{"title":"Tradisi Muraja’ah dalam Menjaga Hafalan Al-Qur’an bagi Santri PPIQ di Wilayah Az-Zainiyah Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo","authors":"Luthviyah Romziana, Wilandari Wilandari, Lum Atul Aisih","doi":"10.36781/kaca.v11i2.125","DOIUrl":"https://doi.org/10.36781/kaca.v11i2.125","url":null,"abstract":"Penelitian ini merupakan penelitian living Quran dalam tradisi muraja’ah menjaga hafalan al-Qur’an bagi santri PPIQ di wilayah Az-Zainiyah Pondok Pesantren Nurul Jadid. Tradisi muraja’ah merupakan salah satu metode yang diterapkan di PPIQ az-Zainiyah untuk menjaga hafalan santri. Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang hendak dicapai yaitu mengenai praktek muraja’ah al-Qur’an santri PPIQ, sejauh mana efektifitas santri PPIQ dalam menjaga hafalan al-Qur’an dan mengenai makna muraja’ah al-Qur’an bagi santri PPIQ. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pada tahap deskriptif akan dibahas tentang segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tradisi muraja’ah al-Qur’an, seperti bagaimana santri menjaga hafalan, apa kendala dari menghafal al-Qur’an. Sedangkan teknik pengumpulan data yaitu melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah, dalam segi pelaksanaan, terdapat 2 praktik muraja’ah, yaitu praktik yang dilakukan harian dan bulanan. Praktik harian dilakukan setiap malam setelah salat maghrib yaitu pukul 18.00 WIB - 20.00 WIB, kecuali malam Jumat dan Selasa dengan membaca al-Qur'an sebanyak 5 kaca (2,5 halaman). Sedangkan praktik bulanan yaitu membacakan al-Qur'an bi al-ghayb secara lancar dan benar dalam hukum tajwid, dan semua juz yang sudah dihafal akan disimak oleh teman, pengurus ataupun pembina. Adapun resepsi santri dalam tradisi muraja’ah dalam menjaga hafalan al-Qur’an di PPIQ wilayah az-Zainiyah Pondok Pesantren Nurul Jadid yaitu: pertama, al-Qur’an merupakan shifa’ atau obat. Kedua, dengan al-Qur’an menjadikan dekat dengan Rabb-nya. Ketiga, mendapat keberkahan dari al-Qur’an.","PeriodicalId":294735,"journal":{"name":"KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117001982","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Konsep Adab dalam Tradisi Tarekat: Suatu Telaah Epistemologis","authors":"Rosidi Rosidi","doi":"10.36781/kaca.v11i2.124","DOIUrl":"https://doi.org/10.36781/kaca.v11i2.124","url":null,"abstract":"Adab merupakan salah satu unsur terpenting dalam tradisi tarekat. Artikel ini berupaya melakukan telaah epistemologis atas konsep adab dalam tradisi tarekat, dengan merujuk kepada pemikiran empat tokoh tasawuf dan tarekat terkemuka, yaitu, Shaykh Abd. al-Qadir al-Jilani, al-Habib Abd. Allah b. Alawi al-Haddad, KH. Muhammad Utsman al-Ishaqi, dan KH. Ahmad Asrori al-Ishaqi. Melalui analisis-deskriptif-filosofis, tulisan ini menemukan bahwa, 1) adab dalam tarekat memiliki peranan yang amat penting. 2) Terdapat ragam adab dalam tarekat, seperti adab kepada Allah, Rasulullah, guru mursid, sesama pengikut tarekat, sesama muslim, diri sendiri, keluarga, dan lain-lain. 3) Konsep adab dalam tarekat memiliki akar ontologis yang kuat dalam al-Qur’an dan al-sunnah. Dengan demikian, tuduhan sementara orang atau kelompok, bahwa tradisi tarekat tidak sesuai dengan Islam, tidak dapat dibenarkan.","PeriodicalId":294735,"journal":{"name":"KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130473636","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abdul Basid, Nur Faizin, Bakri Mohamed Bkheet Ahmed
{"title":"Kontribusi Ayat-Ayat Zakat di Era Covid-19 Terhadap Perkembangan Ekonomi: Telaah Pemikiran Al-Tabari dalam Jami’ Al-Bayan Fi Ta’wil Al-Qur’an","authors":"Abdul Basid, Nur Faizin, Bakri Mohamed Bkheet Ahmed","doi":"10.36781/kaca.v11i2.127","DOIUrl":"https://doi.org/10.36781/kaca.v11i2.127","url":null,"abstract":"Penelitian ini berusaha mengungkap peran zakat di tengah pandemi Covid-19, berikut implementasi ayat-ayat zakat terhadap problematika ekonomi saat ini. Interpretasi ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan topik, dalam hal ini meninjau kepada pemikiran ibn Jarir al-Tabari dalam kitab Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, yang kemudian dikaji secara kontekstual dengan menghubungkan kepada kondisi ekonomi masyarakat ketika pandemi berlangsung. