{"title":"The Viral of Hadist: Dimensi dan Makna Meme #Hadis Dalam Media Sosial Instagram","authors":"Henky Fernando, Yuniar Galuh Larasati, Saifuddin Zuhri Qudsy","doi":"10.33363/swjsa.v6i1.961","DOIUrl":"https://doi.org/10.33363/swjsa.v6i1.961","url":null,"abstract":"Diseminasi gambar meme hadis melalui tagar #hadis dalam media sosial Instagram telah memunculkan dimensi dan makna yang kompleks dan kontekstual. Studi-studi yang pernah membahas konteks tersebut hanya fokus pada aspek komunikasi, sehingga dimensi dan makna gambar meme hadis yang diseminasikan dalam media sosial Instagram belum dijelaskan secara komprehensif. Studi ini fokus pada pertanyaan “Bagaimana dimensi dan makna gambar meme hadis pada tagar #hadis yang diseminasikan dalam media sosial Instagram?” Untuk menjawab pertanyaan tersebut studi ini menggunakan metode netnografi bersifat deskriptif kualitatif dalam menginvestigasi karakteristik dan makna yang ada dibalik sebuah gambar meme hadis yang diseminasikan dalam media sosial Instagram. Temuan dalam studi ini memperlihatkan bahwa dimensi dari gambar meme hadis dalam tagar #hadis yang diseminasikan melalui media sosial Instagram muncul dalam tiga dimensi, yaitu; gambar meme hadis berdimensi spiritual, kultural, dan sosial. Dari tiga dimensi hadis tersebut juga memuat makna-makna yang bersifat motivatif, evaluatif, dan reflektif. Studi ini juga merekomendasikan pentingnya studi yang menjelaskan faktor munculnya gambar meme hadis tersebut dengan mewawancara pengguna media sosial Instagram yang mengunggah gambar meme, guna memperoleh pemahaman yang komprehensif dan lebih empiris lagi.","PeriodicalId":427835,"journal":{"name":"Satya Widya: Jurnal Studi Agama","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139366367","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"URGENSI PENGAMALAN ILMU PENGETAHUAN YANG MULIA DI TENGAH ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DALAM PERSPEKTIF HINDU","authors":"I. D. G. Darma Permana","doi":"10.33363/swjsa.v6i1.910","DOIUrl":"https://doi.org/10.33363/swjsa.v6i1.910","url":null,"abstract":"Abstract The arrival of the industrial revolution 4.0 era brought major changes to technological developments. This then leads to the positive and negative impacts of technology in every area of life, including the development of science. Reflecting on this, this research is interested in studying in more depth about the urgency of noble science amid the industrial revolution 4.0 era from a Hindu perspective. To support this goal, this research formulates several problems, namely related to the nature of science according to Hinduism, the nature of the industrial revolution 4.0 and its impact on the development of science, and finally formulating the urgency of practicing noble science in the era of the industrial revolution 4.0 in a Hindu perspective. By using qualitative research methods, literature studies, and using data analysis from Miles and Huberman. The results of this study indicate that the practice of noble knowledge is something important in the era of the industrial revolution 4.0, as an antidote to false information through the teachings of Tri Pramana, and achieving a balance of knowledge through the teachings of Jnana Marga Yoga.","PeriodicalId":427835,"journal":{"name":"Satya Widya: Jurnal Studi Agama","volume":"24 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139367318","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kearifan Ekologi Masyarakat Adat Karampuang dalam Menjaga Kelestarian Hutan","authors":"Muammar Saudi, Muallim Saudi","doi":"10.33363/swjsa.v6i1.936","DOIUrl":"https://doi.org/10.33363/swjsa.v6i1.936","url":null,"abstract":"Paradigma agama-agama dunia sangat mempengaruhi wawasan tentang agama di Indonesia. Paradigma keagamaan dunia telah menempatkan masyarakat adat dalam diskriminasi, dan mereka kesulitan menjalankan praktik keagamaan yang telah mereka lakukan secara turun-temurun. Tulisan ini merupakan kajian kritis terhadap kajian-kajian sebelumnya terhadap masyarakat Adat Karampuang yang masih memandang tradisi, hubungan masyarakat dan alam, serta kearifan lokal melalui paradigma agama-agama dunia. Artikel ini ditelaah melalui pendekatan religi tradisional. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara Masyarakat Adat Karampuang dengan alam, kearifan ekologi Masyarakat Adat Karampuang dalam melestarikan alam, dan tradisi Masyarakat Adat dalam menjaga kearifan ekologi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan informan kunci yang didukung dengan literatur. Pertama, ditemukan bahwa Masyarakat Adat Karampuang melihat alam sebagai subyek atau pribadi. Hubungan ini dimaknai sebagai Mapakalebbi Ale Hanua (penghormatan terhadap alam. Hubungan dibangun karena kesadaran bahwa manusia adalah bagian integral dari hutan itu sendiri. Kedua, kearifan ekologis masyarakat Karampuang diturunkan dari generasi ke generasi melalui Paseng (pesan-pesan) dari adat melalui Lontara dan tuturan lisan seperti Makkamase Ale (mencintai hutan), Mappakatuo Ale (memanusiakan hutan) dan Tuo Kamase-mase (hidup setara dan selaras dengan alam) dalam melestarikan alam.","PeriodicalId":427835,"journal":{"name":"Satya Widya: Jurnal Studi Agama","volume":"3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139366454","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"FILSAFAT RIEK LIAU: MENILIK FENOMENA PERJUDIAN PADA RITUAL WARA DI KABUPATEN BARITO UTARA","authors":"Kunti Ayu Vedanti, Rina Sasmita","doi":"10.33363/swjsa.v6i1.923","DOIUrl":"https://doi.org/10.33363/swjsa.v6i1.923","url":null,"abstract":"Salah satu prosesi dalam Ritual Wara yaitu Riek Liau kerap diidentikkan sebagai perjudian oleh masyarakat di Kabupaten Barito Utara kendati telah jelas dalam KUHP pasal 303 bahwa perjudian tidak dibenarkan dalam bentuk apapun. Perjudian pada Ritual Wara tersebut merupakan fenomena yang menimbulkan kontroversi di masyarakat. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya pemahaman masyarakat awam tentang filsafat Riek Liau. Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian lebih lanjut terkait filsafat Riek Liau penting dilakukan. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lahei dengan metode kualitatif dengan waktu penelitian selama 6 (enam) bulan dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara, serta menggunakan data-data penunjang dari sumber pustaka terkait. Penelitian ini kemudian menghasilkan mitologi, pelaksanaan dan filsafat Riek Liau terhadap fenomena perjudian dalam Ritual Wara, bahwa perjudian bertentangan dengan filsafat Riek Liau sebagai permainan arwah yang suci. Demikian halnya Ritual Wara merupakan ritual kematian umat Hindu Kaharingan yang suci dan simbol keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa.","PeriodicalId":427835,"journal":{"name":"Satya Widya: Jurnal Studi Agama","volume":"114 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139366596","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"The Ethical Dimension of Land as Mother in the Perspective of Yawa Unat Indigenous Communtiy","authors":"A. Limbu, Jear Nenohai","doi":"10.33363/swjsa.v6i1.939","DOIUrl":"https://doi.org/10.33363/swjsa.v6i1.939","url":null,"abstract":"Since ancient times, Yawa Unat have indigenous community revered the land as Mother. The land is a precious and vital resource for indigenous peoples. Nevertheless, the area considered sacred has a very significant economic worth for survival. Realizing that they had lost their land rights and their relationship with the land during the preceding decade, the Yawa Unat sold the land. The land is not simply a mother whose womb gives birth to and enriches the lives of the Yawa Unat Tribe's people. So far, study on Yawa Unat has focused mostly on the economic and religious significance of land as mom. Consequently, the struggle of the Yawa Unat tribe to defend their land is viewed as concentrated solely on their own interests. Furthermore, in this research, utilizing Carolyn Merhant's feminist approach, we suggest that land as a mother has a significant value for the balance of the ecosystem of life for both Yawa Unat and the people of Papua and the natural world of Papua holistically. Therefore, the ethical aspect of Yawa