Muhammad Nasrul, Erse Drawana Pertiwi, dan Tahir Mooridu
{"title":"Respon Jagung Hibrida (Zea mays L.) Terhadap Jarak Tanam dan Jumlah Tanaman per Lubang Tanam","authors":"Muhammad Nasrul, Erse Drawana Pertiwi, dan Tahir Mooridu","doi":"10.30605/perbal.v11i3.2954","DOIUrl":"https://doi.org/10.30605/perbal.v11i3.2954","url":null,"abstract":"Permintaan jagung di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Untuk memenuhinya maka diperlukan peningkatan produksi. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan mengatur jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang tanam. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato yang berlangsung mulai bulan Maret 2023 sampai Juli 2023. Penelitian ini berbentuk percobaan faktorial 2 faktor dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Faktor pertama yaitu jarak tanam 50x20 cm, jarak tanam 70x20 cm, jarak tanam 100x20 cm dan jarak tanam 100x40 cm. Faktor kedua yaitu jumlah tanaman perlubang tanam (B) yang terdiri dari: 1 tanaman per lubang tanam, 2 tanaman per lubang tanam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jarak tanam 100x40 cm memberikan respon terbaik pada komponen pengamatan panjang tongkol (36,82 cm), lingkar tongkol (27,60 cm), bobot tongkol (372,50 gr) dan bobot jagung pipil/tanaman (370 gr). Sedangkan jumlah benih yang memberikan respon terbaik yaitu 1 benih per lubang tanam pada komponen rata-rata jumlah daun 56 HST (58,67 helai), lingkar tongkol (54,97 cm) dan bobot jagung pipil/tanaman (707 gr). The demand for corn in Indonesia is increasing from year to year. To fulfill it, it is necessary to increase production. One way that can be done is to adjust the spacing and the number of plants per planting hole. This research was carried out in Marisa District, Pohuwato Regency which took place from March 2023 to July 2023. This research was in the form of a 2-factor factorial experiment in a randomized block design (RBD). The first factor is the planting distance of 50x20 cm, spacing 70x20 cm, spacing of 100x20 cm and spacing of 100x40cm. The second factor is the number of planting holes (B) consisting of: 1 plant per planting hole, 2 plants per planting hole. The results of this study showed that a planting distance of 100x40 cm gave the best response to the observation components of cob length (36.82 cm), cob circumference (27.60 cm), cob weight (372.50 gr) and shelled corn/plant weight (370 gr ). Meanwhile, the number of seeds that gave the best response was 1 seed per planting hole with an average component of leaf number 56 DAT (58.67 pieces), cob circumference (54.97 cm) and weight of shelled corn/plant (707 gr).","PeriodicalId":403539,"journal":{"name":"Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan","volume":"26 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139319502","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pengaruh Konsentrasi Inoculant Rhizobium dan Pupuk MKP (Mono Kalium Phosphate) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max L. Merr) di Desa Lamedai","authors":"Marlina Mustafa","doi":"10.30605/perbal.v11i2.2743","DOIUrl":"https://doi.org/10.30605/perbal.v11i2.2743","url":null,"abstract":"Tingkat kesuburan tanah yang rendah mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, sehingga diperlukan penambahan hara melalui pemupukan. NPK merupakan unsur hara makro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman sehingga perlu ditambahkan ke pertanaman setiap musim tanam. Nitrogen dapat diperoleh tanaman secara alami dengan memaksimalkan peran rhizobium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis inokulan rhizobium dan pupuk MKP (Mono Kalium Phosphate) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama inokulan rhizobium terdiri dari 3 taraf yaitu R0 (tanpa inokulan), R1 (3 g/kg benih), dan R2 (6 g/kg benih). Faktor kedua adalah dosis pupuk MKP yang terdiri dari 4 taraf yaitu K0 (tanpa MKP), K1 (3 g/L), K2 (6 g/L), dan K3 (9 g/L). Pemberian inokulasi rhizobium berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah polong, jumlah polong berisi, jumlah biji per tanaman, bobot biji pertanaman dan bobot 1000 biji. Perlakuan pemberian pupuk MKP berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah polong, jumlah polong berisi, jumlah biji per tanaman, dan bobot 