{"title":"Karampuang 土著居民维护森林可持续性的生态智慧","authors":"Muammar Saudi, Muallim Saudi","doi":"10.33363/swjsa.v6i1.936","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Paradigma agama-agama dunia sangat mempengaruhi wawasan tentang agama di Indonesia. Paradigma keagamaan dunia telah menempatkan masyarakat adat dalam diskriminasi, dan mereka kesulitan menjalankan praktik keagamaan yang telah mereka lakukan secara turun-temurun. Tulisan ini merupakan kajian kritis terhadap kajian-kajian sebelumnya terhadap masyarakat Adat Karampuang yang masih memandang tradisi, hubungan masyarakat dan alam, serta kearifan lokal melalui paradigma agama-agama dunia. Artikel ini ditelaah melalui pendekatan religi tradisional. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara Masyarakat Adat Karampuang dengan alam, kearifan ekologi Masyarakat Adat Karampuang dalam melestarikan alam, dan tradisi Masyarakat Adat dalam menjaga kearifan ekologi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan informan kunci yang didukung dengan literatur. Pertama, ditemukan bahwa Masyarakat Adat Karampuang melihat alam sebagai subyek atau pribadi. Hubungan ini dimaknai sebagai Mapakalebbi Ale Hanua (penghormatan terhadap alam. Hubungan dibangun karena kesadaran bahwa manusia adalah bagian integral dari hutan itu sendiri. Kedua, kearifan ekologis masyarakat Karampuang diturunkan dari generasi ke generasi melalui Paseng (pesan-pesan) dari adat melalui Lontara dan tuturan lisan seperti Makkamase Ale (mencintai hutan), Mappakatuo Ale (memanusiakan hutan) dan Tuo Kamase-mase (hidup setara dan selaras dengan alam) dalam melestarikan alam.","PeriodicalId":427835,"journal":{"name":"Satya Widya: Jurnal Studi Agama","volume":"3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Kearifan Ekologi Masyarakat Adat Karampuang dalam Menjaga Kelestarian Hutan\",\"authors\":\"Muammar Saudi, Muallim Saudi\",\"doi\":\"10.33363/swjsa.v6i1.936\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Paradigma agama-agama dunia sangat mempengaruhi wawasan tentang agama di Indonesia. Paradigma keagamaan dunia telah menempatkan masyarakat adat dalam diskriminasi, dan mereka kesulitan menjalankan praktik keagamaan yang telah mereka lakukan secara turun-temurun. Tulisan ini merupakan kajian kritis terhadap kajian-kajian sebelumnya terhadap masyarakat Adat Karampuang yang masih memandang tradisi, hubungan masyarakat dan alam, serta kearifan lokal melalui paradigma agama-agama dunia. Artikel ini ditelaah melalui pendekatan religi tradisional. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara Masyarakat Adat Karampuang dengan alam, kearifan ekologi Masyarakat Adat Karampuang dalam melestarikan alam, dan tradisi Masyarakat Adat dalam menjaga kearifan ekologi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan informan kunci yang didukung dengan literatur. Pertama, ditemukan bahwa Masyarakat Adat Karampuang melihat alam sebagai subyek atau pribadi. Hubungan ini dimaknai sebagai Mapakalebbi Ale Hanua (penghormatan terhadap alam. Hubungan dibangun karena kesadaran bahwa manusia adalah bagian integral dari hutan itu sendiri. Kedua, kearifan ekologis masyarakat Karampuang diturunkan dari generasi ke generasi melalui Paseng (pesan-pesan) dari adat melalui Lontara dan tuturan lisan seperti Makkamase Ale (mencintai hutan), Mappakatuo Ale (memanusiakan hutan) dan Tuo Kamase-mase (hidup setara dan selaras dengan alam) dalam melestarikan alam.\",\"PeriodicalId\":427835,\"journal\":{\"name\":\"Satya Widya: Jurnal Studi Agama\",\"volume\":\"3 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-06-30\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Satya Widya: Jurnal Studi Agama\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.33363/swjsa.v6i1.936\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Satya Widya: Jurnal Studi Agama","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33363/swjsa.v6i1.936","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
世界宗教范式极大地影响了印度尼西亚的宗教观念。世界宗教范式将原住民置于歧视之下,使他们难以开展世代相传的宗教活动。Karampuang 原住民仍然通过世界宗教范式来看待传统、社会与自然的关系以及当地智慧,本文就是对以往有关 Karampuang 原住民研究的批判性回顾。本文通过传统宗教方法进行分析。本文旨在解释卡兰普昂原住民与自然的关系、卡兰普昂原住民保护自然的生态智慧以及原住民维护这种生态智慧的传统。本研究采用描述性定性方法,通过与主要信息提供者的访谈收集数据,并辅以文献资料。首先,研究发现 Karampuang 原住民将自然视为主体或个人。这种关系被解释为 Mapakalebbi Ale Hanua(尊重自然)。这种关系建立在人类是森林本身不可分割的一部分这一认识之上。其次,卡兰普昂社区的生态智慧通过 Paseng(信息)代代相传,这些信息来自于通过 Lontara 和口头语言进行的风俗习惯,如 Makkamase Ale(热爱森林)、Mappakatuo Ale(使森林人性化)和 Tuo Kamase-mase(与自然平等和谐共处)。
Kearifan Ekologi Masyarakat Adat Karampuang dalam Menjaga Kelestarian Hutan
Paradigma agama-agama dunia sangat mempengaruhi wawasan tentang agama di Indonesia. Paradigma keagamaan dunia telah menempatkan masyarakat adat dalam diskriminasi, dan mereka kesulitan menjalankan praktik keagamaan yang telah mereka lakukan secara turun-temurun. Tulisan ini merupakan kajian kritis terhadap kajian-kajian sebelumnya terhadap masyarakat Adat Karampuang yang masih memandang tradisi, hubungan masyarakat dan alam, serta kearifan lokal melalui paradigma agama-agama dunia. Artikel ini ditelaah melalui pendekatan religi tradisional. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara Masyarakat Adat Karampuang dengan alam, kearifan ekologi Masyarakat Adat Karampuang dalam melestarikan alam, dan tradisi Masyarakat Adat dalam menjaga kearifan ekologi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan informan kunci yang didukung dengan literatur. Pertama, ditemukan bahwa Masyarakat Adat Karampuang melihat alam sebagai subyek atau pribadi. Hubungan ini dimaknai sebagai Mapakalebbi Ale Hanua (penghormatan terhadap alam. Hubungan dibangun karena kesadaran bahwa manusia adalah bagian integral dari hutan itu sendiri. Kedua, kearifan ekologis masyarakat Karampuang diturunkan dari generasi ke generasi melalui Paseng (pesan-pesan) dari adat melalui Lontara dan tuturan lisan seperti Makkamase Ale (mencintai hutan), Mappakatuo Ale (memanusiakan hutan) dan Tuo Kamase-mase (hidup setara dan selaras dengan alam) dalam melestarikan alam.