{"title":"MODEL INTERAKSI PELAKU HUTAN RAKYAT DALAM PERDAGANGAN KAYU: PENDEKATAN SIMULASI MODEL BERBASIS AGEN","authors":"Lutfy Abdullah","doi":"10.20886/JPHT.2019.16.1.21-34","DOIUrl":"https://doi.org/10.20886/JPHT.2019.16.1.21-34","url":null,"abstract":"Sari ABSTRACT The sustainability of private forest depended on market mechanisms and the role of policy act. It is a result of interaction among agents. The aim of this study is to find the best strategy in strengthening the position of wood products in trade and its implication for existence of private forest using agent based modeling. The modeling is made using open sources software i.e. Netlogo. The result showed that if there is no competitor's market share, then forest cover tends to be stable. Conversely, if there are competitors, then the community will tend to convert their forest land to other land uses. In this situation, government must take a position by issuing wood trade policies. There are two strategies might be taken, i.e. setting based price for wood products or facilitating trade cartel. First strategy will provide impact like reducing deforestation but only temporary. While, the second strategy will induce the productivity of private forest farmers and maintain forest sustainability by delaying forest conversion and improving land cover with forest. This model needs to be developed by adding variables production capacity and others. ABSTRAK Kelestarian hutan rakyat sangat bergantung pada mekanisme pasar dan peran kebijakan pembangunan kehutanan yang merupakan interaksi perilaku pemangku kepentingan dalam rantai pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mencari strategi terbaik dalam memperkuat posisi kayu dalam perdagangan kayu konstruksi dan implikasinya kepada keberadaan hutan rakyat dengan menggunakan pendekatan pemodelan berbasis aktor (agent based modelling). Pemodelan menggunakan perangkat lunak yang digratiskan seperti Netlogo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika pangsa pasar kayu tidak ada pesaing, maka tutupan hutan cenderung stabil. Sebaliknya jika ada pesaing, maka masyarakat akan cenderung mengonversi lahan hutannya untuk peruntukan lahan lainnya. Pada kondisi ini, pemerintah harus mengambil posisi dalam bentuk mengeluarkan kebijakan perdagangan kayu. Ada dua strategi yang ditawarkan yakni: penetapan harga dasar kayu dan fasilitasi kartel perdagangan kayu. Hasil simulasi menunjukkan bahwa harga dasar kayu yang bersifat statis akan menjadi jawaban untuk menahan konversi hutan, namun tidak untuk jangka panjang. Sementara strategi kartel perdagangan dengan kelembagaan yang solid akan membantu meningkatkan produktivitas petani hutan rakyat dan mempertahankan kelestarian hutan dengan menghambat konversi hutan dan meningkatkan tutupan lahan oleh hutan. Model yang sudah tersedia perlu dikembangkan dengan menambahkan variabel kapasitas produksi dan lain-lain.","PeriodicalId":103667,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Hutan Tanaman","volume":"49 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130534911","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENGARUH PENYIMPANAN DAN WAKTU PENETASAN TELUR TERHADAP KUALITAS BIBIT ULAT SUTRA DAN KUALITAS KOKON BOMBYX MORI L.","authors":"Lincah Andadari, Kuntadi Kuntadi","doi":"10.20886/JPHT.2019.16.1.35-45","DOIUrl":"https://doi.org/10.20886/JPHT.2019.16.1.35-45","url":null,"abstract":"Sari ABSTRACT Silkworm eggs are a key factor in sericulture industry. Good quality of silkworm eggs cannot be produced any times. Therefore eggs preservation techniques becoming the most important aspect to be handled. Storage trial of Bombyx mori L. silkworm eggs through one cooling stage at 5 C was carried out to obtain appropriate preservation techniques for longterm period. A factorial experiment based on randomized block design was performed to study the egg preservation and hatching techniques of 2 silkworm races. The results showed that cold storage duration affected incubation period and hatching uniformity. High hatching percentage (>90%) was produced by eggs preservation at 25 °C for 1 