{"title":"Analisis Stakeholder untuk Mendukung Peran Banyuwangi Children Center dalam Upaya Menurunkan Kekerasan Seksual pada Anak","authors":"Ira Nurmala, J. Sari, D. Dewi, Yuliana Devi","doi":"10.22435/BPK.V49I1.3408","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/BPK.V49I1.3408","url":null,"abstract":"Banyuwangi Children Center (BCC) is one of city mayor’s effort to prevent children’s sexual abuse. However, the community felt the role of BCC in preventing children’s sexual abuse was not optimal since 2016. Stakeholder’s engagement may play an important aspect to support BCC in preventing children’s sexual abuse. The objective of this study was to analyze the role of stakeholders in supporting BCC in the prevention of children sexual abuse. This study used a qualitative design with in-depth interview to all related to the prevention of children sexual abuse (Police department, women and children protection bureau, women empowerment and family planning bureau, and BCC. The results showed the role of the BCC was supported by the existence of policies on child-friendly areas from the local government, positive responses from active community involvement in reporting incidents of sexual violence against children, and good coordination by cross-sector in the socialization and handling of cases of sexual violence against children in Banyuwangi. Therefore, it can be concluded that stakeholders provide positive support in the role of the BCC but still need attention from local governments to provide facilities for cross-sectoral so that all cases of sexual violence against children in Banyuwangi can be handled properly. Keywords: stakeholder, Banyuwangi Children Center, child protection, sexual assault \u0000Abstrak \u0000Banyuwangi Children Center (BCC) merupakan salah satu upaya walikota Banyuwangi untuk meminimalisir kekerasan seksual pada anak. BCC terbentuk sejak 2016 namun perannya masih kurang dirasakan oleh masyarakat di Banyuwangi. Stakeholder merupakan pihak yang berperan penting untuk mendukung peran BCC di Banyuwangi. Tujuan penelitian adalah menganalisis peran stakeholder untuk mendukung peran BCC dalam upaya menurunkan kekerasan seksual pada anak di Banyuwangi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain cross-sectional. Data penelitian ini diperoleh dengan wawancara mendalam pada tujuh informan yang memiliki kapasitas dalam memberikan informasi tentang perannya dalam mendukung BCC yaitu Kepolisian Resort Banyuwangi, Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Banyuwangi, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) dan Banyuwangi Children Center. Hasil penelitian menunjukkan peran BCC mendapat dukungan dengan adanya kebijakan tentang kawasan ramah anak dari pemerintah daerah, respon positif keterlibatan aktif masyarakat dalam melaporkan kejadian kekerasan seksual pada anak, dan koordinasi yang baik oleh lintas sektor dalam sosialisasi dan penanganan kasus kekerasan seksual pada anak di Banyuwangi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa stakeholder memberikan dukungan yang positif dalam peran BCC namun masih perlu perhatian dari pemerintah daerah untuk menyediakan fasilitas bagi lintas sektor dan meningkatkan sosialisasi bagi masyarakat Banyuwangi agar seluruh kasus kekerasan seksual pad","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"47 3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2021-05-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90050662","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dwi Febriyana, S. Sunarno, Yudi Hartoyo, Sundari Nursofiah, Tati Febrianti, R. Saraswati, Nelly Puspandari, I. Susanti, Khariri Khariri, Kambang Sariadji, Yuni Rukminiati, Fauzul Muna
{"title":"Analisis Gen Tox Corynebacterium Diphtheriae Penyebab Difteri di Beberapa Wilayah Indonesia","authors":"Dwi Febriyana, S. Sunarno, Yudi Hartoyo, Sundari Nursofiah, Tati Febrianti, R. Saraswati, Nelly Puspandari, I. Susanti, Khariri Khariri, Kambang Sariadji, Yuni Rukminiati, Fauzul Muna","doi":"10.22435/BPK.V49I1.3844","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/BPK.V49I1.3844","url":null,"abstract":"Diphtheria is a vaccine-preventable disease. The clinical features and complications of diphtheria are associated with toxins produced by the causative bacteria. Diphtheria toxin synthesis is encoded by tox gene. This study aimed to provide an overview of the DNA sequences of the tox gene of Corynebacterium diphtheriae causing diphtheria in several region of Indonesia. A total of 65 Corynebacterium diphtheriae isolated from several provinces in Indonesia (2010-2017) were used as samples. Isolates recultured on blood agar medium (BA), incubated at 37 