Salsabila Qutrotu’ain, I. W. Batan, I. M. P. Erawan
{"title":"Laporan Kasus: Kolitis Hemoragikpada Kucing Ras SphinxAkibat Infeksi Protozoadan Bakteri","authors":"Salsabila Qutrotu’ain, I. W. Batan, I. M. P. Erawan","doi":"10.19087/imv.2023.12.3.387","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2023.12.3.387","url":null,"abstract":"Infeksi kolon oleh bakteri dan parasit merupakan penyebab sebagian besar kasus diare tipe inflamasi dengan gejala klinis buang air besar yang purulen, berdarah, dan berlendir.Seekor kucing ras Sphinxberjenis kelamin jantanumur satutahun, berat badan4kg mengalami diare selama tigabulan, konsistensi feses sangat lembek, serta adanya darah dan cairan mukus seperti lendir. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Capillary RefillTime (CRT) normal,dan suhu 38,6oC. Hasil pemeriksaan feses menunjukkan adanya infeksi protozoa dan bakteri. Pemeriksaan Complete Blood Count (CBC)menunjukkan nilai White Blood Cell (WBC)meningkat jauh darinilai normal. Kucing didiagnosismengalami infeksi protozoa dan bakteri. Terapi yang diberikan pada kucing kasus adalah pemberian amoxicillin(10mg/kg BBsetiap 12 jam selama 7 hari), metronidazole(25mg/kg BBsetiap 12 jam selama 7 hari), vitamin B12(25mcg/ekorsetiap 24 jam selama7 hari), dan penggantian pakan dengan wetfoodkhusus gastrointestinal. Pada hari keempat pasca-pengobatan feses kucing kasus mulai memadat, sedikit lembek, tidak disertai darah dan mukus.Pada hari ketujuh, kondisi kucing kasus semakin membaik ditandai dengan konsistensi feses yang padat, tidak disertai darah dan mukus.Pemeriksaan lebih lanjut penting dilakukan untuk mengidentifikasi protozoa yang menyerang kucing kasusdanuntuk mengetahui sub-kelompok E. coliyang menyerang kucing kasus jika penyakit tersebut terulang kembali.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":"73 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139372151","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Laporan Kasus : Penyakit Saluran Perkencingan Bagian Bawah pada Kucing Peranakan Persia yang disebabkan Struvite","authors":"Ihsan Firdaus, I. G. Soma, Putu Devi Devi Jayanti","doi":"10.19087/imv.2023.12.3.373","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2023.12.3.373","url":null,"abstract":"Penyakit saluran perkencingan bagian bawah pada Kucing atau Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD) merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada saluran urinasi kucing. Salah satu penyebab terjadinya penyakit tersebut adalah adanya urolith atau batu kemih. Seekor kucing jantan peranakan persia dengan rambut berwarna oranye belum disteril umur 2,5 tahun dan bobot badan 3,5 kg datang dan diperiksa di Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan anoreksia, pasif, distensi abdomen, stranguria, hematuria, dan anuria. Pemeriksaan laboratorium hematologi rutin kucing mengalami leukositosis dan hasil ultrasonografi/USG menunjukkan terdapat endapan partikulat yang tampak hyperechoic pada vesika urinaria. Berdasarkan uji sedimentasi urin diidentifikasi adanya kristal struvite (magnesium ammonium phosphate) dan hasil uji dipstick didapatakan bobot jenis/spesific gravity (1,020), pH (8), leukosit (2+), nitrit (positif), protein (2+), glukosa (3+), bilirubin (1+), dan darah/hemoglobin (4+). Penanganan yang dilakukan yaitu dengan pemasangan kateter urin, pemberian antibiotik cefotaxime 10 mg/mL, antibiotik cefadroxil monohydrate syrup 125 mg/5mL 22 mg/kg BB selama tujuh hari, pemberian antiinflamasi dexamethasone 0,5 mg dosis terapi 0,15 mg/kg BB selama tiga hari, dan pemberian obat herbal kejibeling satu tablet secara per oral, satu kali sehari selama tujuh hari. Hasil yang didapatkan adalah kucing kasus setelah diterapi terlihat tidak mengalami kesulitan urinasi dan tidak menunjukkan tanda klinis hematuria.