1000 biji. Tidak ada pengaruh interaksi antara inokulasi rhizobium dengan pemberian pupuk MKP. Rata-rata pertumbuhan dan produksi terbaik adalah perlakuan pupuk MKP dengan konsentrasi 9 g/L (K3). Rata-rata perlakuan inokulasi rhizobium terbaik pada dosis 6 g/kg benih (R2). The low level of soil fertility affects plant growth and yield, so it is necessary to add nutrients through fertilization. NPK is a macronutrient that is needed by plants so it needs to be added to the crop every growing season. Nitrogen can be obtained by plants naturally by maximizing the role of rhizobium. This study aims to determine the effect of doses of rhizobium inoculant and MKP fertilizer on the growth and yield of soybean plants. This study used a randomized block design with a factorial pattern of two factors and three replications. The first factor is the rhizobium inoculant consisted of 3 levels, namely R0 (control), R1 (3 g/kg seed), dan R2 (6 g/kg seed). The second factor is the dose of MKP fertilizer consisted of 4 levels, namely K0 (control), K1 (3 g/L), K2 (6 g/L), and K3 (9 g/L). Rhizobium inoculation had a significant effect on plant height, number of pods, number of filled pods, number of empty pods, number of seeds per plant, seed weight per planting and weight of 1000 seeds. The MKP fertilizer treatment had a significant effect on plant height, number of pods, number of filled pods, number of seeds per plant, and weight of 1000 seeds. There was no interaction effect between rhizobium inoculation and MKP fertilizer application. The best average growth and production was treated with MKP fertilizer with a concentration of 9 g/L (K3). The best average rhizobium inoculation treatment was at a dose of 6 g/kg seed (R2).","PeriodicalId":403539,"journal":{"name":"Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan","volume":"22 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139320076","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ayu Eling, Yusna Indarsyih, dan La Ode, Kasno Arif
{"title":"Analisis Penerapan Subsistem Agribisnis Nilam di Desa Aladadio Kecamatan Aere Kabupaten Kolaka Timur","authors":"Ayu Eling, Yusna Indarsyih, dan La Ode, Kasno Arif","doi":"10.30605/perbal.v11i2.2649","DOIUrl":"https://doi.org/10.30605/perbal.v11i2.2649","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan subsistem agribisnis nilam di Desa Aladadio Kecamatan Aere Kabupaten Kolaka Timur. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 39 orang yang terdiri dari 35 orang petani nilam, 2 orang penyuling nilam dan 2 orang pedagang. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dan metode sensus. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, analisis pendapatan dan analisis marjin pemasaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subsistem penyediaan bibit dan sarana produksi alsintan tersedia tepat waktu, harga, jumlah, jenis dan kualitas. Sedangkan pupuk tepat waktu, jumlah dan harga, dan pestisida tepat waktu, jenis dan kualitas. Sisanya belum tersedia persis. Subsistem agroindustri (pengolahan) minyak nilam, proses pemurnian minyak nilam membutuhkan waktu 12-13 jam dengan sekali penyulingan membutuhkan 500 kg bahan baku nilam kering dan menghasilkan 8-9 kg minyak nilam. Proses penyulingan memakan waktu selama 12-13 jam. Subsistem pemasaran minyak nilam melalui satu saluran pemasaran yaitu petani ke pedagang pengumpul kecil ke pedagang pengumpul besar berakhir di PT. Sam Aroma Surabaya. Total margin pemasaran minyak nilam sebesar Rp250.000/kg. This study aims to determine the application of the patchouli agribusiness subsystem in Aladadio Village, Aere District, East Kolaka Regency. The number of samples in this study amounted to 39 people consisting of 35 patchouli farmers, 2 patchouli distillers and 2 traders. Samplkpe sampling using simple random sampling method and census method. The analysis method in this study uses descriptive analysis, revenue analysis and marketing margin analysis. The results of this study show that the subsystem providing seed and alsintan production facilities is available precisely in terms of time, price, quantity, type and quality. Meanwhile, fertilizer in terms of time, quantity and price is right, and pesticides in terms of time, type and quality are right. The rest is not yet available