0 C overnight. DNA extraction conducted using the QiaAmp DNA Mini Kit. The DNA sequencing was carried out using the Whole Genome Sequencing (WGS) approach. The data conversion and analysis conducted using U-gene and BioEdit programs. Examination of 65 isolate C. diphtheriae with 1683 bp of tox gene sequences showed that there are 3 patterns of gene sequences with 3 mutation site. All mutations were silent mutation. The mutation sites were also not commonly used as 3’end binding site of the PCR primer. We concluded that tox gene of C. diphtheriae that causes diphtheria in some provinces in Indonesia have limited variations and these variations do not encode amino acid changes. This indicates that the vaccines used in Indonesia are still in accordance with the variations in circulating bacteria and PCR can be used for screening and predicting the toxigenicity of diphtheria-causing bacteria. Keywords: C. diphtheriae, gene tox, diphtheria, Indonesia \u0000Abstrak \u0000Difteri merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Gambaran klinis dan komplikasi difteri dikaitkan dengan toksin yang diproduksi oleh bakteri penyebab. Sintesis toksin difteri dikode oleh gen tox. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran sekuens DNA gen tox Corynebacterium diphtheriae penyebab difteri di beberapa wilayah Indonesia. Sebanyak 65 isolat C. diphtheriae tersimpan milik Badan Litbangkes yang diisolasi dari beberapa wilayah Indonesia tahun 2010- 2017 dijadikan sebagai sampel. Rekultur dilakukan pada medium agar darah (BA), diinkubasi pada suhu 37 o C selama sehari semalam. Ekstraksi DNA menggunakan kit QiaAmp DNA Minikit. Sekuensing DNA dilakukan dengan pendekatan Whole Genome Sequencing (WGS). Konversi dan analisis data menggunakan program U-gene dan BioEdit.Pemeriksaan 65 isolat C. diphtheriae dengan 1683 bp sekuens gen tox menunjukkan ada 3 pola sekuens gen dengan 3 lokasi mutasi. Seluruh mutasi bersifat silent mutation. Lokasi mutasi juga bukan merupakan tempat penempelan ujung 3’ primer PCR yang umum digunakan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variasi gen tox yang ditemukan pada C. diphtheriae penyebab difteri di Indonesia memiliki variasi yang terbatas dan mutasi yang ada tidak mengkode perubahan asam amino. Hal ini mengindikasikan bahwa vaksin yang digunakan di Indonesia masih sesuai dengan variasi bakteri yang bersirkulasi. Hasil penelitian juga mengindikasikan bahwa PCR ","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"124 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2021-05-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77335170","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Determinan Kejadian Diare pada Balita Berdasarkan Indikator Pilar 1, 2 dan 3 Program STBM di Wilayah Puskesmas Banjarangkan II, Kabupaten Klungkung, Bali","authors":"U. Dwipayanti","doi":"10.22435/BPK.V48I4.3284","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/BPK.V48I4.3284","url":null,"abstract":"Diarrhea remains an important health issues in Klungkung Regency. Community Based Total Sanitation Program (STBM) is a national program that aims to reduce diarrhoea incidence by changging people’s sanitation behavior. The objective of the research is to examine factors related to the aspect of pilar 1, 2 and 3 of STBM program towards diarrhea case among children under five in the catchment area of Puskesmas Banjarangkan II, Klungkung. This research is an observasional research with case control design on 37 mothers of children with diarrhea as cases and 37 controls. Demographic information, access and practice related to pilar 1,2,3 of STBM were collected using questionnaire developed based on STBM verification form. The data was analysed using Chi Square test and logistic regression. Aspects of Pillars 1,2 and 3 STBM program significantly associate with diarrhea incidence among children under five in Banjarangkan II Health Center catchment area, namely the quality of toilet and hand washing facilities, and hand washing with soap behavior at five critical. The logistic regression shows that determinants of diarrhea include the quality of toilet (AOR= 12.08), the quality of hand washing facilities (AOR= 9,43) and hand washing with soap behaviour before taking care and feeding the infant (AOR= 9,88). It is recommended for future implementation and monitoring of STBM program to emphasise more on the hygienic quality of toilet and hand washing facilities, as well as the hand washing behaviour in five critical times beside on the time after defecating. Keywords : diarrhea, hand washing, food hygiene, toilet, total sanitation \u0000Abstrak Diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Klungkung. Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan salah satu program yang bertujuan menurunkan kejadian diare dengan mengubah perilaku sanitasi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor Aspek Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar 1, 2 dan 3 terhadap kejadian diare pada balita di wilayah Puskesmas Banjarangkan II di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain Case Control yang dilakukan terhadap 37 ibu balita sebagai kasus dan 37 ibu balita sebagai kontrol. Informasi demografi, akses dan praktik terkait pilar 1,2,3 STBM dikumpulkan menggunakan kuisioner yang dikembangkan berdasarkan formulir verifikasi STBM. Data dianalisis menggunakan uji Chi Square dan regresi logistik. Aspek STBM pilar 1,2 dan 3 yang berhubungan bermakna terhadap kejadian diare pada balita di wilayah Puskesmas Banjarangkan II yaitu kualitas sarana sanitasi jamban, kualitas sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), dan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun di 5 waktu kritis. Analisis regresi logistik menunjukkan determinan kejadian diare di wilayah studi adalah kualitas sarana jamban (AOR= 12.08), kualitas sarana CTPS (AOR= 9,43) dan kebiasaan mencuci tangan pakai ","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"2012 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82604909","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Ragam Tumbuhan Obat untuk Mengatasi Keluhan Gondok dalam Ristoja 2015 dan 2017","authors":"T. F. Dewi","doi":"10.22435/BPK.V48I4.3530","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/BPK.V48I4.3530","url":null,"abstract":"Research about Local Knowledge Exploration of Ethnomedicine and Medicinal Plants Based on Community in Indonesia, known as the Ethnopharmacology Research on Medicine Plant and Jamu (RISTOJA) has produced data in the form of medicinal plants information and herbs used by traditional healers in that ethnic group, to treat a complaint. Goiter is included in Iodine Deficiency Disorders (IDD) which is still become a problem in Indonesia. This paper aims to analyze medicinal plants that can be used to treat goiter complaints according to the results of RISTOJA through the citation frequency (FC) and the use value (UV) method. Based on the results of RISTOJA 2015 and 2017, there are 45 traditional healers (hattra) who have herbs containing medicinal plants to deal with goiter’s complaints. There are 80 types of medicinal plant species that formulated herbs which have been identified as being used by informants to overcome goiter’s complaints. FC and UV calculation results show that there are 4 medicinal plants that have FC more than 2.5% and UV more than 0.05. These plants are Curcuma longa L., Allium sativum L., Piper betle L., and Morinda citrifolia. Keywords: goiter, ristoja, medicinal plan \u0000Abstrak Gondok merupakan penyakit yang termasuk ke dalam Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Gondok masih menjadi masalah di Indonesia. Masyarakat Indonesia telah sejak lama menggunakan berbagai macam tumbuhan untuk pengobatan. Penelitian RISTOJA (Riset Tumbuhan Obat dan Jamu) menghasilkan data berupa informasi tumbuhan obat dan ramuan yang digunakan oleh penyehat tradisional untuk mengobati suatu keluhan, termasuk gondok. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis tumbuhan obat yang digunakan untuk mengatasi keluhan gondok sesuai dengan hasil RISTOJA tahun 2015 dan 2017 melalui metode frekuensi sitasi (FC) dan nilai kegunaan (UV). Terdapat 47 penyehat tradisional yang mempunyai ramuan untuk mengatasi keluhan gondok. Sebanyak 80 jenis spesies tumbuhan obat penyusun ramuan telah diidentifikasi. Hasil perhitungan FC dan UV menunjukkan bahwa terdapat tumbuhan obat yang memiliki FC lebih dari 2,5% dan UV lebih dari 0,05. Tumbuhan tersebut adalah Curcuma longa L., Allium sativum L., Piper betle L., dan Morinda citrifolia. Kata kunci: gondok, ristoja, tanaman obat","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"51 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82258777","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Tinjauan Literatur: Uji In Vivo pada Antiviral Terpilih COVID-19","authors":"Risqa Novita","doi":"10.22435/BPK.V48I4.3184","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/BPK.V48I4.3184","url":null,"abstract":"The novel corona virus, Severe Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) caused COVID-19 established by World Health Organization as global pandemic because it has spread globally and high mortality as above 8%. It needs an action to reduce the mortality rate and morbidity rate of COVID-19. There was no specific antiviral for COVID-19. We