{"title":"The Correlational Relationship between Residential Satisfaction, Place Attachment, and Intention to Move: A Preliminary Study in Belawan, Medan","authors":"A. T. Widya, H. E. Kusuma, Rizal Arifin Lubis","doi":"10.5614/jpwk.2019.30.3.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/jpwk.2019.30.3.2","url":null,"abstract":"Intention to move is an attitude affected by dissatisfaction toward one’s residence. However, there is no clear correlation between the mediating variable of residential satisfaction and intention to move. The bond or attachment towards a place is one of the factors that cause a person’s attitude or behavior. Regarding such a case, this study aimed to find out the correlational relationship between the level of satisfaction and place attachment to the attitude of intention to move. By using a mixed-method approach, this study examined the assessment of physical and non-physical aspects of satisfaction and place attachment dimensions. The research was conducted in Medan Belawan District, Medan City in a slum area that is part of a suburb of Medan. Questionnaires were distributed both directly in the field and online. The collected data were analyzed by principal component analysis and multivariate correlation analysis to seek the relationship between latent variables. The results showed that functional and cognitive attachment are the main predictors of mismatch and opportunities elsewhere. Abstrak. Keinginan pindah merupakan sikap yang dipengaruhi oleh ketidakpuasan seseorang terhadap tempat tinggal. Namun, belum ada korelasi yang jelas antara variabel mediasi kepuasan bermukim dan keinginan pindah. Ikatan atau keterikatan terhadap suatu tempat berperan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi sikap atau perilaku seseorang. Sehubung dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan korelasional antara tingkat kepuasan dan keterikatan tempat dengan sikap keinginan untuk pindah. Dengan menggunakan pendekatan metode campuran, penelitian ini menguji penilaian aspek fisik dan non-fisik dari kepuasan bermukim dan dimensi keterikatan tempat. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan yang merupakan daerah kumuh pinggiran kota. Kuesioner didistribusikan secara langsung di lapangan maupun online. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan analisis komponen utama dan analisis korelasi multivariat untuk mencari hubungan antara variabel laten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterikatan fungsional dan kognitif merupakan prediktor utama ketidakbetahan dan peluang pindah. Kata kunci. Keterikatan kognitif, keterikatan fungsional, keinginan untuk pindah, kepuasan bermukim.","PeriodicalId":41870,"journal":{"name":"Journal of Regional and City Planning","volume":"30 1","pages":"191-210"},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2019-12-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46726739","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Place, Space and Identity Through Greening in Kampung Kota","authors":"B. Putra, R. Horne, J. Hurley","doi":"10.5614/jpwk.2019.30.3.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/jpwk.2019.30.3.3","url":null,"abstract":"As an integral part of the urban landscape in Indonesian cities, kampung kota (urban villages) provide shelter for many marginalised urban dwellers. The presence of green open space in kampung kota has multiple meanings, one of which is the significance it has for the socio-cultural identity of the inhabitants. This article explores the meaning of green open space for kampung dwellers and how it fits in the dynamics of space creation in kampung kota. The methodology employed in this research was a qualitative approach, which was applied in two case studies of separate communities in South Jakarta to understand the meaning of space from their perspective. Based on the findings, green open space plays a significant role in building a community’s identity through shared memories and communally agreed images of the neighbourhood, thus confirming the importance of the community in place-making processes in kampung kota. Abstrak. Sebagai bagian integral dari lanskap perkotaan di kota-kota Indonesia, kampung kota (desa kota) menyediakan tempat berteduh bagi banyak penduduk kota yang terpinggirkan. Kehadiran ruang terbuka hijau di kampung kota memiliki banyak makna, salah satunya adalah signifikansinya bagi identitas sosial-budaya penduduk. Artikel ini mengeksplorasi makna ruang terbuka hijau bagi penghuni kampung dan bagaimana ruang itu sesuai dengan dinamika penciptaan ruang di kampung kota. