Jurnal HortikulturaPub Date : 2020-05-17DOI: 10.21082/jhort.v30n1.2020.p21-28
I. Muas, nFN Jumjunidang, nFN Hendri, B. Haryanto, Liza Oktariana
{"title":"Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Buah Naga (The Influence of Organic Fertilizer to Growth and Production of Dragon Fruit)","authors":"I. Muas, nFN Jumjunidang, nFN Hendri, B. Haryanto, Liza Oktariana","doi":"10.21082/jhort.v30n1.2020.p21-28","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jhort.v30n1.2020.p21-28","url":null,"abstract":"Pemupukan merupakan salah satu aspek penting untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas buah naga. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi buah naga. Penelitian dilaksanakan di kebun petani Nagari Aripan, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatra Barat, dimulai sejak Januari sampai dengan Desember 2014. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua faktor perlakuan dan tiga ulangan, setiap unit perlakuan terdiri atas tiga tiang. Faktor pertama adalah takaran pupuk organik dengan tiga level, yaitu 5, 10, dan 15 kg/tiang. Faktor kedua adalah interval waktu pemberian pupuk organik terdiri atas empat level, yaitu 1, 2, 3, dan 4 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik secara nyata dapat meningkatkan pertumbuhan (jumlah cabang), jumlah produksi dan kualitas buah (grade/ukuran buah, TSS). Pemberian pupuk organik juga dapat meningkatkan kandungan hara pada tanah dan tanaman. Aplikasi pupuk organik dengan takaran 15 kg dan interval 1 bulan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan (jumlah cabang), produksi, dan kualitas buah (grade/ukuran buah) tertinggi. Implikasi dari penelitian ini adalah dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi buah naga perlu dilakukan aplikasi pupuk organik.KeywordsPupuk organik; Pertumbuhan; Produksi; Buah nagaAbstractFertilization is one of important aspect in improving the productivity and quality of dragon fruit. This study aims to determine the effect of organic fertilizer on the growth and production of dragon fruit. The research was conducted from January to December 2014 at farmer orchard in Solok District, West Sumatra. The study was prepared based on a Factorial RCBD with two factors and three replicates, each treatment consisting of three pillars. First factor was organic fertilizer dose with three levels (5, 10, and 15 kg/pillar). Second factor was the interval application of organic fertilizer consisting of four levels (1, 2, 3, and 4 months). The results showed that the provision of organic fertilizer can significantly increase the growth (number of branches), amount of production and quality of fruit (grade/fruit size,TSS). Provision of organic fertilizers can also increase the nutrient content of soil and plants. Application of organic fertilizer with a dose of 15 kg and 1 month interval gives the highest growth (number of branches), the highest number of fruit production and quality (grade/fruit size) are significantly. Implication of this research is to increase the growth and production of dragon fruit that needs to be done organic fertilizer application.","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128842477","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal HortikulturaPub Date : 2020-04-15DOI: 10.21082/jhort.v30n1.2020.p97-106
W. Adiyoga, M. Prathama, R. Rosliani
{"title":"Analisis Anggaran Parsial dan Usahatani Teknik Semai pada Budidaya Bawang Merah True Shallot Seed (Partial and Farm Budget Analysis of Some Sowing Techniques in TSS Cultivation)","authors":"W. Adiyoga, M. Prathama, R. Rosliani","doi":"10.21082/jhort.v30n1.2020.p97-106","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jhort.v30n1.2020.p97-106","url":null,"abstract":"Penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan informasi kelayakan ekonomis berbagai cara semai serta melakukan analisis usahatani budidaya true shallot seed (TSS). Percobaan dilakukan di Brebes, Jawa Tengah, April–September 2017. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan enam kombinasi perlakuan metode semai (sebar, garit, dan soil-block) dan umur semai (30 dan 45 hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara semai soil-block umur 30 hari menghasilkan bobot umbi tertinggi. Produksi per hektar semai soil-block umur 30 hari adalah 29,3 ton/ha (bobot segar) atau 17,7 ton/ha (bobot kering). Indikator B/C ratio tertinggi (0,75) dan tingkat pengembalian marjinal tertinggi (27,769%) mengindikasikan bahwa cara soil-block umur 45 hari merupakan perlakuan yang paling ekonomis. Harga per semaian berkisar antara Rp37,6 – 42,6 sehingga biaya total semaian adalah Rp24,4 – 27,7 juta per hektar. Biaya sebesar ini berpotensi menghapus salah satu advantage penggunaan TSS karena tidak lebih murah dibanding biaya benih umbi per hektar. Walaupun menunjukkan potensi hasil cukup tinggi (18–29 ton/ha), namun karena efisiensi lahan rendah (54%) serta susut bobot tinggi (56%) maka probabilitas mengalami kerugian masih cukup tinggi. Hasil studi menyarankan penelitian lanjutan yang diarahkan untuk menekan biaya produksi semaian, meningkatkan produktivitas, meningkatkan efisiensi lahan, dan menurunkan susut bobot umbi.KeywordsBenih biji botani; Cara semai; Kelayakan ekonomis; Analisis anggaran parsial AbstractThe study aimed to assess the economic feasibility of sowing methods and farm-budget of TSS cultivation. A trial was conducted in Brebes, Central Java (April–September 2017). RCBD with six treatment combinations of sowing method and sowing age, and four replications was employed. Results indicate that seedlings from soil block (30 days) produce the highest tuber weight. The fresh yield of using soil-block (30 days) is 29.3 tons/ha, while the dry yield is 17.7 tons/ha. Based on the highest B/C ratio and highest marginal rate of return, the soil-block (45 days) is assessed as the most feasible sowing method. The cost per seedling ranges from IDR 37.6 – 42.6, thus the total seedling cost is IDR 24.4 – 27.7 millions/ha. This may potentially eliminate one advantage of using TSS because the seedling cost is not lower than the cost of purchasing seed bulbs. Producing high fresh yield (18 – 29 tons/ha) could not compensate low land efficiency (54%) and high weight loss (56%), so that the loss probability is still quite high. The study recommends further works needed to lower seedling cost, increase yield, increase land efficiency, and reduce the bulb weight loss.","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-04-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127021217","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal HortikulturaPub Date : 2020-04-15DOI: 10.21082/jhort.v30n1.2020.p41-46
Titistyas Gusti Aji, nFN Sutopo, N. E. Palupi
{"title":"Lubang Resapan Biopori untuk Meningkatkan Kapasitas Penyimpanan Air di Daerah Perakaran Jeruk Keprok (Citrus reticulata)","authors":"Titistyas Gusti Aji, nFN Sutopo, N. E. Palupi","doi":"10.21082/jhort.v30n1.2020.p41-46","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jhort.v30n1.2020.p41-46","url":null,"abstract":"Lubang Resapan Biopori (LRB) dan penambahan bahan organik ke dalam LRB dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah pada jangka panjang. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh jumlah LRB dan jenis bahan organik pengisi LRB terhadap kapasitas penyimpanan air di daerah perakaran tanaman jeruk keprok dewasa di lahan kering dan pengaruhnya terhadap kualitas buah. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dengan faktor yang diujikan adalah kombinasi jumlah LRB dan bahan pengisi LRB. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan jumlah LRB, baik 4, 5, maupun 6 lubang dan bahan pengisi baik cocopeat maupun zeolit meningkatkan lengas tanah di daerah perakaran tanaman jeruk pada bulan kering. Penambahan cocopeat, zeolit, atau pupuk kandang ke dalam LRB meningkatkan kandungan jus. Perlakuan bahan pengisi serasah pada LRB dan tanpa LRB meningkatkan kandungan padatan terlarut total (PTT), sedangkan penambahan zeolit dan serasah serta perlakuan tanpa LRB meningkatkan kandungan asam tertitrasi total (ATT). Kadar air pada daerah perakaran yang tinggi menyebabkan peningkatan kandungan jus, serta penurunan kandungan PTT dan ATT pada buah jeruk keprok. Pembuatan LRB pada awal musim hujan dapat dilakukan sebagai upaya menabung air hujan sehingga dapat menghindarkan tanaman dari pengaruh negatif defisit air pada musim kering.KeywordsAir; Buah jeruk keprok; Kualitas; Lubang resapan biopori; Rizosfer AbstractBiopore Infiltration Holes (BIH) and addition of organic matters to the BIH can improve the physical, chemical, and biological properties of the soil. The purpose of this study was to study the effect of BIH and type of BIH filler on water storage capacity in the rhizosphere of mature mandarin plants on dry land and their effect on fruit quality. The study employed a randomized block design with the tested factors of combination of BIH number and BIH filler material. The results showed that either 4, 5 or 6 holes BIH and fillers of both cocopeat and zeolite increased the soil water content in the rhizosphere in the dry months. Adding cocopeat, zeolite, or manure into BIH increased the juice content. Weeds as fillers and treatment without BIH increased the total soluble solids (TSS), while addition of zeolite and weeds and treatment without BIH increased the total acid (TA). High water content in the rhizosphere caused an increase in juice content, but a decrease in TSS and TA. Making BIH at the beginning of rainy season is an effort to save rainwater so that it can prevent plants from the negative influence of water deficit in the dry season.","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"68 11","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-04-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131850217","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal HortikulturaPub Date : 2020-02-28DOI: 10.21082/jhort.v30n1.2020.p9-20
P. J. Santoso, I. Aryantha, S. Suhandono, A. Pancoro
{"title":"Lokus SSR Berasosiasi Karakter Tahan Penyakit Mati-Pohon Durian Berdasarkan Bulked Pseudo-Segregant Analysis (SSR Loci Associated to Resistance Traits to Durian Die-Back based on Bulked Pseudo-Segregant Analysis)","authors":"P. J. Santoso, I. Aryantha, S. Suhandono, A. Pancoro","doi":"10.21082/jhort.v30n1.2020.p9-20","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jhort.v30n1.2020.p9-20","url":null,"abstract":"Penyakit mati-pohon disebabkan cendawan Pythiaceae khususnya Phytophtora palmivora, Pythium vexans, dan Pythium cucurbitacearum menjadi salah satu kendala utama dalam budidaya durian. Di antara upaya pengendaliannya adalah melalui pemuliaan dan seleksi tanaman tahan berbasis molekuler menggunakan marka SSR. Penelitian untuk mengidentifikasi lokus SSR yang berasosiasi dengan karakter tahan penyakit mati-pohon pada durian telah dilaksanakan di Laboratorium Genetika Tumbuhan SITH-ITB dari bulan April sampai dengan Desember 2014. Penelitian dilaksanakan secara bulked pseudo-segregant analysis dua pool DNA durian tahan dan rentan. Amplifikasi lokus SSR menggunakan 77 pasang primer mikrosatelit berlabel fluorescent. Produk amplifikasi dibaca menggunakan GeneMarker v.2.4.0., setiap puncak pancaran fluorescent yang memiliki nilai intensitas tinggi dipilih sebagai alel. Pembandingan panjang alel dilakukan di antara dua pool dan pembanding aksesi tahan. Lokus yang memiliki alel berbeda antara dua pool tetapi memiliki alel sama dengan pembanding dianggap sebagai marka yang berasosiasi dengan sifat tahan durian terhadap Pythiaceae. Hasil analisis ditemukan tiga lokus mDz03F10, mDz4B2, dan mDz3B1 dengan motif berturut-turut (GAA)3.A(GA)4, (GAGT)2ttGAGT, dan (TTTTATG)2(GCCC)2 teridentifikasi sebagai marka yang berasosiasi dengan karakter tahan Pythiaceae. Hasil analisis ini memerlukan satu langkah validasi untuk meyakinkan keterpautan marka dengan karakter target sebelum digunakan sebagai marka molekuler.KeywordsDurian; SSR; BpSA; Tahan; PythiaceaeAbstractDie-back disease caused by Pythiaceae especially Phytophtora palmivora, Pythium vexans, and Pythium cucurbitacearum is one of the obstacles in durian cultivation. An effort to control this disease is through breeding and selection of resistant plants based on molecular assays such as SSR markers. Research to identify SSR loci associated with durian die-back resistance was done at Plant Genetics Laboratory, SITH-ITB from April to December 2014. The research was conducted through bulked pseudo-segregant analysis of two DNA pools, resistance, and susceptible durians. Amplification of SSR loci was carried out by using 77 fluorescent labeled primers. Amplification products were analyzed using GeneMarker v.2.4.0. Fluorescent peak with high intensity was considered as a selected allele. Comparison of