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":"72 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139372096","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Laporan Kasus: Infeksi Saluran Pernapasan Atas pada Kucing Kampung","authors":"Dwike Putri, M. S. Anthara, I. W. Batan","doi":"10.19087/imv.2023.12.3.451","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2023.12.3.451","url":null,"abstract":"Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) merupakan suatu penyakit yang menyerang saluran pernapasan. Kucing kasus adalah seekor kucing kampung/domestik bernama Cimoy, berjenis kelamin betina dengan umur 18 bulan dan memiliki bobot 2,7 kg, rambut berwarna cokelat-hitam, dan belum divaksin. Kucing mengalami keluhan mengeluarkan leleran berwarna kuning dari hidung dan berbau busuk, kucing dalam keadaan lemas, muntah, sesak napas, dan mengalami bersin-bersin semenjak sepuluh hari sebelum dilakukan pemeriksaan. Inspeksi dilakukan pada kucing kasus teramati mengalami sesak napas yang dapat dilihat dari cepatnya gerakan toraks, mukosa mulut berwarna merah muda pucat. Palpasi pada bagian trakea menunjukkan respons nyeri dan batuk, turgor kulit kucing kasus melambat dan limfonodus mandibularis mengalami pembengkakan pada bagian kiri. Auskultasi dan perkusi dilakukan pada daerah paru (toraks) dan terdengar bunyi vesikuler dan tidak terdengar suara abnormalitas. Pemeriksaan x-ray dilakukan dan ditemukan adanya penyempitan pada trakea. Pemeriksaan hematologi rutin menunjukkan sel darah merah mengalami makrositik hiporomik dengan kenaikan jumlah MCV (69,3 fL; nilai referensi, 39-52 fL) dan penurunan jumlah MCHC (250 g/L; nilai referensi, 300-380 g/L), penurunan jumlah PLT (62x10^9/L; nilai referensi, 100-514x10^9/L) yang mengindikasikan terjadinya trombositopenia dan penurunan jumlah PCT (0,060%; nilai referensi, 0,1-0,5%) yang mengindikasikan terjadinya reaksi inflamasi. Kucing kasus didiagnosis mengalami ISPA yaitu rhinofaringitis dan stenosis trakhea. Penanganan dilakukan pemberian obat antiradang nonsteroid berupa asam tolfenamat dengan jumlah pemberian 0,27 mL (q24h secara IM), pemberian antibiotik cefotaxime dengan jumlah pemberian 1,08 mL (q12h secara IM), pemberian multivitamin dengan jumlah pemberian 3 mL (q24h secara SC) dan dilakukan nebulizer dengan salbutamol sulfat dengan jumlah pemberian 1 mL+5 mL NaCl (q24h) dan pemberian obat jalan berupa doksisiklin tablet dengan dosis 5 mg/kg BB (q12h secara PO). Pada hari ketujuh leleran dari hidung kucing sudah sangat berkurang, sesak napas sudah tidak teramati lagi walaupun nafsu makan belum kembali seperti semula.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":"62 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139372206","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Laporan Kasus: Penanganan Kelopak Mata Ketiga Unilateral yang Menonjol pada Anjing Kacang dengan Metode Eksisi","authors":"Barata Sultan Lubis, I. W. Wirata, I. W. Gorda","doi":"10.19087/imv.2023.12.1.102","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2023.12.1.102","url":null,"abstract":"Seekor anjing Kacang, berjenis kelamin jantan, berumur 14 bulan, dengan bobot badan 7,8 kg diperiksa di Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Anjing dibawa dengan keluhan terdapat benjolan berwarna merah muda pada sudut medial mata kanan. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan adanya kelainan berupa penonjolan kelopak mata ketiga atau dikenal dengan cherry eye. Hasil pemeriksaan hematologi menunjukkan bahwa anjing dalam keadaan baik, sehingga dilanjutkan dengan tindakan pembedahan terhadap kelopak mata ketiga. Premedikasi dilakukan dengan pemberian atropine sulfate dengan dosis 0,02 mg/kg bobot badan, sediaan 0,25 mg/mL sehingga diberikan sebanyak 0,6 mL secara subkutan. Kemudian diinduksi anestesi ketamine dosis 10 mg/kg bobot badan, sediaan 100 mg/mL sehingga diberikan sebanyak 0,8 mL dan xylazine dosis 1 mg/kg bobot badan, sediaan 20 mg/mL sehingga diberikan 0,4 mL. Pemberian anestesi ketamine dicampur dalam satu spuit dengan xylazine dan diinjeksi secara intramuskuler. Metode operasi yang dilakukan yaitu metode eksisi atau pengangkatan kelopak mataketiga. Perawatan pascaoperasi diberikan dengan salep mata chlorampenicol 1% (3 kali sehari) selama lima hari pemberian. Hasil evaluasi menunjukkan terjadinya peradangan sampai hari ketiga pascaoperasi. Hari keempat pascaoperasi, tidak ditemukan adanya indikasi radang pada mata kanan anjing yang mengalami pembedahan.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44843732","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Annisa Musdalifa, Baiq Indah Pratiwi, Citra Yudeska, I. N. Wandia, Anak Agung Gde Jaya Wardhita
