{"title":"“Qoryah Thoyyibah” Sebagai Model Filantropi Islam di Kampung Maguwo Banguntapan","authors":"Naili Isnawati Sayida","doi":"10.14421/jpm.2019.031-09","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jpm.2019.031-09","url":null,"abstract":"The movement of fund collection for well-being influences to community development. But public awareness to successfully of these activities is still a weakness because the distribution is more independently. The objective of this article is exploring the role of program Qoryah Thayyibah on the Al-Muthi’in Foundation with philanthropy movement and community empowerment strategy in Kampung Maguwo Banguntapan Bantul. The descriptive-qualitative method used to looking reality until we find different between desire and fact on Qoryah Thayyibah program. Furthermore, collecting data used participant observation and in-depth interviews. The finding of this article looks at collecting to fund philanthropy regularly direct and indirect fundraiser. The direct is carried through a “door to door” program to find donors. Meanwhile, indirect through the program is a new enterprise established, i.e. founding of home production through collection commodity for sale. Their model is a charity to actualizing social justice. Therefore, philanthropy funds used to education, health, economic development, and da’wah (religious) activities. On the other hand, the philanthropy funds program is influencing to improve the ability of personality, enterprise, and institution capacity.Gerakan pengumpulan dana untuk kesejahteraan (filantropi) berdampak signifikan terhadap pengembangan masyarakat. Namun kesadaran masyarakat untuk mensukseskan gerakan tersebut masih lemah, sehingga distribusi pengelolaan lebih banyak secara mandiri. Untuk membuktikannya, artikel ini berusaha mengungkap peran program Qoryah Thayyibah Yayasan Al-Muthi’in dalam pola gerakan filantropi dan strategi pemberdayaan di Kampung Maguwo Banguntapan Bantul. Penelitian kualitatif deskriptif dipilih untuk menggambarkan realita secara mendalam sehingga terlihat perbedaan antara keinginan dan kenyataan dalam pelaksanaan program Qoryah Thayyibah. Selain itu, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah participant observation dan in-depth interview. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat strategi yang dimiliki yayasan dalam penggalangan dana filantropi, yakni pengumpulan dana secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dilakukan melalui mekanisme “door to door” mencari donatur tetap. Sementara tidak langsung melalui program Qoryah Thayyibah dengan membangun usaha baru, yaitu mendirikan rumah produksi melalui pengumpulan barang yang layak jual dari masyarakat. Kedua strategi ini dapat dikatakan sebagai model karitas untuk mewujudkan keadilan sosial. Hasil pendayaangunaan dana filantropi tersebut digunakan untuk kegiatan pendidikan, kesehatan, pengembangan ekonomi, dan dakwah (keagamaan). Sisi lain, program pendayagunaan dana filantropi ini berdampak pada peningkatan kapasitas kepribadian, usaha dan kelembagaan.","PeriodicalId":34838,"journal":{"name":"Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan","volume":"26 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84228746","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Wahyu Widodo, Sri Noor Cholidah, Anis Putri Isnaeni, Kamto Tri Wibowo, Erick Abriandi
{"title":"Mengukur Kepuasan Masyarakat Pada Program CSR di Desa Kertajaya: Sebuah Analisis Menggunakan Metode Sustainability Compass","authors":"Wahyu Widodo, Sri Noor Cholidah, Anis Putri Isnaeni, Kamto Tri Wibowo, Erick Abriandi","doi":"10.14421/JPM.2019.031-02","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/JPM.2019.031-02","url":null,"abstract":"Kertajaya Village has a high unemployment problem. But the potential for growth is quite large because it is in the Ring I area of PT. Pertamina (Persero) TBBM Bandung. Correct if the CSR program called Kertajaya Creative Destination becomes a priority agenda. CSR programs must run well. Laterally with the main objectives of the Sustainability Development Goals (SDGs). This paper also describes the CSR program that has been consecutively in Kertajaya Village. The steps taken in unraveling the success of CSR programs through the analysis of the community satisfaction index. This paper finds that CSR programs that are running are considered positive by the community. Showed by the survey conducted for 18 beneficiaries had a final score of 