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa zakat sebagai basis ekonomi keumatan memiliki andil yang cukup signifikan dalam ranah pendidikan maupun ekonomi. Selain berfungsi untuk membersihkan harta, zakat juga berfungsi mengangkat harkat dan martabat manusia dan menghilangkan sifat materialisme serta menghilangkan kesenjangan sosial dalam lingkup masyarakat, khususnya di era pandemi. Keberadaan ayat-ayat zakat dalam al-Qur’an juga memberikan kontribusi dalam mengubah paradigma pendidikan ekonomi yang selama ini berkiblat pada dua sistem ekonomi ekstrem, yaitu antara sistem ekonomi kapitalis dan komunis.","PeriodicalId":294735,"journal":{"name":"KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin","volume":"53 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127644624","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Genealogi Pendekatan Historis-Sosiologis Fazlur Rahman dalam Memahami Hadis","authors":"Moh. Norfauzan","doi":"10.36781/kaca.v11i2.130","DOIUrl":"https://doi.org/10.36781/kaca.v11i2.130","url":null,"abstract":"Artikel ini membahas pendekatan hadis, khususnya pendekatan historis-sosiologis Fazlur Rahman. Metode yang digunakan adalah metode analitik-deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari genealogi pendekatan historis-sosiologis. Dari penelusuran penulis, pendekatan historis-sosiologis Fazlur Rahman dibangun dari ilustrasi Rahman terhadap kontestualisasi hadis tentang hukum yaitu hadis tentang hukum perang, legislasi sosial, dan hukum bukti. Rahman melacak pemahaman hadis tersebut pada masa Nabi Muhammad dan pada masa Islam awal, yaitu ketika sahabat Umar menafsirkan kasus hukum tersebut. Dalam penulusuran tersebut, Rahman menemukan bahwa dalam penafsiran hadis-hadis tersebut tidak statis, tetapi dinamis, yaitu memahami sunah maupun hadis didasarkan pada latar belakang sosio-historis. Sehingga dalam pemahamannya berbeda-beda dan bergerak kreatif dari masa ke masa. Dengan kenyataan tersebut, Rahman mengembangkan pendekatan dalam memahami hadis yang disebut pendekatan historis-sosiologis.","PeriodicalId":294735,"journal":{"name":"KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin","volume":"88 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125696908","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Haul dan Perilaku Keagamaan: Studi Motivasi Jamaah Haul Akbar Tarekat Qodiriyah wan Naqsabandiyah Al Ustmaniyah di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Kedinding Lor Surabaya","authors":"Iksan Kamil Sahri, Muallifah Muallifah","doi":"10.36781/KACA.V11I1.3248","DOIUrl":"https://doi.org/10.36781/KACA.V11I1.3248","url":null,"abstract":"Terdapat fenomena keagamaan masyarakat urban yang lebih relijius dalam tiga dasawarsa belakangan ini. Masyarakat urban diketahui mencari model-model keagamaan tertentu untuk mengekspresikan kehidupan spritual mereka. Sifatnya sering kali simbolik yang bisa dilihat secara sederhana sebagai bagian keagamaan. Salah satu simbol ritual keagamaan tersebut melalui haul. Tulisan ini hendak ingin menjawab apakah yang memotivasi orang-orang untuk datang ke haul yang diadakan di pondok pesantren Al Fithrah, Surabaya. Untuk menjawab pertanyaan ini, peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi dengan memakai teori motif milik Schütz. Penelitian ini menunjukkan bahwa acara haul digunakan tidak saja sebagai ritual keagamaan yang diadakan oleh lembaga keagamaan tapi juga sebagai ajang wisata rohani dengan tujuan yang beragam. Dengan mengikuti haul mereka percaya bahwa mereka akan mendapat keberkahan dalam kehidupan mereka ke depannya. Sedangkan sebab mereka mengetahui haul di pesantren Al Fithrah terbagi pada dua pola; generasi tua lebih pada nasab keilmuan serta spritualitas sedangkan generasi muda lebih beragam.","PeriodicalId":294735,"journal":{"name":"KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin","volume":"84 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126003406","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Interpretasi Sufistik dalam Al-Qur’an","authors":"A. Syatori","doi":"10.36781/kaca.v10i2.3127","DOIUrl":"https://doi.org/10.36781/kaca.v10i2.3127","url":null,"abstract":"Kajian ilmiah ini di dalamnya memuat berbagai ulasan tentang sisi tasawuf dan corak