{"title":"Laporan Kasus: Penanganan Prolapsus Bulbus Oculi Dekstra pada Kucing Kampungdengan Enukleasi Transpalpebral","authors":"Annisa Musdalifa, Baiq Indah Pratiwi, Citra Yudeska, I. N. Wandia, Anak Agung Gde Jaya Wardhita","doi":"10.19087/imv.2023.12.1.90","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2023.12.1.90","url":null,"abstract":"Prolapsus bulbus oculi merupakan keluarnya bola mata dari rongga mata yang dapat disertai perdarahan subkonjungtiva sampai dengan putusnya nervus optikus. Kucing kampung dengan jenis kelamin jantan, bernama Oncom, berumur 2,5 bulan memiliki bobot badan 0,7 kg mengalami penonjolan pada bola mata kanan hingga tampak keluar, mata tersebut berwarna merah kehitaman (hifema), abnormalitas struktur mata dan lakrimasi yang disertai cairan eksudat. Pemeriksaan hematologi menunjukkan leukositosis, limfositosis, trombositopenia dan anemia mikrositik hiperkromik. Kucing ini ditangani dengan tindakan pembedahan yaitu enukleasi pendekatan transpalpebral. Enukleasi merupakan tindakan pembedahan untuk mengangkat keseluruhan bola mata, tindakan ini dilakukan karena kelainan mata pada kucing dimana kasus tersebut tidak bisa disembuhkan oleh terapi obat-obatan. Sebelum dilakukan pembedahan diberikan premedikasi atropine sulfate (0,04 mg/kg BB) secara subkutan, lalu 15 menit kemudian diinduksi dengan kombinasi ketamin (33 mg/kg BB) dan xylazin (2 mg/kg BB) secara intravena. Pasca operasi hewan diberikan terapi antibiotik cefotaxime (20 mg/kg BB) secara intravena dan antiinflamasi tolfedine (4 mg/kg BB) secara intramuskuler, dilanjutkan dengan pemberian antibiotik cefixime (8 mg/kg BB) dan meloxicam (0,1 mg/kg BB) secara peroral selama lima hari. Berdasarkan hasil pengamatan luka hingga hari ketujuh, luka insisi masih belum mengering sempurna tapi proses penyembuhan luka berjalan baik dan tanpa disertai infeksi pada daerah luka. Namun, pada hari kedelapan kucing mengalami kematian.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45541423","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Laporan Kasus: Peradangan Kantung Kemih dan Kristalisasi Kalsium Oksalat Air Kemih","authors":"Ni Wayan Ayu Rukmini, I. Suartha, I. W. Batan","doi":"10.19087/imv.2022.11.6.876","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.6.876","url":null,"abstract":"Cystholithiasis adalah istilah dari terbentuknya urolit pada kantung kemih atau adanya batu pada saluran urinaria yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus, dan parasit. Cystholithiasis disebabkan karena adanya penumpukan kristal mineral. Hewan dengan cystolithiasis perlu ditangani karena urolit dapat menyebabkan obstruksi pada saluran urinaria. Seekor anjing Pug betina berumur empat tahun dengan bobot badan 5,5 kg dibawa ke Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan mengalami hematuria. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik hewan mengalami penurunan nafsu makan serta abdomen dan kantung kemih membesar. Pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan adanya penebalan pada dinding kantung kemih. Selain itu hasil pemeriksaan sedimentasi urin menunjukkan adanya kalsium oksalat, hewan didiagnosis cystolithiasis dengan prognosis fausta. Terapi yang diberikan pada anjing kasus meliputi pemberian antibiotik Ciprofloxacin 10 mg/kg BB q24h secara oral, antihistamin Meloxicam 0,2 mg/kg BB q24h secara oral, Glukosamin sulfat 13-15 mg/kg BB q24h secara oral, Imunomodulator Imboost® 1 mL q24h secara oral dan kapsul Keji Beling® (sericocalycis folium 100 mg, sonchi folium 125 mg, orthosiphonis folium 125 mg) diberikan satu kapsul q24h, secara oral. Setelah diberikan pengobatan selama tujuh hari anjing mengalami perubahan secara klinis yang ditandai dengan urinasi lancar tanpa hematuria dan tidak ada rasa nyeri pada waktu urinasi.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44684087","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ni Kadek Dita Cahyani, I. M. P. Erawan, M. S. Anthara
