{"title":"DINAMIKA POPULASI DAN TINGKAT PEMANFAATAN KEPITING MERAH (Scylla olivacea) DI PERAIRAN MERAUKE DAN SEKITARNYA, PAPUA","authors":"A. Pane, R. Alnanda","doi":"10.15578/JPPI.25.1.2019.55-65","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPPI.25.1.2019.55-65","url":null,"abstract":"Penangkapan kepiting merah (Scylla olivacea) di Merauke berlangsung sangat intensif dan dikuatirkan akan mengancam kelestariannya. Untuk itu perlu pengelolaan yang didasarkan hasil kajian ilmiah. Dinamika populasi dan tingkat pemanfaatan merupakan informasi komponen penting dalam pengelolan perikanan secara efektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika populasi dan tingkat pemanfaatan kepiting merah di Merauke dan sekitarnya. Penelitian dilakukan selama 2 (dua) tahun yaitu Februari hingga Desember 2017 dan Maret hingga Desember 2018 dengan metode survey. Hasil penelitian menunjukkan struktur ukuran kepiting merah diatas 99 % berukuran dibawah 145 mm dan ukuran pertama kali tertangkap (CWc) adalah 110.52 mm (2017) dan 112,5 mm (2018). Pola pertumbuhan kepiting merah bersifat allometrik negatif dengan nisbah kelamin tidak seimbang antara jantan dan betina. Laju pertumbuhan (K) adalah 0,6 per tahun dengan tingkat kematian alamiah (M) lebih kecil daripada kematian karena penangkapan (F). Tingkat pemanfaatan (E) 0,68 menjadi indikasi telah terjadi overfishing dari nilai optimum penangkapan kepiting. Upaya pelestarian sumberdaya kepiting dapat dilakukan dengan mengurangi upaya penangkapan sebesar 36 % dari yang sudah dilakukan saat ini.The capture of red mud crabs (Scylla olivacea) in Merauke is very intensive and threat its sustainability. For this reason, management needs to be based on the results of scientific studies. Population dynamics and exploitation rates are information about important components in fisheries management effectively. The purpose of this study was to determine population dynamics and exploitation of red mud crabs in Merauke and its adjancent. The study was conducted for 2 (two) years, February to December 2017 and March to December 2018 with the survey method. The results showed that the structure of the size of red mud crabs above 99% was under 145 mm and the first size caught (CWc) was 110.52 mm (2017) and 112.5 mm (2018). The growth pattern of red mud crabs is allometric negatif with an unbalanced sex ratio between male and female. The growth rate (K) is 0.6 per year with a natural death rate (M) smaller than death due to arrest (F). The utilization rate (E) of 0.68 indicates an overfishing of the optimum value of crab capture. Efforts to preserve crab resources can be done by reducing fishing efforts by 36% from what has been done today.","PeriodicalId":55669,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44671177","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"UJICOBA MINI LINE HAULER PADA KAPAL PANCING ULUR TUNA YANG DIOPERASIKAN DI SEKITAR RUMPON DI SAMUDERA HINDIA","authors":"A. Widodo, Wudianto Wudianto, A. Setiyawan","doi":"10.15578/JPPI.25.1.2019.45-54","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPPI.25.1.2019.45-54","url":null,"abstract":"Pancing ulur tuna (dHL) umumnya dioperasikan di sekitar rumpon dengan tali pancing dHL ditarik secara manual saat menangkap ikan tuna. Praktik tersebut berpotensi mengakibatkan kecelakaan kerja bagi nelayan. Penarikan tali pancing dHL secara manual saat pancing dimakan tuna hingga tuna sampai ke dek kapal juga memakan waktu lama. Dalam rangka mengurangi potensi kecelakaan kerja nelayan dHL dan meningkatkan kecepatan tarik tali dHL saat mendapat tuna, maka telah dilakukan ujicoba mini line hauler pada armada dHL. Ujicoba dilakukan pada armada dHL yang berbasis di PPN Prigi tahun 2016. Ujicoba dilakukan selama 5 trip penangkapan dHL dengan jumlah ulangan percobaan 112 kali penarikan tali dHL secara manual dan 114 kali penarikan tali dHL dengan mini line hauler. Hasil ujicoba menunjukkan bahwa penarikan tali dHL secara manual telah mengakibatkan isu kecelakaan kerja berupa luka kulit tangan ABK sebanyak 4 kasus dan isu kesehatan kerja berupa sakit pinggang ABK sebanyak 2 kasus. Sedangkan penggunaan mini line hauler telah terbukti tidak mengurangi isu kesehatan dan keselamatan kerja ABK