Jurnal Hortikultura最新文献

筛选
英文 中文
Pengaruh Asam Salisilat dan K2HPO4 Pada Ketahanan Tanaman Kentang Terhadap Penyakit Busuk Daun di Musim Penghujan (The Effect of Salicylic Acid and K2HPO4 on the Resistance of Potato Plant to Late Blight in Rainy Season)
Jurnal Hortikultura Pub Date : 2019-05-17 DOI: 10.21082/JHORT.V28N2.2018.P209-218
R. Tarigan, S. Barus, nFn Kuswandi
{"title":"Pengaruh Asam Salisilat dan K2HPO4 Pada Ketahanan Tanaman Kentang Terhadap Penyakit Busuk Daun di Musim Penghujan (The Effect of Salicylic Acid and K2HPO4 on the Resistance of Potato Plant to Late Blight in Rainy Season)","authors":"R. Tarigan, S. Barus, nFn Kuswandi","doi":"10.21082/JHORT.V28N2.2018.P209-218","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/JHORT.V28N2.2018.P209-218","url":null,"abstract":"Kentang merupakan tanaman pangan bernilai ekonomi tinggi yang rentan terhadap serangan busuk daun (Phytophthora infestans) pada musim penghujan. Penggunaan pestisida sintetik hasilnya belum memuaskan sehingga perlu dilakukan induksi ketahanan terhadap serangan penyakit. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh  pemberian asam salisilat dan K2HPO4 dalam meningkatkan ketahanan tanaman kentang pada musim penghujan terhadap penyakit busuk daun. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Berastagi pada ketinggian tempat 1.340 m dpl. pada bulan September sampai dengan Desember 2015. Tata letak percobaan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok dua faktor dengan tiga ulangan dan 18 kombinasi perlakuan. Faktor pertama adalah dosis asam salisilat  (a0 = 0, a1 = 0,1g/L, a2 = 0,2 g/L, a3 = 0,3 g/L, a4 = 0,4 g/L, dan a5 = 0,2 g/L propineb). Faktor kedua adalah dosis K­2HPO4 (k0  =  kontrol, k1 = 0,1 g/L, k2 = 0,2 g/L). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan 0,1 g/L asam salisilat dan  0,1 g/L K2HPO4 merupakan perlakuan terbaik menurunkan intensitas penyakit P. infestans dan kerusakan umbi kentang. Intensitas penyakit sampai 9 minggu setelah aplikasi hanya 7,46%, sedangkan kerusakan umbi hanya sebesar 0,35%. Jumlah umbi dan persentase kelas umbi per tanaman hanya dipengaruhi oleh K2HPO4, sedangkan bobot umbi tidak dipengaruhi kedua perlakuan. KeywordsKentang; Asam salisilat; K­2HPO4; Ketahanan; Musim penghujanAbstractPotatoes are high economic value crops that are vulnerable to the attack of late blight (Phytophthora infestans) in the rainy season. The use of synthetic pesticides has not been satisfactory, so that should be induced for the disease resistance. The objective of the research was to determine the giving effect of salicylic acid and K2HPO4 in improving the resilience of the potato crop in the rainy season to late blight. The study was conducted at Berastagi Experimental Garden in altitude 1,340 meters above sea level, from September to December 2015. The layout of the trial is based on two factor randomized complete block design with three replications and 18 combination treatments. The first factor is the dose of salicylic acid (A0 = 0, A1 = 0,1g/L, A2 = 0,2 g/L, A3 = 0,3 g/L, A4 = 0,4 g/L and A5 = 0,2 g/L propineb), the second factor is the dose K 2HPO4 (K0 = control, K1 = 0.1 g/L, K2 = 0.2 g / L). The results showed that the combination treatment of 0.1 g/L of salicylic acid and 0,1 g/L K2HPO4 is the best treatment because it can reduce the intensity of the Phytophthora infestans disease and potato tuber damage. The disease intensity up to 9 weeks after application only 7.46%, while the tuber damage only 0.35%. The number and percentage of class tubers per plant only affected by K2HPO4, while the tuber weight was not influenced both treatments.","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"103 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114469170","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Penentuan Pilihan Model Kelembagaan untuk Pengembangan Perbenihan Bawang Merah Melalui True Shallot Seed di Jawa Timur (Choice Determination of Institutional model for Seed Development of Shallot through True Shallot Seed System in East Java)
Jurnal Hortikultura Pub Date : 2019-05-17 DOI: 10.21082/jhort.v28n2.2018.p259-268
A. Sembiring, A. Muharam, R. Rosliani, Rima Setiani