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yang diterapkan dalam dua studi kasus komunitas terpisah di Jakarta Selatan untuk memahami makna ruang dari perspektif mereka. Berdasarkan temuan tersebut, ruang terbuka hijau memainkan peran penting dalam membangun identitas komunitas melalui ingatan bersama dan gambar yang disepakati bersama tentang lingkungan, sehingga menegaskan pentingnya masyarakat dalam proses pembuatan tempat di kampung kota. Kata kunci. Identitas, kampung kota, komunitas, pembuatan tempat.","PeriodicalId":41870,"journal":{"name":"Journal of Regional and City Planning","volume":"30 1","pages":"211-223"},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2019-12-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48651851","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"The Emergence of International Urban Planning and Design Firms in China from an OLI Perspective","authors":"Hyung Min Kim, A. Kent","doi":"10.5614/jpwk.2019.30.2.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/jpwk.2019.30.2.3","url":null,"abstract":"There has been high demand for planning and design services at various scales in Chinese cities. International urban planning and design (UPD) firms have taken some of these opportunities. Despite the direct relevance of UPD industries for urbanisation and the important role of international UPD firms, little attention has been paid to their spatial and operational strategies. What are the drivers for international UPD firms appearing in China? What role have they played in China’s urbanisation? This research analysed the overall trend of international UPD firms operating in China based on an extensive survey and in-depth interviews with a number of these firms. The findings suggest that the emergence of international UPD firms is largely attributable to planning system reform and internal and global forces that can be understood by the advantages that comprise the OLI framework (ownership-, location-, and internalisation-specific advantages). Ownership-specific advantages such as high-quality urban planning and design skills are the most important element for these firms, contributing to globalised urbanisation. A high locational concentration of the international UPD firms has been observed in the largest Chinese cities, i.e. Shanghai and Beijing. The establishment of international UPD offices is not limited to single Chinese cities but is spreading as further opportunities are sought in and beyond China. Abstrak. Ada permintaan tinggi untuk layanan perencanaan dan desain di berbagai skala di kota-kota Cina. Perusahaan Perencanaan dan Perancangan Kota (PPK) Internasional telah menangkap beberapa peluang ini. Terlepas dari relevansi langsung industri-industri PPK dengan urbanisasi dan peran signifikan perusahaan-perusahaan PPK internasional, sedikit perhatian diberikan pada strategi spasial dan operasional mereka. Apakah yang mendorong kemunculan PPK internasional di Cina? Peran apa yang telah mereka mainkan dalam urbanisasi Tiongkok? Penelitian ini menganalisis tren keseluruhan perusahaan PPK internasional yang beroperasi di Cina dengan survei ekstensif dan studi kasus melalui wawancara mendalam dengan perusahaan. Temuannya menunjukkan bahwa munculnya perusahaan-perusahaan PPK internasional sebagian besar disebabkan oleh perencanaan reformasi sistem dan kekuatan internal dan global yang dapat dipahami dengan menggunakan kerangka kerja OLI (kepemilikan-, lokasi-, dan keuntungan internalisasi khusus). Keuntungan khusus kepemilikan seperti perencanaan kota dan keterampilan desain berkualitas tinggi adalah unsur yang paling penting bagi perusahaan-perusahaan ini yang berkontribusi terhadap urbanisasi global. Konsentrasi lokasi perusahaan-perusahaan PPK internasional yang tinggi telah diamati di kota-kota Cina terbesar seperti Shanghai dan Beijing. Pembentukan kantor-kantor PPK internasional tidak terbatas pada satu kota di Cina tetapi menyebar ketika peluang lebih lanjut dicari di dalam dan luar Cina. Kata Kunci. Perusahaan perencanaan dan peranca","PeriodicalId":41870,"journal":{"name":"Journal of Regional and City Planning","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2019-08-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42184548","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Yogi Makbul, Uly Faoziyah, Sudrajati Ratnaningtyas, B. Kombaitan
{"title":"Infrastructure Development and Food Security in Indonesia: The Impact of the Trans-Java Toll Road on Rice Paddy Farmers’ Desire to Sell Farmland","authors":"Yogi Makbul, Uly Faoziyah, Sudrajati Ratnaningtyas, B. Kombaitan","doi":"10.5614/jpwk.2019.30.2.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/jpwk.2019.30.2.4","url":null,"abstract":"This paper addresses the implications of infrastructure development for regional food security. The development of the Trans-Java toll road threatens food security in Indonesia, especially in the northern part of Java, the largest producer of rice paddy in the country. This development can raise land prices near the toll road, particularly near the toll gates, which tends to encourage farmers to sell their farmland. Thus, farmland will likely be converted to non-agricultural uses. The farmers’ decisions have a major influence on food security, related not only to a decline in productive agricultural land area but also related to the ability of the