ketika menari tali dHL. Penggunaan mini line hauler juga meningkatkan kecepatan penarikan tali dHL sebesar 1,5 kali dibanding penarikan tali dHL secara manual. Hasil uji coba juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan jumlah hasil tangkapan tuna antara dHL yang tidak menggunakan mini line hauler dan dHL yang menggunakan mini line hauler.Tuna hand line is widely used by fishers for catching yellowfin tuna (Thunnus albacares) and bigeye tuna (T.obesus) around fish aggregating devices (FADs). The tuna hand line with targeting large-size of tuna is called deep hand line (dHL). The existing dHL fleets are generally not equipped with auxiliary mechine such as line hauler for hauling line of dHL, the line of dHL is hauled manually when striked / fished tuna. Hauling the line of dHL manually potential leads to work accident and health issues of fishers due to over load of work. Hauling of dHL's line manually also cause takes a long time from moment of tuna hooked until the tuna reach on deck of boat. To reducing potential work accident and increasing hauling speed of the line, a research has carried out throught a trial of using mini line hauler in dHL boat in 2016. The trial conducted in dHL boat based at Prigi Fishing Port-East Jawa. From total of 5 dHL fishing trips, amonut of 112 replication of line hauling of dHL manually and 144 replication of line hauling of dHL using mini line hauler have carried out. The result show that there has been a work accident of fishers such as hands skin injury of 4 fishers and health issues such as low back pain of 2 fishers. In other hand, using mini line hauler in the trial has obviated the fishers work accidents and health issues. Using mini line hauler has also been proven to increase speed of line hauling of dHL. Average of line speed dHL uses mini line hauler 12,16 m/minute and average of line speed dHL is hauled manually 7,91 m","PeriodicalId":55669,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42338922","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KARAKTERISTIK POPULASI DAN TINGKAT PEMANFAATAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal 1775) DI PERAIRAN ASAHAN DAN SEKITARNYA, SUMATERA UTARA","authors":"Andina Ramadhani Pane, A. Suman","doi":"10.15578/JPPI.24.3.2018.165-174","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPPI.24.3.2018.165-174","url":null,"abstract":"Peningkatan jumlah ekspor kepiting (Scylla serrata Forskal, 1775) di wilayah perairan Asahan memacu peningkatan penangkapan yang dapat berpengaruh terhadap populasi dan kelestarian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik populasi dan tingkat pemanfaatan kepiting bakau di perairan Asahan dan sekitarnya. Pengambilan sampel dilakukan setiap bulan dari Januari sampai dengan Nopember 2016 di tempat pendaratan kepiting oleh enumerator. Data dianalisa dengan metode Electronic LEngth Frequency Analisys-I (ELEFAN-I) dari FAO-ICLARM Stock Assessment Tools II (FiSAT II). Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan kepiting bakau bersifat allometrik negatif pada kisaran lebar karapas antara 85 - 175 mm dan bobot tubuh 127 – 1.152,5 gram. Rata-rata ukuran lebar karapas tertangkap dengan jaring dan bubu adalah 118,6 mm dan ukuran matang gonad pertama kali adalah 120,6 mm. Laju pertumbuhan (K) 1,38 per tahun dan lebar karapas maksimum (CW) sebesar 201 mm. Laju kematian total (Z) sebesar 3,59 per tahun, laju kematian karena penangkapan (F) dan laju kematian alami (M) masing-masing 2,27 per tahun dan 1,32 per tahun. Laju pemanfaatan (E) kepiting bakau di perairan Asahan adalah 0,63 per tahun atau sudah melebihi nilai optimum penangkapan. Agar sumber daya kepiting terjamin kelestariannya, maka harus dilakukan pengurangan upaya penangkapan sekitar 26 %.Increase in the volume of giant mud crab exports (Scylla serrata Forskal, 1775) in the Asahan waters stimulate the increasing catches that affect population and sustainability. This study aims to determine the population characteristics and the exploitation level of giant mud crab in Asahan and adjacent waters. Monthly sampling was done from January to November 2016 at crab landing sites by enumerator. The data were analyzed using Electronic Length Frequency Analysys-I (ELEFAN-I) method available in FAO-ICLARM Stock Assessment Tools II (FiSAT II) program. The results showed that the growth pattern of giant mud crab was negative allometric with carapace width between 85 - 175 mm and individual body weight 127 - 1,152.5 grams. The average carapace’s width caught by net and trap was 118.6 mm and the size of gonad first maturity was 120.6 mm. Growth rate (K) 1.38 per year and maximum carapace width (CW) of 201 mm. Total mortality rate (Z) of 3.59 per year, mortality rate due to fishing (F) and natural mortality rate (M) was 2.27 per year and 1.32 per year respectively. The rate of exploitation (E) of mangrove crab in Asahan waters was 0.63 or has exceeded the optimum value. For the sustainability of crab resource a reduction of 26% in fishing effort is suggested.","PeriodicalId":55669,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45663121","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mahiswara Mahiswara, Hufiadi Hufiadi, Baihaqi Baihaqi, Tri Wahyu Budiarti
{"title":"PENGARUH UKURAN MATA JARING BUBU LIPAT TERHADAP JUMLAH DAN UKURAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DI PERAIRAN UTARA LAMONGAN, JAWA TIMUR","authors":"Mahiswara Mahiswara, Hufiadi Hufiadi, Baihaqi Baihaqi, Tri Wahyu Budiarti","doi":"10.15578/jppi.24.3.2018.175-185","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jppi.24.3.2018.175-185","url":null,"abstract":"Bubu lipat merupakan alat tangkap yang banyak dioperasikan nelayan untuk menangkap rajungan, namun memiliki selektivitas rendah tergantung pada ukuran mata jaring yang digunakan. Tingkat selektivitas bubu lipat perlu ditingkatkan agar tangkapan rajungan memiliki ukuran layak tangkap sesuai peraturan. Penelitian uji coba pengoperasian bubu lipat rajungan dengan berbagai ukuran mata jaring yaitu 1¼ , 2, 2½ dan 3 inci, berbentuk bujur sangkar telah dilakukan di perairan utara Lamongan, Jawa Timur. Jumlah bubu lipat yang dioperasikan untuk setiap ukuran mata jaring sebanyak 150 unit per tawur/setting. Tujuan penelitian, untuk mengetahui pengaruh ukuran mata jaring bubu terhadap jumlah dan ukuran hasil tangkapan rajungan. Hasil analisis menunjukkan bahwa perbedaan ukuran mata jaring berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan bubu lipat rajungan. Hasil tangkapan rajungan dari bubu lipat mata jaring 2 inci (2,17 kg/setting) tidak berbeda nyata dengan mata jaring 1¼ inci (2,08 kg/setting). Ukuran lebar karapas (CW=carapace width) rajungan layak tangkap (> 100 mm) semakin besar dengan meningkatnya ukuran mata jaring. Nilai tertinggi prosentase tangkapan rajungan ukuran besar (CW > 100 mm), ditemukan pada bubu lipat ukuran mata jaring 3 inci mencapai 98 % dari total rajungan yang tertangkap. Collapsible crab pot is a common fishing gear that has been operated by many fishermen, however this kind of fishing gear has a low selectivity. The selectivity level of crab pot needs to be increased so that the size of crab catch comply to the allowable legal size. Fishing trials of crab pot with the mesh size of 1¼, 2, 2½ and 3 inch square-shaped has been done in the waters of north Lamongan, East Java. The objectives of this research is to determine the effect of mesh size to the number and size of the catches. The results showed that different mesh size has significant effect on the catch of pot. However the catch of a 2 inch mesh size pot (of 2.17 kg / setting) was not significantly different with the catch of pot with 1¼ inch mesh size (of 2.08 kg / setting). Percentage of BSC catch with carapace width (CW) > 100 mm increased by increasing of mesh size of net. The highest percentage (98 % of the total catch) was obtained from the 3-inch mesh sizes.","PeriodicalId":55669,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46288955","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PARAMETER POPULASI DAN TINGKAT PEMANFAATAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forsskal, 1775) DI PERAIRAN SEBATIK, KALIMANTAN UTARA","authors":"Tirtadanu Tirtadanu, Umi Chodrijah","doi":"10.15578/JPPI.24.3.2018.187-196","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPPI.24.3.2018.187-196","url":null,"abstract":"Salah satu informasi yang diperlukan untuk merumuskan pengelolaan kepiting bakau (Scylla serrata Forsskal, 1775) yang berkelanjutan adalah parameter populasi dan tingkat pemanfaatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji parameter populasi dan tingkat pemanfaatan kepiting bakau di perairan Sebatik. Penelitian dilakukan pada Maret-Desember 2017. Sampel kepiting bakau di peroleh dari hasil tangkapan nelayan dengan alat tangkap bubu di perairan Sebatik. Pertumbuhan dianalisis berdasarkan persamaan Von Bertalanffy dengan mengamati pergeseran struktur ukuran kepiting tiap bulan dan tingkat pemanfaatan diperoleh dari metode kurva konversi panjang dengan hasil tangkapan. Hasil penelitian menunjukkan kepiting bakau yang tertangkap bubu di perairan Sebatik berukuran lebar karapas (carapace width) antara 84-144 mmCW dengan rata-rata ukuran yang tertangkap adalah 107,05±12,3 mmCW pada kepiting jantan dan 110,2±8,86 mmCW pada kepiting betina. Pertumbuhan berat kepiting bakau jantan lebih cepat dibandingkan ukurannya (b=3,6) sebaliknya pertumbuhan berat kepiting bakau betina lebih lambat dibandingkan ukurannya (b=2,5). Nisbah kelamin kepiting bakau menunjukkan kondisi tidak seimbang (5,5 : 1) dengan proporsi jantan lebih dominan dibandingkan betina. Lebar karapas asimptotik (CW) kepiting bakau jantan adalah 151,2 mmCW dan betina adalah 140,5 mmCW. Laju pertumbuhan (K) kepiting bakau adalah 0,75 tahun-1 pada kepiting jantan dan 0,79 tahun-1 pada kepiting betina. Status pemanfaatan kepiting bakau telah berada dalam tahapan mendekati lebih tangkap (E=0,5-0,55) sehingga disarankan tidak melakukan penambahan upaya penangkapan kepiting bakau di perairan Sebatik. One of the information needed for formulating the sustainable management of mud crab is the availability of information on the population parameters and its exploitation rate. The current research aimed to study the population parameters and the exploitation rate of mud crab in Sebatik Waters. Field research was conducted in March – December 2017. Samples of mud crab were obtained from the catch of fisherman by trap in Sebatik Waters. The Von Bertalanffy growth parameters were constructed through monthly modals progression analysis of the size of carapace width frequencies distributions and the exploitation rate was estimated through the method of length converted catch curve. The results showed that the carapace width of mud crabs caught by trap in Sebatik Waters ranged between 84 to 144 mmCW with the mean size of 107.05±12.3 mmCW for male and 110.2±8.86 mmCW for female. The growth of weights of male crab (b=3.6) is faster than its size, while the growth of weight of female crab was slower than its size (b=2,5). The sex ratio of mud crab was unbalanced (5.5 : 1) that the proportion of male was more dominant than female. Asymptotic carapace width (CW) of mud crab was 151.2 mmCW for male and 140.5 mmCW for female. The growth rate (K) of mud crab was 0.75 year-1 for male and 0.79 year-1 for female. The e","PeriodicalId":55669,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48747173","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"POLA SEBARAN IKAN PELAGIS DAN KONDISI OSEANOGRAFI DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 715 (WPP NRI 715) PADA MUSIM PERALIHAN BARAT","authors":"A. Ma’mun, Asep Priatna, Herlisman Herlisman","doi":"10.15578/JPPI.24.3.2018.197-208","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPPI.24.3.2018.197-208","url":null,"abstract":"Nelayan penangkap ikan yang efektif membutuhkan informasi sumberdaya ikan dan pola penyebarannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran sumber daya ikan yang dikaitkan dengan kondisi oseanografi WPP-NRI 715. Analisis dilakukan berdasarkan kombinasi metode hidroakustik dan profiling CTD pada stasiun oseanografi yang dirancang secara parallel pada jarak tertentu di lintasan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan, estimasi ukuran ikan pelagis yang terdeteksi didominasi oleh ukuran kecil. Ikan pelagis kecil yang terdeteksi didominasi ukuran ikan antara 12-14 cm dan ikan pelagis besar ukuran ikan 28-31 cm. Kepadatan ikan pelagis kecil cenderung menurun dengan rerata faktor 0,4 dengan bertambahnya kedalaman, sebaliknya meningkat dengan rerata faktor 1,7 untuk ikan pelagis besar. Pada saat observasi, dikawasan