{"title":"Penentuan Pilihan Model Kelembagaan untuk Pengembangan Perbenihan Bawang Merah Melalui True Shallot Seed di Jawa Timur (Choice Determination of Institutional model for Seed Development of Shallot through True Shallot Seed System in East Java)","authors":"A. Sembiring, A. Muharam, R. Rosliani, Rima Setiani","doi":"10.21082/jhort.v28n2.2018.p259-268","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jhort.v28n2.2018.p259-268","url":null,"abstract":"Penggunaan biji true shallot seed (TSS) telah diperkenalkan sebagai salah satu alternatif penyediaan benih bawang merah yang sehat dan berkualitas tinggi yang tersedia dalam jumlah yang cukup bagi petani sepanjang tahun. Penggunaan TSS diharapkan dapat mengatasi persoalan kuantitas dan kualitas bawang merah konsumsi serta perbenihan bawang merah di Indonesia. Pembentukan kelembagaan yang tepat perlu dibangun sejalan dengan pengembangan TSS. Pembentukan kelembagaan yang baik dan kuat dapat menghasilkan teknologi inovatif yang tepat dan menjamin ketersediaan benih TSS dalam jangka panjang. Tujuan penelitian yaitu mengetahui model pilihan kelembagaan stakeholder (pemangku kepentingan) untuk mendukung pengembangan sistem perbenihan TSS bawang merah di Jawa Timur. Survei dilaksanakan pada bulan Maret hingga Agustus 2016 di Jawa Timur melalui interview kepada 35 responden. Analisis data dilakukan menggunakan konsep Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan program statistik Super Decisions. Hasil penelitian menunjukkan bahwa opsi kelembagaan yang dipilih oleh responden untuk pengembangan perbenihan bawang merah TSS di Jawa Timur adalah opsi 1. Di opsi 1, Balitsa dan BPTP berperan memproduksi TSS kelas jenis Benih Penjenis (BS) dari umbi varietas bawang merah unggul dan memberikan delegasi legalitas/lisensi kepada BBI/BBU/BBH/SWASTA untuk memproduksi/memperbanyak Benih Umbi kelas benih BS. Berikutnya, Perguruan Tinggi (PT)/BPTP/SWASTA menghasilkan TSS dan umbi benih untuk kelas Benih Dasar (BD). Selanjutnya penangkar terpilih memproduksi TSS dan umbi benih kelas Benih Pokok (BP) dan Benih Sebar (BR). Benih Sebar ditanam oleh petani untuk memproduksi umbi bawang merah konsumsi. Produksi TSS-BP, benih umbi BP, TSS-BR, dan benih umbi BR diawasi dan didampingi oleh BPTP.KeywordsAnalisis hirarkhi proses (AHP); Benih botani bawang merah; Model kelembagaan; Perbenihan bawang merahAbstractThe use of true shallot seed (TSS) has been promoted as an alternative method to obtain healthy and high quality shallot seed that supposed to be adequately available for farmers along the year. The use of TSS is expected to be able of solving quantity and quality problems of shallot table consumption and shallot seed in Indonesia. A functioning institutional setting should be established in line with the development of TSS. The establisment of good and strong institutional could generate innovative appropriate technologies and ensure the availability of TSS in a long term. The objective of this study was to investigate the stakeholders’ choice of some institutional models to support the development of TSS shallot seed system in East Java. A survey was conducted from March to August 2016 to collect data by interviewing 35 respondents. Data were analysed by employing the Analytical Hierarchy Process (AHP) concept and using Super Decisions statistical program. Results indicates that an institutional setting selected by respondents to support the development of TSS shallot seed s","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130843589","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Sistem Tanam Tumpang Sari Cabai Merah dengan Kentang, Bawang Merah, dan Buncis Tegak (Technical Assessment of Hot Pepper Intercropping System with Potato, Shallot, and Beans)
Jurnal Hortikultura Pub Date : 2019-05-17 DOI: 10.21082/JHORT.V28N2.2018.P219-228
B. Karo, A. E. Marpaung, D. Musaddad
{"title":"Sistem Tanam Tumpang Sari Cabai Merah dengan Kentang, Bawang Merah, dan Buncis Tegak (Technical Assessment of Hot Pepper Intercropping System with Potato, Shallot, and Beans)","authors":"B. Karo, A. E. Marpaung, D. Musaddad","doi":"10.21082/JHORT.V28N2.2018.P219-228","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/JHORT.V28N2.2018.P219-228","url":null,"abstract":"Pola tanam tumpang sari merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan sekaligus meningkatkan pendapatan, melalui usaha penanaman beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama. Cabai merah merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai permintaan yang tinggi di masyarakat Indonesia, demikian juga dengan tanaman kentang, bawang merah, dan buncis. Penelitian bertujuan untuk mengkaji efisiensi penggunaan lahan sistem tanam monokultur dan tumpang sari dengan kentang, bawang merah, dan buncis tegak. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Berastagi dengan ketinggian tempat 1.340 m dpl dan jenis tanah Andisol. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga Desember 2015. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri atas enam perlakuan dengan empat ulangan. Perlakuan yang diuji adalah : (a) sistem tanam tumpang sari cabai merah + (kentang + bawang merah); (b) sistem tanam tumpang sari cabai merah + buncis tegak; (c) sistem tanam tumpang sari cabai merah + kentang; (d) sistem tanam tumpang sari cabai merah + bawang merah, (e) sistem tanam tumpang sari cabai merah + (buncis tegak + bawang merah); dan (f) sistem tanam cabai monokultur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan vegetatif tanaman tumpang sari cabai merah tidak berbeda nyata dengan monokultur. Sistem tanam monokultur lebih tinggi dari tumpang sari, yaitu 21,53 kg/20 m2. Nilai kesetaraan lahan pola tanam tumpang sari cabai merah lebih besar dari 1 dan yang tertinggi adalah tumpang sari cabai merah dengan buncis tegak, yaitu 1,48. Tumpang sari cabai merah dengan bawang merah dan buncis menghasilkan keuntungan bersih yang lebih tinggi dari pola tanam monokultur dan tumpang sari lainnya, yaitu Rp191.408,00/20m2. Usahatani tumpang sari cabai dengan kentang dan bawang merah merupakan usahatani yang paling menguntungkan terutama apabila dibandingkan dengan monokultur.KeywordsCapsicum annum L; Tumpang sari; Solanum tuberosum L.; Allium cepa L; Phaseolus vulgaris LAbstractIntercropping system is one way to improve the efficiency of land use through the efforts of the planting of crops on the land and the same time. Hot pepper is a vegetable commodity that has value in high demand in Indonesian society, so we need to research that aims to assess the efficiency of land use with monoculture and intercropping system hot pepper with beans, potatoes and shallot. The study was conducted in Berastagi Experimental Garden with less altitude of 1,340 m above sea level and type of soil Andisol. The research was conducted from June to December 2015. The design used was a randomized block design (RAK) nonfactorial with four replications. The treatments tested were: (a) intercropping system hot pepper + (potato + shallot); (b) intercropping system hot pepper + beans; (c) intercropping system hot pepper + potato; (d) intercropping system hot pepper + shallot; (e) intercropping system hot pepper + (beans + shallot);( f) monoculture. The results showe","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131663341","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Evaluasi Paket Teknologi Produksi Benih TSS Bawang Merah Varietas Bima Brebes di Dataran Tinggi (Evaluation of the Packages TSS Seed Production Technology of Bima Brebes Varieties in the Highland)
Jurnal Hortikultura Pub Date : 2019-05-17 DOI: 10.21082/JHORT.V28N1.2018.P%P
R. Rosliani, Yusdar Hilman, I. Sulastrini, M. P. Yufdy, Rismawita Sinaga, I. M. Hidayat
{"title":"Evaluasi Paket Teknologi Produksi Benih TSS Bawang Merah Varietas Bima Brebes di Dataran Tinggi (Evaluation of the Packages TSS Seed Production Technology of Bima Brebes Varieties in the Highland)","authors":"R. Rosliani, Yusdar Hilman, I. Sulastrini, M. P. Yufdy, Rismawita Sinaga, I. M. Hidayat","doi":"10.21082/JHORT.V28N1.2018.P%P","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/JHORT.V28N1.2018.P%P","url":null,"abstract":"Penggunaan biji botani bawang merah atau true seed of shallot (TSS) diyakini dapat memecahkan kendala ketersediaan benih bawang merah di Indonesia. Tujuan penelitian adalah menentukan paket teknologi produksi benih TSS yang menghasilkan pembungaan dan produksi biji yang lebih tinggi. Penelitian teknologi produksi TSS dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu, Lembang dengan ketinggian tempat 1.250 m dpl. Penelitian menggunakan rancangan petak berpasangan dengan dua perlakuan paket teknologi dan diulang lima kali. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan A (aplikasi pukan kuda 10 ton/ha dan ayam 5 ton/ha, SP-36 250 kg/ha, NPK 600 kg/ha aplikasi 10 kali (seminggu sekali), aplikasi BAP dan  boron) menghasilkan pembungaan dan produksi biji/TSS yang lebih tinggi daripada paket B (pukan kuda 20 ton/ha, NPK 600 kg/ha dengan dua kali aplikasi, dan aplikasi GA3). Implikasi penelitian menunjukkan bahwa inovasi teknologi produksi TSS yang sedang dikembangkan saat ini sangat layak untuk memproduksi benih TSS yang bermutu tinggi.KeywordsBiji botani bawang merah; BAP; Boron; GA3; PemupukanAbstractThe use of true seed of shallots (TSS) is believed to solve the constraints of the availability of shallot seeds in Indonesia. The research objective was to compare the two packages TSS seed production technology that produces higher flowering and seed production. Research on TSS production technology was carried out at Margahayu Experimental Garden, Lembang with an altitude of 1,250 m above sea level. Research used a paired plot design with two treatments of technology package and five replicates. The results showed that treatment A (horse manure 10 ton/ha + chicken manure 5 ton/ha + SP-36 250 kg/ha + NPK 600 kg/ha application 10 times + BAP 37,5 ppm + boron 3 kg/ha) produce better flowering and seed production/higher TSS than package B (horse manure at a rate of 20 ton/ha, NPK 600 kg/ha with two times application and the use of GA3). The implication of this research showed the TSS production technology innovation that is being developed today is very feasible to produce high quality TSS in support shallot seed.","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115524799","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Evaluasi Resistensi dan Daya Hasil Enam Klon Harapan Kentang Transgenik Terhadap Serangan Penyakit Hawar Daun (Evaluation of Resistance to Late Blight and Tuber Yield of Six Potential Potato Transgenic Clones)
