Nursyahri Ramadhan, T. Karyono, Zakaria S. Soeteja
{"title":"Historical study on the development of the weaving motif of Bima, West Nusa Tenggara, Indonesia","authors":"Nursyahri Ramadhan, T. Karyono, Zakaria S. Soeteja","doi":"10.17977/um015v50i22022p261","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um015v50i22022p261","url":null,"abstract":"Historical study on the development of the weaving motif of Bima, West Nusa Tenggara, IndonesiaThis study aims to trace the early history of the Bimanese to identify the weaving and its 10 motifs defined in the Bima Land Customary Law as part of the Bima ethnic characteristics. The study used a qualitative approach with data triangulation (observations, interviews, and documentation). The research result showed that the activity of spinning yarn was known by the Bimanese before the expedition of Sang Bima to the land of the rising sun (Satonda Island, a volcanic area on Sumbawa Island), which became the ancestors of the Bimanese. They used weaving to make clothes, using similar procedures of Javanese weaving. Initially, the motifs of Bimanese woven were only in the form of stripes and rectangles, but the acculturation with Javanese culture during the heyday of Majapahit influenced the development of motifs in the Bima Kingdom during the 11-13th centuries. Subsequently, there was also acculturation with Bugis and Malay culture after the Bima Kingdom turned into a Sultanate. For instance, in choosing a leader, the Bima people should adopt the principle in the nggusu waru (octagonal) motif or that the Bima people must always bring benefits and noble characteristics like the scent of a flower in the Satako flower motif. Kajian sejarah perkembangan motif tenun Bima, Nusa Tenggara Barat, IndonesiaTujuan dari penelitian ini adalah untuk menelusuri sejarah awal masyarakat Bima mengenal tenunan dan motif-motif yang diterapkannya hingga terbentuk 10 motif yang ditetapkan dalam Hukum Adat Tanah Bima (HATB) sehingga menjadi ciri khas etnis Bima. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan triangulasi data (observasi, wawancara, dan studi dokumen). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pemintalan benang telah dikenal oleh masyarakat Bima sebelum pengembaraan tokoh Sang Bima ke negeri matahari terbit (Pulau Satonda, wilayah vulkanik di pulau Sumbawa) yang menjadi cikal bakal orang Bima dan untuk membuat pakaian, menerapkan seperti cara orang-orang Jawa dalam hal menenun. Motif awal yang dikenal oleh orang Bima hanya berbentuk garis-garis dan segi empat, namun akulturasi budaya Jawa pada masa kejayaan Majapahit ikut mempengaruhi perkembangan motif-motif di kerajaan Bima pada abad ke 11-13, selanjutnya, terjadi akulturasi budaya Bugis dan Melayu setelah kerajaan Bima berubah menjadi kesultanan sehingga penerapan motif-motif dalam lingkungan masyarakat Bima mengacu pada Hukum Adat Tanah Bima yang sesuai dengan Syariat Islam. Seperti memilih pemimpin berdasarkan makna yang terkandung dalam motif nggusu waru atau dalam berkehidupan sosial, orang Bima harus selalu membawa kebermanfaatan dan akhlak yang mulia sebagaimana aroma bunga sekuntum dalam motif bunga Satako.","PeriodicalId":55791,"journal":{"name":"Bahasa dan Seni Jurnal Bahasa Sastra Seni dan Pengajarannya","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43149742","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dimas Raditya Bagaskara, M. Amri, N. F. Choiron, E. Eliyanah
{"title":"The Celebration: Analyzing realism in Dogme 95 Manifesto film","authors":"Dimas Raditya Bagaskara, M. Amri, N. F. Choiron, E. Eliyanah","doi":"10.17977/um015v50i22022p196","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um015v50i22022p196","url":null,"abstract":"The Celebration: Analyzing realism in Dogme 95 Manifesto filmBelieving that the film industry is getting worse by utilizing simple plots and only emphasizing on the editing and the cosmetics, European filmmakers and theorists make their own style of realistic film movements as a reaction to Hollywood’s mainstream filmmaking style. One of which is the famed Dogme 95 Manifesto film movement in Denmark propagated by Lars von Trier. Dogme 95 Manifesto is a set of rules that needs to be followed by filmmakers in order