3.48. This assessment is included in the “very good” category. This valuation is applied to 8 programs that have been successively, including the bag craftsmen group, the Eco-Blinder artisans group, West Bandung creative economy forum, Balai Seni Barli (BSB) tourism, Kertajaya youth clubs (karang taruna), Kertajaya culinary producers, Turban groups, and Masebajaya groups. After being analyzed using the sustainability compass method, there are two groups that need to be improved by the program, namely the Turban and Masebajaya groups. The sustainability compass method is used as an offer to stakeholders to follow up on the input generated from this paper. The main schemes studied are nature, economy, society, and well-being. As a dealectically, the main purpose of this paper is not as a discourse but rather a blue print of policy changes.Desa Kertajaya memiliki masalah pengangguran cukup tinggi. Namun potensi untuk berkembang cukup besar karena ada di wilayah Ring I PT. Pertamina (Persero) TBBM Bandung. Tepat jika program CSR bernama Kertajaya Creative Destination menjadi agenda prioritas. Program CSR harus berjalan dengan baik. Seiring dengan tujuan utama sasaran Sustainability Development Goals (SDGs). Paper ini juga mengurai program CSR yang sudah berjalan di Desa Kertajaya. Langkah yang ditempuh dalam mengurai keberhasilan program CSR melalui analisis indeks kepuasan masyarakat. Tulisan ini menemukan program CSR yang berjalan dinilai positif oleh masyarakat. Terbukti dengan survei yang dilakukan kepada 18 orang penerima manfaat memiliki skor akhir 3.48. Nilai ini masuk ke dalam kategori “sangat baik”. Penilaian ini diberlakukan kepada 8 program yang sudah berjalan, antara lain kelompok pengrajin tas, kelompok pengrajin Eco-Blinder, forum ekonomi kreatif Bandung Barat, wisata Balai Seni Barli (BSB), karang taruna Kertajaya, Produsen kuliner Kertajaya, kelompok Turban, dan kelompok Masebajaya. Setelah dianalisis menggunakan metode sustainability compass, ada dua kelompok yang perlu ditingkatkan program, yaitu kelompok Turban dan Masebajaya. Metode sustainability compass digunakan sebagai tawaran kepada stakeholder untuk menindaklanjuti masukan yang dihasilkan dari tulisan ini. Dengan skema utama yang dikaji adala","PeriodicalId":34838,"journal":{"name":"Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan","volume":"41 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88477866","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"“Bela Beli Kulonprogo” dan Implikasinya Bagi Peningkatan Kualitas SDM di Industri Batik Sinar Abadi Desa Ngentakrejo","authors":"Wafa Insanul Musfiroh","doi":"10.14421/jpm.2019.031-06","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jpm.2019.031-06","url":null,"abstract":"“Bela Beli Kulonprogo” policy has have come a spirit for entrepreneurship of home industry in Ngentakrejo Village particularly by industry of Batik Sinar Abadi. This spirit is considering for researcher to proved what has used criteria to improved quality of product. For that, this article aims to increase quality of human resources by Sinar Abadi Batik of industry. We conducted a case study approach, the data in this research was collected through interview and field observation process. This context has occurred by Batik Sinar Abadi that implemented new role of the quality product of increase it. Before production of promoted in the market, Sinar Abadi Batik of industry has conducted empleyment criteria to accepted. After that, an employee was given to supporting work harder until synchronous productivity with the company vision. For achievers employment, they are giving reward in the form of money who is supported workers harder by labor. One side, the author was founded new role based on before and after improving human resources. On the other side, the quality of improving those human resources has have given positive impact and increasingly to promotion for region until it shall be branding of village.Kebijakan “Beli Beli Kulonprogo” menjadi spirit para pengelola home industri. Terutama industri Batik Sinar Abadi Desa Ngentakrejo. Spirit ini menyita perhatian peneliti untuk membuktikan kriteria apa saja yang digunakan untuk meningkatkan kualitas produksi tersebut. Untuk itu, artikel ini membahas mengenai peningkatan kualitas sumber daya manusia oleh Industri Sinar Abadi Batik. Dengan menerapkan case study approach, data-data dalam riset ini dikumpulkan melalui proses wawancara dan obervasi lapangan. Oleh karena corak