pola pemikiran ijtihad para sufistik dalam memahami isi kandungan makna al-Qur'an secara ishari melalui pendekatan-pendekatan intuitif. Sebagaimana kita ketahui, bahwa tafsir adalah merupakan instrumen alat pengetahuan yang mengkaji dan membahas tentang berbagai maqasid (maksud dan tujuan) yang terkandung dalam al-Qur’an sesuai dengan batasan kemampuan manusia melalui metode penafsiran dengan berbagai disiplin ilmu tafsir. Oleh karena itulah, tafsir adalah salah satu ilmu ushuludin yang paling pokok dan utama serta memiliki kedudukan yang sangat tinggi di antara ilmu-ilmu ushuludin lainnya. Sebab, objek kajian pembahasannya adalah wahyu Allah. Adanya corak penafsiran yang beraneka-ragam adalah sebagai bukti akan kebebasan dalam penafsiran al-Quran. Namun demikian, tentu tetap dalam batas-batas koridor pakem aturan disiplin ilmu tafsir. Dalam dunia tafsir, corak-corak tafsir yang ada dan dikenal selama ini adalah corak bahasa, corak filasafat- teologi, corak penafsiran ilmiah, corak fiqih-tasawuf dan corak sastra budaya kemasyarakatan serta corak-corak lainnya. Seiring dengan perkembangan tasawuf dan alirannya, para sufi juga ikut berperan serta dan berpartisipasi dalam memberikan sumbangan dan kontribusi terhadap nilai-nilai ajaran Islam yang ada. Mereka berusaha menafsirkan al-Qur’an sesuai dengan faham tasawuf yang mereka anut, yaitu dengan menggunakan metode tafsir secara khusus yang disebut tafsir ishari atau tafsir sufi. Pada umumnya, para ahli tafsir dalam rangka menafsirkan al-Qur'an secara tekstual lebih cenderung pada pemahaman-penahaman makna secara tersurat. Akan tetapi berbeda dengan kelaziman penafsiran para sufistik, mereka di samping memahami sisi al-Qur'an dari segi tekstual, juga lebih menekankan pada pemahaman batiniyah secara tersirat.","PeriodicalId":294735,"journal":{"name":"KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin","volume":"47 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114761744","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Tafsir Klasik: Analisis Terhadap Kitab Tafsir Era Klasik","authors":"A. F. Rozi","doi":"10.36781/KACA.V9I2.3036","DOIUrl":"https://doi.org/10.36781/KACA.V9I2.3036","url":null,"abstract":"Al-Quran adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, di dalamnya memuat pedoman hidup bagi semua manusia. Pedomanan hidup yang dijelaskan di dalam al-Qur’an tersebut masih sangat global dan umum, karena keumumannya inilah maka para ulama mencoba memahami serta menafsirinya dengan menggunakan berbagai metode dan caranya masing-masing. Proses ini memakan waktu panjang yang terbagi menjadi beberapa fase, yakni fase klasik hingga kontemporer. \u0000Tulisan dalam penelitian ini mengkhususkan pada masa era klasik, dimana karakteristik penafsiran yang dilakukan oleh para ulama tersebut menekankan pada sumber penafsiran, corak dan pendekatan yang digunakan. Adapun penelaahan terhadap kitab karya ulama pada era klasik tersebut menekankan kepada empat kitab tafsir yakni: Tafsir Al-Jami’ al Bayan Fi Tafsir al-Qur’an karya Al-Tabari, Tafsir Ahka>m al-Qur’an karya Al-Jashsha>sh. Tafsir al--Kashshaf karya Al-Zamakhshari dan tafsir Al-Qur’an al-Az}im karya Ibnu Katsi>r. \u0000Kata kunci: kitab tafsir, tafsir klasik","PeriodicalId":294735,"journal":{"name":"KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127038713","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Perkembangan Hadis Pada Masa Sahabat","authors":"A. Mu’awanah","doi":"10.36781/KACA.V9I2.3037","DOIUrl":"https://doi.org/10.36781/KACA.V9I2.3037","url":null,"abstract":"Sudah menjadi konsesus umat Islam bahwa keberadaan hadis menjadi sumber penggalian hukum setelah al Qur’an, sebab sejatinya hadis merupakan penjelas terhadap makna-makna al Qur’an yang masih samar dan global(bayan at tafsi>r).Selain itu hadis juga berfungsi menjelaskan beberapa permasalahan hukum yang belum pernah dijelaskan sebelumnya oleh al Qur’an(baya>n at tasyri>’).Sebab itu keberadaan hadis menjadi sangat pentingdan harus dijaga keotentikannya karena hadis harus terhindar dari berbagai tendesius, baik pribadi maupun kelompok. Sejak awal hadis telah dijaga dengan sungguh-sungguh, termasuk oleh para sahabat. Mereka adalah generasi pertama yang memiliki tanggung jawab menjaga hadis dari