Salsabila Qutrotu’ain, I. W. Batan, I. M. P. Erawan
{"title":"Laporan Kasus: Kolitis Hemoragikpada Kucing Ras SphinxAkibat Infeksi Protozoadan Bakteri","authors":"Salsabila Qutrotu’ain, I. W. Batan, I. M. P. Erawan","doi":"10.19087/imv.2023.12.3.387","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Infeksi kolon oleh bakteri dan parasit merupakan penyebab sebagian besar kasus diare tipe inflamasi dengan gejala klinis buang air besar yang purulen, berdarah, dan berlendir.Seekor kucing ras Sphinxberjenis kelamin jantanumur satutahun, berat badan4kg mengalami diare selama tigabulan, konsistensi feses sangat lembek, serta adanya darah dan cairan mukus seperti lendir. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Capillary RefillTime (CRT) normal,dan suhu 38,6oC. Hasil pemeriksaan feses menunjukkan adanya infeksi protozoa dan bakteri. Pemeriksaan Complete Blood Count (CBC)menunjukkan nilai White Blood Cell (WBC)meningkat jauh darinilai normal. Kucing didiagnosismengalami infeksi protozoa dan bakteri. Terapi yang diberikan pada kucing kasus adalah pemberian amoxicillin(10mg/kg BBsetiap 12 jam selama 7 hari), metronidazole(25mg/kg BBsetiap 12 jam selama 7 hari), vitamin B12(25mcg/ekorsetiap 24 jam selama7 hari), dan penggantian pakan dengan wetfoodkhusus gastrointestinal. Pada hari keempat pasca-pengobatan feses kucing kasus mulai memadat, sedikit lembek, tidak disertai darah dan mukus.Pada hari ketujuh, kondisi kucing kasus semakin membaik ditandai dengan konsistensi feses yang padat, tidak disertai darah dan mukus.Pemeriksaan lebih lanjut penting dilakukan untuk mengidentifikasi protozoa yang menyerang kucing kasusdanuntuk mengetahui sub-kelompok E. coliyang menyerang kucing kasus jika penyakit tersebut terulang kembali.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":"73 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Indonesia Medicus Veterinus","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.19087/imv.2023.12.3.387","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Infeksi kolon oleh bakteri dan parasit merupakan penyebab sebagian besar kasus diare tipe inflamasi dengan gejala klinis buang air besar yang purulen, berdarah, dan berlendir.Seekor kucing ras Sphinxberjenis kelamin jantanumur satutahun, berat badan4kg mengalami diare selama tigabulan, konsistensi feses sangat lembek, serta adanya darah dan cairan mukus seperti lendir. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Capillary RefillTime (CRT) normal,dan suhu 38,6oC. Hasil pemeriksaan feses menunjukkan adanya infeksi protozoa dan bakteri. Pemeriksaan Complete Blood Count (CBC)menunjukkan nilai White Blood Cell (WBC)meningkat jauh darinilai normal. Kucing didiagnosismengalami infeksi protozoa dan bakteri. Terapi yang diberikan pada kucing kasus adalah pemberian amoxicillin(10mg/kg BBsetiap 12 jam selama 7 hari), metronidazole(25mg/kg BBsetiap 12 jam selama 7 hari), vitamin B12(25mcg/ekorsetiap 24 jam selama7 hari), dan penggantian pakan dengan wetfoodkhusus gastrointestinal. Pada hari keempat pasca-pengobatan feses kucing kasus mulai memadat, sedikit lembek, tidak disertai darah dan mukus.Pada hari ketujuh, kondisi kucing kasus semakin membaik ditandai dengan konsistensi feses yang padat, tidak disertai darah dan mukus.Pemeriksaan lebih lanjut penting dilakukan untuk mengidentifikasi protozoa yang menyerang kucing kasusdanuntuk mengetahui sub-kelompok E. coliyang menyerang kucing kasus jika penyakit tersebut terulang kembali.