penelitian bersifat narasi deskriptif, peneliti menemukan sebuah kebaruan pada paper ini. Konteks semacam ini terjadi karena industri Batik Sinar Abadi di Desa Ngentakrejo menerapkan pola baru dalam meningkatkan kualitas produknya. Sebelum hasil produksi dipasarkan, industri Sinar Abadi Batik melakukan kegiatan seleksi karyawan. Setelah itu, karyawan yang diterima dilatih (training) disesuaikan dengan job descriptions. Jika sudah mahir, karyawan diberikan support lain untuk terus bekerja lebih giat, sehingga sesuai dengan harapan perusahaan. Bagi karyawan yang berprestasi, mereka diberikan reward berupa uang lembur yang mendorong pembatik lebih baik dalam bekerja. Di satu sisi, penulis menemukan pola perubahan berdasarkan pra dan pasca adanya peningkatan sumber daya manusia. Di sisi lain, peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut memberikan kontribusi positif dan promosi daerah sehingga menjadi branding desa.","PeriodicalId":34838,"journal":{"name":"Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan","volume":"31 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82909613","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Deradikalisasi Masjid Inklusi: Upaya Penghapusan Ideologi Radikal di Yogyakarta","authors":"Muryanti Muryanti, Tri Mulyani","doi":"10.14421/JPM.2019.031-03","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/JPM.2019.031-03","url":null,"abstract":"Radicalization has recently strengthened in Indonesia. The real act makes in burning and killing war. The violence war takes the results in casualties and damage. This paper talks the process of deradicalization in the cases of phenomenology radicalization in recent years. One of the activities on the issue is to restore the function of the mosque with various activities at 3 important mosques in Yogyakarta. The UIN Sunan Kalijaga Mosque as a Religious Laboratory in the development of da'wah, the Syuhada Mosque as an Educational and economic institution, and the Jogokaryan Mosque as a pesantren in prospering the environment. These 3 findings indicate the potential character of the inclusion mosque. This gave rise to empowerment activities in religious studies and economic education. the activities in the mosque's efforts to reduce radicalization based on religion.Radikalisasi atas nama agama akhir-akhir ini menguat di Indonesia. Wujud nyata dari hal tersebut adalah aksi teror. Hal ini menggunakan kekerasan yang berakibat korban jiwa dan kerusakan. Tulisan ini hendak mengkaji proses deradikalisasi dalam fenomena pada banyak kasus radikalisasi beberapa tahun ini. Salah satu aktivitas pada isu tersebut mengembalikan fungsi masjid dengan berbagai macam kegiatan pada 3 masjid penting di Yogyakarta. Masjid UIN Sunan Kalijaga sebagai Laboratorium Agama dalam pengembangan dakwah, Masjid Syuhada sebagai Lembaga Pendidikan dan ekonomi, dan Masjid Jogokaryan sebagai pesantren dalam memakmurkan lingkungan tersebut. 3 temuan ini menunjukan potensi karakter masjid inklusi. Hal ini memunculkan kegiatan pemberdayaan dalam kajian keagamaan dan Pendidikan ekonomi. Berbagai macam kegiatan dalam aktivitas masjid tersebut merupakan upaya meredam radikalisasi berbasiskan agama.","PeriodicalId":34838,"journal":{"name":"Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan","volume":"11 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84340758","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Toleransi Tanpa Batas: Outlook Agamawan dan Kebijakan Migrasi Suku Batak Kristen ke Pedalaman Duri Bengkalis","authors":"Hamdan Daulay","doi":"10.14421/JPM.2019.031-01","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/JPM.2019.031-01","url":null,"abstract":"This study aims to explain the concept of policy that needs to be implemented by the government in counteracting of religious intolerance. Based on the factors of population equality and economic prosperity, the government must be regarding the socio-religious aspect of the migration program in the interior of Duri Bengkalis, Riau. In order to realize the ideals of national social development, the portrait of the process of migrating Christian Bataks’ to the interior of Duri must be an outlook for the social conflicts that occur. Highlighting the case of intolerance between Christian Bataks’ and Malay Muslim tribes Duri is important to be contextually examined through a research approach. As a literacy for developing unlimited tolerance in the frame of pluralism, it is very appropriate if this