to make a Dogme film. It is believed that by following this rule will restrain the filmmakers’ creativity, focusing more on the realism inside the film, and “purifying” the film industry. In this paper, we analyze realism in Dogme 95 through one of its successful milestones: The Celebration by Thomas Vinterburg through its cinematography and Dogme 95 rules within the film. We argue that as opposed to bringing realistic images on the screen, The Celebration brings atmospheric realism by providing a consistent feel of ‘relatability’ and presence inside the story to the spectators.The Celebration: Analisis realisme pada film Dogme 95 ManifestoSetelah mengetahui semakin parahnya industri film sekarang yang hanya menggunakan plot mudah dan lebih fokus kepada proses pengeditan dan kosmetik belaka, pembuat dan ahli film di Eropa telah membuat gaya film realis ciptaan mereka sendiri sebagai sebuah bentuk protes terhadap film-film mainstream ala Hollywood. Salah satunya adalah gerakan film Dogme 95 Manifesto asal Denmark yang digagas oleh Lars von Trier. Dogme 95 Manifesto berisi sebuah peraturan yang harus ditaati oleh pembuat film untuk membuat sebuah film Dogme. Mengikuti aturan-aturan ini akan lebih mengekang kreativitas para pembuat film, membuat film lebih realistis, dan mensucikan industri film. Dalam penelitian ini, kami menganalisis realisme dalam proyek Dogme 95 dari salah satu film mereka yang paling terkenal yaitu The Celebration yang disutradarai oleh Thomas Vinterburg dengan menggunakan analisis intrinsik berdasarkan aturan sinematografi dan aturan Dogme 95 yang ada di dalamnya. Para peneliti menyimpulkan bahwa tanpa perlu mempresentasikan kualitas gambar terbaik, The Celebration telah membawakan suasana realisme dengan memberikan nuansa ‘berada dalam cerita’ kepada para penonton.","PeriodicalId":55791,"journal":{"name":"Bahasa dan Seni Jurnal Bahasa Sastra Seni dan Pengajarannya","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46953418","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Exploring Indonesian university students’ speaking anxiety in online English medium classes (EMI)","authors":"I. N. Kusmayanti, R. Hendryanti, L. W. Suwarsono","doi":"10.17977/um015v50i22022p209","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um015v50i22022p209","url":null,"abstract":"Exploring Indonesian university students’ speaking anxiety in online English medium classes (EMI)This study investigates the speaking anxiety levels of EFL students enrolled in English medium classes (EMI) in a private university. Factors causing students’ speaking anxiety and potential strategies to reduce the speaking anxiety were also examined. Eighty-nine EMI students from ten undergraduate study programs were the respondents of this study. Data were collected by using Horwitz et al.’s (1986) anxiety survey. Findings showed that EMI students exhibited low-level English-speaking anxiety. The cross-tabulation data demonstrated that students perceived comprehension apprehension as the paramount anxiety factor. To reduce their comprehension apprehension, students prefer their lecturers not to over-react their speaking mistakes and degrade them when they make speaking mistakes. These imply that these findings can be used as consideration for preparatory programs for students and lecturers in EMI classes.Eksplorasi kecemasan berbicara mahasiswa Indonesia di perkuliahan daring kelas EMIPenelitian ini menganalisis tingkat kecemasan berbicara mahasiswa selama perkuliahan daring pada mata kuliah yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar (kelas EMI) di sebuah universitas swasta. Faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan berbicara yang dialami mahasiswa dan strategi potensial untuk mengurangi kecemasan berbicara juga dianalisis. Delapan puluh sembilan mahasiswa Indonesia dari sepuluh program studi S1 kelas internasional menjadi responden pada penelitian ini. Data dikumpulkan melalui survei kecemasan berbicara yang dirancang oleh Horwitz dkk. (1986) Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa mengalami tingkat kecemasan berbicara yang rendah. Data tabulasi silang menunjukkan bahwa mahasiswa menganggap kecemasan terhadap pemahaman sebagai faktor utama pemicu kecemasan berbicara yang mereka alami. Untuk mengurangi kecemasan terhadap pemahaman mereka, mahasiswa mengharapkan agar dosen tidak bereaksi berlebihan terhadap kesalahan berbicara yang mereka lakukan dan tidak merendahkan mereka ketika mereka melakukan kesalahan berbicara. Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk pengembangan program persiapan bagi mahasiswa dan dosen di kelas EMI.","PeriodicalId":55791,"journal":{"name":"Bahasa dan Seni Jurnal Bahasa Sastra Seni dan Pengajarannya","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47358094","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Individual liaison: Gregorius Sidharta, tradition, and modernity","authors":"Ganjar Gumilar","doi":"10.17977/um015v50i22022p176","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um015v50i22022p176","url":null,"abstract":"Individual liaison: Gregorius Sidharta, tradition, and modernityUnderstanding the dialogic relation between tradition and modernity in our current cultural dynamic remains an ‘incomplete project’ that requires careful examination. Approaching and thoroughly interpreting both roles in our society, mainly in how they influenced our current paradigm of culture, continue to pose risks and challenges. This article will explore the works of Gregorius Sidharta Soegijo, a renowned maestro of Bandung modern art, whose conversational practice proposes a particular means of harmonizing these antagonistic tensions and various derivatives issues that might later follow. By using art criticism as its primary modalities while simultaneously cross-referencing both modern and contemporary aesthetic paradigms, this article will demonstrate how Sidharta’s inclusive and deliberate approach might provide a dialogic site for various antagonist polarities—mainly tradition and modernity—to coexist within a democratic, horizontal, and productive axis. His audacity in contemplating inward and resorting to his idiosyncrasy would also be highlighted for its contributive nature as the pretext of his attempt to reconcile, resolve, and synthesize the long-desirable harmony between tradition and modernity. These gestures have undergone a consistent, gradual process of internal reflection that touched upon his personal experiences, particularly his encounter with multitudes of cultural values, perspectives, and paradigms that each proposes their significance.Arbitrase individual: Gregorius Sidharta dalam dikotomi tradisi dan modernitasTradisi dan modernitas dalam kemutakhiran saat ini masih menyimpan banyak selubung pemaknaan yang menunggu untuk dibuka, didalami, dan dimaknai kembali. Mendekati dan memahami keduanya dengan adil dan menyeluruh adalah upaya yang beresiko. Gregorius Sidharta Soegijo, salah satu maestro patung modern Bandung, menunjukkan cara yang khas dalam menengahi beragam tegangan beserta ragam derivasi konflik yang dimunculkan. Dengan berpijak pada metode kritik seni terhadap sepilihan karya Sidharta untuk kemudian diperiksa secara menyilang baik terhadap konsep-konsep estetika modern serta kontemporer, artikel ini akan menunjukkan bagaimana Sidharta menemukan kesetimbangan untuk menghidupkan keduanya dengan berpijak pada idiosinkrasi diri untuk mempertemukan, mendamaikan, menengahi, serta melakukan arbitrase pada dikotomi tradisi dan modernitas. Keseimbangan ini ditemukannya melalui perkembangan pemaknaan diri yang secara gradual bersentuhan dengan beragam perbedaan nilai, paradigma, dan ideologi yang membawa keutamannya masing-masing.","PeriodicalId":55791,"journal":{"name":"Bahasa dan Seni Jurnal Bahasa Sastra Seni dan Pengajarannya","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48136987","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Didin Nuruddin Hidayat, Yatni Fatwa Mulyati, N. Husna
