Albert Yohanes, Axel Yoagnesto, Mohammad Fanani, Lukman Aryoseto
{"title":"Hubungan Gaya Hidup Hedonis Dengan Tingkat Stres pada Mahasiswi Kedokteran","authors":"Albert Yohanes, Axel Yoagnesto, Mohammad Fanani, Lukman Aryoseto","doi":"10.20961/plexus.v2i1.461","DOIUrl":"https://doi.org/10.20961/plexus.v2i1.461","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Perkembangan jaman menyebabkan perubahan kebiasaan dan gaya hidup terutama pada mahasiswi salah satunya adalah gaya hidup hedonisme. Mahasiswi yang mengikuti gaya hidup hedonis memerlukan uang yang banyak untuk mencukupi keinginannya, hal ini dapat menyebabkan pengeluaran mahasiswi lebih banyak padahal mahasiswi mayoritas belum bekerja. Tidak dapat mengikuti gaya hidup hedonis dapat memicu rasa takut dan tertekan yang jika dibiarkan dapat menyebabkan stres. Tujuan dari penelitian ini untuk menilai hubungan antara gaya hidup hedonis dan tingkat stress mahasiswi. \u0000Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi cross sectional yang dilaksanakan di Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sampel dari penelitian ini adalah 215 mahasiswi yang termasuk kedalam kriteria inklusi. Sampel diambil dengan teknik probability sampling jenis simple random sampling. Variable terikat adalah tingkat stress dan variable bebas adalah hedonism. Data gaya hidup hedonism diperoleh dari pengisian kuisioner skala gaya hidup hedonis dan data tingkat stress diperoleh dari pengisian kuisioner PSS-10 (Perceived Stres Scale). Data kemudian akan dihitung menggunakan software SPSS dan dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman.\u0000Hasil: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hedonism dengan tingkat stress dengan kekuatan korelasi yang rendah dan arah negative antara gaya hidup hedonisme dengan tingkat stress pada mahasiswi di Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.\u0000Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan antara gaya hidup hedonisme dengan tingkat stress pada mahasiswi di Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.","PeriodicalId":239989,"journal":{"name":"Plexus Medical Journal","volume":"122 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114289084","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Identifikasi Ragam Modifikasi Gigi pada Jenazah Tidak Dikenal dan Rangka Manusia Forensik","authors":"R. Suriyanto","doi":"10.20961/plexus.v2i1.389","DOIUrl":"https://doi.org/10.20961/plexus.v2i1.389","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Ragam modifikasi gigi sebagai produk budaya sudah dikenal penduduk Indonesia sejak zaman kuno. Ragam modifikasi gigi ini masih dipratekkan oleh beberapa kelompok etnis di Indonesia sampai sekarang. Jadi ragam modifikasi gigi ini dapat menunjukkan kelompok kultural si empunya. Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan beragam modifikasi gigi yang dapat menyumbangan suatu indikator untuk mengetahui identitas kultural jenazah tidak dikenal atau jenazah skeletonisasi. \u0000Metode: Penduduk Indonesia telah mengenal beragam modifikasi gigi. Seluruh informasi mengenai modifikasi gigi ini dikumpulkan dari hasil-hasil riset yang telah dipublikasikan. Hasil-hasil riset itu menunjukkan bahwa modifikasi gigi yang paling umum adalah pangur gigi. Modifikasi gigi telah dilakukan sejak zaman kuno di Indonesia. Saat ini hanya etnis tertentu yang masih mempratekkan modifikasi gigi. Modifikasi gigi sebagai konstruksi budaya dari masing-masing kelompok etnis yang memiliki tradisi tersebut mempunyai kekhasannya sendiri. Dari aspek forensik informasi ini sangat membantu dalam proses individualisasi.\u0000Hasil dan Diskusi: Beberapa kelompok etnis di Indonesia masih mempratekkan beragam modifikasi gigi walaupun sudah tidak seintensif di masa lalu. Modifikasi gigi sebagai mode kultural itu senantiasa berubah. Di sini pemahaman beragam modifikasi gigi dapat menyumbangkan suatu indikator untuk mengetahui identitas kultural jenazah tidak dikenal atau jenazah skeletonisasi, khususnya di Indonesia. Identitas kultural jenazah tidak dikenal atau jenazah skeletonisasi itu yang terkait dengan jejak mode kulturalnya juga senantiasa dinamis.\u0000Kesimpulan: Pemahaman beragam modifikasi gigi masih dapat menyumbangkan suatu indikator untuk mengetahui identitas kultural jenazah tidak dikenal atau jenazah skeletonisasi, khususnya di Indonesia.","PeriodicalId":239989,"journal":{"name":"Plexus Medical Journal","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128530198","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hubungan Resiliensi, Diri Dengan, Tingkat Kecemasan, Pasien Systemic, Lupus Erythematosus, Sle An’nurihza, Zidhan Azhara, Gusti Bagus, I. Nugroho, Bulan Kakanita Hermasari