Jurnal Hortikultura Pub Date : 2019-05-17 DOI: 10.21082/JHORT.V28N1.2018.P41-50
nFN Kusmana, A. D. Ambarwati
{"title":"Evaluasi Resistensi dan Daya Hasil Enam Klon Harapan Kentang Transgenik Terhadap Serangan Penyakit Hawar Daun (Evaluation of Resistance to Late Blight and Tuber Yield of Six Potential Potato Transgenic Clones)","authors":"nFN Kusmana, A. D. Ambarwati","doi":"10.21082/JHORT.V28N1.2018.P41-50","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/JHORT.V28N1.2018.P41-50","url":null,"abstract":"Penyakit hawar daun (Phytophthora infestans) merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman kentang. Kerusakan yang berat akibat penyakit hawar daun dapat menyebabkan kehilangan hasil panen sampai 80%. Gen pembawa ketahanan terhadap penyakit hawar daun dikenal dengan nama gen RB dan telah berhasil dimasukkan ke dalam genom kentang dan menghasilkan kentang transgenik. Tujuan penelitian untuk menguji ketahanan enam klon kentang transgenik terhadap serangan penyakit hawar daun (P. infestans) dan daya hasil. Penelitian dilakukan di Lapangan Uji Terbatas Desa Citere, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, 1.400 m di atas permukaan laut. Rancangan percobaan menggunakan rancangan petak terpisah, dengan petak utama perlakuan tidak disemprot fungisida dan disemprot fungisida dua kali seminggu dan anak petak 10 genotipe kentang yang terdiri atas enam hibrida kentang transgenik, satu genotipe kentang transgenik Katahdin SP951 sebagai pembanding resisten dan tiga varietas pembanding rentan kentang nontransgenik Granola, Atlantic, dan Katahdin. Jumlah ulangan tiga kali dengan populasi tanaman terdiri atas 50 tanaman/plot. Pengamatan dilakukan terhadap vigor tanaman, insiden serangan hawar daun, dan komponen hasil. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa untuk vigor tanaman tidak terjadi interaksi serta antarperlakuan tidak berbeda nyata. Genotipe yang resisten terhadap hawar daun adalah klon 20, 27, 65, dan 66 setara dengan kontrol positif Katahdin SP951 dan nyata lebih resisten dari varietas pembanding Granola, Atlantic, dan Katahdin. Klon yang resisten terhadap hawar daun menampilkan hasil yang tinggi pada plot tidak disemprot fungisida, sementara pada plot disemprot fungisida 20 kali semua genotipe menampilkan hasil optimalnya. Tingkat kehilangan hasil mencapai 18,8–84,4%. Genotipe dengan intensitas serangan hawar daun tinggi memiliki tingkat kehilangan hasil yang juga tinggi. Klon 20 dan 27 menampilkan daya hasil yang relatif tinggi dengan penundaan penggunaan fungisida 7 minggu setelah tanam.KeywordsGenotipe; P. infestans; Solanum tuberosum LAbstractLate blight (Phytophthora infestans) is one of main potato diseases. Due to severe damage to late blight potato, crop will be cause lost of harvest up to 80%. Gene carriers of resistance to late blight known as the RB gene and have been incorporate into the genom of potato and produce transgenic potato. The objective of the research was to test six advanced transgenic potato clones for resistance to late blight (Phytophthora infestans). The research was conducted at Confined Field Trial at Citere Village, Pangalengan District Bandung (1,400 m above sea level). The experimental design was split plot. The main plot was spray with fungicides twice/week and was replicated three times. Subplot were 10 potato genotypes, consists of six transgenic potato hybrids, transgenic Katahdin SP951 as resistant check and three varieties of nontransgenic as susceptible check, i.e. Granola, Atlantic, and Katahdin.  An experimen","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"121 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123218535","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Studi Kualitas Regeneran Phalaenopsis Hasil Kultur In Vitro dari Eksplan Tangkai Infloresen, Tunas Pucuk, dan Empulur (The Quality Study of Phalaenopsis Regenerants from In Vitro Propagation of Inflorescence, Shoot Tip, and Pith Explants)
Jurnal Hortikultura Pub Date : 2019-05-17 DOI: 10.21082/JHORT.V28N1.2018.P13-24
