{"title":"EVALUASI PENATAAN RUANG LUAR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) SOLOK SELATAN","authors":"Syukria Dista Alfigusti, Effan Fahrizal, Fidyati Fidyati","doi":"10.37598/rumoh.v12i2.216","DOIUrl":"https://doi.org/10.37598/rumoh.v12i2.216","url":null,"abstract":"Evaluasi merupakan penilaian sistematis dan obyektif dari rencana, implementasi dan hasil dari kegiatan atau program saat ini atau yang sudah selesai. Elemen perancangan ruang luar terdiri dari pembatas ruang/gubahan massa, tata hijau dan sirkulasi. RSUD Solok Selatan terdapat tatanan ruang luar yang belum maksimal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah hasil evaluasi penataan ruang luar RSUD Solok Selatan sudah memenuhi standar yang ada. Jenis penelitian yang dilakukan pada kawasan kajian adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yang dilakukan adalah kegiatan pengumpulan data, penyusunan data, analisis data, serta teori tidak secara mutlak perlukan sebagai acuan penelitian. setelah melihat kondisi ruang luar Rumah Sakit Umum Daerah Solok Selatan berdasarkan elemen perancangan lingkungan (pembatas ruang/gubahan massa, tata sirkulasi/parkir, dan tata hijau) yang kemudian dibandingkan dengan standar-standar peraturan rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penataan ruang luar pada tata ruang luar, sirkulasi jalan setapak, dan jalur darurat belum memenuhi standar, sedangkan sirkulasi jalan keluar masuk dan pintu masuk sudah memenuhi standar.","PeriodicalId":208177,"journal":{"name":"Rumoh: Journal of Architecture","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122580368","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA PADA RUANG PUBLIK (STUDI KASUS: ALUN-ALUN TENGKU AMIR HAMZAH STABAT)","authors":"Irsanuddin Luthfi, Fidyat Fidyat, Bambang Karsono","doi":"10.37598/rumoh.v12i2.220","DOIUrl":"https://doi.org/10.37598/rumoh.v12i2.220","url":null,"abstract":"Alun-alun Tengku Amir Hamzah Stabat merupakan ruang publik yang berperan sebagai wadah untuk menampung segala aktivitas masyarakat Kecamatan Stabat dan sekitarnya. Adanya aktivitas para pedagang kaki lima yang menempati ruang publik ini telah menimbulkan pro dan kontra. Pedagang kaki lima tidak hanya mengganggu pemanfaatan ruang publik, tetapi pedagang kaki lima juga menyediakan ruang sosial dan mampu menarik masyarakat untuk berkumpul serta menghidupkan aktivitas di ruang publik. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan karakteristik dan elemen-elemen pembentuk ruang publik yang diterapkan oleh pedagang kaki lima. Jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif dan kuantitatif dengan analisis data menggunakan metode analisis deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara dua tahap, tahap pertama menggunakan metode observasi dan dokumentasi, lalu pada tahap kedua menggunakan metode wawancara. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik profil dari pedagang kaki lima di kawasan Alun-alun Tengku Amir Hamzah Stabat ialah didominasi oleh golongan usia dewasa (26-45 tahun) yang masih berasal ataupun bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi penelitian dengan tingkat pendidikan terakhir SMA/SMK. Karakteristik aktivitas dari pedagang kaki lima ialah menjual makanan/minuman dengan menggunakan gerobak/kereta dorong. Elemen-elemen pembentuk ruang publik yang diterapkan oleh pedagang kaki lima ialah elemen comfort and image, access and linkage, uses and activity, dan sociability. Untuk menciptakan elemen comfort and image, pedagang kaki lima menyediakan atribut fisik seperti bangku/kursi, meja, peneduh, wahana permainan, dan musik. Lokasinya yang strategis karena memiliki kedekatan dengan pusat-pusat keramaian kota sangatlah mendukung elemen access and linkage. Elemen uses and activity yang ditawarkan oleh para pedagang ialah sebagai tempat makan ataupun minum, bermain, bersantai, dan berekreasi. Pedagang kaki lima mampu mewadahi elemen sociability seperti mengamati pemandangan, bertemu teman, melakukan interaksi dengan orang lain, dan berkumpul dengan keluarga, dikarenakan keanekaragaman jenis barang dagangan yang ditawarkan dengan