{"title":"Hubungan Resiliensi Diri dengan Tingkat Kecemasan Pasien Systemic Lupus Erythematosus (SLE)","authors":"Hubungan Resiliensi, Diri Dengan, Tingkat Kecemasan, Pasien Systemic, Lupus Erythematosus, Sle An’nurihza, Zidhan Azhara, Gusti Bagus, I. Nugroho, Bulan Kakanita Hermasari","doi":"10.20961/plexus.v2i1.456","DOIUrl":"https://doi.org/10.20961/plexus.v2i1.456","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan penyakit inflamasi kronis yang memengaruhi banyak organ yang dapat menimbulkan masalah psikologis berupa kecemasan. Dalam mengatasi tekanan psikis seseorang memiliki kemampuan bertahan dan menguasai tekanan yang ada atau resiliensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan resiliensi diri dengan tingkat kecemasan pasien Systemic Lupus Erythematosus (SLE).\u0000Metode: Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian adalah pasien Systemic Lupus Erythematosus (SLE) di Yayasan Tittari Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah resiliensi diri yang dinilai dengan kuesioner CD-RISC 10 (Connor Davidson Resilience Scale) dan variabel terikat berupa tingkat kecemasan yang dinilai dengan kuesioner TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale). Analisis data dilakukan dengan uji Spearman Rank.\u0000Hasil: Sebanyak 42 orang (82.4%) mengalami cemas. Hasil terbanyak subjek memiliki tingkat resiliensi diri sedang sebanyak 31 orang (60.8%). Hasil uji korelasi mendapatkan nilai p=0,005 (p<0,05) dengan nilai r -0,389 menunjukkan kedua variabel memiliki sifat hubungan yang negatif.\u0000Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara resiliensi diri dengan tingkat kecemasan pasien Systemic Lupus Erythematosus (SLE).","PeriodicalId":239989,"journal":{"name":"Plexus Medical Journal","volume":"65 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129115236","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Self-disclosure (Keterbukaan Diri) dan Quarter-life Crisis (Krisis Seperempat Abad) Mahasiswa Psikologi","authors":"Afifah Ulva Zein, Istar Yuliadi, Jarot Subandono, Debree Septiawan","doi":"10.20961/plexus.v2i1.416","DOIUrl":"https://doi.org/10.20961/plexus.v2i1.416","url":null,"abstract":"Introduction: Quarter-life crisis is an individual who enters the period of emerging adulthood without stopping questioning the future, confused in dealing with problems, and reflecting a lot on the past to see whether his life up to now is in accordance with the life he dreamed of. This crisis is most intense in their twenties and often occurs in someone who is in the transition phase from education to the next career level, for example, a final year student. Therefore, it is necessary to find a way to reduce the negative impacts that arise, which is by knowing more about the situation that being experienced by self disclosure. This study aimed to determine whether there is a relationship between self-disclosure and quarter-life crisis in final year students.\u0000Methods:This research was observasional analytics with cross-sectional design. Subject in this research was psychology student at UNS in year 2018, amounted to 46 people who met the inclusion and exclusion criteria. Sampling was done by pusposive sampling technique. The level of self-disclosure was measured by filling out the Self-disclosure questionnaire, while the degree of quarter-life crisis was measured by the Quarter-life Crisis questionnaire. The data obtained were then analyzed by spearman rank correlation test.\u0000Results: This study showed a significant and negative relationship between the level of self-disclosure with quarter-life crisis (sig f=0,049) \u0000Conclusions: Based on the results of this study, there was a moderate relationship between the level of self-disclosure and quarter-life crisis on psychology students Universitas Sebelas Maret year 2018, where the higher level of self-disclosure, the lower level of quarter-life crisis.