allele length was executed amongst two pools and resistance reference. A locus showed different allele between two pools, while it given the same allele to reference was considered as SSR marker associated with Phytiaceae resistance. The analysis were found three loci, mDz03F10, mDz4B2, and mDz3B1 with motif of (GAA)3.A(GA)4, (GAGT)2ttGAGT, and (TTTTATG)2(GCCC)2 recpectively identified as SSR markers associated to die-back resistance. This result, therefore, requires further validation to convince markers association to target traits before they are used as molecular markers.","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"89 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124399646","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Identifikasi dan Karakterisasi Penyakit Bintik Batang dan buah pada Tanaman Buah Naga (Hylocereus spp.) di Indonesia I","authors":"nFN Jumjunidang, Resta Patma Yanda, nFN Riska, Deni Emilda","doi":"10.21082/jhort.v29n1.2019.p103-110","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jhort.v29n1.2019.p103-110","url":null,"abstract":"Kendala utama budidaya tanaman buah naga di Indonesia adalah masalah penyakit. Ada beberapa jenis patogen yang menyerang tanaman buah naga, namun penyakit yang paling berbahaya dan sangat merugikan adalah penyakit bintik batang. Penelitian ini bertujuan mengkarakterisasi gejala serangan dan mengidentifikasi penyebab penyakit bintik batang pada tanaman buah naga. Penelitian dilakukan di kebun petani di area endemik Padang Pariaman dan Solok serta laboratorium penyakit dan molekular Balitbu Tropika sejak tahun 2014 sampai 2016. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dan pengujian laboratorium. Karakterisasi gejala serangan penyakit diamati terhadap bagian tanaman yang terserang. Identifikasi dilakukan dengan pengamatan cendawan penyebab penyakit secara mikroskopis, uji postulat Koch dan uji DNA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala awal penyakit ditandai dengan adanya bintik kecil berwarna putih pada tunas muda dan buah tanaman buah naga, ditengah bintik ditemukan lubang halus seperti tusukan jarum. Gejala lebih lanjut berupa bercak-bercak yang sedikit membesar, menyatu dan bagian batang yang lunak berlubang dan hancur. Berdasarkan ciri-ciri mikroskopis dan hasil amplifikasi region ITS DNA isolat cendawan asal buah naga teramplifikasi pada 580 bp dan berdasarkan identifikasi bank gen (BLAST), sekuen nukleotida isolat cendawan menunjukkan 99% kesamaan dengan Neoscytalidium dimidiatum. Hasil penelitian ini selanjutnya dapat menjadi dasar/rujukan dalam melakukan penelitian untuk mencari teknik pengendalian di lapangan nantinya.Kendala utama budidaya tanaman buah naga di Indonesia adalah masalah penyakit. Ada beberapa jenis patogen yang menyerang tanaman buah naga, namun penyakit yang paling berbahaya dan sangat merugikan adalah penyakit bintik batang. Penelitian ini bertujuan mengkarakterisasi gejala serangan dan mengidentifikasi penyebab penyakit bintik batang pada tanaman buah naga. Penelitian dilakukan di kebun petani di area endemik Padang Pariaman dan Solok serta laboratorium penyakit dan molekular Balitbu Tropika sejak tahun 2014 sampai 2016. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dan pengujian laboratorium. Karakterisasi gejala serangan penyakit diamati terhadap bagian tanaman yang terserang. Identifikasi dilakukan dengan pengamatan cendawan penyebab penyakit secara mikroskopis, uji postulat Koch dan uji DNA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala awal penyakit ditandai dengan adanya bintik kecil berwarna putih pada tunas muda dan buah tanaman buah naga, ditengah bintik ditemukan lubang halus seperti tusukan jarum. Gejala lebih lanjut berupa bercak-bercak yang sedikit membesar, menyatu dan bagian batang yang lunak berlubang dan hancur. Berdasarkan ciri-ciri mikroskopis dan hasil amplifikasi region ITS DNA isolat cendawan asal buah naga teramplifikasi pada 580 bp dan berdasarkan identifikasi bank gen (BLAST), sekuen nukleotida isolat cendawan menunjukkan 99% kesamaan dengan Neoscytalidium dimidiatum. Hasil penelitian ","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127880932","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal HortikulturaPub Date : 2019-10-09DOI: 10.21082/jhort.v29n1.2019.p17-22