harga yang relatif murah.","PeriodicalId":208177,"journal":{"name":"Rumoh: Journal of Architecture","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114780166","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"MEMAHAMI ISLAMIC CENTER KOTA LHOKSEUMAWE MELALUI GENIUS LOCI","authors":"Aliza Azzahra, D. Deni, Dela Andriani","doi":"10.37598/rumoh.v12i2.213","DOIUrl":"https://doi.org/10.37598/rumoh.v12i2.213","url":null,"abstract":"Masjid Agung Islamic center berdiri megah di tengah Kota Lhokseumawe yang dibangun pada tahun 2001. Masjid Agung Islamic center menjadi wadah kegiatan pengembangan muslim, kegiatan pendidikan, kegiatan islami, pengkajian, pelatihan, sosial ekonomi dan pengajian rutin. Islamic center merupakan simbol keberadaan umat beragama Islam di Kota Lhokseumawe. Fungsi tempat yang digunakan tersebut dapat dimaknai bahwa memiliki keterkaitan antara manusia dan tuhannya, manusia dengan lingkungan sebagai pendukung, serta keterlibatan alam semesta dalam mencapai pemaknaan suatu lingkungan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pedekatan eksplorasi. Maka dari itu tujuan penelitan ini dilakukan untuk memahami serta melihat bagaimana ruang dan tempat yang ideal dan mampu menampung segala aktifitas didalamnya maupun diluar dan mampu membuat para pengunjung atau jama’ah yang datang merasakan ketenangan, kenyamanan, dan keamanan sehingga terbentuk fenomena yang terjadi pada kawasan Masjid Agung Islamic center Kota Lhokseumawe dengan menggunakan pendekatan Genius Loci.","PeriodicalId":208177,"journal":{"name":"Rumoh: Journal of Architecture","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133194754","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"ANALISIS KEBERLANJUTAN PERMUKIMAN NELAYAN GAMPONG ALUE NAGA KOTA BANDA ACEH","authors":"Arif Farhanawan, Halis Agussaini, Zahrul Fuady","doi":"10.37598/rumoh.v12i2.195","DOIUrl":"https://doi.org/10.37598/rumoh.v12i2.195","url":null,"abstract":"Keberkelanjutan merupakan aspek penting dalam suatu pembangunan, yang mengintegrasikan tiga pilar yaitu: ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam hubungan yang sinergis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keberlanjutan permukiman nelayan di desa Gampong Alue Naga setelah 17 tahun wilayah ini hancur akibat bencana tsunami. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis keberlanjutan menggunakan RAP-Fish untuk menganalisis keberlanjutan secara multidimensional. Analisis kondisi ekonomi masyarakat dihitung berdasarkan empat indikator, dan analisis kondisi sosial masyarakat dihitung berdasarkan empat indikator juga. Sedangkan analisis kondisi lingkungan dihitung berdasarkan empat indikator. Secara keseluruhan (multidisimensi) berjumlah 12 indikator keberlanjutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permukiman Gampong Alue Naga ditinjau dari pilar keberlanjutan ekonomi mempunyai nilai indeks sebesar 31,82 atau belum berkelanjutan. Demikian pula dengan pilar lingkungnan masih belum berkelanjutan dengan nilai indeks 35,54. Sedangkan pilar sosial sudah berkelanjutan dengan nilai indeks 59,98. Secara keseluruah (multidimensi) status permukiman Gampong Alue Naga masuk ke dalam kategori belum berkelanjutan dengan nilai indeks 42,44. Terdapat 6 atribut sensitif yang mempunyai pengaruh terhadap peningkatkan status keberlanjutan sehingga perlu dipertahankan dan 6 atribut tidak sensitif yang pengaruhnya rendah sehingga perlu dilakukan perbaikan agar status keberlanjutan Gampong Alue Naga dapat dicapai. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan dan pemodalan produktif lainnya, seperti mengembangkan potensi ekowisata bahari, sehinga tidak terlalu tergantung pada pekerjaan utama sebagai nelayan. Diharapkan dengan pengembangan kegiatan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat dan menjaga lingkungan tetap lestari.","PeriodicalId":208177,"journal":{"name":"Rumoh: Journal of Architecture","volume":"95 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126248870","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ezra Syahfitrah Tanjung, A. Armelia, Fidyati Fidyati