exactly. Agro-industrial subsystem (processing) of patchouli oil, the process of refining patchouli oil takes 12-13 hours with one distillation requiring 500 kg of dry patchouli raw materials and producing 8-9 kg of patchouli oil. The distillation process takes as long as 12-13 hours. Patchouli oil marketing subsystem through one marketing channel i.e. farmers to small collector traders to large collector traders ends up in PT. Sam Aroma Surabaya. Total margin pemasaran minyak nilam sebesar Rp250.000/kg.","PeriodicalId":403539,"journal":{"name":"Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan","volume":"32 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139357006","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembuatan Tempe di Kecamatan Wangi-wangi Selatan Kabupaten Wakatobi","authors":"Susi Ramayanti, Marsuki Iswadi, Abdi Abdi","doi":"10.30605/perbal.v11i2.2626","DOIUrl":"https://doi.org/10.30605/perbal.v11i2.2626","url":null,"abstract":"Usaha pembuatan tempe sangat berperan penting dalam menyediakan lapangan kerja dan kesempatan kerja dalam upayah mendorong perkembangan daerah dan pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan finansial usaha pembuatan tempe di Kecamatan Wangi-wangi Selatan Kabupaten Wakatobi dan untuk mengetahui kelayakan pada usaha pembuatan tempe apabila terjadi perubahan penurunan harga jual dan kenaikan biaya operasional di Kecamatan Wangi-wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 3 unit usaha pembuatan tempe. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan metode sensus, sehingga jumlah populasi dijadikan sebagai sampel dan responden pemberi informasi. Kelayakan finansial usaha pembuatan tempe dapat diuji dengan menggunakan analisis kelayakan berupa metode Net Present Value, Net B/C Rasio, Internal Rate of Return. Hasil penelitian ini diperoleh nilai NPV sebesar Rp 31.182.355. Net B/C 1,18, dan IRR 27%, usaha ini layak diusahakan secara finansial. Selain itu berdasarkan perhitungan analisis kelayakan terhadap penurunan harga jual dan peningkatan biaya operasional usaha tempe di Kecamatan Wangi-wangi Selatan layak untuk dijalankan ketika terjadi penurunan harga jual sebesar 5% dan peningkatan biaya operasional sebesar 5%. Keadaan ini menunjukan bahwa usaha tempe di Kecamatan Wangi-wangi Selatan Kabupaten Wakatobi tetap layak untuk dijalankan. The business of making tempeh plays an important role in providing employment and employment opportunities in an effort to encourage regional and rural development. This study aims to determine the financial feasibility of a tempe-making business in South Wangi-Wangi District, Wakatobi Regency and to determine the feasibility of a tempe-making business if there is a decrease in selling prices and an increase in operating costs in South Wangi-Wangi District, Wakatobi Regency. The population in this study were 3 tempe production business units. The sampling technique in this study was to use the census method, so that the total population was used as the sample and the respondents provided information. The financial feasibility of tempe making business can be tested using a feasibility analysis in the form of Net Present Value, Net B/C Ratio, and Internal Rate of Return methods. The results of this study obtained an NPV value of IDR 31,182,355. Net B/C 1.18, and IRR 27%, this business is financially feasible. In addition, based on the calculation of the feasibility analysis of decreasing selling prices and increasing operational costs of the tempeh business in South Wangi-wangi District, it is feasible to run when there is a 5% decrease in selling prices and an increase in operational costs of 5%. This situation shows that the tempeh business in Wangi-wangi Southern District, Wakatobi Regency is still feasible to run.","PeriodicalId":403539,"journal":{"name":"Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan","volume":"11 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139358482","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mulyansyah Isiming, Nurul Qisti, Rukmelia Rukmelia, Astrina Nur Inayah
