Pola Risda Aswita Silitonga, W. A. Setyati, Mada Triandala Sibero
{"title":"Pengaruh Fermentasi Gracilaria verrucosa dengan Penambahan Starter Lactobacillus plantarum pada Profil Metabolit dan Aktivitas Biologisnya","authors":"Pola Risda Aswita Silitonga, W. A. Setyati, Mada Triandala Sibero","doi":"10.14710/jmr.v11i2.33262","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v11i2.33262","url":null,"abstract":"Gracilaria verrucosa merupakan salah satu spesies penting Rhodophyta yang telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai industri. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa G. verrucosa memiliki aktivitas biologis sebagai antioksidan, namun laporan mengenai potensi sebagai antibakteri dan antikanker masih sedikit dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fermentasi menggunakan L. plantarum terhadap aktivitas antibakteri, toksisitas, dan karakteristik metabolit ekstrak rumput laut G. verrucosa dengan waktu fermentasi yang berbeda. Metode dalam penelitian ini adalah preparasi, fermentasi, ekstraksi, uji antibakteri, uji toksisitas, dan karakterisasi metabolit. Uji aktivitas antibakteri dengan metode agar well diffusion terhadap bakteri foodborne disease sedangkan uji toksisitas dengan metode BSLT. Karakterisasi metabolit dilakukan menggunakan KLT dengan eluent kloroform: etil asetat (9:1), serta visualisasi metabolit dengan reagen Dragendorff, dan Ninhidrin. Hasil analisis KLT menunjukkan ekstrak G. verrucosa yang difermentasi menggunakan L. plantarum menghasilkan senyawa yang diduga senyawa alkaloid dan asam amino bebas. Uji aktivitas antibakteri ekstrak G. verrucosa menunjukkan hasil negatif dan tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri MDR E. coli dan S. typhi. Analisis toksisitas menunjukkan bahwa setiap ekstrak rumput laut dikategorikan toksik terhadap larva A. salina L. dengan nilai LC50 ETA (73,26 μg/mL), EDA (218,09 μg/mL), Fr 24 (316,69 μg/mL), Fr 48 (316,69 μg/mL), dan Fr 72 (316,69 μg/mL). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa fermentasi menggunakan L. plantarum tidak dapat meningkatkan aktivitas biologis rumput laut G. verrucosa. Gracilaria verrucosa is one of the most important Rhodophyta species that has been widely used in various industries. The results of previous studies showed that G. verrucosa has a weak antioxidant activity, however, reports on its potential as antibacterial and anticancer are still under explored. This study aimed to determine the effect of fermentation using L. plantarum in G. verrucosa’s metabolites and biological activities with different fermentation times. This study consisted of preparation, fermentation, extraction, antibacterial test, toxicity test, and metabolite characterization. The antibacterial activity assay was conducted by agar well diffusion method against foodborne disease bacteria while toxicity test using BSLT method. Metabolite characterization was carried out using TLC with chloroform : ethyl acetate (9:1) as the eluent, spot visualization was conducted by the addition of Dragendorff, and Ninhydrin reagents. The result of TLC analysis showed that G. verrucosa produced alkaloids and amino acids derivative compounds after fermentation. G. verrucosa extracts had no antibacterial activity against MDR E. coli and S. typhi. Toxicity assay showed that each seaweed extract was categorized as toxic to A. salina L. larvae with an LC50value of ETA (73.26 ","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44206113","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Theresia Claudia Lasmarito, Widianingsih Widianingsih, Hadi Endrawati