study is analyzed using the perspective of the sociology of development. The process of developing nation-building through a migration program, I take field data through qualitative research. The data source was taken directly to the informant with the snowball sampling technique. After the data were analyzed by the process of data reduction, data display, and conclusion, I found that government policy was not optimal in accommodating the migration program. There are still occur caused by the inferior of people for the meaning of pluralism. Although in general, the community has lived up to the philosophy of Pancasila, these implications are lowly in everyday life. Efforts to reduce conflicts that occur in Bengkalis, the government needs to develop a roadmap for policies on religious dialogue. Religious harmony is very important. It is impossible to realize tolerance without limits if the supporting instruments are not a priority agenda. Especially in areas prone to an inter-religious conflict which are actually caused by economic disparity and political oligarchy.Studi ini bertujuan untuk menjelaskan tentang konsep kebijakan yang perlu diterapkan oleh pemerintah dalam menangkal intoleransi beragama. Selain faktor pemerataan penduduk dan kesejahteraan ekonomi, penting kiranya pemerintah memperhatikan aspek sosial-keagamaan atas kasus migrasi yang terjadi di pedalaman Duri Bengkalis, Riau. Agar cita-cita pembangunan sosial secara nasional dapat terwujud, potret proses migrasi suku Batak Kristen ke pedalaman Duri harus menjadi outlook atas konflik sosial yang terjadi. Menyoroti kasus intoleransi antara suku Batak Kristen dan Muslim Melayu Duri menjadi penting untuk ditelaah secara kontekstual melalui pendekatan riset. Sebagai acuan mengembangkan toleransi tanpa batas dalam bingkai pluralisme, sangat pantas jika kajian ini, dianalisis menggunakan perspektif sosiologi pembangunan. Proses mengembangkan pembangunan bangsa melalui program migrasi, penulis mengambil data lapangan melalui penelitian kualitatif. Sumber data diambil langsung kepada informan dengan teknik snowball sampling. Setelah data dianalisis dengan proses reduksi data, display data, dan penarikan","PeriodicalId":34838,"journal":{"name":"Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan","volume":"37 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84763176","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Non Formal Education di Kampung Blunyah Gede","authors":"Riski Maikowati","doi":"10.14421/jpm.2019.031-04","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jpm.2019.031-04","url":null,"abstract":"This paper tries to unravel the empowerment process by the Paguyuban Pengajar Pinggir Sungai (P3S) in Kampung Blunyah Gede. In the context of empowerment, I emphases the concepts and implementation of activities that have been permitted. This activity is expected to have an impact on the Code River community so that they can be empowered and live independently. The definition of independence can be identified through active participation in non formal education programs. Explosively, this study found that the Sungai Code community can improve well-being by taking alternative education. This offer is known collectively with Free Tutoring, Cheerful Sunday, annual Art Performances, provision of Reading Houses, organizing parents through Parent Committees, and Volunteer Schools. Program routines have an impact on children’s learning enthusiasm, new work produced by children, reporting on learning outcomes, reading group activities, regeneration of volunteers, and children’s potential to develop artistic skills.Tulisan ini berusaha mengeksplorasi proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Paguyuban Pengajar Pinggir Sungai (P3S) di Kampung Blunyah Gede. Dalam konteks pemberdayaan, penulis menyoroti konsep dan implementasi kegiatan yang sudah dilakukan. Kegiatan ini diharapkan memberi dampak kepada masyarakat pinggir Sungai Code sehingga dapat berdaya dan hidup mandiri. Definisi kemandirian dapat diketahui melalui partisipasi aktif sehingga dapat mengikuti program non formal education. Secara eksploratif, dalam kajian ini ditemukan bahwa masyarakat sungai Code dapat meningkatkan kesejahteraan dengan mengikuti pendidikan alternatif. Tawaran ini diketahui secara kolektif dengan Bimbingan Belajar Gratis, Minggu Ceria, Pentas Seni tahunan, pengadaan Rumah Baca, pengorganisasian Paguyuban Pengajar Pinggir Sungai (P3S) orang tua melalui Komite Orangtua