nFN Kusmana, R. Kirana, Astiti Rahayu
{"title":"Uji Adaptasi dan Stabilitas Hasil Enam Genotipe Cabai Hibrida di Dataran Tinggi Jawa Barat (Adaptation and Yield Stability of Six Hybrid Chili Genotypes in Highland Area of West Java)","authors":"nFN Kusmana, R. Kirana, Astiti Rahayu","doi":"10.21082/jhort.v29n1.2019.p17-22","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jhort.v29n1.2019.p17-22","url":null,"abstract":"Uji adaptasi dilakukan untuk mengestimasi interaksi antara Genotipe dengan Lingkungan, sehingga dapat ditentukan apakah genotipe yang diuji adaptif pada lingkungan yang spesifik atau stabil pada lingkungan yang luas. Tujuan pengujian ialah mendapatkan informasi tentang stabilitas hasil cabai hibrida yang ditanam pada tiga lokasi di Jawa Barat. Pengujian ditata dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak pada tiga lokasi pengujian yaitu di Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat dan Kab. Garut. Populasi tanaman untuk tiap-tiap plot penelitian ialah 30 tanaman dengan empat ulangan. Hasil analisis ragam gabungan terlihat bahwa nilai kuadrat tengah genotipe lebih tinggi dari nilai kwadrat tengah interaksi genotipe x lingkungan hal ini memberikan indikasi bahwa pengaruh genetik lebih dominan dibandingkan faktor lingkungan. Varietas (genotipe) yang diuji berbeda sangat nyata sehingga menunjukkan adanya perbedaan potensi hasil diantara varietas dan terjadi interaksi antara genotipe dengan lingkungan. Genotipe stabil berdasarkan perhitungan MSTATC ialah H-1 dan Cosmos. Genotipe Batalion dan Merona tidak stabil karena nilai T hitung lebih besar dari T tabel sementara Genotipe H 2 dan Hot Beauty tidak stabil karena hasil dibawah rerata. Implikasi dari penelitian ialah didapatkan informasi genotipe cabai yang stabil pada agroekosistem dataran tinggi Jawa Barat. KeywordsGenotipe cabai hibrida (Capsicum annuum); Adaptasi; Stabilitas; Jawa BaratAbstractAn adaptation test was carried out to estimate the interaction between genotypes and the environment, to be able to determine whether the genotypes tested were adaptable in a specific or stable in a wide range of environments. The objective of this study were to obtain the stability level of the hybrid chili tested at three highland West Java locations. The study was arranged using a randomized complete block design with four replications. The treatment consisted of six hybrid chili genotypes tested at three test locations, i.e. West Bandung District, Bandung District, and Garut District. The experimental unit was a plot containing 30 plants. Results showed that the combined analysis of variance (ANOVA) showed that the mean square of the genotype was higher than that of genotype x environment interaction, indicating that the genetic effect was more dominant than that of environmental factors. Genotypes tested were highly significant (p < 0.01) indicating difference yield potential among the genotypes tested. There was a significant interaction between the genotype with that of the environment. The stable genotypes determined based on MSTATC analysis obtained two stable genotypes, i.e. H-1 and Cosmos. Genotypes Batalion and Merona, on the other hand were not stable because the T value counted was greater than that of T table. The genotypes H-2 and Hot Beauty were also found not stable because of low yield performances. The implication of this research was that the stable hybrid chili genotypes obtained from","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"54 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126740361","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal HortikulturaPub Date : 2019-10-09DOI: 10.21082/JHORT.V29N1.2019.P81-90
W. Setiawati, A. Hudayya