region to supply rice to other parts of the country. This research analyzed the characteristics of rice paddy farmers who desire to sell their farmland. Using the Mann-Whitney U test statistical technique this research focused on Gantar District, the highest paddy producing district in Indramayu Regency, which is passed by the Trans-Java toll road. The respondents were farmers who were members of farmers’ groups in the area; the sample was selected using random cluster sampling. The results show that farmers who desire to sell their farmland are those who can get a high price for their farmland, have low income, and are less active in farmers’ groups. From these results, we suggest that the government should more actively implement programs to make farmers’ groups more attractive in order to ensure that the members will be more active, thereby facilitating the promotion of the importance of food security in Indonesia. Abstrak. Makalah ini membahas implikasi pembangunan infrastruktur untuk ketahanan pangan regional. Perkembangan jalan tol Trans-Jawa mengancam ketahanan pangan di Indonesia, terutama lahan sawah di Jawa utara yang merupakan penghasil padi terbesar di Indonesia. Ini dapat menaikkan harga tanah di dekat jalan, terutama di dekat gerbang tol dan cenderung mendorong petani untuk menjual tanah pertanian mereka, sehingga kemungkinan akan mengubah lahan pertanian menjadi kegiatan non-pertanian. Keputusan petani ini memiliki pengaruh besar pada ketahanan pangan, terkait tidak hanya dengan penurunan lahan pertanian produktif, tetapi juga pada kemampuan daerah untuk memasok beras ke daerah lain. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis karakteristik petani padi yang ingin menjual tanah pertanian mereka. Dengan menggunakan teknik statistik uji Mann-Whitney U, penelitian ini berfokus pada Kabupaten Gantar, kabupaten penghasil padi tertinggi di Kabupaten Indramayu yang dilewati oleh jalan tol Trans-Jawa. Responden adalah petani yang merupakan anggota kelompok petani di daerah tersebut, dan sampel dipilih menggunakan cluster random sampling. Hasilnya menunjukkan bahwa petani yang ingin menjual tanah pertanian mereka adalah mereka yang dapat mendapatkan harga tinggi untuk tanah pertanian mereka, berpenghasilan rendah, dan kurang aktif dalam kelompok tani. Dari hasil ini, kami menyara","PeriodicalId":41870,"journal":{"name":"Journal of Regional and City Planning","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2019-08-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44882333","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Regional Development or Regional Policies? A Review of 60 Years of Regional Planning and Development in Pre and Post Islamic Revolution Iran","authors":"M. Pajoohan","doi":"10.5614/jpwk.2019.30.2.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/jpwk.2019.30.2.2","url":null,"abstract":"Since the emergence of planning thought 90 years ago, planning and development in Iran has always been a subject of active debate. Despite this long history, the centralized planning system has never been able to promote development that is consistent with the advantages and disadvantages of the regions, hence the evident imbalance in regional development of the country. This article aims to investigate the obstacles to regional development in Iran before and after the 1979 revolution, using a descriptive-analytic methodology. The results show that the main obstacle in regional development in the country lies in its centralized management and planning system, having led to serious barriers such as a sectoral approach in regional planning and management system, lack of a legal status for regional development, dependence on oil revenues, and lack of data and information resources. Abstrak. Sejak kemunculan pemikiran perencanaan 90 tahun yang lalu, perencanaan dan pembangunan di Iran selalu menjadi subjek perdebatan yang aktif. Terlepas dari sejarah yang panjang ini, sistem perencanaan yang sentralistik tidak pernah mampu mempromosikan pembangunan yang konsisten dengan kekuatan dan kelemahan wilayah tersebut, dan juga pengembangan wilayah yang timpang di negara tersebut. Artikel ini bertujuan untuk menyelidiki hambatan dalam pengembangan wilayah di Iran sebelum dan sesudah revolusi 1979, menggunakan metodologi deskriptif-analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan utama dalam pengembangan wilayah di negara ini terletak pada sistem manajemen dan perencanaan yang terpusat, yang menyebabkan hambatan serius seperti pendekatan sektoral dalam perencanaan wilayah dan sistem manajemen, kurangnya dasar hukum untuk pengembangan wilayah, ketergantungan pada pendapatan minyak, dan kurangnya sumber daya data dan informasi. Kata Kunci. Perencanaan dan pengembangan wilayah, hambatan dan rintangan, sistem perencanaan nasional, Iran.","PeriodicalId":41870,"journal":{"name":"Journal of Regional and City Planning","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2019-08-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48072447","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Communication to Find Water Intake Location within Public Private Partnership between Tangerang Government Authority and PT Aetra Air Tangerang","authors":"B. Naipospos, A. Paramita","doi":"10.5614/JPWK.2019.30.2.