dan Sekolah Relawan. Rutinitas program berdampak pada semangat belajar, pelaporan hasil belajar, dan karya baru yang dihasilkan anak-anak. Program tersebut juga berdampak pada aktivitas reading group, regenerasi relawan, serta pengembangan skill dan potensi kesenian pada anak-anak.","PeriodicalId":34838,"journal":{"name":"Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan","volume":"23 1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90420705","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PEMBANGUNAN DESA WISATA KETEP MAGELANG: STUDI PROSES DAN HASIL PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT LOKAL","authors":"Ikhsan Hidayah","doi":"10.14421/JPM.2018.022-04","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/JPM.2018.022-04","url":null,"abstract":"This paper discusses the development of Ketep tourism village. The terminology of rural tourism development means that there is a process of change carried out consciously by the community from the old style to a new style with the aim of providing benefits in various aspects. This development activity is carried out through the characteristics and potential of the village, natural panorama, and a beautiful environment. With the development of village potential it is expected to become a leading tourist area to achieve community welfare through the development of the local economy. This article aims to review the development process and examine the impacts of the development results of Ketep tourism village. The hope of the development and empowerment of this tourist village area has a direct impact on improving the local economy and the community is more prosperous. In exploring field data, I uses qualitative methods. After the complete field data is then analyzed by drawing a conclusion. To test the results of field data, I tries to do validity with the triangulation method. From the field data extraction, the work finally showed that Ketep Village which was designed as a tourist village needed a long process involving various elements of the local government and the community that were accommodated in Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). After the realization of village tourism facilities and infrastructure, the community can develop its potential through economic activities and not forget the values of local wisdom. That way, Ketep tourism village offers cheap recreational rides that are full of educational values. The destinations offered at Ketep tourism village are trade facilities (pasar rakyat), culinary places, homestays, agrotourism, volcanic educational tours, and own strawberry gardens.[Tulisan ini mendiskusikan tentang pembangunan desa wisata Ketep. Terminologi pembangunan desa wisata berarti adanya proses perubahan yang dilaksanakan secara sadar oleh masyarakat dari gaya lama menjadi gaya baru dengan tujuan memberi manfaat di berbagai aspek. Kegiatan pembangunan ini dilakukan melalui karakteristik desa, potensi, panorama alam, dan lingkungan yang masih asri. Dengan pengembangan potensi desa diharapkan menjadi kawasan wisata unggulan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan ekonomi lokal. Artikel ini bertujuan untuk mengulas proses pembangunan dan mengkaji dampak-dampak hasil pengembangan Desa Wisata Ketep. Harapan dari pembangunan dan pengembangan kawasan desa wisata ini berdampak langsung kepada peningkatan ekonomi lokal dan masyarakat lebih sejahtera. Dalam menggali data-data lapangan, penulis menggunakan metode kualitatif. Setelah data lapangan lengkap selanjutnya dianalisis dengan menarik sebuah kesimpulan. Untuk menguji hasil data lapangan, penulis mencoba melakukan validitas dengan metode trianggulasi. Dari penggalian data lapangan akhirnya penulis dapat menunjukkan bahwa Desa Ketep yang di desain menjadi d","PeriodicalId":34838,"journal":{"name":"Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan","volume":"57 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86565860","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"‘MAS ZAKKY’: MODEL ZAKAT PEMBERDAYAAN DARI BAZNAS KOTA YOGYAKARTA","authors":"Pajar Hatma Indra Jaya","doi":"10.14421/JPM.2018.022-02","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/JPM.2018.022-02","url":null,"abstract":"The model of zakat management in the modern era is divided into two, namely the charity model (consumptive zakat) and the productive zakat model (zakat empowerment). So far, zakat distribution uses a lot of charity models so that it does not