{"title":"Pemanfaatan Teknologi Indigenous ATECU untuk Mengendalikan OPT Utama Pada Tanaman Cabai Merah serta Pengaruhnya Terhadap Predator Menochilus sexmaculatus","authors":"W. Setiawati, A. Hudayya","doi":"10.21082/JHORT.V29N1.2019.P81-90","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/JHORT.V29N1.2019.P81-90","url":null,"abstract":"(The used of Indigenous ATECU Technology to Control Pest and Diseases on Chili Pepper and Safer to Predator Menochilus sexmaculatus)Meningkatnya kesadaran konsumen terhadap keamanan pangan dan issue pelestarian lingkungan menjadikan budidaya ramah lingkungan menjadi salah satu pilihan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Budidaya ramah lingkungan tidak menimbulkan pencemaran serta tidak memerlukan input yang mahal seperti pupuk dan pestisida kimia sintetis. Kebutuhan bahan input tersebut dipenuhi dari bahan organik lokal (indigenous) yang tersedia di sekitar lahan pertanian (kearifan lokal) sehingga biaya produksi menjadi lebih murah. ATECU (akronim dari campuran Azadirachta indica, Tephrosia vogelli, dan urine sapi yang difermentasi selama 15 hari) merupakan salah satu teknologi indigenous yang efikasinya terhadap hama penting pada tanaman cabai sangat diperlukan. Tujuan penelitian adalah mengetahui efikasi teknologi indigenous ATECU (fermentasi mimba, kacang babi, dan urine sapi) terhadap OPT penting cabai merah yang dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia >50% dan aman terhadap predator M. sexmaculatus. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang (1.250 m dpl.) dengan jenis tanah Andisol dari bulan Maret sampai dengan bulan November 2016. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok terdiri atas enam perlakuan dan diulang empat kali. Perlakuan yang diuji adalah ATECU 10 ml/l yang diaplikasikan secara rutin berdasarkan ambang kendali dan kombinasi dengan insektisida kimia Spinetoram (1,0 ml/l ), insektisida Spinoteram (1,0 ml/l ) yang diaplikasikan secara rutin dan berdasarkan ambang kendali serta kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi teknologi indigenous ATECU 10 ml/l efektif mengendalikan OPT penting pada tanaman cabai merah seperti Thrips parvispinus dengan tingkat efikasi (53,56%), Polyphagotarsonemus latus (90,71%), Heliothis armigera (98,41%), Bractocera spp. (83,28%) dan penyakit yang diakibatkan oleh cendawan Colletotrichum acutatum dengan tingkat efikasi sebesar (70,18%). Selain itu aplikasi ATECU 10 ml/l dapat mengurangi penggunaan insektisida sebesar 40–50%, menghemat biaya penggunaan insektisida sebesar 45,38–95,36%, aman terhadap musuh alami (predator Menochilus sexmaculatus) serta menghasilkan hasil panen di atas 10 ton/ha. Penggunaan ATECU selain efektif untuk pengendalian OPT juga dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Karena keefektifannya, sifat ramah lingkungan, dan relatif lebih ekonomis. ATECU dapat direkomendasikan sebagai pestisida potensial untuk pengendalian OPT dalam budidaya sayuran ramah lingkungan.KeywordsCabai merah; SDH indigenous; Azadirachta indica; Tephrosia vogelii; Urine sapiAbstractIncreased consumer awareness of food safety and environmental conservation issues make environmentally friendly cultivation to be one of the right choices to overcome the problem. Eco-friendly agriculture does not cause pollution and does no","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"242 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133422008","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal HortikulturaPub Date : 2019-10-09DOI: 10.21082/JHORT.V29N1.2019.P9-16
Aditya Kusumawardana, B. Pujiasmanto, nFN Pardono
{"title":"Pengujian Mutu Benih Cabai (Capsicum annuum) Dengan Metode Uji Pemunculan Radikula [Seed Quality Test in Pepper (Capsicum annuum) Seeds Using Radicle Emergence]","authors":"Aditya Kusumawardana, B. Pujiasmanto, nFN Pardono","doi":"10.21082/JHORT.V29N1.2019.P9-16","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/JHORT.V29N1.2019.P9-16","url":null,"abstract":"Kecepatan berkecambah yang rendah merupakan indikator kemunduran benih. Pengujian vigor dengan metode uji pemunculan akar pada benih cabai dilakukan untuk menduga pertumbuhan tanaman di lapangan. Makin tinggi nilai uji pemunculan akar maka vigor benih makin tinggi. Jika laju pemunculan radikula pada benih berjalan lambat, vigor benih tersebut dinyatakan rendah. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan jumlah kemunculan radikula pada empat lot benih cabai pada suhu berganti 2030°C selama 168 jam. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor, yaitu lot benih berupa empat varietas cabai (Sret, Laskar, Serambi, dan Madun) dengan delapan ulangan. Perhitungan koefisien korelasi dilakukan untuk mengetahui keeratan hubungan antara nilai uji pemunculan radikula dengan tolok ukur pengujian yang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemunculan radikula tertinggi terjadi pada 120 jam. Jumlah pemunculan radikula berkorelasi positif dengan daya berkecambah (r=0,907), indeks vigor (r=0,864), kecepatan tumbuh (r=0,727), dan daya tumbuh (r=0,935). Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa uji vigor pemunculan radikula benih cabai yang dilakukan pada suhu 2030°C selama 120 jam (5 hari) dapat digunakan untuk menilai mutu benih cabai.KeywordsBenih cabai; Daya tumbuh; Mutu benih; Pemunculan radikulaAbstractLow germination is an indicator of seed deterioration. Vigour testing using radicle emergence on pepper seeds was done to predict plant growth in field. The higher radicle emergence found, the higher the seed vigour occurred. If the rate of radicle was slow, the seed vigour was also low. The objective of this study was to compare the number of radicles emergence on four pepper seed lots at 2030°C for 168 hours. This study used a completely randomized design with one factor, seed lot four variety of pepper (Sret, Laskar, Serambi, and Madun) with eight replication. Calculation of coefficients correlation was done to calculate the relationship between radicle emergence and on other testing. The highest of radicles emergence occurred at 120 hours. The number of radicle emergence had positive correlation with germination (r = 0.907), vigour index (r = 0.864), speed of growth (r = 0.727), and field emergence (r = 0.935). From this research, it can be concluded that the vigour test in pepper seeds using radicle emergence was performed at 2030°C for 120 hours (5 days).","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"1 1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116009561","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal HortikulturaPub Date : 2019-10-09DOI: 10.21082/JHORT.V29N1.2019.P45-52
E. Rokhminarsi, Darini Sri Utami, nFN Begananda
{"title":"Efektivitas Pupuk Hayati Mikoriza Berbasis Azolla (Mikola) Pada Tanaman Bawang Merah (Effectiveness Of Biofertilizer Mycorrhiza Based Azolla (Mikola) On Shallot)","authors":"E. Rokhminarsi, Darini Sri Utami, nFN Begananda","doi":"10.21082/JHORT.V29N1.2019.P45-52","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/JHORT.V29N1.2019.P45-52","url":null,"abstract":"Bawang merah merupakan jenis sayuran umbi yang potensial secara ekonomi. Produksi dan harganya yang fluktuatif menjadikan komoditas ini perlu mendapat perhatian yang serius, khususnya untuk pengembangan budidayanya ke lahan marjinal yang masih luas di Indonesia. Tujuan penelitian adalah menerapkan bioteknologi pupuk hayati mikoriza spesifik lokasi lahan marjinal berbasis azolla (Mikola) dan pengurangan dosis pupuk anorganik pada budidaya tanaman bawang merah. Metode penelitian berupa percobaan pot di rumah plastik menggunakan rancangan Central Composit Second Order Design dengan 2 faktor. Faktor pertama, dosis pupuk Mikola yaitu 6, 12, 18, 24, 30 g tanaman-1 dan faktor kedua adalah pengurangan dosis pupuk anorganik Urea, ZA, SP 36 dan KCl yaitu 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% dari dosis anjuran. Analisis dilakukan dengan metode Respon Surface Methodology (RSM) dengan model persamaan matematika : Yi= β0X0 + β1X1 + β2X2 + β11X1² 1+ β22X2² +β12X1X2 + εij dengan bantuan program minitab16. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi pupuk Mikola pada budidaya tanaman bawang merah di pot dengan dosis 18 gram per tanaman dapat mengurangi pemakaian pupuk anorganik hingga 40% dari dosis rekomendasi dan meningkatkan hasil hingga 15%.KeywordsMikoriza, azolla, pupuk hayati, bawang merah, sayuranAbstractShallots is a kind of tuber vegetable economic potential. Production and the price fluctuating commodity makes it necessary for serious concer, particularly for the development of cultivation into marginal land that is still widespread in Indonesia. The objective of research was to apply of biofertilizer mycorrhizal marginal land of azolla based (Mikola) and dose reduction of inorganic fertilizers in the cultivation of shallot. The research was pot experiment using the Central Composite Second Order Design with 2 factors. The factors are the dose of Mikola namely 6, 12, 18, 24, 30 g plant-1 and reduction of Urea, ZA, SP 36, KCl i.e. 20%, 40%, 60%, 80% and 100% of recommended doses. The analysis using Response Surface Methodology, a mathematical equation: Yi= β0X0 + β1X1 + β2X2 + β11X1² 1+ β22X2² +β12X1X2 + εij. The conclusion showed that the application of Mikola fertilizers on the shallot planting with 18 grams per plant can eliminate the use of inorganic fertilizers up to 40% of the dose recommendation and increase the yield up to 15%.","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"54 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124827125","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jurnal HortikulturaPub Date : 2019-10-09DOI: 10.21082/JHORT.V29N1.2019.P53-60