D. Pramanik, H. Shintiavira, B. Winarto
{"title":"Studi Kualitas Regeneran Phalaenopsis Hasil Kultur In Vitro dari Eksplan Tangkai Infloresen, Tunas Pucuk, dan Empulur (The Quality Study of Phalaenopsis Regenerants from In Vitro Propagation of Inflorescence, Shoot Tip, and Pith Explants)","authors":"D. Pramanik, H. Shintiavira, B. Winarto","doi":"10.21082/JHORT.V28N1.2018.P13-24","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/JHORT.V28N1.2018.P13-24","url":null,"abstract":"Anggrek Phalaenopsis memiliki nilai komersial yang tinggi, karena keindahannya dapat dinikmati sepanjang tahun. Hal tersebut berdampak pada kebutuhan benih tanaman yang semakin meningkat. Salah satu cara penyediaan benih secara massal adalah melalui perbanyakan klonal secara in vitro sehingga perlu dilakukan studi kualitas regeneran hasil perbanyakan klonal untuk menjamin ketersediaan benih dengan kualitas baik. Penelitian bertujuan menguji kualitas regeneran yang dihasilkan dari perbanyakan klonal secara in vitro beberapa varietas Phalaenopsis dengan menggunakan eksplan yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Kebun Percobaan Segunung, Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) sejak bulan Januari 2014 hingga Mei 2015. Penelitian menggunakan dua faktor, yaitu varietas (Ayu Lestari, Ayu Pratiwi, dan Karindra) dan jenis eksplan (tangkai infloresen, tunas pucuk, dan empulur). Percobaan disusun menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dan setiap perlakuan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukan tidak terjadi interaksi yang nyata antara faktor jenis eksplan dan varietas yang diujikan pada semua tahap percobaan. Respon terbaik diperoleh pada eksplan empulur dengan 42,85% eksplan berhasil membentuk kalus pada minggu ke-8 dan hampir 100% kalus tersebut dapat beregenerasi menjadi tunas pada minggu ke-24 dengan tingkat multiplikasi tunas 1,87 kali. Pada minggu ke-32 terbentuk rata-rata 3,13 daun per planlet dengan 2,47 cm panjang daun, 1,36 cm lebar daun, 1,52 akar per planlet, dan panjang akar per planlet mencapai 1,26 cm. Kerapatan stomata memiliki korelasi negatif dengan tingkat abnormalitas planlet. Planlet dengan kerapatan stomata tertinggi dan abnormalitas yang rendah diperoleh pada var. Karindra dan planlet yang berasal dari eksplan empulur dan tunas pucuk. Setelah 8 minggu tahap aklimatisasi, tingkat keberhasilan hidup tertinggi (92%) diperoleh pada tunas yang berasal dari eksplan empulur. Penelitian membuktikan bahwa perbedaan varietas tidak memiliki pengaruh nyata pada tingkat abnormalitas regeneran dan dari eksplan empulur diperoleh jumlah regeneran tertinggi dengan kualitas baik (tingkat abnormalitas rendah).KeywordsKultur jaringan; Kualitas regeneran; Phalaenopsis; Jenis eksplantAbstractPhalaenopsis orchids have a high commercial value, because of its beauty and it can be enjoyed throughout the year. This condition gives the impact on the increasing demand of the seeds. One of the ways of providing mass seeds is through in vitro clonal propagation. However, it is necessary to study the quality of regenerants of clonal propagation products to ensure the availability of qualified seeds. The aimed of this study was to test the quality of regenerants obtained from in vitro clonal propagation of Phalaenopsis using inflorescence stalk, shoot tips, and pith explants. This research was conducted at Tissue Culture Laboratory, Segunung Experimental Station, Indonesian Ornamental Crops Research Institute (IOCR","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130320417","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Pemilihan Tetua Persilangan pada Kubis (Brassica oleracea var. capitata) melalui Analisis Keragaman Genetik [Parental Line Selection in Cabbage (Brassica oleracea var. capitata) through Genetic Diversity Analysis]
Jurnal Hortikultura Pub Date : 2019-05-17 DOI: 10.21082/JHORT.V28N1.2018.P33-40
N. Izzah, nFN Reflinur
{"title":"Pemilihan Tetua Persilangan pada Kubis (Brassica oleracea var. capitata) melalui Analisis Keragaman Genetik [Parental Line Selection in Cabbage (Brassica oleracea var. capitata) through Genetic Diversity Analysis]","authors":"N. Izzah, nFN Reflinur","doi":"10.21082/JHORT.V28N1.2018.P33-40","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/JHORT.V28N1.2018.P33-40","url":null,"abstract":"Kubis (Brassica oleracea var. capitata) merupakan salah satu jenis sayuran yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Untuk meningkatkan hasil panen kubis tiap tahunnya perlu didukung oleh tersedianya varietas unggul yang tahan penyakit, terutama penyakit busuk hitam dan akar gada yang dapat menggagalkan panen. Metode yang dapat diaplikasikan untuk merakit varietas unggul adalah melalui persilangan. Penelitian ini bertujuan untuk memilih kombinasi tetua persilangan yang ideal pada tanaman kubis melalui analisis keragaman genetik menggunakan marka SSR (Simple Sequence Repeats). Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2013 di laboratorium Functional Crop Genomics and Biotechnology, Seoul National University, Korea Selatan menggunakan 16 genotipe kubis yang diperoleh dari perusahaan benih Joeun, Korea Selatan. Keragaman genetik 16 genotipe kubis dianalisis menggunakan 35 marka SSR polimorfik, dan selanjutnya digunakan untuk menentukan keragaman genetik berdasarkan metode UPGMA. Nilai jarak genetik antar genotipe diperoleh berdasarkan rumus 1-nilai kesamaan genetik. Hasil analisis keragaman genetik membagi 16 genotipe kubis menjadi dua kelompok heterotik utama pada nilai kesamaan genetik 65,2%. Berdasarkan hasil analisis keragaman genetik dan nilai jarak genetik diperoleh empat kombinasi tetua persilangan ideal, yaitu genotipe IMO-03 vs IMO-08 (nilai jarak genetik 43%) dan IMO-03 vs IMO-10 (nilai jarak genetik 39%) untuk karakter ketahanan terhadap penyakit busuk hitam, serta genotipe IMO-18 vs IMO-10 dan IMO-17 vs IMO-10 dengan nilai jarak genetik masing-masing 45% dan 44% untuk karakter ketahanan terhadap penyakit akar gada. Keempat kombinasi tetua tersebut dipilih karena terletak pada kelompok heterotik berbeda serta mempunyai nilai jarak genetik yang jauh sehingga diharapkan dapat meningkatkan peluang heterosis pada progeni yang dihasilkan.KeywordsBrassica oleracea var. capitata; Genotipe; Keragaman genetik; Kubis; Pemilihan tetuaAbstractCabbage (Brassica oleracea var. capitata) is one of vegetable that has high economic value. The availability of high-yielding varieties that are resistant to some diseases, particularly black rot and clubroot disease is needed in order to increase cabbage yield per year. The method which can be applied to assemble new varieties is through crossbreeding program. The objective of this research was to select the ideal combination of parental lines in cabbage through analysis of genetic diversity by using SSR markers (Simple Sequence Repeats). The research was conducted from February to May 2013 in the laboratory of Crop Functional Genomics and Biotechnology, Seoul National University, South Korea using 16 cabbage genotypes obtained from Joeun seed company, South Korea. The genetic diversity of 16 cabbage genotypes were analyzed using 35 polymorphic SSR markers, and then used to determine the genetic diversity based on UPGMA method. Meanwhile, genetic distance value among cabbage genotypes obtained by the form","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"1998 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132476625","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Deteksi Penyakit Virus Pada Bawang Merah Asal Kabupaten Brebes dan Cirebon dan Daerah Pencarnya Menggunakan Teknik RT-PCR (Detection of Viral Diseases on Shallot from Brebes and Cirebon Districts and their Spread Using the RT-PCR Techniques)
Jurnal Hortikultura Pub Date : 2019-05-17 DOI: 10.21082/JHORT.V28N2.2018.P229-238
Neni Gunaeni, A. K. Karyadi, W. Adiyoga
{"title":"Deteksi Penyakit Virus Pada Bawang Merah Asal Kabupaten Brebes dan Cirebon dan Daerah Pencarnya Menggunakan Teknik RT-PCR (Detection of Viral Diseases on Shallot from Brebes and Cirebon Districts and their Spread Using the RT-PCR Techniques)","authors":"Neni Gunaeni, A. K. Karyadi, W. Adiyoga","doi":"10.21082/JHORT.V28N2.2018.P229-238","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/JHORT.V28N2.2018.P229-238","url":null,"abstract":"Bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) merupakan salah satu komoditas penting sayuran. Salah satu masalah yang dihadapi dalam budidaya bawang merah adalah adanya penyakit yang disebabkan oleh virus yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil. Penelitian bertujuan mengetahui kelompok virus yang menginfeksi bawang merah dan daerah pencarnya di Kabupaten Brebes dan Cirebon. Kegiatan dilakukan dengan pengambilan sampel tanaman pada bulan September 2013 (musim kemarau) dan April 2014 (musim hujan). Identifikasi virus dilakukan di Laboratorium Virologi Balai Penelitian Tanaman Sayuran menggunakan teknik RT-PCR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingginya insiden gejala virus bergantung pada pola tanam, penggunaan varietas, umur tanaman, dan kondisi lingkungan di sekitar tanaman, (2) umumnya petani di Kabupaten Brebes dan Cirebon menanam bawang merah varietas Bima Curut, (3) daerah pencar kelompok Potyvirus, Allexivirus, dan Carlavirus cukup luas di Kabupaten Brebes dan Cirebon, (4) terdeteksi dari kelompok sampel Kabupaten Brebes Potyvirus 92,30%, Allexivirus 92,50%, dan Carlavirus 99%, dan (5) terdeteksi dari kelompok sampel asal Kabupaten Cirebon Potyvirus 96,43%, Allexivirus 96,15%, dan Carlavirus 93%. Implikasi dari infeksi ketiga kelompok virus tersebut pada tanaman bawang merah dapat menurunkan produksi 21,57–54,90%.KeywordsAllium cepa var. ascalonicum; Deteksi; Potyvirus; Allexivirus; CarlavirusAbstractShallot (Allium cepa var. ascalonicum) is one of the important vegetable commodity. The problems encountered in the cultivation of shallot is the disease caused by a virus which can reduce the quality and yield quantity. This study aimed to determine the group of viruses that infect shallot and geographycal distribution in Brebes and Cirebon Districts. The activities carried out by plant sampling in September 2013 (dry season) and April 2014 (rainy season). Identification of virus carried in the Virology Laboratory of Indonesian Vegetables Research Institute to perform testing using RT-PCR. The results showed that: (1) the high incidence of viral symptoms depend on cropping patterns, use of improved varieties, plant age, environmental conditions around the plant, (2) generally famers in Brebes and Cirebon Districts planted Bima Curut varieties, (3) geographycal distribution Potyvirus group, Allexivirus, and Carlavirus quite extensive in Brebes and Cirebon regions, (4) detected viruses from samples of Brebes District : Potyvirus group 92.30%, Allexivirus 92.50%, and Carlavirus 99%, and (5) detected viruses from samples of Cirebon District : Potyvirus group 96.43%, Allexivirus 96.15%, and Carlavirus 93%. The implications of the infection of the above three groups of viruses on the plant can decrease the production of shallots 21.57–51.90%.","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132487204","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
PenerapanTeknologi Input Luar Rendah Pada Budidaya Cabai Merah untuk Mengurangi Penggunaan Pupuk dan Pestisida Sintetik (Implementation of Low External Input Technology for Chili Pepper Cultivation to Reduce Fertilizer and Synthetic Pesticide)
Jurnal Hortikultura Pub Date : 2019-05-17 DOI: 10.21082/JHORT.V28N1.2018.P113-122
W. Setiawati, Agus Muharam, Agus Susanto, E. Boes, A. Hudayya
{"title":"PenerapanTeknologi Input Luar Rendah Pada Budidaya Cabai Merah untuk Mengurangi Penggunaan Pupuk dan Pestisida Sintetik (Implementation of Low External Input Technology for Chili Pepper Cultivation to Reduce Fertilizer and Synthetic Pesticide)","authors":"W. Setiawati, Agus Muharam, Agus Susanto, E. Boes, A. Hudayya","doi":"10.21082/JHORT.V28N1.2018.P113-122","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/JHORT.V28N1.2018.P113-122","url":null,"abstract":"Penggunaan input produksi yang tinggi seperti pupuk dan pestisida pada budidaya cabai merah merupakan ancaman yang serius terhadap kesehatan dan lingkungan. Salah satu teknologi alternatif yang semakin sering dijajagi penerapannya adalah teknologi low external input technology (LEIT). Kelebihan teknologi LEIT adalah menggunakan bahan agro kimia secara benar, tepat waktu, dosis dan cara sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air dan udara, produksi tetap tinggi, secara ekonomi menguntungkan dan aman untuk dikonsumsi. Beberapa teknologi yang dapat digunakan dalam teknologi LEIT di antaranya penggunaan kompos untuk mengurangi pupuk buatan, sistem polikultur, dan penutup tanah dengan kacang - kacangan. Tujuan penelitian adalah menghasilkan LEIT pada budidaya cabai merah dengan memanfaatkan sumber daya hayati (SDH) domestik yang dapat mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida sintetik serta ramah lingkungan mulai dari pengendalian input, pengendalian proses dan quality control. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang dari bulan Maret sampai November 2014. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan sembilan perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diuji adalah kombinasi dari varietas, bahan organik dan NPK, sistem tanam dan pengendalian OPT serta teknologi konvensional sebagai pembanding. Hasil menunjukkan bahwa penerapan LEIT (30 ton kompos PKSTT, NPK 625 kg/ha, penggunaan ATECU berdasarkan ambang pengendalian, biopestisida BPP pegunungan pada saat berbunga dan tumpangsari antara cabai merah dan buncis tegak) memberikan hasil terbaik untuk budidaya cabai merah ramah lingkungan. Penerapan teknologi LEIT tersebut dapat menekan penggunaan pupuk NPK sebesar 37,5%, penggunaan pestisida 50 – 60%, produksi tetap tinggi (9,49 ton/ha), meningkatkan pendapatan 27,71%, aman terhadap predator M. sexmaculatus dan ramah lingkungan.KeywordsCapsicum annuum; LEIT; Ramah lingkunganAbstractChili pepper cultivation reliance on synthetic-chemical fertilizers and pesticides is having