perairan Laut Maluku bagian timur diindikasikan terjadinya upwelling ditandai dengan suhu rendah, salinitas tinggi, dan klorofil tinggi. Ikan pelagis besar lebih banyak ditemukan pada lokasi yang memiliki karakteristik suhu dan DO yang relatif lebih tinggi sedangkan salinitas lebih rendah dibandingkan dengan lapisan air yang didominasi ikan pelagis kecil. Informasi pola sebaran ikan pelagis ini diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi pelaku perikanan tangkap dan masukan untuk bahan perumusan kebijakan pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan.Effective commercial fishers need information on fish resources and their distribution pattern. This study aims to determine distribution of fish resources in Indonesian FMA 715 through tracking hydroacoustic method and CTD profiling at stations within regular distances. The results showed that the estimated size of pelagic fish was dominated by small size fish groups. Small pelagic fish were detected at the size ranged between 12-14 cm and large pelagic fish was dominated by the size of 28-31cm. The density of small pelagic fish decreases with depth with average factor of 0.4, while the large pelagic fish with average factor of 1.7. An indicated upwelling incidence was likely occurred in the eastern part of Mollucas sea region, which were characterized by the low temperature, high salinity and high chlorophyll concentrations. Large pelagic fish were more occasionally found in locations with relatively higher temperature, DO characteristics and lower salinity compared with small pelagic fish. Information on the distribution pattern of pelagic fish is expected to be used as a reference for capture fishermen and inputs in formulating the policy the sustainable fisheries management.","PeriodicalId":55669,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43076771","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"VARIASI GENETIK MADIDIHANG (Thunnus albacares; Bonnaterre, 1788) DENGAN ANALISIS MIKROSATELIT DI PERAIRAN INDONESIA","authors":"I. Jatmiko, F. Rochman, Maya Agustina","doi":"10.15578/JPPI.24.3.2018.157-164","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPPI.24.3.2018.157-164","url":null,"abstract":"Madidihang (Thunnus albacares) merupakan spesies yang bermigrasi jauh yang distribusinya di perairan tropis hingga perairan subtropis. Spesies ini ditemukan di Samudra Atlantik, Hindia dan Pasifik. Informasi genetik ikan dengan migrasi jauh seperti tuna penting diketahui untuk kepentingan pemanfaatan secara lestari. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi keragaman genetik dan struktur populasi yang dieksploitasi dan kekerabatan populasi madidihang di perairan Indonesia. Pengumpulan sampel genetik dilakukan di tiga lokasi yaitu di Barat Sumatra, Selatan Bali dan perairan Sulawesi Utara. Metode yang digunakan adalah analisis mikrosatelit yang terdiri dari ekstraksi, purifikasi, amplifikasi polymerase chain reaction (PCR) dan elektroforesis. Hasil analisis terhadap 3 loci DNA mikrosatelit menunjukkan bahwa tingkat kekerabatan ketiga kelompok sampel relatif dekat yaitu berkisar antara 0,132-0,206. Hal ini menunjukkan bahwa Populasi madidihang di perairan Indonesia merupakan stok tunggal dan terjadi perkawinan acak. Meskipun demikian, sebagai spesies yang bermigrasi jauh lintas negara, pengelolaan madidihang juga memerlukan kerjasama yang baik antar negara yang tergabung dalam organisasi pengelolaan perikanan tuna regional.Yellowfin tuna (Thunnus albacares) is a highly migratory species that distribute from tropical to subtropical waters. This species can be found in the Atlantic, Indian and Pacific Oceans. Genetic information in fish with long distance migration such as tuna is very important for sustainable use. This study aims to obtain information on genetic diversity and population structure exploited and kinship of yellowfin tuna populations in Indonesian waters. Genetic sampling of yellowfin tuna was conducted in three locations in Indonesian waters in western Sumatra, southern Bali and North Sulawesi waters. The methods used was microsatellite analysis which consist of extraction, purification, polymerase chain reaction (PCR) amplification and electrophoresis. The result