berbagai kesalahan dan kekeliruan. Hal ini bisa ditelusuri dari beberapa kebijakan yang diterapkan oleh al Khulafa>’u al Rashidu>n, mulai dari kebijakan yang diterapkan oleh Abu> Bakar as S{iddi>q, yang harus menghadirkan seorang saksi bagi siapapun yang meriwayatkan hadis sehingga bisa dibenarkan periwayatannya, begitu juga sahabat Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib yang juga menambahkan syarat sumpah bagi sahabat yang meriwayatkan hadis. Demikian bukan berarti mereka meragukan hadis sebagai sesuatu yang layak untuk dijadikan sebagai sandaran dalam penggalian hukum, justru sikap mereka yang membatasi periwayatan hadis dengan menerapkan beberapa kebijakan tersebut adalah bukti kesungguhan mereka dalam menjaga hadis sehingga keotentikannya tetap lestari dari berbagai pemalsuan dan kekeliruan. Maka tidak heran jika kita telusuri dalam kitab mus{thalah al hadis, perkembangan hadis pada masa sahabat disebut dengan istilah taqli>l al-riwayah wa al-tathabbut fi> al-riwa>yah (masa penyedikitan dan pembatasan periwayatan). \u0000Kata kunci: hadis, sahabat, taqli>l al-riwayah wa al-tathabbut fi> al-riwa>yah.","PeriodicalId":294735,"journal":{"name":"KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130927185","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Relasi Syari’at dan Hakikat Perspektif Al-Ghazālī","authors":"M. Bakir","doi":"10.36781/KACA.V9I2.3033","DOIUrl":"https://doi.org/10.36781/KACA.V9I2.3033","url":null,"abstract":"Selama ini, oleh sebagian para ahli, hakikat dan syariat ditempatkan pada posisi yang paradoks dan dinilai sebagai dua dimensi yang saling berjahuan. Padahal syari’at dan hakikat bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad. Oleh karena itu, keduanya memiliki relasi yang kuat. Artikel ini hendak mengelaborasi gagasan Imam al-Ghazali seputar relasi syari’at dan hakikat itu. Hasil penelitian membuktikan bahwa barang siapa yang menyatakan bahwa hakikat itu menyelisihi syari‘at maka ia dianggap kafir, karena sesungguhnya syari‘at merupakan aspek zahir dan hakikat merupakan aspek batin. Bahwa aspek zahir dan aspek batin jika untuk mendekatkan diri kepada Allah tidak bisa dipisahkan dan harus berdampingan, dan harus saling mengisi antara keduanya. Syari‘at datang dengan pembebanan pada makhluk, sedangkan hakikat merupakan keterangan pengertian al-aqq (kenyataan). Syari‘at itu terkait dengan ibadah, hakikat dipersaksikan. Syari‘at merupakan penegak atau penopang segala perintah, sementara hakikat bukti segala yang ditetapkan, disembunyikan atau yang ditampakkan. \u0000Kata kunci: syariat, hakikat, relasi","PeriodicalId":294735,"journal":{"name":"KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125544468","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Mediasi Pengampunan Dosa","authors":"A. Bashori","doi":"10.36781/KACA.V9I2.3031","DOIUrl":"https://doi.org/10.36781/KACA.V9I2.3031","url":null,"abstract":"Pembahasan tentang mediasi atau yang biasa disebut shafa>’ah dalam kaitannya dengan pengampunan dosa dan siksaan yang dilakukan oleh manusia, merupakan pembahasan yang tak lekang olah masa, dimana sebagian manusia sangat bergantung dan mengandalkannya sehingga lupa dengan amal perbuatan yang dilakukannya, di sisi yang lain bagi yang tidak mempercayainya, mereka terlena dengan amal perbuatannya yang kemudian menjadikannya bangga dan lupa hakikat yang sebenarnya, pemahaman mereka tentang shafa>’ah ternyata telah digambarkan dengan jelas di dalam al-Qur’an, untuk menjelaskan perbandingan pola pikir mereka dapat telisik dengan menggunakan metode penafsiran, diantaranya adalah pendekatan metode muqorin. Tafsir muqa>ran ialah metode tafsir yang ditempuh oleh seorang mufassir dengan cara mengambil sejumlah ayat al-Quran, kemudian mengemukakan penafsiran para ulama tafsir terhadap ayat-ayat itu, baik mereka termasuk ulama salaf atau ulama hadith yang metode dan kecenderungan mereka berbeda-beda, baik penafsiran mereka berdasarkan riwayat atau berdasarkan rasio, selanjutnya membandingkan perbedaan kecenderungan mereka. \u0000Kata kunci: metode, muqarin, komparatif, shafa>’ah","PeriodicalId":294735,"journal":{"name":"KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124048286","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}