used antiviral based on our last experience against another infectious corona virus, MERS and SARS. Antiviral need safety and efficacy test. Antiviral test is start from in vitro, in vivo and clinical testing. Selecting antiviral for COVID-19 should pass through in vivo testing. The purpose of this review is to study which antiviral has passed the in vivo testing. Methods. A method of writing literature review from Google scholar and PubMed, with using keywords : antiviral, animal model and COVID-19. Results. Based on literature review, specific antiviral for COVID-19 has conducted on in vivo testing based on MERS and SARS experience, not for SARS-CoV-2 yet. The antivirals are Remdesivir, Lopinavir, Favipiravir dan Klorokuin Keywords: antiviral, animal model, COVID-19, SARS-CoV-2 \u0000Abstrak Virus novel korona yaitu Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Adalah penyebab COVID-19 yang telah ditetapkan oleh WHO sebagai pandemi global karena telah menyebar mendunia dan menyebabkan kematian cukup tinggi di atas 8%. Tindakan pengendalian yang efektif dibutuhkan untuk menekan angka kematian, salah satunya adalah pemberian antiviral. Hingga saat ini belum ada antiviral khusus untuk COVID-19. Antiviral yang digunakan berdasarkan pengalaman terhadap infeksi korona sebelumnya. Pemilihan antiviral yang efektif dan aman sangat diperlukan. Tahapan uji antivial seyogyanya dimulai dari uji in vitro, in vivo dan klinis. Antiviral yang dipilih untuk penderita COVID-19 sebaiknya sudah melalui tahapan in vivo, yaitu di hewan coba. Tulisan penulisan ini untuk mengkaji antiviral untuk COVID-19 yang telah melewati tahapan uji praklinis di hewan coba Metode. Metode tulisan ini berupa kajian dari literatur-literatur yang ada di Google scholar dan Pubmed, dengan pencarian menggunakan kata kunci antiviral, COVID-19 dan hewan model Hasil. Berdasarkan hasil dari penelusuran literatur, didapatkan data bahwa antiviral spesifik yang digunakan untuk penderita COVID-19 yang telah melalui tahapan di hewan model adalah Remdesivir, Lopinavir, Favipiravir dan Klorokuin, namun antiviral tersebut baru diuji terhadap MERS dan SARS, belum terhadap virus SARS-CoV-2. Kata kunci: antiviral, COVID-19, hewan model, SARS-CoV-2","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"86 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89746188","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Endang Indriasih, Tita Rosita, Anni Yulianti, Rozana Ika Agustiya
{"title":"Penilaian Kualitas Data Penyebab Kematian di Indonesia Tahun 2014","authors":"Endang Indriasih, Tita Rosita, Anni Yulianti, Rozana Ika Agustiya","doi":"10.22435/BPK.V48I4.3524","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/BPK.V48I4.3524","url":null,"abstract":"Sample Registration System (SRS) is a demographic survey for providing data on causes of death (COD) in Indonesia. The quality of COD will be taken into consideration for health policies development. This paper aims to assess the quality of data on the causes of death in Indonesia through the proportion and level of garbage codes on the impact when used in policy making. The 2014 National COD data set were assessed by applying the Analysis of National Causes of Death for Action (ANACONDA) software tool version 3.7.0. Distributions and levels of unusable and insufficiently specified “garbage” codes were analyzed. The Result shows, Diseases of the circulatory system (62.6%) contributed the most to garbage cause of death. The proportion of unusable COD was 31% of total data. 80% of garbage code were unspecified deaths group. Most of the garbage codes has low-level on severity of impact level for policy, while 11% of total codes has medium, high dan very high level of impact. In Conclusion, the 2014 SRS data was not at high quality, but the implications of garbage code in making inappropriate policies are mostly at low level. The use of low-level codes has less important impact on public health policy. The 2014 SRS data could be considered as a scientific basis evidence for public health policy. Quality improvement still needs to be done by conducting training and refreshing to determine the cause of death for doctors and data collection techniques for data collectors Keywords : Cause of Death, quality of data, Sample Registration System, ANACONDA \u0000Abstrak Sample Registration System (SRS) merupakan survei demografi untuk menyediakan data penyebab kematian (COD) di Indonesia. Kualitas COD akan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan kesehatan. Tulisan ini bertujuan untuk menilai kualitas data penyebab kematian di Indonesia melalui besar proporsi dan level kode sampah terhadap dampak yang ditimbulkan