{"title":"Kandungan Lutein Mikroalga Chlorella vulgaris dengan Salinitas Berbeda pada Media Kultur","authors":"Theresia Claudia Lasmarito, Widianingsih Widianingsih, Hadi Endrawati","doi":"10.14710/jmr.v11i2.33819","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v11i2.33819","url":null,"abstract":"Chlorella vulgaris merupakan mikroalga yang tergolong dalam alga hijau (chlorophyta). C. vulgaris mengandung pigmen karotenoid yang hampir sebagian besar terdiri dari lutein. Hal ini membuat C. vulgaris memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis mikroalga lain. Lutein memiliki manfaat sebagai antioksidan untuk melawan radikal bebas pada mata. Salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi jumlah kandungan lutein adalah salinitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui salinitas terbaik guna mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi pigmen lutein pada C. vulgaris. Metode yang digunakan adalah eksperimen laboratorium dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Mikroalga C. vulgaris di kultivasi dengan tiga taraf perlakuan salinitas yang berbeda yaitu 20, 25, 35 dan 30 ppt (kontrol) dengan tiga ulangan. Pertumbuhan C. vulgaris diamati selama 8 x 24 jam kemudian dipanen untuk perhitungan biomassanya. Biomassa basah hasil kultivasi diekstraksi menggunakan pelarut aseton PA. Ekstrak aseton C. vulgaris kemudian dianalisis kandungan pigmen luteinnya secara spektrofotometri. Kandungan pigmen lutein C. vulgaris tertinggi diproduksi pada salinitas 35 ppt yakni 0.011363 µg/g. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan salinitas berpengaruh secara signifikan terhadap kandungan pigmen lutein C. vulgaris. Chlorella vulgaris is a microalga belonging to the green algae (chlorophyta). C. vulgaris contains carotenoid pigments which consist mostly of lutein. This makes C. vulgaris has advantages compared to other types of microalgae. Lutein has benefits as an antioxidant to fight free radicals in the eyes. One of the environmental parameters that affect the amount of lutein content is salinity. This study aims to determine the best salinity to optimize the growth and production of lutein pigment in C. vulgaris. The method used is a laboratory experiment using a completely randomized design. Microalgae C. vulgaris was cultivated with three different levels of salinity treatment, namely 20, 25, 35 and 30 ppt (control) with three replications. The growth of C. vulgaris was observed for 8 x 24 hours and then harvested for the calculation of its biomass. The wet biomass from the cultivation was extracted using acetone PA as a solvent. The acetone extract of C. vulgaris was then analyzed for its lutein pigment content by spectrophotometry. The highest content of lutein pigment C. vulgaris was produced at a salinity of 35 ppt, namely 0.011363 g/g. Based on the results of the study, it can be concluded that the salinity treatment had a significant effect on the lutein pigment content of C. vulgaris.","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41998941","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Farrastasya Muflihul Azzami, Agus Trianto, Agus Sabdono
{"title":"Penapisan Aktivitas Antibakteri Dari Bakteri Asosiasi Spons Terhadap MRSA (Methicilin-resistant Staphylococcus aureus)","authors":"Farrastasya Muflihul Azzami, Agus Trianto, Agus Sabdono","doi":"10.14710/jmr.v11i2.31813","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v11i2.31813","url":null,"abstract":"Resistensi bakteri patogen tehadap antibiotik menjadi masalah besar bagi dunia kesehatan. Bakteri Staphylococcus aureus yang resisten terhadap antibiotik yang dikenal dengan MRSA (Methicilin-resistant Staphylococcus aureus). Bakteri MRSA mengalami resistensi antibiotik disebabkan oleh mutasi genetik yang disebabkan terapi antibiotik yang bersifat irasional. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen MRSA dengan tingkat infeksi yang bervariasi dapat terjadi pada jaringan lunak, tulang, organ pernapasan, serta jaringan endovaskuler yang menimbulkan indikasi berbagai penyakit seperti bronkitis, pneumonia, meningitis, dan sepsis. Masalah resistensi antibiotik dapat diatasi dengan pencarian antibiotik baru dengan eksplorasi bahan alam yang berasal dari laut seperti spons. Spons menyediakan tempat hidup utk bakteri simbion dan simbion membantu spons dlm proses nutrifikasi spons menghasilkan senyawa metabolit untuk perlindungan diri dari pathogen dan prodatornya, kompetisi ekologis. Metabolit yang dihasilkan oleh spons merupakan hasil biosintesis sehingga bakteri asosiasinya memiliki komponen yang mirip dengan spons. Tujuan penelitian untuk mencari bakteri yang berasosiasi dengan spons yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen MRSA dan mengidentifikasi secara molekuler bakteri asosiasi spons tersebut. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratoris dengan melakukan pengujian aktivitas antibakteri dari bakteri yang berasosiasi dengan spons. Metode yang dilakukan yaitu purifikasi bakteri, penapisan aktivitas antibakteri dengan metode agar plug dan identifikasi molekuler isolat bakteri. Hasil dari penelitian ini didapatkan 2 isolat yang berasosiasi dengan spons yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap MRSA yaitu isolat RA-S20.4 dan RA-S20.5. Zona hambat isolat RA-S20.4 sebesar 8,3 mm dan isolat RA-S20.5 sebesar 9,6 mm. Hasil identifikasi isolat bakteri secara molekuker didapatkan bahwa isolat RA-S20.4 serta RA-S20.5 memiliki kekerabatan dekat dengan Vibrio alginolyticus sebesar 99,86% dan 99,65%. Pathogen bacteria resistance towards antibiotics have been a major problem in the medical field. The bacteria Staphylococcus aureus is known to be resistant to antibiotics known as MRSA. MRSA bacteria obtained their ability to be resistant towards antibiotics through gene mutations caused by irrational antibiotic application. MRSA are capable of causing diseases with various diseases such as bronchitis, pneumonia, meningitis, and sepsis. Antibiotic resistance can be overcome by discovering new antibiotics through exploration of marine natural products such as sponges. Marine sponges are hosts for various microbes such as bacteria, because they can protect microbes from predators by producing secondary metabolite. The metabolites that are produced by sponges are the result of biosynthesis, in which the bacteria that associated with these sponges have compounds similar to those of sponges. The purpose of this research is to di","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2022-04-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46048421","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Desni Elfrida Samosir, Rini Pramesti, Nirwani Soenardjo
{"title":"Kelimpahan Mikroalga Epifit Pada Daun Lamun Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata Di Pulau Sintok Taman Nasional Karimunjawa","authors":"Desni Elfrida Samosir, Rini Pramesti, Nirwani Soenardjo","doi":"10.14710/jmr.v11i2.33855","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v11i2.33855","url":null,"abstract":"Lamun dan epifit merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme di laut. Organisme mikroalga epifit yang menempel pada daun lamun dapat menghalangi nutrien untuk terserap dan menurunkan produktivitas lamun. Tujuan penelitian ini mengkaji jenis - jenis mikroalga, nilai kelimpahan, keanekaragaman, dan indeks mikroalga yang menempel di daun lamun Thalassia. hemprichii dan Cymodocea rotundata di kawasan perairan Pulau Sintok,Karimunjawa. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November 2019. Lokasi penelitian dengan 3 stasiun dan masing – masing stasiun terbagi menjadi 3 sub stasiun. Metode penelitian menggunakan metode purposive sampling. Perhitungan mikroalga epifit menggunakan Sedgewick Rafter Cell. Hasil penelitian ini ditemukan 17 genus yang terdiri dari kelas Bacillariophyceae 3 genus, Dinophyceae dan 1 genus kelas Cyanophyceae. Kelimpahan mikroalga pada daun lamun T.hemprichii yang tertinggi terdapat pada Stasiun II sebanyak 34.057,81 sel/cm2 diikuti stasiun III sebanyak 18.922,81sel/cm2 dan terendah pada Stasiun I yaitu sebanyak 17.192,98 sel/cm2. Pada daun lamun C. rotundata tertinggi pada Stasiun II sebanyak 11.988,20 sel/cm2 diikuti stasiun III yaitu 9.372,28 sel/cm2dan terendah pada Stasiun I yaitu sebanyak 8.147,39 sel/cm2. Nilai indeks keanekaragaman termasuk dalam kategori sedang, keseragaman termasuk dalam kategori tinggi dan dominansi dalam kategori rendah yang menunjukkan bahwa tidak ada spesies mikroalga dari masing – masing kelas yang mendominasi di perairan tersebut. Seagrasses and epiphytes are important food sources for many organisms. Epiphytic microalgae organisms attached to seagrass leaves can prevent nutrients from being absorbed and reduce the productivity of the seagrass itself. If the main epiphytic predator is not present, there will be an accumulation of epiphytes on the seagrass leaves, also inhibiting its growth. The purpose of this study was to examine the types of microalgae and the abundance, diversity, and dominance values of microalgae