{"title":"IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK STRUKTUR ARSITEKTUR TRADISIONAL NIAS UTARA (STUDI KASUS: RUMAH ADAT DESA TUMORI)","authors":"Ezra Syahfitrah Tanjung, A. Armelia, Fidyati Fidyati","doi":"10.37598/rumoh.v12i2.212","DOIUrl":"https://doi.org/10.37598/rumoh.v12i2.212","url":null,"abstract":"Arsitektur tradisional merupakan gaya arsitektur yang muncul dari kebudayaan dan kepercayaan masyarakat yang terus diturunkan kepada generasi berikutnya, melalui sebuah bangunan berdasarkan kebudayaan dari masing-masing suku atau etnik. Rumah adat di Nias dibangun dengan gaya arsitektur yang berbeda-beda, begitu pula dengan pola struktur desanya. Arsitektur tradisional Nias Utara memiliki bentuk denah atau dinding yang oval dan atap yang melengkung, dimana bentuk terebut berbeda dari bentuk arsitektur tradisional Nias yang lain. Dari keunikan tersebut penelitian ini memiliki tujuan berupa untuk mengidentifikasi struktur dari bangunannya, mencari potensi dari ciri khas arsitekturnya, melestarikan bangunannya dan memperkaya pengetahuan tentang arsitektur tradisional Nias Utara itu sendiri. Metode penelitian yang diterapkan pada penelitian ini adalah metode etnografi sebagai metode penelitian yang termasuk dari pendekatan kualitatif. Pemerintah, keluarga penghuni rumah adat, dan masyarakat Nias masih belum banyak yang sadar akan pentingnya kelestarian arsitektur tradisional Nias Utara terhadap kehidupan mereka. Walaupun rumah adat Nias Utara masih banyak jumlahnya secara kuantitas, akan tetapi secara kualitas bangunan tersebut sudah berubah mulai dari hampir tidak layak huni hingga bangunan yang telah banyak mengalami transisi. Arsitektur tradisional Nias memiliki banyak potensi dari berbagai aspek agar menjadi manfaat bagi masa depan Nias dalam segi social dan pembangunan. Oleh sebab itu mempelajari, mengembangkan, dan melestari arsitektur tradisional Nias sangatlah penting baik kepada orang awan maupun kepada orang-orang yang terpelajar.","PeriodicalId":208177,"journal":{"name":"Rumoh: Journal of Architecture","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131629370","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"IDENTIFIKASI FASAD MUSEUM KOTA LANGSA SEBAGAI BANGUNAN PENINGGALAN KOLONIAL BELANDA","authors":"Muliana Muliana, Adi Safyan, E. Saputra","doi":"10.37598/rumoh.v12i2.209","DOIUrl":"https://doi.org/10.37598/rumoh.v12i2.209","url":null,"abstract":"Kota Langsa adalah salah satu kota yang pernah dimasuki oleh Belanda pada tahun 1877-1942. Ketika masa penjajahan Belanda, Kota Langsa dijadikan sebagai tempat transit (pos komando), sehingga banyak pemerintah Belanda yang menetap di Kota Langsa. Dalam waktu yang singkat Kota Langsa menjadi kota besar, segala macam infrastuktur dibangun, sehingga tidak diherankan jika sekarang kota ini dipenuhi oleh peninggalan arsitektur khas Belanda. Namun sebagian besar dari bangunan tersebut terabaikan tanpa melihat nilai-nilai sejarah yang dikandungnya. Terjadinya hal ini dikarenakan kurangnya apresiasi masyarakat sekitar akan keberadaan bangunan-bangunan bersejarah, bahkan tidak sedikit bangunan peninggalan kolonial Belanda ini sudah dirusak dan dirombak, sehingga tidak terlihat lagi keasliaannya. Ada beberapa bangunan peninggalan kolonial Belanda di Kota Langsa yang masih berdiri kokoh hingga saat ini, yaitu Museum, Pendopo, Kantor Satpol PP dan WH, Kantor Pos, Sekolah SDN 1 dan Mesjid Istiqamah. Semua gedung peninggalan kolonial Belanda ini terletak dalam satu kawasan yang berdekatan dan masih digunakan dengan baik oleh masyarakat Kota Langsa, hanya saja ada beberapa gedung yang sudah dialih fungsikan. Salah satu bangunan yang sangat terlihat keaslian dan karakteristik kolonial Belandanya adalah bangunan museum yang terletak di pusat Kota Langsa. Pertama dibangun bangunan ini difungsikan sebagai markas orang Belanda, setelah mengalami beberapa perubahan fungsi, pada tahun 2019 bangunan ini diresmikan sebagai museum oleh Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Langsa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif melalui studi literatur, wawancara dan observasi langsung ke lapangan. Penelitian ini dilakukan untuk dapat mengkaji dan mengidentifikasi lebih lanjut mengenai fasad Museum Kota Langsa. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai data dan pedoman untuk pemerintah serta pihak lainnya dalam perencanaan perbaikan fisik agar tidak terjadinya penghilangan elemen-elemen asli bangunan kolonial.","PeriodicalId":208177,"journal":{"name":"Rumoh: Journal of Architecture","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130821709","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"STASIUN ACEH TV DI BANDA ACEH DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIGH TECH","authors":"Jerri Maisaputra, Effendi Nurzal","doi":"10.37598/rumoh.v12i1.170","DOIUrl":"https://doi.org/10.37598/rumoh.v12i1.170","url":null,"abstract":"Stasiun Aceh TV di Banda Aceh merupakan kantor televisi swasta yang menyajikan kearifan lokal budaya Aceh secara kreatif dan inovatif, serta program-program acara lainnya. Stasiun Aceh TV saat ini tidak sesuai standar untuk kegiatan penyiaran yang dilakukan dan juga lokasinya tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang seharusnya. Lokasi perancangan Stasiun Aceh TV ini berada di Jl. Teuku Moh. Hasan, Gampong Batoh, Kecamatan Lueng Bata, kota Banda Aceh. Perancangan Stasiun Aceh TV diharapkan bisa menjadi pusat informasi, mejadi tempat edukasi serta tempat pengiklanan bagi masyarakat dan pengusaha di Aceh. Bangunan Stasiun Aceh TV dirancang bertema Arsitektur High Tech dengan menerapkan konsep work space pada ruang kerja karyawan, dan penerapan pilotis sebagai area parkir, penggunaan warna yang cerah pada fasad bangunan, ekspose struktur dan utilitas bangunan. Material struktur utama yang digunakan adalah baja WF dan H-Beam. Untuk material lantai menggunakan panel lantai AAC, dengan lapisan penutupnya menggunakan marmer, granit, material dinding menggunakan GRC, ACP, kaca flim dan kaca laminasi. Adapun analisis yang digunakan pada perancangan ini adalah analisis fungsional dan analisis tapak. Luas site untuk perancangan Stasiun Aceh TV adalah 21.715 m² dan luas bangunan 12.994 m², dengan massa tunggal yang berjumlah 6 lantai. Pada Stasiun Aceh TV terdapat 3 studio, ruang aula, ruang galeri/ workshop, kantin, musala, ruang direksi dan karyawan, ruang menyusui, smoking area, ruang istirahat/ game, dan ruang penunjang lainnya.","PeriodicalId":208177,"journal":{"name":"Rumoh: Journal of Architecture","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127696121","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Qurratul Aini, Henny Marlina, F. Ningsih, Irval Huzairi
{"title":"IDENTIFIKASI PENERAPAN KONSEP NEW NORMAL PADA KAFE DI ACEH","authors":"Qurratul Aini, Henny Marlina, F. Ningsih, Irval Huzairi","doi":"10.37598/rumoh.v12i1.193","DOIUrl":"https://doi.org/10.37598/rumoh.v12i1.193","url":null,"abstract":"Jumlah kafe di Aceh semakin hari semakin bertambah, sehingga menambah wadah berkumpul bagi masyarakat dalam bersosialisasi secara langsung. Saat kondisi pandemic Covid-19, kafe menjadi salah satu area publik yang dihimbau untuk mengatur pembatasan sosial. Berbagai kebijakan untuk menekan penularan virus dilakukan, yaitu; pembatasan waktu, pembatasan jarak dan pembatasan kuantitas pengunjung. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penerapan konsep new normal pada beberapa kafe di Aceh. Jumlah sampel adalah 21 kafe, yang berada di beberapa wilayah Aceh. Hasil yang diperoleh bahwa sebagian besar kafe yang berada di Aceh belum menerapkan konsep new normal secara signifikan, di mana 43% dari 21 kafe belum menerapkan konsep new normal. Penerapan konsep new normal yang paling banyak diterapkan adalah dengan memberi jarak lebih jauh antar set furniture yaitu mencapai 57%. Konsep lain yang juga diterapkan adalah mewajibkan memakai masker, sistem layanan take away dan mempertimbangkan penghawaan dan pencahayaan yang baik.","PeriodicalId":208177,"journal":{"name":"Rumoh: Journal of Architecture","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132889922","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENGARUH GREEN INFASTRUCTURE TERHADAP PERENCANAAN PROGAM INISIASI GREEN CITY BANDA ACEH 