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/JPWK.2019.30.2.5","url":null,"abstract":"This article aimed to explore an effective communicative planning approach in infrastructure development using the PPP scheme, incorporating the complementary concepts of communicative planning and critical pragmatism. From 2005 to 2007, an epidemic disease severely threatened the District of Tangerang, which was found to be caused by poor water quality and improper clean water management. The limited local government budget and capability was a double issue that encouraged the participation of the private sector in building a drinking water infrastructure by using a public private partnership (PPP) scheme. One of the scopes of the project was finding the best tapping intake location for the Drinking Water Supply System (SPAM – Sistem Penyediaan Air Minum). Rather than being simply an infrastructure project, PPP is a complex field of power relations among actors and groups, since it is implemented across institutions and jurisdictions. It took three years of intensive communication between governments, private parties, and lawmakers from the district, the provincial, and the national level. Both primary and secondary data were analyzed with a qualitative approach to gain a deeper understanding of the case study. The result showed that to make the PPP scheme successful, the planners involved in the PPP team dealt with power imbalances by creating networks with the other actors and making them engaged in bargaining processes to reach the desired agreements. Abstrak. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi pendekatan perencanaan komunikatif yang efektif dalam pengembangan infrastruktur dengan menggunakan skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) melalui penelitian perencanaan komunikasi praktis di Indonesia. Dari tahun 2005 hingga 2007 suatu penyakit epidemik diare menyerang parah Kabupaten Tangerang yang disebabkan oleh buruknya kualitas air dan pengelolaan air bersih yang tidak tepat. Terbatasnya anggaran pemerintah daerah dan ketidak-mampuan anggaran adalah dua masalah besar yang mendorong perlunya partisipasi sektor swasta untuk membangun infrastruktur air bersih melalui skema KPBU. Salah satu masalah pelik yang menjadi fokus ruang lingkup penelitian ini adalah bagaimana menentukan lokasi pengambilan sadapan air untuk Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Menentukan lokasi tempat penyadapan air dalam proyek KPBU adalah suatu hal yang rumit karena berhubungan dengan kekuasaan antar berbagai aktor dan kelompok. Diperlukan sekitar tiga tahun untuk berkomunikasi secara intensif antara pemerintah, swasta, legislatif baik di tingkat kabupaten, provinsi, dan pusat. Data primer dan sekunder telah dianalisis dengan metoda pendekatan kualitatif untuk menelusuri dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam untuk kasus studi. Hasilnya menunjukkan bahwa untuk menyukseskan kesepakatan dimana tempat lokasi penyadapan air disepakati dalam skema KPBU, para perencana yang ada dalam tim KPBU harus mengatasi adanya ketidakseimbangan kekuatan dan kekuasaan anta","PeriodicalId":41870,"journal":{"name":"Journal of Regional and City Planning","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2019-08-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49347479","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Inclusiveness in Urban Theory and Urban-Centred International Development Policy","authors":"T. Bunnell","doi":"10.5614/JPWK.2019.30.2.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/JPWK.2019.30.2.1","url":null,"abstract":"Issues of inclusiveness are prominent today in both urban theory and in international urban development policy. Within the academy over the past decade, an influential strand of scholarship has sought to decentre urban theory from a relatively small and canonical set of cities, mostly in Western Europe and North America. This postcolonial urban studies work has argued that there is a need for ‘new geographies of theory’ that are more inclusive of the experiences of cities in other world regions (Roy, 2009). In increasingly urban-centred international development policy, meanwhile, inclusion is now rhetorically central to conceptions of better futures and appropriate ways of realizing them. The words ‘inclusive’, ‘inclusion’ and ‘inclusivity’ appear dozens of times across the 24 pages of the New Urban Agenda (NUA) document. In this paper, I consider what is understood by inclusiveness in both postcolonial urban studies and in the NUA, before examining the latter in the light of recent scholarly critique. Abstrak. Masalah inklusivitas saat ini menonjol dalam teori perkotaan