day followed by cold storage (5 °C ) for 69 days, then treated with HCl of 1.094 specific gravity at 48 C for 7 minutes. The duration of cold storage affected the hatching percentage, but did not affect the quality of caterpillars and cocoon productions. Silkworm hybrid produced higher quality cocoon compare to pure strain. Eggs preservation at room temperature (25° C) for 10 days followed by refrigeration at 5° C for 60 days produced better quality of eggs and cocoons. ABSTRAK Bibit telur ulat sutra merupakan faktor kunci di dalam industri persutraan alam. Bibit ulat sutra bermutu baik tidak dapat diproduksi setiap saat sepanjang waktu. Oleh sebab itu teknik penyimpanan telur menjadi aspek penting yang harus dikuasai agar mampu menyediakan bibit berkualitas sepanjang waktu sesuai kebutuhan. Uji coba penyimpanan telur ulat sutra Bombyx mori L. melalui satu tahap pendinginan pada suhu 5°C telah dilakukan dengan tujuan mendapatkan teknik penyimpanan yang sesuai untuk tetap menjaga kualitas dan produktivitas bibit dalam jangka panjang. Percobaan faktorial dalam rancangan acak kelompok digunakan untuk menguji mutu bibit ulat sutra melalui teknik penyimpanan dan penetasan telur dari dua galur ulat sutra. Hasil penelitian menunjukkan lama penyimpanan dingin berpengaruh terhadap lama waktu inkubasi dan keserempakan penetasan. Persentase penetasan yang tinggi (>90%) dihasilkan oleh telur yang telah melalui penyimpanan pada suhu 25°C selama 1 hari dan penyimpanan dingin (5°C) selama 69 hari, kemudian diberi perlakuan asam HCl dengan berat jenis 1,094 pada temperatur 48C selama 7 menit. Lama penyimpanan dingin hanya memengaruhi persentase penetasan, tetapi tidak berpengaruh terhadap mutu ulat dan kokon. Ulat sutra galur hibrid menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan galur murni. Penyimpanan pada 25°C selama 10 hari dan dilanjutkan pada suhu 5°C selama 60 hari menghasilkan kualitas telur dan kokon yang lebih bagus.","PeriodicalId":103667,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Hutan Tanaman","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116095381","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
R. Garsetiasih, Ana Rianti, Nur Muhammad Heriyanto
{"title":"POTENSI TUMBUHAN BAWAH PADA TEGAKAN HUTAN TANAMAN Acacia crassicarpa A. Cunn. ex Benth SEBAGAI PAKAN GAJAH DAN PENYIMPAN KARBON DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR","authors":"R. Garsetiasih, Ana Rianti, Nur Muhammad Heriyanto","doi":"10.20886/JPHT.2018.15.2.97-111","DOIUrl":"https://doi.org/10.20886/JPHT.2018.15.2.97-111","url":null,"abstract":"ABSTRACT Understorey in a forest area can be utilized as herbivorous animal feed, as well as carbon storage. In Ogan Komering Ilir (OKI) Regency, the understorey is utilized by elephant as feed habitat. The study aimed to determine the diversity, productivity and potential for carbon content of understorey in A. Crassicarpa plantation in OKI Regency. The method used for collection of understorey data was square plot method with 1x1m size, where the first plot was determined randomly and followed by the subsequent plots systematically. The results found out 8 types of understorey species with important index values in sequence were Nephrolepis biserrata (Sw) Schott . 66.90%; Melastoma malabathricum L. 44.14% and Stenochlaena palustris (Burm. F.) Bedd. 36.18%. The species of feed that most eaten by the elephants were Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott., Cyperus kyllinga Endl. and Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd. The domination of understorey in the stand of Germplasm Conservation Area (KPPN) (0,1611) was greater compared to those in block A (0,1124) and block E (0,1512). The total biomass of the understorey in Block A (3 year old A. Crassicarpa stand), E Block ( 3,3 year old A . Crassicarpa stand), and KPPN were 561,8 kg/ha; 371,48 kg/ha; and 383,84 kg/ha, respectively. Carrying capacity of the understorey as feed for elephants during the dry season in block A was for 10,54 elephants; block E was for 2,10 elephants and KPPN was for 79,37 elephants. Therefore, in