\u0000 ","PeriodicalId":239989,"journal":{"name":"Plexus Medical Journal","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131148239","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Efek Ekstrak Etanolik Daun Kelor Terhadap Kadar HDL, Kadar LDL, serta Ketebalan Aorta Tikus Wistar Model Sindrom Metabolik","authors":"Aulia Ninggar Nadhira, Ida Nurwati, D. R. Budiani","doi":"10.20961/plexus.v2i1.219","DOIUrl":"https://doi.org/10.20961/plexus.v2i1.219","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Daun kelor diketahui memiliki potensi menurunkan gejala sindrom metabolik. Kriteria sindrom metabolik antara lain yait terdapat penurunan HDL, peningkatan LDL, dan penebalan dinding aorta. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanolik daun kelor terhadap kadar HDL, kadar LDL, dan ketebalan aorta tikus wistar jantan model sindrom metabolik.\u0000Metode: Penelitian bersifat eksperimental laboratorik menggunakan lima kelompok, yaitu KKN diberi pakan standar; KKP, KP1, KP2, dan KP3 diberi pakan tinggi lemak selama 28 hari dan injeksi STZ-NA pada hari ke-25. Kelompok perlakuan (KP) diberikan dosis ekstrak etanolik daun kelor masing-masing 150; 250; dan 350 mg/kgBB/hari. Kadar HDL dan LDL diukur pada hari ke-0, 25, 28, dan 57. Terminasi pada hari ke-57, aorta pars thoracica diberi pengecatan HE. Kadar HDL dan LDL dianalisis menggunakan paired t-test. Kadar HDL, LDL, dan ketebalan aorta dianalisis menggunakan one-way ANOVA dilanjutkan post hoc Tukey HSD. \u0000Hasil: Hasil paired t-test terdapat perbedaan bermakna antara kadar HDL dan LDL sebelum dan setelah pemberian ekstrak. Hasil one-way ANOVA dan post hoc Tukey HSD, kadar HDL dan LDL terdapat perbedaan bermakna antar kelompok sedangkan ketebalan aorta tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok.\u0000Kesimpulan: Ekstrak etanolik daun kelor dosis 150; 250; dan 350 mg/kgBB/hari dapat meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kadar LDL, tetapi tidak berpengaruh terhadap ketebalan aorta tikus wistar jantan model sindrom metabolik.","PeriodicalId":239989,"journal":{"name":"Plexus Medical Journal","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123609558","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Hubungan antara Usia dengan Kualitas Hidup Penderita Tonsilitis Kronik","authors":"Tissa Asabella Prihandini, Putu Wijaya Kandhi","doi":"10.20961/plexus.v1i6.507","DOIUrl":"https://doi.org/10.20961/plexus.v1i6.507","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Salah satu kejadian ISPA yang sering ditemui di masyarakat adalah tonsilitis. Prevalensi kasus tonsilitis kronik menurut data epidemiologi penyakit THT di tujuh provinsi tahun 2012 menempati posisi tertinggi kedua (3.8%). Tonsilitis kronik dapat menurunkan kualitas hidup penderita. Tonsilitis dapat ditemukan di segala usia, namun paling sering dialami oleh usia anak-anak sehingga sering menjadi subjek penelitian, sedangkan untuk usia dewasa masih cukup terbatas dan belum ada perbandingannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara usia dengan kualitas hidup penderita tonsilitis kronik.\u0000Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan desain cross-sectional. Besar sampel penelitian sebanyak 30 sampel penderita tonsilitis kronik berusia 5-35 tahun dengan consecutive sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner SF-36 dilakukan di Poliklinik THT RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Rumah Sakit UNS, dan RSUD Pandan Arang Boyolali pada bulan Juli sampai September 2022. Metode analisis data yang digunakan adalah uji korelasi Pearson.\u0000Hasil: Variabel usia dan kualitas hidup penderita tonsilitis kronik memiliki hubungan yang negatif dengan kekuatan hubungan yang lemah (r=-0.278). Semakin bertambahnya usia maka kualitas hidup semakin menurun. Namun secara statistik, kedua variabel tidak memiliki hubungan yang bermakna (p value=0.137).\u0000Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara usia dengan kualitas hidup penderita tonsilitis kronik.","PeriodicalId":239989,"journal":{"name":"Plexus Medical Journal","volume":"17 4","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133169969","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Putri Yumna Nur Aqila, Hari Wahyu Nugroho, Fadhilah Tia Nur