{"title":"Laporan Kasus: Infeksi Canine parvovirus pada Anjing Persilangan Dachshund","authors":"Ni Kadek Dita Cahyani, I. M. P. Erawan, M. S. Anthara","doi":"10.19087/imv.2022.11.6.864","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.6.864","url":null,"abstract":"Penyakit parvo adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Canine parvovirus. Pada anjing, virus ini dapat menyebabkan dua bentuk gejala klinis yaitu tipe enteritis dan miokarditis. Hewan kasus adalah anjing persilangan Dachshund dengan jenis kelamin betina, berumur tiga bulan dengan bobot badan 4,9 kg dan warna rambut putih krem. Pemilik membawa hewan kasus ke Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan muntah, anoreksia dan lethargi selama dua hari. Sehari sebelumnya anjing sudah dibawa ke Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan yang sama untuk mendapatkan penanganan, namun keluhan tidak membaik. Frekuensi detak jantung, pulsus, Capillary Refill Time (CRT), frekuensi respirasi dan suhu tubuh anjing kasus dalam rentang normal, tetapi anjing menunjukkan respons sakit saat abdomennya dipalpasi. Pada pemeriksaan feses dengan metode natif tidak ditemukan adanya endoparasit. Pemeriksaan hematologi rutin menunjukkan anjing kasus mengalami leukositopenia, granulositopenia, anemia normositik hiperkromik dan trombositopenia. Hasil pemeriksaan menggunakan rapid test antigen Canine parvovirus menunjukkan hasil positif sehingga anjing kasus didiagnosis mengalami infeksi Canine parvovirus. Anjing kasus diterapi dengan pemberian cairan infus Ringer Lactate, antibiotik Cefotaxime yang diinjeksikan secara intravena dengan dosis terapi 30 mg/kg dua kali sehari selama enam hari, anti emetik ondansetron dengan dosis terapi 0,18 mg/kg diberikan secara intravena selama enam hari dan 0,1 mg/kg vitamin B kompleks serta 2 mg/kg vitamin K diberikan secara intravena satu hari sekali selama enam hari. Pada hari ke-5 rawat inap anjing sudah dapat makan sendiri dan mulai aktif, sehingga pada hari ke-7 anjing diperbolehkan pulang namun tetap dilakukan monitoring terhadap kondisi anjing.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48396644","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Palagan Senopati Sewoyo, S. Widyastuti, I. M. P. Erawan
{"title":"Laporan Kasus: Keberhasilan Penanganan Rinitis Unilateral Kronis yang Menyebabkan Polisitemia Sekunder pada Kucing Lokal","authors":"Palagan Senopati Sewoyo, S. Widyastuti, I. M. P. Erawan","doi":"10.19087/imv.2022.11.6.898","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.6.898","url":null,"abstract":"Penyakit saluran respirasi bagian atas sering terjadi pada kucing. Salah satunya adalah rinitis, yaitu peradangan pada membran mukosa rongga hidung. Pemeriksaan dilakukan terhadap seekor hewan peliharaan di Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Hewan yang diperiksa merupakan kucing lokal jantan yang sudah dikebiri berumur tiga tahun dengan bobot badan 3,1 kg, dengan keluhan adanya leleran hidung unilateral di sebelah kiri serta frekuensi bersin yang tinggi. Pemeriksaan klinis menunjukkan kucing mengalami bradikardia, bradipnea, dan halitosis. Dari hasil pemeriksaan hematologi rutin dapat disimpulkan kucing mengalami polisitemia. Pemeriksaan radiografi dengan rontgen menunjukkan saluran respirasi bagian bawah kucing tidak mengalami peradangan. Hewan kasus didiagnosis mengalami rinitis unilateral kronis dan dilakukan penanganan dengan pemberian antibiotik sefadroksil monohidrat (22 mg/kg BB; q24 jam; per oral/PO), obat antiinflamasi non-steroid (OAINS) piroksikam (0,3 mg/kg BB; q24 jam; PO), difenhidramin hidroklorida (0,1 mg/kg BB; q8 jam; intramuskuler), bromheksin hidroklorida (1 mg/kg BB; q24 jam; PO), serta suplementasi pakan khusus pemulihan (Royal Canin Recovery®). Halitosis ditangani dengan melakukan pembersihan area oral menggunakan klorheksidin 0,2%. Tingkat keparahan halitosis mampu diminimalisir, namun belum mampu menghilangkan sepenuhnya. Sedangkan pengobatan rinitis dinyatakan berhasil, kucing tidak mengalami bersin dan tidak ada leleran yang keluar dari hidung setelah 10 hari pengobatan.