order to meet the requirement of elephant feed and minimize elephant interference to plantation, the quality of KPPN needs to be improved. Key word : Acacia crassicarpa , carbon, diversity, productivity, undergrowth ABSTRAK Tumbuhan bawah hutan selain berfungsi sebagai pakan satwa herbivora juga dapat menyimpan karbon. Tumbuhan bawah pada tegakan Acacia crassicarpa di Kabupaten Ogan Komering Ilir juga dimanfaatkan oleh gajah sebagai habitat pakan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keanekaragaman dan produktivitas tumbuhan bawah serta potensi kandungan karbonnya. Pengumpulan data tumbuhan bawah menggunakan metode plot bujur sangkar berukuran 1 m x 1 m, penentuan plot pertama dilakukan secara acak dan selanjutnya secara sistematik. Hasil penelitian dijumpai delapan jenis tumbuhan bawah dengan nilai indeks penting secara berurutan yaitu paku harupat ( Nephrolepis biserrata ) sebesar 66,90%, harendong ( Melastoma malabathricum ) 44,14% dan jenis paku udang ( Stenochlaena palustris ) 36,18%. Penguasaan jenis tumbuhan bawah pada tegakan Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah (KPPN) lebih besar (0,1611) dibandingkan pada tegakan di blok A dan blok E (0,1124 dan 0,1512). Biomassa tumbuhan bawah di blok A (tegakan A. crassicarpa 3 tahun), blok E (tegakan A. crassicarpa 3,3 tahun) dan Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah (KPPN) berturut-turut adalah 561,8 kg/ha; 371,48 kg/ha; dan 383,84 kg/ha. Daya dukung tumbuhan bawah sebagai pakan gajah pada saat musim kemarau di blok A adalah 10,54 gajah; ","PeriodicalId":103667,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Hutan Tanaman","volume":"45 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128089148","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"TEKNIK PENYIMPANAN SEMAI CEMPAKA WASIAN (Magnolia tsiampaca (Miq.) Dandy) MENGGUNAKAN ZAT PENGHAMBAT TUMBUH DAN PERLAKUAN MEDIA TANAM","authors":"A. Irawan, Jefred E Halawane, Hanif Nurul Hidayah","doi":"10.20886/jpht.2018.15.2.87-96","DOIUrl":"https://doi.org/10.20886/jpht.2018.15.2.87-96","url":null,"abstract":"ABSTRACT Cempaka wasian ( Magnolia tsiampaca (Miq) Dandy) is a forest tree species that has recalcitrant seed character. Recalcitrant seeds are difficult to be stored for a long period, thus storing the seedlings can be considered as an option. This research aims to determine the effect of growth inhibitors and planting media on seedling growth during storage. The inhibitors used were paclobutrazol 250 ppm, NaCl 0,5% and aquadest (as control treatment). The media used consisted of top soil+cocopeat (1:1), top soil+sand(1:1) and top soil+husk charcoal (1:1). The research design used was a complete randomized factorial pattern design. The results showed that the inhibitors had a significant effect on the growth os seedling height. Provision of 250 ppm paclobutrazol was able to inhibit the growth of seedling height. Planting media also had a significant effect on the growth of height and diameter of the seedlings, also on seed quality index of cempaka wasian. The soil+cocopeat and soil+sand planting media are effective to reduce the growth rate in both height and diameter of cempaka wasian seedlings during storage. Key words: Cempaka, growth inhibitors, planting media, seedling ABSTRAK Cempaka wasian ( Magnolia tsiampaca (Miq) Dandy) adalah salah satu jenis pohon hutan yang memiliki karakter benih rekalsitran yang sulit disimpan dalam jangka waktu lama, sehingga perlu dilakukan penyimpanan dalam bentuk semai dengan menggunakan bahan semai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bahan penghambat pertumbuhan dan media tanam terhadap pertumbuhan semai cempaka wasian selama masa penyimpanan. Bahan penghambat pertumbuhan yang digunakan adalah paklobutrazol 250 ppm, NaCl 0,5%, dan akuades sebagai kontrol. Media tanam terdiri dari tanah+ cocopeat (1:1), tanah+pasir (1:1), dan tanah+arang sekam (1:1). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola faktorial. Hasil penelitian menunjukkan faktor zat penghambat tumbuh memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit. Pemberian paklubutrazol 250 ppm mampu menghambat pertumbuhan tinggi bibit. Faktor media tanam memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, dan indeks mutu bibit cempaka wasian. Media tanam tanah+sabut kelapa dan tanah+pasir merupakan media yang efektif mengurangi kecepatan pertumbuhan tinggi dan diameter semai cempaka wasian selama penyimpanan. Kata kunci: Cempaka, bahan penghambat pertumbuhan, media tanam, semai","PeriodicalId":103667,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Hutan Tanaman","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130741647","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"POTENSI PENGEMBANGAN MASOYI (Cryptocarya massoy (Oken) Kosterm) DI WILAYAH UPTD KPH UNIT V BOALEMO BERDASARKAN KESIAPAN MASYARAKAT DAN TINGKAT KESESUAIAN LAHAN","authors":"Irma Yeny, Budi Hadi Narendra, Hani Siti Nuroniah","doi":"10.20886/jpht.2018.15.2.125-145","DOIUrl":"https://doi.org/10.20886/jpht.2018.15.2.125-145","url":null,"abstract":"ABSTRACT Plantations development in KPH UPTD Boalemo Unit V area should be supported by community readiness and land suitability. This study analyzed the potential of masoyi plantations in the UPTD KPH Boalemo Gorontalo Unit V based on community readiness and land suitability. The level of community readiness was measured through in-depth interviews with key informants. Land suitability analysis was carried out using species matching method on the plant growth requirements of masoyi. Land characteristics were obtained from secondary data, direct field measurements, and soil analysis. The results showed: 1) community readiness is at level seven to nine; Ayuhulalo Village, Bendungan Village, Botumoito Village, and Rumbia Village have the highest community readiness, 2) land suitability is divided into: suitable 15.93%, moderately suitable 53.82%, and 24% unsuitable, 3) an area of 22,644 ha have the potential for development of masoyi plantation because it has a high level of community readiness and land suitabiliy level at moderately suitable, 4) an area of 7,041 ha is a priority area for the development of masoyi because it has a high level of community readiness and land suitability class at suitable, 5) Bendungan Village and Butomoito Village have the best community readiness and land suitability, 6) production forest area is dominated by marginally suitable land; land improvement/ manipulation is needed towards the limiting factors to support successful planting. Key words: Masoyi, land suitability, growing requirements, plantations ABSTRAK Upaya pengembangan hutan tanaman di wilayah UPTD KPH Unit V Boalemo perlu didukung kesiapan masyarakat dan kesesuaian lahan. Penelitian ini menganalisis potensi pengembangan masoyi di wilayah UPTD KPH Unit V Boalemo Gorontalo berdasarkan kesiapan masyarakat dan kesesuaian lahannya. Tingkat kesiapan masyarakat diukur melalui wawancara mendalam terhadap tokoh-tokoh kunci. Analisis kesesuaian lahan dilakukan menggunakan metode pencocokan ( species matching ) terhadap persyaratan tumbuh tanaman masoyi. Karakteristik lahan diperoleh melalui pengumpulan data sekunder, pengukuran langsung di lapangan, dan analisis tanah di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan: 1) kesiapan masyarakat berada pada level tujuh sampai dengan sembilan; empat desa yaitu Desa Ayuhulalo, Desa Bendungan, Desa Botumoito, dan Desa Rumbia memiliki kesiapan lahan level sembilan (rasa memiliki di tingkat masyarakat tinggi), 2) kesesuaian lahan terdiri atas 15,93% sesuai, 53,82% agak sesuai, dan 30,24% tidak sesuai, 3) wilayah dengan luas 22.644 ha berpeluang bagi pengembangan masoyi karena memiliki tingkat kesiapan masyarakat yang tinggi (level 7 sampai 9) dan memiliki kelas kesesuaian agak sesuai, 4) wilayah dengan luas 7.041 ha merupakan lahan prioritas bagi pengembangan masoyi karena memiliki tingkat kesiapan masyarakat tinggi (level 7 sampai 9) dan memiliki kelas kesesuaian lahan sesuai, 5) desa dengan tingkat kesiapan masyarakat terbai","PeriodicalId":103667,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Hutan