dan kebijakan pembangunan perkotaan internasional. Dalam diskusi akademis selama dekade terakhir, sejumlah penelitian penting telah berusaha untuk mendesentralisasikan teori perkotaan dari serangkaian kota yang relatif kecil dan kanonik yang kebanyakan bersumber dari Eropa Barat dan Amerika Utara. Studi perkotaan postkolonial ini berpendapat bahwa ada kebutuhan akan ‘geografi baru teori’ yang lebih inklusif terhadap pengalaman kota-kota di wilayah dunia lain (Roy, 2009). Dalam kebijakan pembangunan internasional yang semakin terpusat di perkotaan, sementara itu, inklusi sekarang secara retoris dianggap penting dalam konsepsi tentang masa depan yang lebih baik dan cara-cara yang tepat untuk merealisasikannya. Kata-kata ‘inklusif’, ‘inklusi’ dan ‘inklusivitas’ muncul puluhan kali di sepanjang 24 halaman dokumen Agenda Baru Perkotaan (NUA). Dalam makalah ini, saya menelaah apa sesungguhnya yang dimaksud sebagai inklusivitas dalam studi perkotaan pascakolonial dan NUA, sebelum membahas NUA dalam konteks kritik ilmiah baru-baru ini. Kata Kunci. Agenda Baru Perkotaan, Habitat III, inklusi, pengucilan sosial, teori urban pascakolonial.","PeriodicalId":41870,"journal":{"name":"Journal of Regional and City Planning","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2019-08-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45909401","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"The Shaping of Form and Structure in Informal Settlements: A Case Study of Order and Rules in Lebak Siliwangi, Bandung, Indonesia","authors":"Paul Jones","doi":"10.5614/JPWK.2019.30.1.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/JPWK.2019.30.1.4","url":null,"abstract":"This paper explores the relations between order and informality by focusing on the rules by which the physical form and structure evolve and is shaped in informal settlements. Central to improved planning and management of informal settlements and the city generally is a deeper understanding of what constitutes order and the underlying rules by which the physical ordering of densely populated informal settlements takes place. This is important as the existing spatial and related patterns in informal settlements are portrayed as chaotic, dysfunctional, and unplanned, with many residents seen as a source of social problems to be ‘fixed’ by physical solutions. Such negative stenotypes strongly influence the nature of ‘top-down’ policies underpinning upgrading programs. Using a case study of kampung Lebak Siliwangi in northern Bandung, Indonesia, this paper contextualizes notions of local and ‘bottom up’ order by identifying the rules by which the physical order and resulting spatial patterns unfold. The notion of order as seen in Lebak Siliwangi is locally self-made, not top-down, with the layout and arrangement of the complex urban fabric defined by clear patterns of sequencing and a systematic aggregation of adaptations. In this setting, the paper identifies the contextual rules, principles and activities that shape the form and structure of settlement in Lebak Siliwangi with a focus on settlement structure, public/private interface form types, and the nature of progressive change to housing. Abstrak. Makalah ini mengeksplorasi hubungan antara keteraturan dan informalitas dengan fokus pada aturan-aturan dimana bentuk fisik dan struktur berkembang dan dibentuk dalam permukiman informal. Hal yang penting dalam perencanaan dan pengelolaan permukiman informal dan kota pada umumnya adalah pemahaman yang lebih dalam tentang apa yang merupakan keteraturan dan aturan yang mendasari dimana keteraturan fisik dari permukiman informal yang padat terjadi. Ini penting karena pola spasial dan terkait yang ada di permukiman informal digambarkan sebagai kacau, disfungsional, dan tidak terencana, dengan banyak penduduk dipandang sebagai sumber masalah sosial yang harus 'diperbaiki' dengan solusi fisik. Stenotip negatif semacam itu sangat memengaruhi sifat kebijakan 'top-down' yang mendukung program peningkatan. Dengan menggunakan studi kasus pada kampung Lebak Siliwangi di Bandung bagian utara, Indonesia, makalah ini mengontekstualisasi gagasan tatanan lokal dan 'bottom up' dengan mengidentifikasi aturan-aturan yang dengannya tatanan fisik dan pola spasial yang dihasilkan berkembang. Gagasan keteraturan seperti yang terlihat di Lebak Siliwangi adalah buatan lokal, bukan top-down, dengan tata letak dan pengaturan struktur perkotaan yang rumit yang ditentukan oleh pola pengurutan yang jelas dan agregasi adaptasi yang sistematis. Dalam situasi ini, makalah ini mengidentifikasi aturan kontekstual, prinsip dan kegiatan yang membentuk bentuk dan struktur pemukiman di Leb","PeriodicalId":41870,"journal":{"name":"Journal of Regional and City Planning","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2019-04-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43709360","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"The Labor Motivation of Rural Women in Newly Developed Urban Satellites: The Case of Izmir, Turkey","authors":"M. Kural","doi":"10.5614/JPWK.2019.30.1.