2023","authors":"Riza Fitri, Irin Caisarina","doi":"10.37598/rumoh.v12i1.189","DOIUrl":"https://doi.org/10.37598/rumoh.v12i1.189","url":null,"abstract":"Sebagai upaya mengatasi berbagai persoalan dan mendukung pengembangan Kota Banda Aceh, seperti kurangnya green infrasructure yang dapat digunakan sebagai pemasok energi dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu Kota Banda Aceh sudah merencanakan program inisiasi green city yang akan dicanangkan dikembangkan pada tahun 2023 mendatang. Hal ini tentu menjadi peluang besar bagi para perencana dalam menentukan perencanaan dan perancangan konsep green city yang akan ikut terlibat pula perencanaan-perencanaan green infrastructure. Maka dalam penelitian ini fokus yang akan dikaji mengenai keberadaan serta pengaruh green infrastructure terhadap perancanaan program inisiasi green city di Kota Banda Aceh yang akan diterapkan oleh pemerintah. Penelitian ini menggunakan metode studi metode kualitatif deskriptif dan studi kepustakaan terkait green infrastructure dan green city. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran terkait pengaruh penggunaan green infrastructure dalam mewujudkan program inisiasi green city yang akan diterapkan untuk kota Banda Aceh tahun 2023 mendatang.","PeriodicalId":208177,"journal":{"name":"Rumoh: Journal of Architecture","volume":"199 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114377851","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nisa Putri Rachmadani, G. P. Adhitama, Agus Sachari
{"title":"SENSE OF PLACE PADA RUANG PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA","authors":"Nisa Putri Rachmadani, G. P. Adhitama, Agus Sachari","doi":"10.37598/rumoh.v12i1.192","DOIUrl":"https://doi.org/10.37598/rumoh.v12i1.192","url":null,"abstract":"Tren desain perpustakaan di era modern kini telah menggeser perubahan fungsi dan makna perpustakaan dan penerapan teori sense of place pada desain interior. Perpustakaan akademik sebagai sebuah tempat sosial bagi mahasiswa dimaknai sebagai sebuah tempat yang sunyi dan tenang. Tetapi konsep library as a place membawa perpustakaan menjadi sebuah tempat beraktivitas sosial baik akademik maupun non-akademik. Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia merupakan salah satu perpustakaan akademik di Indonesia yang mengusung konsep library as a social place. Dengan konsep library as a place, Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia diharapkan akan meningkatkan tingkat kenyamanan pengguna perpustakaan. Fenomena library as a place yang tercipta antara keseimbangan aktivitas akademik dan non-akademik menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Melalui teori Place milik Hashemnezhad, maka dikaji pengaruh aspek fisik, emosi dan perilaku terhadap makna yang terbentuk pada ruang perpustakaan sebagai ruang publik. Dalam mengkaji penelitian inisecara komprehensif, metode yang digunakan adalah pendekatan campuran dengan strategi eksploratori sekuensial. Sampel dalam penelitian ini adalah pengunjung yang Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, baik warga Universitas Indonesia maupn non-UI, yang dipilih dengan metode purposive sampling. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa (1) aspek fisik area perpustakaan yang paling mempengaruhi kepuasan pengunjung perpustakaan adalah suhu ruang; (2) suasana nyaman yang tercipta dari aktivitas sosial yang terjadi menambah kenyamanan pengunjung perpustakaan untuk dapat bersantai dan menghabiskan waktu luang; dan (3) pengunjung perpustakaan memaknai ruang perpustakaan sebagai tempat mencari ide/gagasan/inspirasi. Makna tempat (place) pada perpustakaan akademik terbentuk oleh perannya sebagai ruang sosial. Kehadiran ruang sosial pada Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia menjadikan identitas baru bagi perpustakaan akademik, sehingga Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia memiliki ciri khas dan ketertarikan untuk dikunjungi.","PeriodicalId":208177,"journal":{"name":"Rumoh: Journal of Architecture","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130727629","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}