that live on the leaf surface of Thalassia seagrass, hemprichii and Cymodocea rotundata in the waters of Sintok Island, Karimunjawa. This research was conducted in November 2019 in the waters of the island of Sintok, each of which has three stations and it’s divided into three sub-stations by purposive sampling method. Epiphytic microalgae were calculated by diluting the samples obtained to be observed under a microscope using the Sedgewick Rafter Cell. The results of this study were found as many as 17 genera of class Bacillariophyceae, three genera of Dinophyceae class and one genus of class Cyanophyceae. The highest abundance of microalgae in the leaves of seagrass T. hemprichii was found at Station II, as many as 34,057.81 cells/cm2, followed by Station III at 18,922.81 cells/cm2 and the lowest at Station I with 17,192.98 cells/cm2. Then the highest seagrass C. rotundata leaf was at Station II, as many as 11,988.20 cells/cm2, followed by Station III, which was 9,37","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2022-04-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47217294","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Wike Ayu Eka Putri, Fitri Agustriani, Fauziyah Fauziyah, Anna Ida Sunaryo Purwiyanto, Novita Angraini, Dika Ardila
{"title":"Logam Berat pada Beberapa Jenis Ikan di Sekitar Perairan Tanjung Api-Api Sumatera Selatan","authors":"Wike Ayu Eka Putri, Fitri Agustriani, Fauziyah Fauziyah, Anna Ida Sunaryo Purwiyanto, Novita Angraini, Dika Ardila","doi":"10.14710/jmr.v11i2.33398","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v11i2.33398","url":null,"abstract":"Perairan Tanjung Api-Api merupakan kawasan yang banyak digunakan dalam aktivitas perikanan di wilayah Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Selan itu Perairan Tanjung Api-Api juga dimanfaatkan sebagai areal pemukiman, transportasi dan direncanakan sebagai area pelabuhan kedepannya. Kondisi ini tentu dapat berpotensi meningkatkan masukan bahan pencemar seperti logam berat ke perairan tersebut. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan konsentrasi logam Pb dan Cu serta menganalisis kelayakan pangan pada daging ikan yang tertangkap di perairan Tanjung Api-Api Sumatera Selatan. Terdapat 3 jenis ikan yang dominan tertangkap yaitu ikan senangin (Eleutheronema tetradactylum), puput (Ilisha elongata) dan bawal putih (Pampus argenteus). Ketiga ikan tersebut diambil bagian dagingnya dan dianalisis kandungan logam berat Pb dan Cu mengacu pada SNI 2354.5 : 2011. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi Pb pada ketiga jenis ikan berkisar antara 0,89-5,89 mg/kg (rata-rata 2,28-3,28 mg/kg) dan konsentrasi Cu berkisar antara 0,06 – 1,28 mg/kg (rata-rata 0,20 – 0,78 mg/kg). Berdasarkan baku mutu BPOM, SNI 7387:2009 dan FAO (1983) akumulasi Pb telah melebihi batas yang diperkenankan. Sedangkan akumulasi Cu berdasarkan baku mutu P FAO (1983) dan Soegianto (2008) masih dibawah batas yang diperkenankan. Tanjung Api-Api waters is an area that widely used as a fishery activity in the Banyuasin Regency, South Sumatera. Tanjung Api-Api waters are also used as residential area, transportation and as a port area. This condition can increase the input of pollutants such as heavy metals. The purpose of this study was to determine the Pb and Cu metal concentrations in fish from Tanjung Api-Api waters, South Sumatera. There are 3 types of fish that are predominantly caught, Eleutheronema tetradactylum, Ilisha elongata and Pampus argenteus. The three fish were taken part of the meat and analyzed the content of heavy metals Pb and Cu referring to SNI 2354.5: 2011. This reseach show that Pb concentrations in all types fish ranged from 0.89 to 5.89 mg/kg (average 2.28-3.28 mg/kg) and Cu concentrations ranged from 0.06 - 1.28 mg/kg (average 0.20 - 0.78 mg/kg). Based on National Food and Drug Agency, SNI 7387: 2009 and FAO (1983) the accumulation of Pb were exceeded specified quality standards. Whereas Cu accumulation based on FAO (1983) and Soegianto (2008) are still below the allowed limits.","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2022-04-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47545277","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Melinda Sri Asih, Widianingsih Widianingsih, Ita Riniatsih