ketika digunakan dalam membuat kebijakan. Data penyebab kematian nasional tahun 2014 dinilai dengan menggunakan perangkat lunak Analisis Penyebab Kematian Nasional untuk Tindakan (ANACONDA) versi 3.7.0. Distribusi dan level kode \"sampah\" yang tidak dapat digunakan dianalisis dengan menggunakan ANACONDA. Hasil analisis menunjukkan, Diseases of the circulatory system (62.6%) berkontribusi terbanyak dalam hal kode sampah. Proporsi kode sampah yang tidak dapat digunakan adalah 31% dari total kode. Kode sampah yang paling umum digunakan adalah kelompok penyebab kematian tidak spesifik dan kelompok penyebab kematian antara. Berdasarkan tingkat keparahan dalam membuat kebijakan, sebagian besar kode sampah termasuk kategori level rendah, hanya 11% dari total kode memiliki tingkat dampak sedang, tinggi dan sangat tinggi. Kesimpulannya, kualitas data SRS 2014 masih kurang baik, namun implikasi yang ditimbulkan kode sampah dalam membuat kebijakan yang salah sebagian besar berada pada level rendah. Penggunaan kode-kode level rendah memiliki dampak yang kura","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"90 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84589586","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Capaian Perkembangan Bayi Usia 3-6 Bulan di Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember","authors":"I. Lestari","doi":"10.22435/BPK.V48I4.3603","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/BPK.V48I4.3603","url":null,"abstract":"Delay in child development can have an impact on motor skills, language , emotions and children's social abilities. The aim of this study to determine the correlation between the mother’s education level and the infant’s development aged 3-6 months in Rambipuji sub-district Jember district. The design was crosssectional in 148 mothers with an infant aged 3-6 months with stratified random sampling. The parental characteristics questionnaire was used for. This study concluded no correlation between mother’s education level and infant’s development aged 3-6 months. Therefore family nurses were expected to educate related aspects achieved by the infant in every stage. Keywords: Mother’s Education; Infant Development \u0000Abstrak Keterlambatan perkembangan anak berdampak pada banyak aspek, seperti keterampilan motorik, bahasa, emosi dan kemampuan sosial. Tujuan penelitian ini untuk menentukan korelasi tingkat pendidikan ibu dan perkembangan bayi usia 3-6 bulan di Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember. Disain penelitian adalah cross-sectional pada 148 ibu dengan bayi berusia 3-6 bulan yang terpilih secara stratified random sampling. Kuesioner karakteristik orang tua digunakan untuk mengumpulkan data pendidikan ibu. Kuesioner pra skrining perkembangan untuk mengkumpulkan data perkembangan bayi. Uji Chi-square dan Spearman Rank digunakan untuk menjawab penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dan perkembangan bayi usia 3 bulan hingga kurang 6 bulan (p = 0,932; x2 = 3,03) dan bayi usia 6 bulan (p = 0,052; x2 = 15,41). Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dan perkembangan bayi berusia 3-6 bulan. Oleh karena itu perawat keluarga diharapkan untuk mendidik bayi dalam setiap aspek pada tahap perkembangan bayi. Kata kunci: Pendidikan Ibu; Perkembangan Bayi","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"66 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90339785","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis Spasial Karakteristik Habitat Perkembangbiakan Anopheles Spp di Desa Lifuleo Kecamatan Kupang Barat","authors":"H. Laumalay, Tribaskoro Tunggul Satoto, A. Fuad","doi":"10.22435/bpk.v47i3.1451","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/bpk.v47i3.1451","url":null,"abstract":"Anopheles barbirostris and Anopheles subpictus are the primary vectors of malaria in East Nusa Tenggara. Anopheles mosquitoes generally breed at similar environment, including water streams, irrigation passages, water containers, paddy fields, impermanent ponds, water puddles, marsh, and brackish water. Modelling and spatial analysis play a role in identifying factors associated with potential breeding places for Anopheles mosquitoes, hence comprehension of breeding place characteristics and effective malaria control. The cross-sectional study used an observational-analytic approach. Study samples were identified larvae and breeding places of Anopheles spp. in Lifuleo village in West Kupang. We measured water salinity and pH, and we recorded coordinates of breeding places. Data analysis was performed by using Moran I index and spatial error model to identify factors associated with potential breeding places for