give long-term contribution because it is consumptive. Through this article, I would like to explain the marketing of productive zakat (empowerment model) with the name of the program Mas Zakky and see its impact on society. Distribution Mas Zakky’s model is done in four stages, namely the determination of the right muztahiq (recipient program), debriefing, giving power, and mentoring are tightly controlled. This study found that the keyword for the success of the zakat empowerment program is that it should not stop at giving assistance, but must be assisted within one year so that new habits are formed from the mustahiq. The new habit arises because of awareness, habituation, and strict control through monitoring of good financial management, which mustahiq are required to provide daily business reports, monthly profit reports, savings obligations of at least 2.5 percent of gross sales every month, and learn to invest input “sedino sewu” (one day one thousand rupiah) cans in their place of business. Mas Zakky’s program has an impact on the loss of the mustahiq conditions due to the emergence of new jobs, the growing awareness that trading business is a form of profitable work, the emergence of awareness to save, diligently praying Dhuha, the formation of tissue, and the emergence of habits of infaq (donation).[Model pengelolaan zakat di era modern dibagi menjadi dua, yaitu model carity (zakat konsumtif) dan model zakat produktif (zakat pemberdayaan). Selama ini penyaluran zakat banyak menggunakan model carity sehingga kurang memberi kontribusi jangka panjang karena sifatnya konsumtif. Melalui artikel ini penulis hendak menjelaskan pentasarufan zakat produktif (model pemberdayaan) dengan nama program Mas Zakky dan melihat dampaknya bagi masyarakat. Pentasarufan model Mas Zakky dilakukan dengan empat tahap, yaitu penentuan muztahak yang tepat, pembekalan, pemberian daya, dan pendampingan yang terkontrol secara ketat. Penelitian ini menemukan bahwa kata kunci keberhasilan program zakat pemberdayaan adalah tidak boleh berhenti pada pemberian bantuan, namun harus dilakukan pendampingan dalam waktu satu tahun sehingga terbentuk kebiasaan baru dari para mustahik. Kebiasaan baru tersebut muncul karena penyadaran, pembiasaan, serta kontrol ketat lewat pemantauan tentang manajemen keuangan yang baik, yangmana mustahik diwajibkan untuk memberikan laporan usaha harian, laporan keuntungan bulanan, kewajiban menabung minimal 2,5 persen dari penjualan kotor setiap bulan, dan belajar berinfaq dengan menaruh kaleng “sedino sewu” di tempat usaha mereka. Program Mas Zakky berdampak pada mulai hilangnya kondisi fakir para mustahik karena munculnya pekerjaan baru, tumbuhnya kesadaran bahwa usaha dagang merupakan bentuk pekerjaan","PeriodicalId":34838,"journal":{"name":"Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan","volume":"42 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81122315","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KEBIJAKAN NEGARA DALAM MENGAKOMODIR AGAMA PRIBUMI PERSPEKTIF SOSIAL-ANTROPOLOGI","authors":"A. Faiz","doi":"10.14421/JPM.2018.022-01","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/JPM.2018.022-01","url":null,"abstract":"In a practical context, the state of Indonesia has accommodated and acknowledged the existence of indigenous religions with other names, Penghayat Kepercayaan (belivers of mystical gorup), even its position now maybe equivalent to six religions recognized by the state, but in the context of practical services it needs to be investigated further. Unfortunately, the state has not used the definition of religion social-anthropologically yet, it uses a biased politically definition. The implication is that the state see indigenous religion as not religion. This led to the need for religiousization of it followers which led to the conflicts of mission from six world religions. Because of this, indigenous religions experienced conflict with the state, in the same time it also conflict with six world religions. Their position was finally squashed, therefore the recommendations of this paper looked at the need for Penghayat Kepercayaan to be placed in the Ministry of Religion by forming the BIMAS Penghayat Kepercayaan, at least the country put indigenous religion important and equivalent with six world religions.