Meksy Dianawati, Hilda Farida, Sri Muhartini
{"title":"Produksi Benih Kentang G0 Pada Berbagai Volume dan Frekuensi Fertigasi dengan Sistem Irigasi Tetes (Production of G0 Potato Seed on Many Fertigation Volumes and Frequencies on Drip Irrigation)","authors":"Meksy Dianawati, Hilda Farida, Sri Muhartini","doi":"10.21082/JHORT.V29N1.2019.P53-60","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/JHORT.V29N1.2019.P53-60","url":null,"abstract":"Kentang merupakan sayuran yang memiliki prospek untuk mendukung program diversifikasi pangan. Akan tetapi saat ini produksi di dalam negeri masih rendah akibat penggunaan benih yang kurang bermutu. Sistem irigasi tetes berpeluang untuk diterapkan pada produksi benih kentang G0. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi dan volume fertigasi terhadap produksi benih G0 kentang pada sistem irigasi tetes. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan September 2016 di Rumah Kassa Desa Cikahuripan, Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat dengan ketinggian 1.200 m dpl. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah (split plot design) dengan rancangan acak kelompok lengkap dan tiga ulangan. Sebagai petak utama adalah frekuensi fertigasi sebanyak 3, 5, dan 7 kali. Sebagai anak petak adalah volume fertigasi (ml) setiap aplikasi, yaitu 100, 200, 300, dan 400. Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan frekuensi dan volume fertigasi terhadap semua peubah pengamatan. Frekuensi fertigasi terbaik terhadap bobot ubi per tanaman umur 100 HST adalah lima kali, yaitu jam 7, 10, 12, 14, dan 16. Volume fertigasi terbaik terhadap jumlah ubi ukuran besar umur 100 HST adalah 300 ml per aplikasi per polibag. Volume dan frekuensi fertigasi terbaik ini diharapkan tidak saja meningkatkan produksi benih, tetapi juga keuntungan usahatani yang diperoleh. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menginduksi pengumbian dengan mengalihkan ukuran ubi menjadi peningkatan jumlah ubi sebagai tujuan produksi benih G0.KeywordsSolanum tuberosum L.; Irigasi tetes; Fertigasi; Frekuensi; VolumeAbstractPotato is one of vegetables that can be used as an alternative to support food diversification programs. But the potato production domestically is still low because of low quality seed. One of the potato seed technologies that can be developed is arragement of fertigation volumes and frequencies on drip fertigation. The objective of this research was to determine the best fertigation volume and frequency in G0 potato seed production in drip irrigation. This research was conducted from May to September 2016 at Screen House Cikahuripan Village, Lembang, Bandung on 1,200 m asl. The treatments were arranged in split plot design with randomized complete block design and three replications. The main plot was fertigation frequency which was consisted of three levels; 3, 5, and 7 times per day. The subplot was fertigation volume which was consisted of four levels; 100, 200, 300, and 400 ml per aplication. The result showed there was no interaction between fertigation frequency and volume on all observation. The best fertigation frequency on tuber weight per plant at 100 day after planting was five times, i.e. 7, 10, 12, 14, and 16 o’clock. The best fertigation volume on number of big tuber at 100 day after planting was 300 ml per application. The best fertigation volume and frequency will increase not only seed production, but also profit of bussi","PeriodicalId":420744,"journal":{"name":"Jurnal Hortikultura","volume":"53 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123392197","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}