{"title":"Pengaruh Buangan Limbah Tambak Terhadap Kelimpahan Perition pada Daun Lamun Enhalus acoroides di Teluk Awur dan Pulau Panjang, Jepara","authors":"Melinda Sri Asih, Widianingsih Widianingsih, Ita Riniatsih","doi":"10.14710/jmr.v11i2.31789","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v11i2.31789","url":null,"abstract":"Perifiton merupakan sekelompok organisme yang hidup menempel pada permukaan tumbuhan air yang terendam, tidak menembus substrat, diam atau bergerak di permukaan substrat. Perifiton yang menempel pada daun lamun berperan sebagai faktor penunjang produktivitas primer pada ekosistem lamun, namun apabila kelimpahan perifiton terus meningkat maka akan menghambat pertumbuhan lamun karena lamun akan tertekan dan tidak dapat melakukan fotosintesis dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh buangan limbah tambak terhadap kelimpahan perifiton yang menempel pada daun lamun Enhalus acoroides di Perairan Pantai Teluk Awur dan yang tidak ada buangan limbah tambak di Pulau Panjang, Jepara. Penelitian ini menggunakan Metode Line Transek Kuadran. Pengambilan sampel perifiton dilakukan dengan menggunakan metode sapuan dan pengamatan perifiton dilakukan dengan menggunakan metode sensus dengan bantuan Sedgwick-Rafter. Kelimpahan perifiton di Stasiun 1 dan Stasiun 2 berturut-turut 127,51 ind/cm2 dan 86,25 ind/cm2. Kelimpahan tertinggi ditemukan pada Stasiun 1 karena memiliki pengaruh buangan limbah tambak udang yang ditemukan 3 kelas dan terdiri dari 18 genus, sedangkan pada Stasiun 2 ditemukan 2 kelas yang terdiri dari 13 genus. Kelas perifiton yang mendominasi adalah Bacillariophyceae karena kelas ini dapat bertahan dalam kondisi lingkungan yang tidak stabil. Periphyton is a group of organisms that live attached to the surface of submerged aquatic plants, do not penetrate the substrate, remain stationary or move on the surface of the substrate. Periphyton attached to seagrass leaves acts as a primary productivity supporting factor in the seagrass ecosystem, but if the abundance of periphyton continues to increase it will inhibit seagrass growth because the seagrass will be depressed and unable to perform photosynthesis properly. This study aims to determine the effect of pond waste disposal on the abundance of Enhalus acoroides seagrass periphyton in the waters of Teluk Awur and Panjang Islands, Jepara. This study used the Quadrant Line Transect Method. Periphyton sampling was carried out using the sweeping method and periphyton observations were carried out using the census method with the aid of a Sedgwick-Rafter. The abundance of periphyton at Station 1 and Station 2 is 127.51ind / cm2 and 86.25 ind / cm2, respectively. The highest abundance was found at Station 1 because it influenced shrimp pond waste disposal which was found in 3 classes consisting of 16 genera. The dominating class of periphyton is Bacillariophyceae because this class can survive in unstable environmental conditions.","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2022-04-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45486198","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Air, Sedimen, dan Lamun Enhalus acoroides di Perairan Pantai Sanur Kota Denpasar","authors":"Sasi Vita Aphrodita, Adi Santoso, Ita Riniatsih","doi":"10.14710/jmr.v11i2.31978","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v11i2.31978","url":null,"abstract":"Salah satu permasalahan lingkungan di laut adalah kandungan logam berat dalam perairan pesisir yang berasal dari kegiatan industri, maupun alam. Logam berat juga dapat membentuk senyawa toksik. Lamun merupakan tumbuhan laut yang dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran logam berat di wilayah pesisir dengan kapasitas kemampuan bioakumulasinya logam logam berat Pb pada lamun. Hal ini karena lamun berinteraksi secara langsung dengan badan air dan substrat melalui daun dan akarnya untuk menyerap ion – ion logam berat. Enhalus acoroides merupakan salah satu lamun yang paling banyak ditemukan di kawasan perairan Pantai Sanur, Bali. Kawasan ini dikenal sebagai kawasan pariwisata yang banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara serta kawasan lokasi pariwisata yang banyak terdapat bangunan perhotelan dan fasilitas pariwisata. Selain itu, wilayah ini dijadikan sebagai dermaga untuk kapal – kapal nelayan dan fast boat yang diduga menjadi sumber masukan logam berat Timbal (Pb) di perairan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan logam berat (Pb) pada air, sedimen, serta lamun Enhalus acoroides bagian akar, rhizome, dan daun. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dimana dilakukan dengan pengambilan sampel dengan metode purposive sampling yang dilakukan pada bulan Desember 2020 di Pantai Sanur. Selanjutnya analisis kandungan logam berat menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrofotometry). Berdasarkan hasil penelitain menunjukkan bahwa kandungan logam berat pada air sebesar 0,0035 – 2,62 mg/l, pada sedimen sebesar 3,23 – 5,67 mg/l, pada akar sebesar 1,12 – 1,98 mg/l, pada rhizoma sebesar 0,16 – 3,04 mg/l, dan pada daun lamun sebesar 0,49 – 3,48 mg/l. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kandungan logam berat Pb di perairan Pantai Sanur, pada air dan lamun sudah melebihi nilai baku mutu PP Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021, sedangkan kandungan logam berat Pb pada sedimen masih di bawah baku mutu SEPA (Swedish Environmental Protection Agency) Tahun 2000. One of the environmental problems in the sea is the content of heavy metals in coastal waters originating from industrial activities and nature. Heavy metals can also form toxic compounds. Seagrass can be used as an indicator of metal accumulation capacity because it interacts directly with water bodies and substrates through their leaves and roots to absorb heavy metal ions. Enhalus acoroides is one of the most common seagrasses found in the waters of Sanur Beach, Bali. This tourism area visited both domestic and foreign tourists have hotel buildings and tourism facilities at the location. In addition, there is a dock for fishing boats and fast boats suspected to be a source of heavy metal Lead (Pb). The research aims to determine the Pb heavy metal content in water, sediment, and the seagrass' roots, stems, and leaves. The method used in this research is a descriptive method by taking a sample with a purposive sampling method i","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2022-04-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45484210","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rizky Budhi Kusuma, Endang Supriyantini, M. Munasik
{"title":"Akumulasi logam Pb pada Air, Sedimen, dan Kerang Hijau (Perna viridis) di Perairan Tambak Lorok serta Analisis Batas Aman Konsumsi untuk Manusia","authors":"Rizky Budhi Kusuma, Endang Supriyantini, M. Munasik","doi":"10.14710/jmr.v11i2.31781","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v11i2.31781","url":null,"abstract":"Tambak Lorok merupakan salah satu wilayah di Semarang yang dikelilingi oleh berbagai industri. Tambak Lorok juga menjadi kawasan pemukiman nelayan serta menjadi pusat penjualan hasil laut dengan adanya TPI Tambak Lorok. Limbah buangan industri dan rumah tangga di sekitar Tambak Lorok diduga menyebabkan terjadinya pencemaran logam berat timbal (Pb) di perairan yang tentunya dapat mempengaruhi organisme laut seperti kerang hijau (Perna viridis). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan logam berat Pb pada air, sedimen dan kerang hijau (Perna viridis) di Perairan Tambak Lorok, Semarang serta mengetahui hubungannya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2021 dengan metode penelitian eksploratif kuantitatif. Analisis kandungan logam berat timbal (Pb) pada air, sedimen dan kerang hijau dilakukan di Laboratorium Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro dengan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Hasil menunjukkan bahwa kandungan logam berat Pb Nilai determinasi (R2) kandungan logam berat timbal (Pb) dalam sedimen di Perairan Tambak Lorok yaitu R2 = 0,40 dan pada air yaitu R2 = 0,07. Hasil analisis korelasi menunjukkan tingkat keeratan hubungan yang kuat yaitu dengan nilai r = 0,63, sedangkan pada air terhadap kerang hijau (P. viridis) menunujukkan tingkat keeratan hubungan yang lemah dengan nilai r = 0,26. Tambak Lorok is one of the areas in Semarang which