{"title":"Hubungan Jarak dan Durasi Penggunaan Smartphone dengan Digital Eye Strain pada Anak Sekolah Menengah Pertama di Masa Pandemi COVID-19","authors":"Putri Yumna Nur Aqila, Hari Wahyu Nugroho, Fadhilah Tia Nur","doi":"10.20961/plexus.v1i6.549","DOIUrl":"https://doi.org/10.20961/plexus.v1i6.549","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Selama pandemi COVID-19, pemerintah mengeluarkan kebijakan physical distancing, sehingga membuat anak-anak menggunakan smartphone sebagai media belajar maupun hiburan dan anak-anak memilih menghabiskan waktu pada smartphone, sehingga berdampak pada kesehatan mata, salah satunya dapat menimbulkan digital eye strain atau mata lelah. Beberapa penelitian yang telah dilakukan cenderung mengambil sampel orang dewasa dan ini menjadikan penelitian digital eye strain pada anak perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan jarak dan durasi penggunaan terhadap digital eye strain, serta faktor resikonya\u0000Metode: Penelitian cross sectional dilakukan dengan mengambil sampel siswa/I kelas VII, VII, dan IX SMP Al Azhar Syifa Budi, Surakarta dan didaptakan jumlah sampel 99 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini memilih jarak dan durasi penggunaan smartphone sebagai variabel bebas dan digital eye strain sebagai variabel terikat. Pengukuran digital eye strain menggunakan Computer Vision Syndrome Questionnaire (CVS-Q). Analisis data menggunakan uji hipotesis bivariat dengan SPSS.\u0000Hasil: Pada hasil penelitian didapatkan hubungan yang signifikan yaitu p=0,002 pada jarak penggunaan smartphone dengan Digital Eye Strain. Pada durasi penggunaan smartphone dengan Digital Eye Strain menunjukkan korelasi yang signifikan dengan p=0,022\u0000Kesimpulan: Menggunakan smartphone dengan jarak yang dekat dan durasi yang lama dapat beresiko mengalami Digital Eye Strain","PeriodicalId":239989,"journal":{"name":"Plexus Medical Journal","volume":"191 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133697512","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Aliya Naziha, Gusti Ayu Maharatih, Bulan Kakanita Hermasari
{"title":"Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Depresi Pasien Systemic Lupus Erythematosus (SLE)","authors":"Aliya Naziha, Gusti Ayu Maharatih, Bulan Kakanita Hermasari","doi":"10.20961/plexus.v1i6.498","DOIUrl":"https://doi.org/10.20961/plexus.v1i6.498","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun yang disebabkan oleh pengendapan kompleks imun dengan keterlibatan berbagai organ. Salah satu manifestasi yang paling umum SLE adalah Neuropsychiatric Systemic Lupus Erythematosus (NPSLE). Manifestasi klinis NPSLE yang paling banyak ditemukan adalah gangguan mood yaitu depresi. Kondisi pasien SLE yang mengalami berbagai perubahan secara fisik dapat mempengaruhi keadaan psikologisnya sehingga dibutuhkan dukungan sosial yang positif karena dapat menjadi penyangga efek negatif dari rasa sakit dan depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan tingkat depresi pada penderita Systemic Lupus Erythematosus (SLE) di Yayasan Tittari Surakarta.\u0000Metode: Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian adalah penderita Systemic Lupus Erythematosus (SLE) di Yayasan Tittari Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan pengisian kuesioner sosiodemografi, The Social Provisions Scale (SPS), dan Hospital Anxiety and Depression Scale – Depression (HADS-D). Analisis data dilakukan dengan uji normalitas Kolmogorov–Smirnov, serta uji bivariat menggunakan Spearman Rank.\u0000Hasil: Penelitian ini diikuti oleh 60 responden. Responden didominasi oleh perempuan (96,7%), dengan rentang usia terbanyak adalah 18 – 35 tahun (48,3%), sudah menikah (78,3%), serta memiliki tingkat pendidikan perguruan tinggi (71,7%). Mayoritas responden telah menderita SLE ≥2 tahun (95%) serta mengonsumsi obat steroid dan immunosupressan (41,7%). 35 responden memiliki dukungan sosial rendah (58,3%) sedangkan 25 responden memiliki dukungan sosial tinggi (41,7%). Berdasarkan tingkat depresi, 49 responden (81,7%) dalam keadaan normal (81,7%), 9 responden memiliki depresi ringan (15%), 2 responden mempunyai depresi sedang (3,3%), dan tidak ada responden yang memiliki depresi berat. Hubungan dukungan sosial dengan tingkat depresi pada pasien SLE di Yayasan Tittari Surakarta menunjukkan nilai p = 0,004 (p<0,05) dan nilai koefisien korelasi r= 0,370.\u0000Kesimpulan: Terdapat korelasi lemah antara dukungan sosial dengan tingkat depresi pada pasien Systemic Lupus Erythematosus (SLE) di Yayasan Tittari Surakarta dengan arah korelasi negatif.","PeriodicalId":239989,"journal":{"name":"Plexus Medical Journal","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115165287","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Novianto Adi Nugroho, Firda Luthfiyyatul Haniifah, Adji Suwandono
