{"title":"Inclusiveness in Urban Theory and Urban-Centred International Development Policy","authors":"T. Bunnell","doi":"10.5614/JPWK.2019.30.2.1","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Issues of inclusiveness are prominent today in both urban theory and in international urban development policy. Within the academy over the past decade, an influential strand of scholarship has sought to decentre urban theory from a relatively small and canonical set of cities, mostly in Western Europe and North America. This postcolonial urban studies work has argued that there is a need for ‘new geographies of theory’ that are more inclusive of the experiences of cities in other world regions (Roy, 2009). In increasingly urban-centred international development policy, meanwhile, inclusion is now rhetorically central to conceptions of better futures and appropriate ways of realizing them. The words ‘inclusive’, ‘inclusion’ and ‘inclusivity’ appear dozens of times across the 24 pages of the New Urban Agenda (NUA) document. In this paper, I consider what is understood by inclusiveness in both postcolonial urban studies and in the NUA, before examining the latter in the light of recent scholarly critique. Abstrak. Masalah inklusivitas saat ini menonjol dalam teori perkotaan dan kebijakan pembangunan perkotaan internasional. Dalam diskusi akademis selama dekade terakhir, sejumlah penelitian penting telah berusaha untuk mendesentralisasikan teori perkotaan dari serangkaian kota yang relatif kecil dan kanonik yang kebanyakan bersumber dari Eropa Barat dan Amerika Utara. Studi perkotaan postkolonial ini berpendapat bahwa ada kebutuhan akan ‘geografi baru teori’ yang lebih inklusif terhadap pengalaman kota-kota di wilayah dunia lain (Roy, 2009). Dalam kebijakan pembangunan internasional yang semakin terpusat di perkotaan, sementara itu, inklusi sekarang secara retoris dianggap penting dalam konsepsi tentang masa depan yang lebih baik dan cara-cara yang tepat untuk merealisasikannya. Kata-kata ‘inklusif’, ‘inklusi’ dan ‘inklusivitas’ muncul puluhan kali di sepanjang 24 halaman dokumen Agenda Baru Perkotaan (NUA). Dalam makalah ini, saya menelaah apa sesungguhnya yang dimaksud sebagai inklusivitas dalam studi perkotaan pascakolonial dan NUA, sebelum membahas NUA dalam konteks kritik ilmiah baru-baru ini. Kata Kunci. Agenda Baru Perkotaan, Habitat III, inklusi, pengucilan sosial, teori urban pascakolonial.","PeriodicalId":41870,"journal":{"name":"Journal of Regional and City Planning","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5000,"publicationDate":"2019-08-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"9","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Journal of Regional and City Planning","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.5614/JPWK.2019.30.2.1","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"Q4","JCRName":"REGIONAL & URBAN PLANNING","Score":null,"Total":0}
引用次数: 9
Abstract
Issues of inclusiveness are prominent today in both urban theory and in international urban development policy. Within the academy over the past decade, an influential strand of scholarship has sought to decentre urban theory from a relatively small and canonical set of cities, mostly in Western Europe and North America. This postcolonial urban studies work has argued that there is a need for ‘new geographies of theory’ that are more inclusive of the experiences of cities in other world regions (Roy, 2009). In increasingly urban-centred international development policy, meanwhile, inclusion is now rhetorically central to conceptions of better futures and appropriate ways of realizing them. The words ‘inclusive’, ‘inclusion’ and ‘inclusivity’ appear dozens of times across the 24 pages of the New Urban Agenda (NUA) document. In this paper, I consider what is understood by inclusiveness in both postcolonial urban studies and in the NUA, before examining the latter in the light of recent scholarly critique. Abstrak. Masalah inklusivitas saat ini menonjol dalam teori perkotaan dan kebijakan pembangunan perkotaan internasional. Dalam diskusi akademis selama dekade terakhir, sejumlah penelitian penting telah berusaha untuk mendesentralisasikan teori perkotaan dari serangkaian kota yang relatif kecil dan kanonik yang kebanyakan bersumber dari Eropa Barat dan Amerika Utara. Studi perkotaan postkolonial ini berpendapat bahwa ada kebutuhan akan ‘geografi baru teori’ yang lebih inklusif terhadap pengalaman kota-kota di wilayah dunia lain (Roy, 2009). Dalam kebijakan pembangunan internasional yang semakin terpusat di perkotaan, sementara itu, inklusi sekarang secara retoris dianggap penting dalam konsepsi tentang masa depan yang lebih baik dan cara-cara yang tepat untuk merealisasikannya. Kata-kata ‘inklusif’, ‘inklusi’ dan ‘inklusivitas’ muncul puluhan kali di sepanjang 24 halaman dokumen Agenda Baru Perkotaan (NUA). Dalam makalah ini, saya menelaah apa sesungguhnya yang dimaksud sebagai inklusivitas dalam studi perkotaan pascakolonial dan NUA, sebelum membahas NUA dalam konteks kritik ilmiah baru-baru ini. Kata Kunci. Agenda Baru Perkotaan, Habitat III, inklusi, pengucilan sosial, teori urban pascakolonial.
如今,包容性问题在城市理论和国际城市发展政策中都很突出。在过去的十年里,在学术界,一个有影响力的学术分支试图将城市理论从相对较小和规范的城市中分离出来,这些城市主要在西欧和北美。这项后殖民城市研究工作认为,需要“新的理论地理”,它更能包容世界其他地区的城市经验(Roy, 2009)。与此同时,在日益以城市为中心的国际发展政策中,包容现在是美好未来概念和实现这些未来的适当方式的修辞中心。在24页的《新城市议程》文件中,“包容性”、“包容性”和“包容性”等词出现了数十次。在本文中,我考虑了在后殖民城市研究和NUA中包容性的理解,然后根据最近的学术批评来研究后者。Abstrak。马萨拉(Masalah),包括她的女儿,她的女儿,她的女儿,她的女儿,她的女儿,她的女儿,她的女儿。Dalam diskusi学者selama 10 - deakakir, sejumlah penelitian penelitian penelitian penelitian penelitian penelitian penelitian penelitian penelitian penelitian penelitian penelitian penelitian penelitian perkotaan perkotaan dari serangkakaan kotaan yang相对于kelciil dankanonik yang kebanyakan bersuman dari欧洲Barat和美国Utara。研究perkotaan后殖民主义ini berpendapat bahwa ada kebutuhan akan ' geoafi baru teori ' yang lebih inklusif terhadap pengalaman kota-kota di wilayah dunia lain (Roy, 2009)。杨Dalam kebijakan pembangunan持semakin terpusat di perkotaan sementara电联,inklusi sekarang secara retoris dianggap囚禁Dalam konsepsi tentang玛莎depan杨lebih baik丹cara-cara杨tepat为她merealisasikannya。Kata-kata ' inklusif ', ' inklusi '和' inklusivitas ' muncul puluhan kali di sepanjang 24 halaman dokumen Agenda Baru Perkotaan (NUA)。Dalam makalah ini, saya menelaah apa sesungguhnya yang dimaksud sebagai inklususivitas Dalam studi perkotaan pascakoloniia dan NUA, sebelum成员bahas NUA Dalam konteks kritik ilmiah baru-baru ini。型Kunci。Baru Perkotaan, Habitat III, inklusi, penguin an social, teori urban pascocolonial。