{"title":"Utilization of educational applications in assessing the reading skills of junior high school students","authors":"Didin Nuruddin Hidayat, Yatni Fatwa Mulyati, N. Husna","doi":"10.17977/um015v50i22022p247","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um015v50i22022p247","url":null,"abstract":"Utilization of educational applications in assessing the reading skills of junior high school studentsGlobalization and the advancement of technology are giving a new challenge as well as opportunities for English educators around the globe. Indirectly, there are obstacles associated with learning English due to the fact that technology has become an integral aspect of human existence. The teaching of reading skill also faces the same challenge. Nowadays, reading is seen as more important than other skills, considering that reading has become one of the aspects of literacy. With regard to assessment, the availability of an educational application might be advantageous for teachers to assess students' reading skills. The current study investigates the types of application used by teachers in assessing students’ reading skill and the type of reading assessment that occur during the implementation of the application. Through open-ended interview and document analysis method, the research result indicates that the implementation of Google Form as an educational application to assess students reading skills demonstrated a reading assessment based on traditional assessment approaches with a focus on intensive reading. This study has shown the appropriate media for assessing students reading skill along with the reading focuses and assessment design that is suitable for it. In addition, in this study, Google Form dominates the most considerable use of media to assess students reading skills. Therefore, teachers could also save more time in assessing students’ reading by utilizing educational applications.Penggunaan aplikasi pendidikan dalam menilai ketrampilan membaca siswa SMPGlobalisasi dan kemajuan teknologi memberikan tantangan sekaligus peluang baru bagi pengajar bahasa Inggris di seluruh belahan dunia. Secara tidak langsung, terdapat kendala yang terkait dengan pembelajaran bahasa Inggris karena fakta bahwa teknologi telah menjadi aspek yang tidak terpisahkan dari keberadaan manusia. Saat ini, membaca dipandang lebih penting daripada keterampilan lainnya, mengingat membaca telah menjadi salah satu aspek literasi. Secara khusus, menentukan keterampilan membaca siswa menjadi sangat penting dalam pengajaran dan penilaian bahasa, dengan penambahan aplikasi pendidikan yang mungkin bermanfaat bagi guru untuk menilai keterampilan membaca siswa. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi aplikasi pendidikan yang dimanfaatkan untuk menilai ketrampilan membaca dan jenis-jenis ketrampilan membaca yang dinilai menggunakan aplikasi. Melalui metode wawancara terbuka dan analisis dokumen, hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Google Form sebagai aplikasi pendidikan untuk menilai keterampilan membaca siswa menunjukkan penilaian membaca berdasarkan pendekatan penilaian tradisional dengan fokus pada membaca intensif. Penelitian ini telah menunjukkan media yang sesuai untuk menilai keterampilan membaca siswa beserta fokus membaca dan desain","PeriodicalId":55791,"journal":{"name":"Bahasa dan Seni Jurnal Bahasa Sastra Seni dan Pengajarannya","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48692029","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"The commodification of polygamy through the ecranization of the novel Air Mata Tuhan into the film Air Mata Surga","authors":"Karkono Karkono","doi":"10.17977/um015v50i22022p139","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um015v50i22022p139","url":null,"abstract":"The commodification of polygamy through the ecranization of the novel Air Mata Tuhan into the film Air Mata SurgaThis study explored the commodification of polygamy in the Air Mata Surga (AMS) movie, adapted from the Air Mata Tuhan novel. The movie was selected for a number of reasons. Firstly, it is an effective transformation medium to reach people with distinctive backgrounds, including their age, social status, domicile, education, culture, language, and even religion. Secondly, polygamy is considered sacred as it is correlated with religion. However, in the industrial sector, polygamy becomes a profane commodity once it is taken as a theme in a movie. Therefore, this study investigated the commodification types of polygamy in the AMS movie and society’s reception of those commodification. The researcher used the observation technique on material objects in a novel and film and also created a