{"title":"Deskripsi Korban Mati Akibat Jejas di Leher Yang Diperiksa di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2015-2021","authors":"Novianto Adi Nugroho, Firda Luthfiyyatul Haniifah, Adji Suwandono","doi":"10.20961/plexus.v1i6.503","DOIUrl":"https://doi.org/10.20961/plexus.v1i6.503","url":null,"abstract":"Introduction: Surakarta has a population growth rate 0.43%, the high population density can cause population problems homicides, accidents, and hanging themselves. This case can be proven by the discovery of neck injuries due to strangulation. This study was conducted to find out about the description of victims who died due to neck injuries in 2015-2021. \u0000Methods: This study used a descriptive observational method from Visum et Repertum with the population in the form of all forensic pathology case due to neck injuries which were examined at Dr. Moewardi hospital in 2015-2021. The sampling technique in this study was purposive sampling that met the inclusion and exclusion criteria. \u0000Results: From the VeR Dr. Moewardi hospital in 2015-2021 obtained as many as 28 cases of forensic pathology due to neck injuries with the description: (1) tilted injury shape 57.14%, horizontal 39.29%, crescent moon 3.57%; (2) blunt hardness 96.43%, sharp 3.57%; (3) submission of requests for VeR from the Surakarta Police 53.57%, Sukoharjo 14.29%, Boyolali 14.29%, Wonogiri 7.14%, Sragen 7.14%, Karanganyar 3.57%; (4) external examination 57.14%, autopsy 42.86%; (5) suicide 53.57%, homicide 32.14%, accident 7.14%; (6) age <15 years 7.14%, 15-64 years 78.57%, >64 years 10.71%; (7) male 67.86%, female 32.14%; (8) private employment 67.86%, students 10.71%, housewives 7.14%, not working 7.14% \u0000Conclusion: From this research, the most results were in the form of slanted neck injuries, violence due to blunt objects, requests for VeR from the Surakarta police, external examination, the method of death was suicide, victims of productive age, men, and private workers.","PeriodicalId":239989,"journal":{"name":"Plexus Medical Journal","volume":"2011 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127359424","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Diare dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kecamatan Jebres Surakarta","authors":"Yulistya Hani, Evi Rokhayati, David Anggara Putra","doi":"10.20961/plexus.v1i6.512","DOIUrl":"https://doi.org/10.20961/plexus.v1i6.512","url":null,"abstract":"Pendahuluan : Informasi faktor risiko, etiologi, dan efek diare, khususnya di negara berkembang, dibutuhkan sebagai usaha menurunkan dampak kejadian diare. Studi terkait hubungan pengetahuan orang tua tentang diare dengan kejadian diare masih sedikit dan tidak spesifik kepada ibu. Selain itu, teori terkait hubungan yang signifikan antara kedua hal tersebut masih kontroverisal karena tidak semua penelitian mendapatkan hasil penelitian yang sama. Oleh karena itu, perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan orang tua khususnya ibu tentang diare terhadap angka kejadian diare pada balita. \u0000Metode : Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilakukan di Puskesmas Wilayah Kecamatan Jebres Surakarta. Subjek penelitian merupakan balita dan ibu balita yang masuk dalam kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah itu dilakukan analisis bivariat dengan uji rank spearman. \u0000Hasil: Responden pada penelitian ini berjumlah 51 orang. Didapatkan nilai p-value 0,516 pada analisis data yang menunjukkan hubungan kedua variabel tidak signifikan. \u0000Kesimpulan: tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kecamatan Jebres Surakarta.","PeriodicalId":239989,"journal":{"name":"Plexus Medical Journal","volume":"76 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131604500","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}