehidupan manusia. Untuk itu, artikel ini akan memperlihatkan bahwa gereja mampu menjawab masalah subaltern melalui doktrin Trinitas, dan menciptakan kesetaraan atau egaliterisme dalam kehidupan masyarakat. Pembahasan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, yang memaparkan rumusan-rumusan mengenai doktrin Trinitas para teolog. Pemaparan tersebut kemudian akan memperlihatkan model Trinitas yang hadir untuk menjawab masalah subaltern. Dengan demikian, melalui Trinitas gereja dapat memberi jawaban teologis atas pergumulan yang dirasakan oleh manusia.
伊斯兰教和政治平等主义者之间的三位一体
摘要:人类文明中的殖民主义在生活的方方面面造成了综合性的问题,其中也包括性别问题。文学评论家加亚特里·查克拉沃蒂·斯皮瓦克说,殖民主义与欧洲中心主义形成了一种新的自卑。当欧洲成为权力中心时,欧洲国家以外的女性受到越来越多的压迫,成为第三世界的女性,斯皮瓦克称之为次等。同样是殖民主义形成的教会,不应该利用自己,而应该在强调社会不平等方面发挥关键作用。教会的存在必须回应发生在其人民中间的社会问题,并支持在人类生活中创造平等。因此,本文将表明教会可以通过三位一体的教义来回答次等问题,并在人们的生活中创造平等或平等主义。讨论是使用定性研究方法进行的,它提出了神学家对三位一体教义的表述。然后,解释将显示三位一体的模型,它是用来回答次等问题的。因此,通过三位一体,教会可以为人类所感受到的挣扎提供神学上的答案。摘要:Kolonialisme yang terjadi dalam peradaban manusia telah menimbulkan permasalahan menyeluruh di segala ask kehidupan, termasuk masalah gender。加亚特里·查克拉沃蒂·斯皮瓦克,salah seorang kritikus sastra, mengatakan bahha -殖民主义,memunculkan inferoriitas baru dengan euroasentris。Ketika Eropa menjadi lokus kuasa, maka perempuan di luar banga Eropa semakin tertindas dan menjadi perempuan dunia ketiga, yang Spivak sebut sebagai subalteran。Gereja yang juga terbentuk akibat dari kolonialism, tidak boleh mengbill keuntungan sendiri, melainkan harus bersifat kritis dalam menyorot ketimpangan social yang terjadi。Kehadiran gereja harus menjawab permasalahan social yang terjadi di tengah-tengah umatnya, dan mendukung terciptanya kesetaraan dalam kehidupan manusia。Untuk itu, artikel ini akan member perlihatkan bahwa gereja mampu menjawab masalah次等人melalui doktrin Trinitas, danmenciptakan kesetaraan和atau egaliterisme dalam kehidupan masyarakat。penbahasan dilakukan dengan menggunakan medepenelitian qualitatif, yang memaparkan rumusan-rumusan mengenai dotrin Trinitas para teology。Pemaparan tersebut kemudian akan member perlihatkan model Trinitas yang hadir untuk menjawab masalah次等。邓甘·德米克安,melalui Trinitas gerja - dapat成员,贾瓦班地质学家,pergumulan yang diasakan oleh手稿。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信