{"title":"Pengaruh Substitusi Tepung Kulit Pisang Kepok terhadap Pembuatan Cupcake","authors":"Mulyansyah Isiming, Nurul Qisti, Rukmelia Rukmelia, Astrina Nur Inayah","doi":"10.30605/perbal.v11i2.2724","DOIUrl":"https://doi.org/10.30605/perbal.v11i2.2724","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung kulit pisang kepok pada pembuatan cupcake yang terbaik ditinjau dari uji kimia meliputi kadar rendemen, kadar air, dan kadar serat. Penelitian ini dilakukan dengan 4 perlakuan 3 pengulangan. Perlakuan yang dimaksud adalah substitusi tepung terigu: tepung kulit pisang yaitu A0 (kontrol) (100%:0%), A1 (95%:5%), A2 (90%:10%), A3 (85%:15%). Parameter yang diamati meliputi kadar rendemen, kadar air, dan kadar serat. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), apabila ada beda nyata dipakai uji lanjut Duncan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa substitusi tepung kulit pisang kepok berpengaruh nyata terhadap kadar air dan kadar serat. Kadar rendemen tertinggi pada A3 93,33%, kadar air tertinggi pada A0 14,54%, kadar serat tertinggi pada A2 0,91%. This study aims to determine the effect of substitution of kepok banana peel flour on the best cupcake making in terms of chemical tests including yield, water content, and fiber content. This research was conducted with 4 treatments 3 repetitions. The treatment in question is the substitution of wheat flour: banana peel flour namely A0 (control) (100%:0%), A1 (95%:5%), A2 (90%:10%), A3 (85%:15%) . Parameters observed included yield, water content, and fiber content. This study used a Completely Randomized Design (CRD). If there was a significant difference, Duncan's follow-up test was used. The results of this study indicate that the substitution of kepok banana peel flour has a significant effect on water content and fiber content. The highest yield content was in A3 93.33%, the highest water content was in A0 14.54%, the highest fiber content was in A2 0.91%.","PeriodicalId":403539,"journal":{"name":"Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan","volume":"46 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139358962","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
R. Prasetyo, Muhammad Hasjim Bintoro Djoefrie, Sudradjat Sudradjat
{"title":"Kondisi Vegetatif Tanaman Sagu (Metroxylon Spp) Saat Fase Masak Tebang di Kabupaten Luwu Timur","authors":"R. Prasetyo, Muhammad Hasjim Bintoro Djoefrie, Sudradjat Sudradjat","doi":"10.30605/perbal.v11i2.2590","DOIUrl":"https://doi.org/10.30605/perbal.v11i2.2590","url":null,"abstract":"Sagu merupakan salah satu bahan pangan alternatif untuk mendukung konsumsi pangan di masa depan. Kabupaten Luwu Timur merupakan daerah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman sagu. Aspek sagu dari beberapa lokasi memiliki karakteristik masing-masing, terutama pada saat panen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan tanaman sagu pada saat panen di Kabupaten Luwu Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi di lapangan dan wawancara dengan petani setempat. Bahan yang digunakan adalah dua aksesi sagu di tiga lokasi, yaitu Kecamatan Wotu, Kalaena, dan Mangkutana. Penelitian dilakukan terhadap variabel tinggi tanaman, diameter batang, lingkar batang, tebal kulit batang, panjang daun, luas daun, panjang tangkai daun, lebar tangkai daun, dan bentuk tajuk. Berdasarkan hasil penelitian, karakter morfologi sagu di Kabupaten Luwu Timur pada saat matang panen memiliki tinggi tanaman berkisar antara 8,7-12,6 m dan jumlah anak daun 8-21 helai. Permukaan batang Aksesi Uwwu memiliki bekas daun dan tertutup lumut sehingga terkesan tidak mulus sedangkan Aksesi Battang masih memiliki tampilan yang mulus karena tidak ada bekas daun dan lumut yang tumbuh, tangkai daun dan rachis yang paling besar terdapat pada Aksesi Battang Wotu. Tajuk Aksesi Uwwu pada saat masak panen lebih lebar dibandingkan dengan Aksesi Battang, namun anak daun Aksesi Battang lebih banyak. Sago is one of the alternative food staples for supporting future food consumption. East Luwu Regency is a suitable area for sago plant growth. Sago aspects from several locations have their characteristics, especially during the harvesting point. The intention of this study was to determine Sago plant growth during the harvesting phase in East Luwu Regency. The research method used was observation in the field and interviews with local farmers. Materials used were two sago accessions in three locations, as Wotu, Kalaena, and Mangkutana districts. The research