Tanaman","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117176009","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"FENOLOGI PEMBUNGAAN Rhizophora mucronata Lamk. DI HUTAN MANGROVE PASURUAN, JAWA TIMUR","authors":"L. Baskorowati, S. Subagya, M. Mahmud, M. Susanto","doi":"10.20886/JPHT.2018.15.2.113-123","DOIUrl":"https://doi.org/10.20886/JPHT.2018.15.2.113-123","url":null,"abstract":"ABSTRACT Rhizophora mucronata Lamk. is a mangrove species developed for rehabilitation program along the north coast of Java Island. Increasing demand of propagules lead to the importance of gaining information regarding the flowers, fruits and propagules production within the area designated as seed source. Therefore, this research aimed to identify the flowers and propagules of R . mucronata production in the seed source area of Pesisir, Pasuruan, East Java. Flowering and fruiting phenology were observed by taking samples of trees to identify the development of the flowers and the propagules. Propagule production was observed by making a plot of 5 x 5 m, with the distance between plots measuring 100 m. Parameters of diameter, total height, and seed production were carried out on all trees in the plot. The results showed that R . mucronata bloomed throughout the observation period (January-April), with flowering that was not simultaneously in one tree. Reproductive cycle of this species took 15-16 months from bud commencement to propagule maturations; peak of flowering occurs from March to April and propagule production occurs on August. Propagules reach maturity and are ready for harvesting on December-January. Key word: Mangrove , Rhizophora mucronata , flowering , propagula ABSTRAK Rhizophora mucronata Lamk. merupakan jenis tanaman mangrove yang dikembangkan untuk program rehabilitasi areal pantai utara Pulau Jawa. Informasi mengenai produksi propagula R. mucronata menjadi penting agar kebutuhan buah tercukupi. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui fenologi pembungaan dan pembuahan R. mucronata di areal sumber benih teridentifikasi Dusun Pesisir, Pasuruan, Jawa Timur . Fenologi pembungaan, pembuahan, dan produksi propagula diamati pada tiga sampel pohon per petak ukur. Produksi propagula diamati dengan membuat petak ukur 5 x 5 m, dengan jarak antar petak ukur 100 m; yang dibedakan antara petak ukur di tepi pantai dan di tepi daratan. Total petak ukur yang diamati ada sebanyak sepuluh petak ukur. Pengambilan data diameter, tinggi total dan produksi propagula dilakukan untuk semua pohon dalam petak ukur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa R. mucronata berbunga selama pengamatan (Januari-April), dengan pembungaan yang tidak serempak dalam satu pohon. Siklus reproduksi memerlukan waktu 15-16 bulan mulai dari terbentuknya tunas sampai masaknya propagula; dengan puncak pembungaan terjadi pada bulan Maret-April dan musim berbuah pada bulan Agustus. Propagula mencapai tingkat masak siap dipanen pada bulan Desember-Januari. Kata kunci : Mangrove, Rhizophora mucronata, pembungaan, propagula","PeriodicalId":103667,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Hutan Tanaman","volume":"81 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126934790","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
D. Yuniati, Dodi Ridho Nurrochmat, S. Anwar, Darwo Darwo
{"title":"PENETAPAN POLA REHABILITASI PEMULIHAN FUNGSI EKOSISTEM HUTAN LINDUNG GAMBUT SUNGAI BRAM ITAM DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT, PROVINSI JAMBI","authors":"D. Yuniati, Dodi Ridho Nurrochmat, S. Anwar, Darwo Darwo","doi":"10.20886/jpht.2018.15.2.67-85","DOIUrl":"https://doi.org/10.20886/jpht.2018.15.2.67-85","url":null,"abstract":"ABSTRACT An area of 5,000 hectares in the Bram Itam River peatland protected forest had been converted into agricultural land and plantations dominated by oil palm, pinang and liberica coffee plantations. This land conversion has led to destruction of its function as a protected forest, thus recovery action must be performed. The study aimed to establish a pattern of vegetation rehabilitation on peatlands with damaged protected functions by prioritizing