is surrounded by various industries. Tambak Lorok is also a residential area for fishermen and a center for selling marine products with the Tambak Lorok TPI. Industrial and household effluents around Tambak Lorok are suspected of causing heavy metal lead (Pb) pollution in the waters which of course can affect marine organisms such as green mussels (Perna viridis). This study aims to analyze the heavy metal content of Pb in water, sediment and green mussels (Perna viridis) in Tambak Lorok Waters, Semarang and to determine the relationship. This research was conducted in January – March 2021 with explorative quantitative research methods. Analysis of the heavy metal content of lead (Pb) in water, sediment and green mussels was carried out at the Environmental Engineering Laboratory of Diponegoro University using the AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) method. The results showed that the heavy metal content of Pb The determination value (R2) of the heavy metal content of lead (Pb) in the sediment in Tambak Lorok waters was R2 = 0.40 and in the water was R2 = 0.07. The results of the correlation analysis showed a strong level of a close relationship with a value of r = 0.63, while in water to green mussels (P. viridis) it showed a weak level of a close relationship with a value of r = 0.26.","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2022-04-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41607028","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Air, Sedimen, dan Jaringan Lunak Kerang Bambu (Solen sp.) Di Perairan Rembang Jawa Tengah Dan Gresik Jawa Timur","authors":"Satrio Fahrul Ananda, S. Redjeki, Ita Widowati","doi":"10.14710/jmr.v11i2.29956","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v11i2.29956","url":null,"abstract":"Kerang merupakan organisme laut berjenis moluska yang terdiri dari jaringan lunak dan sepasang cangkang yang keras kerang bambu (Solen sp) jenis kerang konsumsi yang tumbuh dan berkembang biak di pesisir perairan yang berjenis substrat pasir hingga lumpur. Keberadaan kerang Bambu (solen sp) salah satu bioindikator pencemaran akibat logam berat di perairan keberadaan pencemaran lingkungan berakibat kegiatan manusia seperti industri, pertanian, akivitas nelayan, dan pariwisata yang diduga sumber logam berat timbal (Pb). Logam berat timbal memiliki sifat toxic. Tujuan dalam penelitian penelitian ini adalah mengetahui dan membandingkan kandungan logam berat timbal (Pb) pada air, sedimen dan jaringan lunak di perairan Kabupaten Rembang dan Kabupaten Gresik. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pengambilan sampel menggunakan purposive sampling method. Materi yang digunakan penelitian adalah sampel jaringan lunak kerang bambu (solen sp), sedimen, dan Air. Parameter penelitian yang digunakan adalah salinitas, DO, suhu, dan kadar keasaman (pH). Hasil penelitian ini ditemukan kadar logam berat timbal (Pb) di perairan Kabupaten Rembang pada air 0 - 0,176mg/l, sedimen 3.667 – 11.407 mg/kg, dan jaringan lunak 4.755 mg/l. Perairan Kabupaten Gresik didapatkan hasil jaringan lunak 2.034 mg/l, air 0 - 0.325 mg/l, dan sedimen 6.877 – 8.798 mg/kg. kemampuan organisme kerang bambu (solen sp) mengakumulasi logam berat Timbal (Pb) termasuk kategori rendah dengan nilai faktor biokonsentrasi rata – rata < 100. Shellfish are mollusk-type marine organisms consisting of soft tissue and a pair of hard shells. Razor clams (Solen sp.) are types of consumption shells that grow and multiply on coastal waters that are of sand to mud substrate type. The existence of Razor clams (Solen sp.) is one of the bio-indicators of pollution due to heavy metals in the waters. The existence of environmental pollution results in human activities such as industry, agriculture, fishing activities, and tourism which are suspected sources of lea-heavy metals). Lead metal has toxic properties. The purpose of this research is to find out and compare the lead content of heavy metals timbale in water, sediment, and soft tissue in the waters of Rembang Regency and Gresik Regency. This research is descriptive in nature with sampling using a purposive sampling method. The material used in this research is a sample of soft tissue Razor clams (Solen sp.), sediments, and water. The research parameters used were salinity, DO, temperature, and acidity (pH). The results of this study found levels of heavy metal lead timbale in the waters of Rembang Regency in water 0 - 0.176mg / l, sediment 3.667 - 11407 mg /kg, and soft tissue 4.755 mg / l. The waters of Gresik Regency obtained 2,034 mg / l soft tissue results, 0 - 0,325 mg / l water, and 6,877 - 8,798 mg / kg sediments. Bamboo shellfish ability to accumulate heavy metals from timbale is on low category with an average bio-concentration factor value ","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2022-04-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46924860","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis Lahan Peneluran Penyu untuk Pengembangan Kawasan Konservasi Berbasis Ekowisata di Pesisir Kabupaten Kebumen","authors":"Kathan Joy Abelino, Ibnu Pratikto, S. Redjeki","doi":"10.14710/jmr.v11i2.32638","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v11i2.32638","url":null,"abstract":"Penyu merupakan spesies yang terancam punah dan dilindungi dalam IUCN Red List of Threatened Species. Konservasi terhadap spesies ini telah dijalankan di berbagai tempat, termasuk di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia. Diketahui bahwa konservasi penyu di Kabupaten Kebumen mulai dikembangkan sejak tahun 2016. Konservasi tersebut dijalankan secara swadaya dan masih belum dilakukan secara resmi. Kegiatan konservasi ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan secara maksimal menjadi kawasan konservasi berbasis ekowisata. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kawasan pesisir yang potensial untuk kegiatan konservasi menggunakan teknologi penginderaan jauh serta untuk mengetahui potensi ekowisata wilayah tersebut. Lokasi penelitian difokuskan di Pantai Kalibuntu dan Pantai Kembar Terpadu pada periode Maret sampai April 2021. Citra Sentinel-2A digunakan untuk pemetaan kawasan. Data terkait kelerengan, lebar, pasang surut, arus, dan batimetri pantai diambil secara primer dan sekunder. Sampel sedimen diklasifikasikan menurut skala wentworth dan dihitung persentase kelembabannya. Potensi ekowisata kawasan tersebut dinilai berdasarkan pengamatan langsung dan pengambilan data melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua pantai pengamatan memiliki tingkat kesesuaian sebesar 75,75% untuk dijadikan kawasan ekowisata. Analisis butir sedimen, perhitungan kelerengan pantai, dan lebar pantai menunjukkan bahwa kedua stasiun mendukung aktivitas peneluran penyu. Kedua stasiun memiliki kegiatan konservasi penyu seperti pemantauan peneluran, pemindahan telur ke sarang penetasan semi alami, penangkaran, pelepasliaran tukik, serta sosialisasi edukasi. Pengelolaan dilakukan oleh lembaga masyarakat lokal dan Kelompok Tani Ngadimulya. Dinas Kelautan dan Perikanan dan BKSDA Provinsi Jawa Tengah sudah memberikan bantuan sarana dan pelatihan. Budaya pesisir seperti batik penyu dan upacara Sedekah Laut menjadi potensi pendukung pengembangan ekowisata.Sea Turtles are protected species base on the IUCN Red List of Threatened Species. Conservation of this species has been done in various places, including in Kebumen Regency, Central Java, Indonesia since 2016. It is done independently and has not been officially. This activity has great potential to be maximally developed into an ecotourism-based conservation area. This study aims to map potential coastal areas for turtle conservation using remote sensing and to determine the ecotourism potential of the area. The research location is on Kalibuntu Beach and Kembar Terpadu Beach from March to April 2021. Sentinel-2A imagery is used for area mapping. Slope, width, tide, current, and beach bathymetry were taken primary and secondary. Sediment samples were classified according to the Wentworth scale and the moisture percentage was calculated. The ecotourism potential of the area was assessed based on direct observation and interviews. The results showed that the beaches had a suitability level of 75.75% to be u","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2022-04-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42407474","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}