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/JPWK.2019.30.1.3","url":null,"abstract":"While urban developers plan to mobilize residents by reinforcing middle-class values, including settling them into urban satellites and offering career development courses, residents feel pleased with the housing opportunities but do not express interest in career advancement courses. From fieldwork observations and in-depth interviews with 35 female residents in a low-income urban satellite neighborhood (Zubeyde Hanim) in Izmir, Turkey, and by focusing on residents’ reactions to career development courses, in this study the residents’ experiences, connections, and desires in the urban renewal process were interpreted. It is argued that the aims of the urban renewal projects were not aligned with the residents’ needs. It was found that urban relocation is a communal process. If the official communication between authorities and the resettled population are designed in such a way that the daily life struggles and needs of the targeted population are taken into account, then the urban renewal programs can be designed and implemented more effectively. Abstrak. Sementara pengembang perkotaan berencana untuk memobilisasi penduduk dengan memperkuat nilai-nilai kelas menengah termasuk memukimkan mereka di kota-kota satelit dan menawarkan kursus pengembangan karir Warga merasa senang dengan peluang perumahan tersebut, tetapi tidak mengekspresikan minat dalam program pengembangan karir. Dari pengamatan lapangan dan wawancara mendalam dengan 35 penduduk perempuan di lingkungan kota satelit berpenghasilan rendah (Zubeyde Hanim) di Izmir, Turki, dan dengan berfokus pada reaksi penduduk terhadap kursus pengembangan karir, dilakukan penafsiran pengalaman, koneksi, dan keinginan dalam proses pembaruan perkotaan. Ditemukan tujuan proyek pembaruan perkotaan tidak selaras dengan kebutuhan warga. Relokasi kota adalah proses komunal. Namun, jika komunikasi resmi antara pihak berwenang dan penduduk yang dimukimkan ulang dirancang sedemikian rupa sehingga perjuangan kehidupan sehari-hari dan kebutuhan populasi yang ditargetkan diperhitungkan maka program pembaruan perkotaan dapat dirancang dan dilaksanakan dengan lebih efektif. Kata Kunci. pembaruan perkotaan, perumahan umum, wanita dan mobilitas sosial, Turki.","PeriodicalId":41870,"journal":{"name":"Journal of Regional and City Planning","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2019-04-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41905929","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Rethinking Temporary Use Coordinators for the Regeneration of Underused Urban Spaces in Seoul","authors":"K. Kim","doi":"10.5614/JPWK.2019.30.1.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/JPWK.2019.30.1.1","url":null,"abstract":"This paper looks into a new policy framework of the Seoul Metropolitan Government that aims to create a new urban governance and use a citizens’ participation as an urban regeneration tool. Particular attention is paid to the transformation process of new urban governance and its contribution to the regeneration process of underused urban spaces in the long term. Using a case study approach, a link was identified between the roles of coordinator groups and the long-term legacy of reuse of underused urban spaces. This trend is contextualised within the hierarchical fiscal mechanism in which new urban programmes are established and implemented. The findings emphasise the constant role of coordinator groups and the significance of the soft content curated by them in the regeneration process of the underused urban spaces in Seoul. Abstrak. Makalah ini melihat kerangka kebijakan baru dari Pemerintah Metropolitan Seoul yang bertujuan untuk menciptakan tata kota baru dan menggunakan partisipasi warga sebagai alat regenerasi perkotaan. Perhatian khusus diberikan kepada proses transformasi pemerintahan kota baru dan kontribusinya terhadap proses regenerasi ruang perkotaan yang kurang dimanfaatkan dalam jangka panjang. Dengan menggunakan pendekatan studi kasus, hubungan telah diidentifikasi antara peran kelompok koordinator dan warisan jangka panjang dari penggunaan kembali ruang perkotaan yang kurang dimanfaatkan. Tren ini dikontekstualisasikan dalam mekanisme fiskal hirarkis di mana program-program urban baru ditetapkan dan diimplementasikan. Temuan ini menekankan peran menerus dari kelompok koordinator dan pentingnya konten lunak yang dikuratori oleh mereka dalam proses regenerasi ruang perkotaan yang kurang dimanfaatkan di Seoul. Kata Kunci. Penggunaan lahan sementara, taktik sehari-hari, koordinator strategis, pemerintahan kota.","PeriodicalId":41870,"journal":{"name":"Journal of Regional and City Planning","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2019-04-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46261285","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}