Unat's battle has a significant global impact on the human-nature interaction in Papua. Lastly, this research is limited to ethical considerations and does not yet address features of local religious politics and religious liberty that are crucial to this topic.","PeriodicalId":427835,"journal":{"name":"Satya Widya: Jurnal Studi Agama","volume":"53 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139367630","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Reinterpreting Buddhist Environmental Ethics Through the Lens of Agential Realism","authors":"Rezza Prasetyo Setiawan","doi":"10.33363/swjsa.v6i1.935","DOIUrl":"https://doi.org/10.33363/swjsa.v6i1.935","url":null,"abstract":"The reality of climate change and other environmental crises calls for a cooperative effort to ensure a more effective effort toward environmental sustainability. Buddhist environmental ethics sets an interesting departure to talk about environmental awareness because of its attention toward all living beings. However, there are critics accusing Buddhist environmental awareness of being too biocentric and ignorant to the socio-political aspect of environmental ethics. This article will give another perspective on Buddhist environmental ethics, by incorporating an onto-epistemological paradigm constructed by Karen Barad, which she calls Agential Realism. Further exploration on Buddhist environmental ethics from the Agential Realist perspective shows that the incorporation of multiple aspects in environmental struggle is possible, and even necessary.","PeriodicalId":427835,"journal":{"name":"Satya Widya: Jurnal Studi Agama","volume":"3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139367188","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Filsafat Nir-Kekerasan Dalam Perspektif Mohandas Karamchand Gandhi Dan Relevansinya Dalam Pencegahan Gerakan Radikalisme Di Indonesia","authors":"Gede Agus Siswadi","doi":"10.33363/swjsa.v5i2.875","DOIUrl":"https://doi.org/10.33363/swjsa.v5i2.875","url":null,"abstract":"Radicalism from a religious point of view refers to an extreme understanding and refers to fundamental religious fundamentalism with very high religious fanaticism. This understanding will be very easy to trigger acts of violence, conflict, and division because they see differences as a threat to the religious existence of these radicalism groups, and differences are also considered enemies that must be destroyed. With this, efforts are needed to minimize radicalism movements. This study focuses on the thoughts and teachings of Mahātma Gandhi regarding the most monumental ahimsa of his movement in India. By using the philosophical hermeneutic method, the result of this research is that the radicalism movement emerged as a result of the humanity and fading attitude of tolerance and religious fanaticism that was too high. Gandhi viewed that every religion essentially teaches love and non-violence. Humans can find love by practicing satyagraha which is always on the path of truth. By emphasizing the ahimsa aspect, humans will be able to find the truth. On the basis of this truth, the light of love will be revealed, and see that all human beings originate from the same source. On the basis of this love, humans are intertwined in one family and brotherhood.","PeriodicalId":427835,"journal":{"name":"Satya Widya: Jurnal Studi Agama","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134555371","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Moderasi Beragama Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Hindu Transmigran Di Kecamatan Landono Sulawesi Tenggara","authors":"Putu Diantika, A. Cahyani","doi":"10.33363/swjsa.v5i2.905","DOIUrl":"https://doi.org/10.33363/swjsa.v5i2.905","url":null,"abstract":"Moderasi bukanlah sikap yang kaku, pasif, statis. Moderasi adalah sikap yang tidak berlebihan dalam menghadapi persoalan perbedaan dalam masyarakat yang majemuk. Sikap moderat aktif dan dinamis dengan cita-cita luhur, yaitu perubahan sosial ke arah yang positif, adil, dan seimbang. Dalam mengamalkan ajaran agama perlu memperhatikan prinsip-prinsip moderasi dan kearifan lokal sebagai upaya menghindari penyimpangan dari ajaran agama. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sikap moderasi beragama masyarakat Hindu di kawasan transmigran berbasis kearifan lokal di Kabupaten Landono Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik observasi dan wawancara serta studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap moderasi beragama berbasis kearifan lokal diterapkan oleh umat Hindu transmigran di kecamatan Landono Sulawesi Tenggara dimana meskipun jauh dari pulau Bali dan menjadi komunitas pendatang dan menjadi komunitas minoritas. agama-agama di provinsi ini, mereka dapat hidup berdampingan secara damai dengan mengamalkan ajaran Susila, Tat Twam Asi dan Tri Hita Karana dengan konsep menyama braya, yaitu menghargai perbedaan dan menempatkan orang lain sebagai keluarga. Sikap moderasi beragama dapat berimplikasi positif bagi masyarakat Hindu transmigran dalam membentuk kesadaran beragama dalam menjalankan ajaran agama Hindu sebagai jalan untuk membangun kehidupan yang harmonis.","PeriodicalId":427835,"journal":{"name":"Satya Widya: Jurnal Studi Agama","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126476163","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Etos Kerja dalam Hindu dan Relevansinya dengan Kompetensi Abad 21","authors":"Ni Made Kadek Suartini, Ni Kadek Surpi","doi":"10.33363/swjsa.v5i2.916","DOIUrl":"https://doi.org/10.33363/swjsa.v5i2.916","url":null,"abstract":"Etos kerja merupakan nilai dasar yang sangat penting ditanamkan dalam Veda. Etos kerja ini akan menuntun umat manusia terhadap kesejahteraan dan jagadhita. Etos kerja dalam veda ini merupakan basic skill yang dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan jaman. Abad 21 yang ditandai dengan perkembangan ilmu penegtahuan dan teknologi mengubah banyak hal dalam hidup manusia diantaranya jenis dan cara dalam bekerja. Namun etos kerja yang diajarkan dalam Veda seperti rajin, gigih, kreatif, kuat dan lihai dalam mengatur keuangan merupakan modal dasar dalam kehidupan. Sementara pada abad 21 ini, diperlukan berbagai skill seperti komunikasi, kreativitas dan inovasi, kolaborasi dan kemampuan berpikir kritis sesungguhnya menemukan kaitannnya dengan semangat dan nilai yang diajarkan sejak jaman lampau. Umat manusia dan umat Hindu semestinya menemukan semangat dengan modal dasar etos kerja yang telah diajarkan sejak jaman lampau ini","PeriodicalId":427835,"journal":{"name":"Satya Widya: Jurnal Studi Agama","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114290299","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Comparing Fasting in Christianity and Islam","authors":"Andi Alfian","doi":"10.33363/swjsa.v5i2.835","DOIUrl":"https://doi.org/10.33363/swjsa.v5i2.835","url":null,"abstract":"Fasting is one of the religious practices or rituals/worship found in almost every religious tradition, including the Christian and Islamic religious traditions. Several scholars of religious studies, through various research, claim that fasting was practiced thousands of years ago by various religious adherents in the world and persists to this day. This study attempts to describe the teachings and practices of fasting in Christianity and Islam and then provides an analysis of the similarities and differences in implementing these teachings in the context of Indonesia. This study is library research in the sense that this study will rely on books and scientific journals related to this topic as primary data sources. This study found that the practice of fasting in Christianity and Islam each has its meaning, uniqueness, and characteristics. For example, they have their meaning about the purpose of fasting, the arguments they use for fasting, the types of fasting, and the procedures. Furthermore, this study argues that religious teachings, both Christianity and Islam, are dynamic, multi-interpretative, and contextual.","PeriodicalId":427835,"journal":{"name":"Satya Widya: Jurnal Studi Agama","volume":"101 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134437388","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}