native peatland species and considering land suitability, environmental aspect, and socio-economic conditions. The aspects that were analyzed including the socio-economic conditions of the community, the status and function of the area, the consequences of rehabilitation activities, the characteristics of peatland, and the type of preference for rehabilitation. Data was collected through a survey method of forest farmer groups that manage the land area around Sungai Bram Itam protected area. The results indicated that community around the study area are in need of farm lands. Its status as protected forest with various land characteristics requires management zoning to facilitate the community's need for land. Social forestry program with a partnership scheme can be applied to areas adjacent to community land with peat depth less than 2 m. The planting method that should be applied is mixed cropping pattern of native species and plantation crops, which considers the protection function. Area with peat depth more than 2 m should be managed by KPHL Sungai Bram Itam to maintain and improve the protection function by planting native peatland species. Key words: Peatland conversion, palm oil, areca nut, liberica coffee, revegetation ABSTRAK Seluas 5.000 hektare areal hutan lindung gambut Sungai Bram Itam telah mengalami alih fungsi menjadi lahan pertanian dan perkebunan yang didominasi oleh perkebunan sawit, pinang, dan kopi liberika. Alih fungsi menyebabkan kerusakan fungsi lindung sehingga harus dilakukan pemulihan. Penelitian bertujuan untuk menetapkan pola rehabilitasi vegetasi pada lahan gambut dengan fungsi lindung yang telah mengalami kerusakan. Pemulihan fungsi lindung dilakukan dengan rehabilitasi vegetasi menggunakan jenis asli gambut dan mempertimbangkan kesesuaian lahan, aspek lingkungan, sosial-ekonomi. Aspek-aspek yang dianalisis adalah kondisi sosial ekonomi masyarakat, status dan fungsi kawasan, konsekuensi terhadap kegiatan rehabilitasi, karakteristik lahan gambut, dan preferensi jenis untuk rehabilitasi. Data dikumpulkan melalui metode survei terhadap kelompok tani hutan yang melakukan pengelolaan lahan di areal HLG Sungai Bram Itam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di sekitar HLG Sungai Bram Itam membutuhkan lahan garapan. Status HLG Sungai Bram Itam sebagai kawasan dengan fungsi lindung dan memiliki karakteristik lahan yang beragam memerlukan penataan zonasi pengelolaan untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat terhadap lahan. Pada kawasan dengan kedalaman gambut ˂ 2 m y","PeriodicalId":103667,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Hutan Tanaman","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125969570","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PERBANYAKAN VEGETATIF MAHONI (Swietenia macrophylla King) DENGAN CARA STEK PUCUK","authors":"H. Nuroniah, Yeni Nuraeni, Rina Bogidarmanti","doi":"10.20886/JPHT.2018.15.1.57-66","DOIUrl":"https://doi.org/10.20886/JPHT.2018.15.1.57-66","url":null,"abstract":"ABSTRACT Mahogany (Swietenia macrophylla) plantations are threatened by shoot borer (Hypsiyla robusta), therefore the resistance of mahogany plants to shoot borer become a priority for the establishment of mahogany plantations. Elite trees that have resistance to shoot borer could be found through genetic selection of mahogany population in the field. Propagation of these elite trees should be prepared by vegetative propation to ensure that the mother plant’s characteristics were inherited. Vegetative propagation of mahogany was conducted by cuttings. The experiment design consisted of split plot in randomly group with 4 medias and 3 IBA treatments; repeated 3 groups with 15 seedlings per experimental unit. Cutting materials were collected from one year old seedlings. Successful cutting was determined by these parameters: percentage of rooted cuttings, numbers of root, root length, shoot length, root biomass, and shoot biomass. The results showed that media factor had significant effect to cuttings, while soaking cutting material in growth regulators gave no significant