of 3 microsatellite DNA locus analysis showed that the level of kinship between the three sample groups in Indonesian waters was relatively close, ranging from 0.132 to 0.206. This shows that yellowfin tuna population in Indonesian waters is a single stock and random copulation. However, as a highly migratory species that migrate across the nations, yellowfin tuna management also requires good cooperation among countries incorporated in regional tuna fisheries management organizations.","PeriodicalId":55669,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49199478","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Achmad Fachrudin Syah, M. Musrifah, Hendrik Cahyono
{"title":"PEMODELAN DAERAH POTENSIAL KEMUNCULAN HIU PAUS (Rhincodon typus) MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DI PERAIRAN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR","authors":"Achmad Fachrudin Syah, M. Musrifah, Hendrik Cahyono","doi":"10.15578/JPPI.24.3.2018.209-216","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPPI.24.3.2018.209-216","url":null,"abstract":"Perairan Probolinggo merupakan salah satu lokasi agregasi musiman hiu paus (Rhincodon typus) di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir. Hiu paus di perairan Probolinggo banyak dijumpai pada bulan Desember sampai Maret, meskipun kemunculan dapat terjadi sepanjang tahun di sekitar pantai utara Pulau Jawa. Hiu paus telah dimasukkan sebagai salah satu spesies yang mendapatkan perlindungan penuh oleh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk membangun model pendugaan daerah kemunculan hiu paus di perairan pantai Probolinggo. Data kemunculan hiu paus bulan Januari sampai Maret 2016 diperoleh dari lembaga hiu paus Indonesia. Parameter oseanografi yang digunakan yaitu sea surface temperature (SST), dan konsentrasi klorofil-a (chl-a) diperoleh dari data penginderaan jauh, sedangkan kedalaman perairan berasal dari GEBCO (The General Bathymetryc Chart of the Oceans). Maximum entropy model digunakan untuk memprediksi habitat yang sesuai terhadap distribusi hiu paus dengan didasarkan pada parameter yang berpengaruh terhadap kemunculan hiu paus di perairan Probolinggo. Nilai area under curve (AUC) sebesar 0,997 menunjukkan bahwa model dapat memprediksi kesesuaian habitat hiu paus dengan sangat baik. Dari ketiga parameter yang diuji, kedalaman (71,0%) menunjukkan sebagai parameter yang paling berpengaruh terhadap kemunculan hiu paus di perairan Probolinggo, disusul oleh chl-a (15,7%) dan SST (13,3%). Hasil juga menunjukkan hiu paus banyak ditemukan pada kedalaman 9 – 14 meter dan chl-a 0,5 – 0,7 mg/m3 serta SST 29 – 30°C. Distribusi hiu paus yang diperoleh memberi peluang untuk mengidentifikasi spesifik area dengan tingkat akurasi kehadiran yang tinggi di sepanjang pantai Probolinggo; pengenalan spesifik area ini dapat dijadikan dugaan untuk membangun manajemen praktis yang efektif untuk meningkatkan perlindungan hiu paus. Probolinggo water is one of suitable sites of the whale sharks (Rhincodon typus) seasonal aggregation in Indonesia during the last years. Whale sharks in Probolinggo waters are common appear in December to March, although they can be seen years-around in the North Coast of Java Island. Whale sharks have been included as one of the full protected species of the world. This study aims to develop a model prediction of the whale sharks occurrence in Probolinggo coastal waters. The occurrence data of whale sharks from January to March 2016 was obtained from the whale sharks institute of Indonesia. The oceanographic parameters were used sea surface temperature (SST), and chlorophyll-a concentration (chl-a), obtained from remotely sensed data, while water depth derived from GEBCO (The General Bathymetryc Chart of the Oceans). Maximum entropy models are used to predict suitable habitats for the distribution of whale sharks based on the influential parameters on the appearance of whale sharks in Probolinggo waters. The value of the under-curve area (AUC) of 0.997 indicates that the model can predict the suitability of whale sharks habitat excellent. Of t","PeriodicalId":55669,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43349084","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}