Anopheles mosquitoes. Anopheles species found were An. barbirostris, An. subpictus, An. vagus, An. vagus var limosus, and An. indefinitus. All identified Anopheles larvae were found in brackish water, and in breeding places with high water salinity, with An. subpictus being able to survive the highest salinity (48‰). Univariate analysis demonstrated Io value of 0.00926, coefficient constant of 0.693868, and probability of 0.02252. The presence of Anopheles spp. was associated with breeding place habitat, daytime feeding, and presence of vegetations surrounding breeding places. \u0000Keywords: Anopheles spp, Lifuleo village, habitat characteristics, spatial. \u0000Abstrak \u0000Anopheles barbirostris dan Anopheles subpictus merupakan vektor primer malaria di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Spesies Anopheles mempunyai habitat perkembangbiakan yang tidak sama yaitu aliran air, batas tangki, saluran irigiasi, sawah, kolam sementara, genangan air dekat pantai, genangan air di sungai, mata air, kolam ikan terlantar, rawa dan genangan air payau. Pemodelan dan analisis spasial dapat menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi habitat perkembangbiakan potensial bagi jentik Anopheles spp. Pengendalian malaria akan efektif apabila pengetahuan tentang karakteristik habitat perkembangbiakan dipelajari secara komprehensif. Metode penelitian menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah seluruh habitat perkembangbiakan dan jentik Anopheles spp di Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat. Jentik diambil menggunakan pipet, kadar garam diukur menggunakan refractometer, pH diukur menggunakan pH meter dan koordinat diambil menggunakan aplikasi Avenza Maps yang terinstal pada Hand Phone android. Analisis data menggunakan Indeks Moran I dan Spatial Error Model untuk mencari faktor-faktor yang memengaruhi keberadaan jentik Anopheles spp. Spesies Anopheles yang ditemukan diantaranya; An. barbirostris, An. subpictus, An. vagus, An. vagus var limosus, dan An. indefinitus. Seluruh spesies Anopheles hidup pada habitat yang mengandung kadar ","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"256 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2019-12-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"72407417","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sri Poedji Hastoety, Indri Yunita Suryaputri, Amalia Safitri, Bunga Christitha Rosha
{"title":"Faktor Yang Mempengaruhi Probabilitas Waktu Penyapihan Anak Baduta Di Indonesia Pada Tahun 2013","authors":"Sri Poedji Hastoety, Indri Yunita Suryaputri, Amalia Safitri, Bunga Christitha Rosha","doi":"10.22435/bpk.v47i2.1130","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/bpk.v47i2.1130","url":null,"abstract":"ABSTRACT \u0000Background: Breastmilk is an important food needed by the children, containts nutrients that provide protection from infection and inflammation of various diseases. Economically breastfeeding also saves household expenses in consumption, but the fact shows that breastfeeding is decreasing with increasing age. The purpose of the study were to analyse the weaning time of children in Indonesia and factors contribute to early weaning. \u0000Methodology : The study used secondary data of Basic Health Research (RISKESDAS) conducted in 2013. Data analysis uses survival analysis. Results: By using survival analysis, the probability of weaning time for children in Indonesia is 7.4 months. Factors related to early weaning were maternal education level, the gestational agewhen the baby is born, complications during pregnancy, laborandpostpartum period, the intention to have children, economic status, place of living, baby's birthweight, number of babies born, antenatal care, childbirth helper, place of birth and duration of baby being treated in hospital. Fourteen factors related to the age of weaning in a multivariate manner, the the mothereducation level, place of living, birth weight and childbirth helper. Conclusion: Factors contribute to early weaning were mothers education level, the place of living, the baby's birthweight and childbirth assistance. Recommendations: strengthening counseling, baby handling procedure \u0000Keywords: Weaning, Breatsfeeding, Under Two Years \u0000 \u0000ABSTRAK \u0000LatarBelakang: Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang sangat dibutuhkan oleh anak, mengandung zat gizi yang memberikan perlindungan dari infeksi dan inflamasi yang melindungi anak dari serangan berbagai penyakit. Secara ekonomi pemberian ASI juga menghemat pengeluaran rumah tangga dalam konsumsi. Namun fakta menunjukan pemberian ASI semakin menurun dengan bertambahnya usia anak, untuk itu