[Dalam konteks yang praktis, negara telah mengakomodir dan mengakui eksistensi agama pribumi dengan nama lain yaitu Penghayat Kepercayaan, dan bahkan kedudukannya mungkin setara dengan agama besar, meski dalam konteks pelayanan praktis perlu diteliti lebih jauh. Sayangnya hinga saat ini negara belum menggunakan definisi agama secara sosial-antropologis, tetapi menggunakan definisi yang bias politik kekuasaan. Implikasinya adalah negara memandang agama pribumi bukan agama. Hal ini membawa perlunya agamaisasi pengikut agama pribumi yang menimbulkan konflik misi dari agama-agama besar. Karena itu, agama pribumi mengalami konflik denga negara, juga dengan agama-agama besar sekaligus. Posisi mereka akhirnya serba terjepit, karena itu rekomendasi tulisan ini memandang perlu Penghayat Kepercayaan diletakkan di Kementerian Agama dengan membentuk BIMAS Penghayat Kepercayaan, setidaknya dengan demikian negara meletakkan agama pribumi penting dan setara dengan agama besar lainnya.]","PeriodicalId":34838,"journal":{"name":"Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan","volume":"110 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82288264","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"‘SANGU AKHIRAT’ SEBAGAI GERAKAN FILANTROPI: TRANSFORMASI BANTUAN PEMBANGUNAN MASJID AL-AMIN MENJADI DANA SOSIAL UMAT","authors":"Aweng Efendi, Moh. Abu Suhud","doi":"10.14421/jpm.2018.021-10","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jpm.2018.021-10","url":null,"abstract":"The program ‘Sangu Akhirat’ is popularity by people of Sumber Gamol Village, Sleman. If we are variously from behind, ‘Sangu Akhirat’ program is a model of Muslim philanthropy movement who increasingly develops in the society of this country for old. For the early, this programs has been the purpose of cost salvage building mosque in 2007, but the next step when mosque building after finished is still existed until right now. Meanwhile, the programs have been changing of function become social cost since 2012. Hence, this article aims to explain the transforming develop from cost building mosque become social cost security for empowerment. For the step early, this paper is developing research of thesis for the graduate program, then this article cultivated to become a narrative field study with a qualitative approach. Data of this research has been treated through the interview process, observation, and documentation. Moreover, the data was cultivated by reduction data, display data, and conclusion. Based on field discovery, this article is twice part of the implementation program both interpretation and organizing steps and the application program. After implementation of ‘Sangu Akhirat’ program, I am discovering of impact in the growing of mutual assistance spirit, increasingly of sympathy, and developing for spirit helping people in the village.[Program ‘Sangu Akhirat’ dipopulerkan oleh masyarakat Dusun Sumber Gamol, Sleman. Jika ditelisik, ‘Sangu Akhirat’ masuk dalam gerakan filantropi Islam yang sudah tumbuh berkembang di tengah masyarakat negeri ini. Pada tahap awal, program ini bertujuan untuk menutupi biaya pembangunan masjid di tahun 2007, namun tahap selanjutnya ketika pembangunan masjid selesai, program ini masih memiliki eksistensi. Di mana eksistensi program ini berubah fungsi menjadi dana sosial umat sejak 2012. Dengan demikian, artikel ini menjelaskan tentang transformasi program bantuan pembangunan masjid Al-Amin Aminah Binti Saif menjadi dana sosial umat. Secara eksploratif, artikel ini menjelaskan lebih dalam tentang implementasi program ‘Sangu Akhirat’. Pada awalnya, kajian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan jenis kualitatif. Seiring dengan kebutuhan publikasi, maka hasil draft penelitian ini diolah menjadi sebuah artikel dengan analisis deskriptif. Data penelitian ini diolah dari proses wawancara, obsevasi, dan dokumentasi. Adapun data yang diperoleh melalui proses penyederhanaan dengan cara reduksi data, menyajikan data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan temuan lapangan, artikel ini di bagi menjadi dua implementasi program, yakni tahapan interpretasi, tahapan pengorganisasian, dan tahapan aplikasi. Setelah melalui tahap implementasi, penulis menemukan beberapa dampak dari program ini, antara lain: tumbuhnya semangat gotong royong, meningkatnya rasa simpatik sesama masyarakat, dan berkembangnya rasa saling tolong menolong di masyarakat.]","PeriodicalId":34838,"journal":{"name":"Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan","volume":"38 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74245740","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}