was conducted on variables of plant height, stem diameter, stem ring, skin thickness, leaf length, leaf area, petiole length, petiole width, and canopy shape. Based on the research, sago morphological characters in East Luwu Regency at harvest maturity have plant heights ranging from 8.7-12.6 m and 8-21 leaflets. The stem surface of Uwwu Accession has leaf marks and is covered with moss so it seems unsmooth while Battang Accession still has a smooth appearance because no leaf marks and moss are growing, the largest petiole and rachis are found in Battang Wotu Accession. The canopy of the Uwwu Accession at harvest maturity is wider than the Battang Accession, but the leaflets of the Battang Accession are more numerous.","PeriodicalId":403539,"journal":{"name":"Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan","volume":"33 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139359065","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakcoy (Brassica rapa) dengan Sistem Hidroponik dalam Ember Pemeliharaan Ikan Lele (Clarias)","authors":"M. Darmawan, A. Mutia, T. Handayani","doi":"10.30605/perbal.v11i2.2613","DOIUrl":"https://doi.org/10.30605/perbal.v11i2.2613","url":null,"abstract":"Pakcoy adalah salah satu jenis sayuran mengandung vitamin dan mineral yang tinggi. Selain itu tanaman pakcoy juga memiliki zat besi yang tinggi. Namun kegagalan untuk memperoleh hasil tanaman pakcoy masing sangat sering mengalami kegagalan, hal ini disebabkan beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah ketersediaan unsur hara untuk mendukung pertumbuhan pada tanaman pakcoy. Salah satu teknik yang dapat meningkatkan kualitas dan produksi pakcoy adalah dengan menggunakan teknik hidroponik. Teknik ini memungkinkan dapat memadukan antara budidaya ikan dan budidaya tanaman secara bersamaan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari beberapa perlakuan yaitu I0 : kontrol (tidak ada ikan lele); I1 : Ikan lele sebanyak 10 ekor/ember; I2 : Ikan lele sebanyak 20 ekor/ember dan I3 : Ikan lele sebanyak 30 ekor/ember. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan kepadatan ikan lele memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy. Perlakuan I3 dengan kepadatan 30 ekor per ember merupakan perlakuan yang terbaik dibandingkan perlakuan lainnya. Pakcoy is one type of vegetable containing high vitamins and minerals. In addition, pakcoy plants also have high iron. However, failure to obtain the results of each pakcoy plant is very often a failure, this is due to several factors. One of the influencing factors is the availability of nutrients to support growth in pakcoy plants. One technique that can improve the quality and production of pakcoy is to use hydroponic techniques. This technique allows combining fish farming and plant farming simultaneously. This study used a Group Randomized Design consisting of several treatments, namely I0: control (no catfish); I1 : Catfish as many as 10 heads / bucket; I2 : Catfish as many as 20 heads/bucket and I3: Catfish as many as 30 heads/bucket. The results showed that catfish density treatment had an influence on the growth of pakcoy plants. I3 treatment with a density of 30 heads per bucket is the best treatment compared to other treatments.","PeriodicalId":403539,"journal":{"name":"Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139359106","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Chili Marketing, Aksal Mursalat, Jurnal Pertanian Berkelanjutan
{"title":"Efisiensi Pemasaran Cabai Melalui Inovasi Abon Cabai Desa Bulo Kecamatan Panca Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang","authors":"Chili Marketing, Aksal Mursalat, Jurnal Pertanian Berkelanjutan","doi":"10.30605/perbal.v11i2.2704","DOIUrl":"https://doi.org/10.30605/perbal.v11i2.2704","url":null,"abstract":"Cabai termasuk komoditas hortikultura yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Permintaan cabai cukup tinggi dan relatif kontinyu yaitu rata-rata sebesar 4,6 kg per kapita per tahun. Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui bagaimana model saluran pemasaran (2) untuk mengetahui efisiensi pemasaran (3) untuk mengetahui nilai tambah yang dihasilkan dari inovasi produk cabai menjadi abon cabai di Desa Bulo Kecamatan Panca Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bulo Kecamatan Panca Rijang, penelitian ini akan di mulai pada bulan Februari sampai April tahun 2023. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 30 petani. sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling sebanyak 5 petani cabai, pedagang pengumpul 2 responden, pedagang besar 1 responden, pedagang pengecer 2 responden dan UMKM 1 responden. pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer yaitu dengan teknik observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi dan pengumpulan data sekunder diperoleh dari berbagai sumber seperti BPS Provinsi Sulawesi Selatan dalam Angka 2022 dan Kabupaten Sidenreng Rappang dalam Angka 2022, jurnal, buku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapa dua saluran pemasaran cabai di Desa Bulo Kecamatan Panca Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang. Margin pemasaran cabai rawit paling besar pada saluran pemasaran II yakni Rp. 8.000. Farmer’s share yang paling besar ditunjukkan pada saluran pemasaran I sebesar 89,36 %. Rasio keuntungan pada saluran pemasaran I sebesar Rp. 13.28, pada saluran pemasaran II sebesar Rp. 15. Nilai tambah yang diperoleh pada pengolahan abon cabai atau bubuk cabai sebesar Rp. 36.785,71. Chili is a horticultural commodity that is often consumed by Indonesian people. The demand for chili is quite high and relatively continuous, namely an average of 4.6 kg per capita per year. This study aims (1) to find out how the marketing channel model is (2) to find out marketing efficiency (3) to find out the added value resulting from chili product innovation into shredded chili in Bulo Village, Panca Rijang District, Sidenreng Rappang Regency. This research was conducted in Bulo Village, Panca Rijang District, this research will start from February to April 2023. The type of research used is descriptive qualitative, namely descriptive research with a qualitative approach. The population in this study were 30 farmers. The sample was selected using purposive sampling method as many as 5 chili farmers, 2 respondents as collectors, 1 respondent for wholesalers, 2 respondents for retailers and 1 respondent for UMKM. data collection was carried out using primary data, namely by observation, interview, questionnaire and documentation techniques and secondary data collection was obtained from various sources such as BPS South Sulawesi Province in Figures 2022 and Sidenreng Rappang Regency in F","PeriodicalId":403539,"journal":{"name":"Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan","volume":"75 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139359111","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
DI Kabupaten Pasaman, Ilham Martadona, Alvindo Dermawan, Hayatun Nupus
{"title":"Strategi Komunikasi dan Kinerja Penyuluhan Pertanian Lapangan di Kabupaten Pasaman","authors":"DI Kabupaten Pasaman, Ilham Martadona, Alvindo Dermawan, Hayatun Nupus","doi":"10.30605/perbal.v11i2.2315","DOIUrl":"https://doi.org/10.30605/perbal.v11i2.2315","url":null,"abstract":"Strategi komunikasi ialah suatu bentuk manajemen atau pun sebuah perencanaan dalam meraih tujuan. Penelitian ini bertujuan 1) Menganalisis strategi komunikasi dan kinerja penyuluhan pertanian lapangan di Kabupaten Pasaman 2) Menganalisi faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja penyuluhan pertanian lapangan di Kabupten Pasaman. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Propotional Random Sampling, metode analisis data yang digunakan analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komunikator pada penyuluhan pertanian adalah penyuluhan pertanian lapangan, pesan yang disampaikan dalam penyuluhan pertanian adalah sesuatu yang disampaikan kepada anggota kelompok tani dalam kegiatan penyuluhan, saluran komunikasi yang digunakan yaitu saluran antar pribadi meliputi tatap muka, handphone, dan pertemuan kelompok, faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian lapangan di Kabupaten Pasaman. Communication strategy is a form of management or a plan in achieving goals. This study aims to 1) analyze the communication strategy and performance of field agricultural extension in Pasaman Regency 2) analyze what factors influence the performance of field agricultural extension in Pasaman Regency. The sampling method in this study used