serious impacts on health and the environment. Low external input technology (LEIT) was one of technology which recently can be applied. It does not mean the elimination of these materials. Yields are maintained through greater emphasis on cultural practices, IPM, and utilization of on-farm resources and management such as legume cover crops, cropping system and compost can supply the total nitrogen requirements, biopesticide to reduce the use of the chemical pesticide. These technology reduced environmental degradation, maintain agricultural productivity, promote economic viability in both the short and long term and maintain stable rural communities and quality of life. The objectives were to produce LEIT on the chili pepper cultivation that using biological resources which can reduce the need for domestic fertilizers and synthetic pesticides safe for consumption and environmentally friendly from the input co","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122746750","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 3
Elastisitas Penawaran Output dan Permintaan Input Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Elasticity of Output Supply and Input Demand of Shallot Farming in Demak District, Central Java)
Jurnal Hortikultura Pub Date : 2019-05-17 DOI: 10.21082/JHORT.V28N2.2018.P281-288
D. Sahara, nFN Chanifah
{"title":"Elastisitas Penawaran Output dan Permintaan Input Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Elasticity of Output Supply and Input Demand of Shallot Farming in Demak District, Central Java)","authors":"D. Sahara, nFN Chanifah","doi":"10.21082/JHORT.V28N2.2018.P281-288","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/JHORT.V28N2.2018.P281-288","url":null,"abstract":"Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai peran strategis bagi perekonomian Indonesia. Untuk meningkatkan produksi bawang merah, petani menggunakan beberapa input produksi. Perubahan harga bawang merah akan berdampak pada penawaran output dan permintaan input. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan harga output dan harga input terhadap penawaran output dan permintaan input usahatani bawang merah di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan di Desa Raji, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak pada bulan September – Desember 2016. Penelitian menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui metode survey terhadap 30 responden. Data dianalisis dalam bentuk pangsa permintaan input dengan metode Seemingly Unrelated Regression (SUR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penawaran bawang merah elastis terhadap perubahan harga bawang merah dan harga umbi benih, namun kurang elastis terhadap perubahan upah tenaga kerja, serta tidak elastis terhadap perubahan harga pupuk. Permintaan input (umbi benih, pupuk, dan tenaga kerja) bersifat elastis terhadap harga masing-masing input tersebut, dan sebagian besar bersifat inelastis terhadap harga input lainnya. Oleh karena itu untuk meningkatkan penawaran bawang merah, pemerintah seyogyanya mampu menjaga stabilisasi harga bawang merah dan mendorong menggunakan biji bawang merah (true seed shallot) sebagai alternatif untuk mengurangi pemakaian benih umbi bawang merah.KeywordsBawang merah; Perubahan harga; Penawaran output; Permintaan inputAbstractShallot is one of the vegetable crops that have a strategic role for the Indonesian economy. To increase the production of shallot, the farmers using several of input production. Changes of shallot would have an impact to output supply and input demand. This study aimed to determine the effect of changes in input and output prices to output supply and input demand of shallot farming. The study was conducted in Raji Village, Demak Subdistrict, Demak District in September - December 2016.  Primary data was collected through survey method by interviewing 30 respondents. The data was analyzed in the form of input demand share by Seemingly Unrelated Regression (SUR) method.  The results showed that supply of shallot is elastic to the price changes of shallot and price of seed bulbs, but less elastic to changes in labor wages and inelastic to changes in fertilizer prices. Demand for production input is elastic to the price of each input, and are largely inelastic with respect to other input prices. Therefore, to increase the shallot supply, the Government should be able to maintain the stabilization of shallot prices and encourage the use of true seed shallot as an alternative to reduce the use of shallot seeds.","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133665753","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
相关产品
×
本文献相关产品
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信