questionnaire using Google Form. The research participants came from Malang, Surakarta, and Jakarta, Indonesia. The results show that the commodification observed in the AMS movies consists of both content and audience commodification. Meanwhile, polygamy was used by the production house as a means to gain revenue and to transform ideology, both in the novel and in the movie. The findings also suggest that 78 percent of participants mentioned that their viewpoint toward polygamy shifted after watching the movie.Komodifikasi poligami melalui ekranisasi novel Air Mata Tuhan ke film Air Mata SurgaPenelitian ini merupakan kajian tentang komodifikasi poligami melalui ekranisasi, yaitu film Air Mata Surga (AMS) yang diangkat dari novel Air Mata Tuhan. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi penelitian ini. Pertama, film adalah media yang sangat efektif untuk dijadikan sarana transformasi ide dan dapat menjangkau masyarakat berbagai latar belakang; usia, status sosial, tempat domisili, pendidikan, budaya, bahasa, bahkan agama. Kedua, poligami adalah sesuatu yang sakral sebab berkaitan langsung dengan ranah agama, tetapi ketika dijadikan komoditas sebagai tema utama yang diangkat dalam film, poligami sudah masuk ranah industri yang bersifat profan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bentuk-bentuk komodifikasi poligami melalui film AMS. Tujuan lainnya adalah mengetahui resepsi/penerimaan masyarakat terhadap komodifikasi poligami melalui film AMS. Penelitian ini dirancang sebagai kajian budaya dalam sistem berpikir kritis menggunakan teori komodifikasi. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah pengamatan dan pencermatan terhadap objek material yaitu novel dan film serta kuesioner dengan menggunakan google form. Informan yang dipilih sebagai sarana pengambilan data dalam penelitian ini berasal dari tiga kota, yaitu Malang, Surakarta, dan Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk komodifikasi melalui produksi film AMS adalah komodifikasi isi dan komodifikasi audiens. Poligami dijadikan tema utama dalam novel da","PeriodicalId":55791,"journal":{"name":"Bahasa dan Seni Jurnal Bahasa Sastra Seni dan Pengajarannya","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43147006","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ika Nurhayani, Sahiruddin Sahiruddin, E. Junining, Hamamah Hamamah
{"title":"The language use of the Balinese diaspora in Kampung Bali, Penganjuran, a multilingual village in Banyuwangi","authors":"Ika Nurhayani, Sahiruddin Sahiruddin, E. Junining, Hamamah Hamamah","doi":"10.17977/um015v50i22022p152","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um015v50i22022p152","url":null,"abstract":"The language use of the Balinese diaspora in Kampung Bali, Penganjuran, a multilingual village in BanyuwangiThe paper investigates the language use of the Balinese diaspora in Kampung Bali, Penganjuran, a multilingual village in Banyuwangi, which includes the multilingual situation, the nature of the language accommodation and the language domains. The current study answers the following research questions: (1) how is the situation of multilingualism in the village? (2) how is the situation of language accommodation in the Balinese village in the village? and (3) what are the domains of the use of the languages spoken in the village? The research applied a qualitative research approach using semi-structured interviews. Thirteen questions were asked during the interviews with three research participants. The answers were coded into data related to multilingualism situation, language accommodation, and domains of language use of the languages spoken in Kampung Bali, Penganjuran. The analysis aims to search for patterns and links in the coded texts. The findings show that the Balinese diaspora is the most multilingual ethnic group in Kampung Bali, Penganjuran, as they speak five languages: Indonesian, Balinese, Osing, Javanese, and Madurese. The Balinese also displays an accommodative nature toward the national language and the dominant vernacular languages. The findings also show that the domains of use of Balinese in the diaspora have declined since it is only used at the house of worship by three research participants