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46620754","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pengaruh Madu pada Aktivitas Pertumbuhan Bakteri Saluran Pencernaan Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi Perak Nitrat","authors":"Gegana Wimaldy Airlangga, Sruti Listra Adrenalin, Indah Amalia Amri","doi":"10.19087/imv.2022.11.6.855","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.6.855","url":null,"abstract":"Madu digunakan sebagai makanan dan terapi herbal bagi manusia. Madu memiliki beberapa kandungan gula dan salah satunya yaitu oligosakarida. Aktivitas oligosakarida dari madu dapat memengaruhi bakteri saluran pencernaan seperti Escherichia coli, Salmonela, Shigella, dan Proteus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas madu pada mencit (Mus musculus) yang diinduksi perak nitrat. Penelitian terdiri dari empat kelompok perlakuan yang antara lain kontrol negatif, perlakuan madu, perlakuan perak nitrat, dan perlakuan madu dan perak nitrat. Dosis madu yang diberikan yaitu 0.08 mL/20 gram dan perak nitrat yang diberikan dengan dosis 400 g/mL. Pemeriksaan bakteri saluran cerna menggunakan metode konvensional dengan media selektif dan diferensial yaitu MacConkay Agar dan Eosin Methylen Blue Agar. Hasil dari penelitian ini adalah interpretasi dari perubahan media MacConkay Agar dan Eosin Methylen Blue Agar. Pemberian madu dan perak nitrat menunjukkan adanya perbedaan pertumbuhan antara Escherichia coli, Salmonella, Shigella, dan Proteus.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47068422","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Aditya Try Mahindra, M. S. Anthara, I. N. Suartha, Putu Agung Nara Indra Prima Satya
{"title":"Laporan Kasus: Penanganan Gagal Ginjal Kronis Level Dua pada Anjing Peranakan","authors":"Aditya Try Mahindra, M. S. Anthara, I. N. Suartha, Putu Agung Nara Indra Prima Satya","doi":"10.19087/imv.2022.11.6.886","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.6.886","url":null,"abstract":"Gagal ginjal kronis adalah kegagalan ginjal dalam mengeliminasi produk-produk tidak terpakai, mengkonsentrasikan tingkat keasaman pH urin, dan mengatur elektrolit. Produk-produk tidak terpakai tersebut bersifat toksik jika terakumulasi dalam aliran darah, dapat menyebabkan uremia dan azotemia. Anjing kasus berumur tujuh tahun, berjenis kelamin jantan kebiri dibawa ke klinik Listriani Vet Care. Tanda klinis yang terlihat yaitu diare, muntah-muntah, lemas, kesakitan, penurunan nafsu makan, serta peningkatan jumlah urinasi dan frekuensi minum air. Pada pemeriksaan klinis suhu tubuh rendah 36,4°C, dengan tekanan darah 171/90 dan detak jantung 92 kali/menit mengalami dehidrasi, gingivitis, bau mulut, dan terdapat karang gigi di area gigi. Pada pemeriksaan penunjang hematologi rutin menunjukkan hewan mengalami leukositosis dan anemia. Pada pemeriksaan biokimia darah terjadi peningkatan kadar nitrogen urea darah, kreatinin, phosporus, globulin, total protein, dan penurunan kadar albumin. Pada pemeriksaan urinalisis terdapat proteinuria dengan jumlah (+1). Terapi dilakukan dengan diet makanan menggunakan pakan basah renal care, terapi cairan ringer lactat dengan pemberian 1 tetes/6 detik diberikan selama 24 jam, antiemetik ondansetron 1 mg/kg BB, IV, q8h, selama enam hari, zat besi dan asam folat atau iron folic diberikan 1 tablet q12h selama dua minggu, antibiotik cefotaxime 50 mg/kg BB, IV, q12h, selama enam hari, suplemen kitosan ipakitine powder 1 tbsp q12h PO, penghambat enzim pengubah angiotensin enalapril 0,5 mg/kg BB, PO q24h, dan suplemen kalsium ketosteril 1 tablet per 5 kg BB q12h selama enam hari. Selama tujuh hari rawat inap hewan kasus menunjukkan kondisi yang membaik secara bertahap.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47198975","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}