Proportional Random Sampling, data analysis methods used descriptive qualitative analysis and descriptive quantitative analysis and multiple linear regression analysis. The results of this study indicate that the communicator in agricultural extension is field agricultural extension, the message conveyed in agricultural counseling is something that is conveyed to members of farmer groups in extension activities, the communication channels used are interpersonal channels including face-to-face, cellphones, and group meetings, factors influencing the performance of field agricultural extension workers in Pasaman District.","PeriodicalId":403539,"journal":{"name":"Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan","volume":"364 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139359325","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A. Aminah, Saida Saida, Nuraeni Nuraeni, Sudirman Numba, Netty Syam, Marliana S. Palad
{"title":"Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Herbafarm dan Pupuk NPK","authors":"A. Aminah, Saida Saida, Nuraeni Nuraeni, Sudirman Numba, Netty Syam, Marliana S. Palad","doi":"10.30605/perbal.v11i2.2311","DOIUrl":"https://doi.org/10.30605/perbal.v11i2.2311","url":null,"abstract":"Penelitian bertujuan mengetahui dosis pupuk organik cair yang terbaik serta mengetahui takaran pupuk NPK yang terbaik pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau. Penelitian ini dilaksanakan di greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Muslim Indonesia, Makassar, yang berlangsung pada bulan September-Nopember 2022. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial, dimana faktor pertama adalah pemberian pupuk organik cair dengan 3 taraf yaitu: P1= 2,5 cc/l air; P2= 3 cc/l air; P3= 3,5 cc/l air. Faktor kedua adalah pemberian pupuk NPK dengan 3 taraf, yaitu: N1= 1,25 g/polybag (250 kg/ha); N2= 1,5 g/polybag (300 kg/ha); N3= 1,75 g/polybag (350 kg/ha). Dari kedua faktor tersebut diperoleh 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan, sehingga terdapat 27 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemberian pupuk organik cair dengan konsentrasi 3,5 cc/liter air berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman yaitu 62,28 cm, umur berbunga yaitu 31,63 hst, dan bobot 100 biji yaitu 6,81 g, meskipun pemberian dosis pupuk NPK tidak berpengaruh nyata pada semua parameter yang ada, namun perlakuan dosis 1,75 g/polybag (350 kg/ha) cenderung lebih baik dari perlakuan yang lainnya. Tidak terdapat interaksi antara POC dan Pupuk NPK baik pada parameter pertumbuhan maupun pada parameter produksi tanaman kacang hijau. This research purpose is identification of the response and the appropriate dose of liquid organic fertilizer and NPK fertilizer for the green beans growth and production. The research was conducted at the Green House of Agriculture Faculty Universitas Muslim Indonesia in Makassar, which took place from September to November 2022. Randomized Block Design with factorial pattern is used, where the first factor is the provision of liquid organic fertilizer with three levels, namely: P1 = 2,5 cc/liters water; P2 = 3 cc/liters water; P3 = 3,5 cc/liters water. The second factor is the provision of NPK fertilizer with 3 different levels, namely: N1 = 1.25 g/poly bag (250 kg/ha); N2 = 1.5 g/poly bag (300 kg/ha); N3 = 1.75 g/poly bag (350kg/ha). Based on those factors, 9 treatment combination with three repetitions is collected, thus 27 units of experiments are gathered. The results of the research indicated that the provision of liquid organic fertilizer with the 3.5 cc/liter concentration has significant influence on plant height, flowering age and 100 seeds weight namely 62,28 cm, 31,63 hst and 6,81 g respectively. Although the provision of NPK fertilizer has only slight impact on every indicator, treatment with 1,75 g/poly bag (350 kg/ha) concentration is better than the rest treatment on this factor. Lastly, interaction between POC (Liquid Organic Fertilizer) and NPK fertilizer on growth and production parameters have not been found.","PeriodicalId":403539,"journal":{"name":"Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan","volume":"154 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139359165","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}