and at home by one participant. The accommodative nature of the Balinese diaspora might have contributed to the shift from Balinese to the national language or to the dominant vernacular languages.Penggunaan bahasa diaspora Bali di Kampung Bali, Penganjuran, sebuah desa multilingual di BanyuwangiMakalah ini mengkaji penggunaan bahasa oleh diaspora Bali di Kampung Bali, Penganjuran, sebuah desa multilingual di Banyuwangi yang meliputi situasi multibahasa, sifat akomodasi bahasa dan domain bahasa orang Bali. Oleh karena itu penelitian ini menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini: (1) bagaimana situasi multilingualisme di desa tersebut? (2) bagaimana situasi akomodasi bahasa di desa tersebut? (3) bagaimana ranah penggunaan bahasa Bali di desa tersebut? Makalah ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan wawancara semi terstruktur dengan 13 pertanyaan yang diajukan pada tiga responden penelitian. Jawaban-jawaban tersebut kemudian ditandai sesuai kaitannya dengan situasi multilingualisme, akomodasi bahasa, dan domain penggunaan bahasa dari bahasa-bahasa yang digunakan di Kampung Bali Penganjuran. Analisis bertujuan untuk mencari pola dan tautan dalam teks yang dikodekan. Temuan menunjukkan bahwa diaspora Bali adalah kelompok etnis yang paling multibahasa di Kampung Bali Penganjuran dengan berbicara lima bahasa, Indonesia, Bali, Osing, Jawa dan Madura. Orang Bali juga menampilkan sifat akomodatif terhadap bahasa nasional ","PeriodicalId":55791,"journal":{"name":"Bahasa dan Seni Jurnal Bahasa Sastra Seni dan Pengajarannya","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45319131","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Intermediate language in the subtitle translation of Le Grand Voyage film into Indonesian Perjalanan Agung","authors":"Hayatul Cholsy","doi":"10.17977/um015v50i22022p165","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um015v50i22022p165","url":null,"abstract":"Intermediate language in the subtitle translation of Le Grand Voyage film into Indonesian Perjalanan AgungThis study aimed to explore the role of intermediate language in translating the dialogue subtitle of Le Grand Voyage film from French as source language into Indonesian as target language. This study used intermediate language translation theory from Amal Al Shunnaq (2019), which was a translating process from source language into target language through other foreign language. Le Grand Voyage film is a film with religious nuance with the life of maghrébin immigrants in France as the background. The film subtitle in Indonesian were translated from English subtitle which were previously translated from French dialogue. English as the intermediate language had a very important role since it determined the subtitle translation final result in the target language. In addition to economic reasons, the role of an intermediate language was to be able to simplify or make subtitle in target language more concise, therefore it could easily adjust the space and time on the screen display, refine the translation result so that the film subtitle in target language becomes more polite, such as the loss of swear words, and determines the message from source language into target language due to cultural influences and the peculiarities of the intermediate language. Bahasa antara dalam penerjemahan subtitle film Le Grand Voyage ke dalam bahasa Indonesia Perjalanan AgungPenelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran bahasa antara dalam penerjemahan subtitle dialog film Le Grand Voyage dari bahasa sumber bahasa Prancis ke dalam bahasa sasaran bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan teori penerjemahan bahasa antara atau intermediate language dari Amal Al Shunnaq (2019), yaitu proses pengalihbahasaan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran melalui bahasa asing lainnya. Film Le Grand Voyage merupakan film yang bernuansa religi dengan latar belakang kehidupan kaum imigran maghrébin di Prancis. Subtitle film dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dari subtitle bahasa Inggris yang sebelumnya merupakan hasil terjemahan dari dialog bahasa Prancis. Bahasa Inggris sebagai bahasa antara mempunyai peran yang sangat