analisis ini menggali waktu penyapihan dari anak baduta di Indonesia dan faktor apa yang mempengaruhi. \u0000Metodologi : sumber data Riskesdas 2013. analisis data menggunakan analisis survival. \u0000Hasil: Dengan menggunakan analisis survival diperolah probabilitas waktu penyapihan anak baduta di Indonesia adalah 7,4 bulan, dan faktor-faktor yang terkait adalah, tingkat pendidikan ibu, usia kandungan ketika bayi dilahirkan, komplikasi pada saat kehamilan, persalinan, nifas, keinginan memiliki anak, status ekonomi, wilayah tinggal, berat badan bayi waktu dilahirkan, jumlah bayi yang dilahirkan, ANC, penolong persalinan, tempat persalinan dan lamanya dirawat. Dari 14 faktor terkait usia penyapihan secara multivariate yang berpengaruh adalah tingkat pendidikan ibu, wilayah tempat tinggal, berat badan lahir dan penolong persalinan. \u0000Kesimpulan: Faktor yang menyebabkan usia penyapihan dini adalah tingkat pendidikan ibu, wilayah tinggal, berat badan bayi waktu dilahirkan dan penolong persalinan. \u0000Saran: penguatan penyuluhan, protap penanganan bayi \u0000Kata Kunci: penyapihan, ASI, anak baduta \u0000 ","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"26 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2019-08-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81088387","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Hubungan Perilaku Konsumsi dan Aktivitas Fisik dengan Diabetes Mellitus di Indonesia","authors":"Made Agus Nurjana, Ni Nyoman Veridiana","doi":"10.22435/bpk.v47i2.667","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/bpk.v47i2.667","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Prevalensi Diabetes mellitus (DM) mengalami peningkatan secara global baik di negara berpenghasilan tinggi maupun negara berpenghasilan rendah dan menengah termasuk di Indonesia. Indonesia menduduki urutan ke empat dengan prevalensi diabetes tertinggi di dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengkaji hubungan pola konsumsi dan aktivitas fisik dengan kejadian DM di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2013. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei - Juni 2013 di 33 provinsi dan 497 kabupaten/kota di Indonesia. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 722.329 responden yang berusia 15 tahun ke atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik merupakan faktor risiko dominan terhadap kejadian DM di Indonesia. Masyarakat yang memiliki kebiasaan hanya melakukan aktifitas ringan mempunyai peluang untuk terkena DM 2,9 kali dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki kebiasaan melakukan aktifitas berat, sedangkan masyarakat yang memiliki kebiasaan melakukan aktivitas sedang mempunyai peluang lebih rendah terkena DM yaitu 1,8 kali dibandingkan dengan aktivitas berat. Semakin berat aktivitas fisik yang dilakukan maka semakin sedikit kemungkinan terkena DM. Dalam mencegah semakin tingginya prevalensi DM di Indonesia maka diperlukan peningkatkan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan intensitas aktivitas fisik terutama bagi masyarakat yang aktivitas fisiknya rendah. \u0000 \u0000Kata kunci : Diabetes mellitus, perilaku konsumsi, aktivitas fisik \u0000 \u0000Abstract \u0000Prevalency Diabetes Mellitus (DM) experience increasing globally either in high income states or in the low and middle income states including Indonesia. Indonesia is the fourth prevalency Diabetes Mellitus in the world after India, China, and United States. The aim of this study is to analyze the relationship between consumsion pattern and physical activity on DM in Indonesia based on Riskesdas data in 2013. Data are gathered from may up to June 2013 in 33 provinces and 497 regencies/cities in Indonesia. The research is cross sectional design. The samples are 722.329 respondents aging among 15 years and over. The results show that the physical activity is the risk factor dominantly on the DM in Indonesia. Society having only light activity have a tendency to get DM 2.9 times compared to those who have the strongest activity, while those who are stronger activity have lower tendency to get DM that is 1.8 times compared to those who have the strongest activity. To prevent higher prevalency DM in Indonesia, it is expected to rise the societal care to increase physical activity intensity primarily for those who has the low physical activities. \u0000 \u0000Keywords : Diabetes mellitus, consumtive behavior, physical activity","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"15 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2019-08-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90747595","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}