effect. The highest percentage of rooted cutting was produced by media cocopeat+husk (2:1, v/v) by 93%. The greatest number of roots were generated using rice husk and coconut+husk (2:1, v/v) by 4.5 strands of roots. The longest root was produced using media soil by length 86 mm. Based on these cutting parameters, cocopeat+husk is the most optimal media for mahogany cuttings. Keywords: cuttings, mahogany, rooting media ABSTRAK Penanaman mahoni terancam oleh serangan hama penggerek pucuk Hypsipyla robusta, sehingga pencarian mahoni yang memiliki sifat resisten menjadi prioritas dalam pengembangan mahoni. Seleksi genetik dari populasi mahoni di lapangan yang terbukti memiliki ketahanan terhadap Hypsipila adalah salah satu cara untuk memperoleh pohon unggul mahoni. Perbanyakan bibit dari pohon unggul harus dilakukan secara vegetatif agar anakan memperoleh sifat unggul dari induknya. Pada penelitian ini, perbanyakan vegetatif pada spesies mahoni (Swietenia macrophylla) telah dilakukan dengan cara stek pucuk. Rancangan penelitian menggunakan split plot dalam rancangan acak kelompok dengan petak utama jenis media yang terdiri atas 4 jenis media, anak petak konsentrasi zat pengatur tumbuh yaitu 3 konsentrasi IBA, dan dikelompokan menjadi 3 kelompok. Bahan stek diambil dari pucuk anakan umur 1 tahun. Keberhasilan stek pucuk dilihat dari parameter persentase berakar, jumlah akar, panjang akar, panjang tunas, biomassa akar, dan biomassa pucuk. Faktor media berpengaruh nyata terhadap proses stek, sedangkan pemberian IBA dengan cara perendaman basal tidak memberikan pengaruh nyata. Persentase berakar tertinggi dihasilkan dari media campuran sabut kelapa+sekam (2:1, v/v) sebesar 93% atau lebih tinggi 16% dibandingkan media kontrol (tanah). Jumlah akar terbanyak dihasilkan dari media arang sekam dan campuran sabut kelapa+sekam (2:1, v/v) sebanyak 4,5 helai atau naik sebesar 47% dibandingkan ","PeriodicalId":103667,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Hutan Tanaman","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117028205","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
T. Butarbutar, I. Hakim, N. Sakuntaladewi, H. Dwiprabowo, L. Rumboko, Setiasih Irawanti
{"title":"ANALISIS KESESUAIAN LAHAN SEMBILAN JENIS TANAMAN UNTUK AGROFORESTRI DI NAMBO, JAWA BARAT","authors":"T. Butarbutar, I. Hakim, N. Sakuntaladewi, H. Dwiprabowo, L. Rumboko, Setiasih Irawanti","doi":"10.20886/jpht.2018.15.1.17-28","DOIUrl":"https://doi.org/10.20886/jpht.2018.15.1.17-28","url":null,"abstract":"ABSTRACT One of the weakness of agroforestry practices in West Java was that the pattern of species mixing was not based on site characteristics such as soil, climate, and topography and caused low production. This research was conducted to ascertain the land suitability classes for nine species, which are: Tectona grandis, Swietenia mahagony, Artocarpus integra, Nephelium lappaceum, Areca catechu, Musa sp., Zea mays, Capsicum sp. and Pennisetum purpureum, along with their optimum combination. The research was located in two sites (Acacia mangium) and community mixed plantation in Nambo village, Klapanunggal subdistrict, Bogor regency, West Java using the “Minimum Limiting Factor\" method. The results showed that the land suitability class in A. mangium site and mixed plantation site for species of: T. grandis, S. mahagoni, N. lappaceum, A. catechu, Musa sp., Z. mays, Capsicum sp., and P. purpureum belong to marginal suitable; where as A. integra belongs to not suitable (N). The best combination in both sites consist of one tree species with one Multi Purpose Tree species and one food crop or P. purpureum. Keywords: Rainfall and marginal, site, slope, suitability ABSTRAK Salah satu kelemahan praktik agroforestri di Jawa Barat adalah pemilihan dan pencampuran jenis belum didasarkan pada karakteristik tapak seperti tanah, iklim dan topografi yang menyebabkan produksi rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian lahan sembilan jenis tanaman yaitu jati (Tectonagrandis), mahoni (Swietenia mahagoni), nangka (Artocarpus integra), rambutan (Nephelium lappaceum),pinang (Areca catechu), pisang (Musa sp.), jagung (Zea mays), cabe (Capsicum sp.) dan rumput gajah Pennisetum purpureum) serta kombinasi jenis yang optimal. Penelitian dilakukan pada dua tapak (Acacia mangium dan tanaman campuran) hutan kemasyarakatan di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor,Jawa Barat, dengan metode faktor pembatas minimum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan pada tapak A. mangium dan tanaman campuran untuk jati, mahoni, rambutan, pinang pisang, jagung, cabe dan rumput gajah termasuk ke dalam kategori sesuai marginal sedangkan nangka termasuk ke dalam kategori tidak sesuai. Kombinasi jenis yang paling memungkinkan adalah campuran 1 jenis tanaman kayu, 1 jenis tanaman serbaguna dan 1 jenis tanaman pangan atau rumput gajah. Kata kunci: Curah hujan dan marginal, kesesuaian, lereng, tapak","PeriodicalId":103667,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Hutan Tanaman","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125776307","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Neo Endra Lelana, Suryo Wiyono, Giyanto Giyanto, I. Z. Siregar
{"title":"FAKTOR BUDIDAYA DAN KAITANNYA DENGAN KEPARAHAN PENYAKIT KARAT PURU PADA SENGON (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes)","authors":"Neo Endra Lelana, Suryo Wiyono, Giyanto Giyanto, I. Z. Siregar","doi":"10.20886/JPHT.2018.15.1.29-41","DOIUrl":"https://doi.org/10.20886/JPHT.2018.15.1.29-41","url":null,"abstract":"ABSTRACT Until now, gall rust disease is a major threat for Falcataria moluccana plantations in Indonesia. One of the environmental factors that can influence the development of plant diseases is the cultivation practice. However, the studies related to the influence of cultivation practice to the F. moluccana gall rust disease are still limited. This study aimed to determine the correlation between cultivation practice to the incidence and severity of F. moluccana gall rust disease. The incidence and severity of F. moluccana gall rust disease were observed from 47 planting sites distributed throughout Java. Its correlation to the cultivation practice was analyzed using chi square analysis followed by coordinate analysis. The results indicated that 6 of 13 variables were significantly correlated with disease incidence. Meanwhile, only 3 of 13 variables were significantly correlated to disease severity. These factors were plant age, use of organic fertilizer, and chemical control. Based on coordinate analysis result, organic fertilizer and chemical control application showed strong association with low level disease severity. Keywords: Chemical control, Java, organic fertilizer, plant age ABSTRAK Penyakit karat puru masih menjadi permasalahan yang utama pada tanaman sengon di Indonesia. Tanaman sengon dapat diserang pada semua tingkatan umur dan telah menimbulkan kerugian yang signifikan. Salah satu faktor lingkungan yang memengaruhi perkembangan penyakit tanaman ialah faktor budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor budidaya dengan insidensi dan keparahan penyakit karat puru pada sengon. Sebanyak 47 lokasi penanaman sengon yang tersebar di seluruh Jawa diamati insidensi dan keparahan penyakitnya. Hubungannya dengan faktor budidaya dianalisis menggunakan Khikuadrat yang dilanjutkan dengan analisis korespondensi. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 6 dari 13variabel faktor budi daya menunjukkan korelasi yang signifikan terhadap insidensi penyakit. Sementara itu terhadap keparahan penyakit, sebanyak 3 dari 13 variabel faktor budidaya menunjukkan korelasi yangsignifikan. Ketiga faktor tersebut yaitu umur tanaman, penggunaan pupuk organik, dan pengendalian kimiawi. Hasil analisis korespondensi menunjukkan faktor penggunaan pupuk organik dan pengendalian secara kimiawi berasosiasi dengan keparahan penyakit yang rendah. Kata kunci: Jawa, pengendalian kimiawi, pupuk organik, umur tanaman","PeriodicalId":103667,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Hutan Tanaman","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127868891","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}