penting karena menentukan hasil akhir terjemahan subtitle dalam bahasa sasaran. Selain alasan ekonomi, bahasa antara berperan untuk dapat menyederhanakan atau membuat subtitle dalam bahasa sasaran menjadi lebih ringkas sehingga dapat dengan mudah menyesuaikan ruang dan waktu pada tampilan layar; memperhalus hasil terjemahan sehingga subtitle film pada bahasa sasaran menjadi lebih santun, misalnya hilangnya kata umpatan; serta menentukan keakuratan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran karena pengaruh budaya dan kekhasan bahasa antara.","PeriodicalId":55791,"journal":{"name":"Bahasa dan Seni Jurnal Bahasa Sastra Seni dan Pengajarannya","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45120232","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"TEORI SASTRA TERBARU PERSPEKTIF TRANSDISIPLINER","authors":"Suwardi Endraswara","doi":"10.37304/enggang.v3i1.4936","DOIUrl":"https://doi.org/10.37304/enggang.v3i1.4936","url":null,"abstract":"Abstrak Artikel ini mengulas mengenai teori sastra terbaru yang bisa dijadikan dasar kajian dalam menganalisis karya sastra. Teori sastra terbaru ini meliputi: (a) Teori Matematika Sastra, (b) Teori Fisiologi Sastra, (c) Teori Fisika Sastra, dan (d) Teori Imunologi Sastra. Metode yang digunakan adalah library research atau riset kepustakaan dengan memanfaatkan penelusuran pustaka. Riset kepustakaan tidak sekadar membaca literatur atau membaca buku-buku yang dibutuhkan untuk bahan penulisan artikel. Metode pengumpulan data kepustakaan dilakukan dengan membaca, mencatat, mengkaji, dan mengolah bahan penelitian yang sudah didapat. Hasil penelitian Teori Sastra Terbaru Perspektif Transdisipliner menunjukan: (a) Teori Matematika Sastra dengan memanfaatkan simbol matematika, ternyata bisa menggugah agar hubungan keluarga semakin bagus. (b)Teori Fisiologi Sastra merupakan perspektif pemahaman transdisipliner sastra yang membahas tentang ekspresi tubuh. Konon, manusia itu mirip binatang, yang sering tergiur pada ekspresi tubuh. (c) Teori Fisika Sastra, Alam itu menyuguhkan fisika. Alam itu guru fisika bagi pengarang. Pengarang sering menyuntikkan pesan melalui sebuah puisi. Puisi itu mencoba merangkai getaran fisika sastra. (d) Teori Imunologi Sastra adalah teori yang muncul ketika virus covid-19 merebak, sehingga terpikir daya imun. Imun berarti ketangguhan atau kekebalan. Imunologi adalah ilmu tentang kekebalan tubuh. Sastra itu mirip tubuh, membutuhkan imun. \u0000Kata kunci: teori sastra terbaru, perspektif, dan transdisipliner","PeriodicalId":55791,"journal":{"name":"Bahasa dan Seni Jurnal Bahasa Sastra Seni dan Pengajarannya","volume":"33 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85236916","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KAJIAN SASTRA BANDINGAN: PERBANDINGAN ASPEK CITRAAN (IMAGERY) DAN MAKNA DALAM PUISI ‘PERINGATAN’ KARYA WIJI THUKUL DENGAN PUISI ‘CAGED BIRD’ KARYA MAYA ANGELOU","authors":"Tri Muriyana","doi":"10.37304/enggang.v3i1.4946","DOIUrl":"https://doi.org/10.37304/enggang.v3i1.4946","url":null,"abstract":"ABSTRAKTujuan dari artikel penelitian ini untuk memperoleh hasil perbandingan sastra puisi yang berjudul ‘Peringatan’ karya Wiji Thukul dengan Puisi ‘Caged Bird’ karya Maya Angelou berdasarkan aspek citraan (imagery) dan maknanya. Artikel ini mendiskripsikan aspek citraan (imagery) dan makna puisi yang terdapat pada puisi yang berjudul ‘Peringatan’ karya Wiji Thukul dengan Puisi ‘Caged Bird’ karya Maya Angelou. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan teknik pengumpulan data simak-catat. Adapun hasil yang diperoleh dalam artikel penelitian ini antara lain terdapat sebuah citraan penglihatan, citraan pendengaran, serta citraan gerakan. Kemudian perbedaan berada pada makna puisi. Puisi yang berjudul ‘Pengertian’ karya Wiji Thukul menjelaskan tentang sebuah keadilan khususya para buruh, sedangkan pada puisi ‘Caged Bird’ karya Maya Angelou menjelaskan tentang keinginan akan kebebasan dirinya.Kata kunci: Perbandingan Sastra, Puisi, Citraan (Imagery)","PeriodicalId":55791,"journal":{"name":"Bahasa dan Seni Jurnal Bahasa Sastra Seni dan Pengajarannya","volume":"21 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80953729","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}