Dwiki Fahreza Andreanto Andreanto, Mufti Arifin, Freddy Franciscus
{"title":"ANALISIS PERFORMA TAKEOFF PADA PESAWAT ATR 72 DALAM PENGARUH TAILWIND","authors":"Dwiki Fahreza Andreanto Andreanto, Mufti Arifin, Freddy Franciscus","doi":"10.35894/jtk.v8i2.86","DOIUrl":"https://doi.org/10.35894/jtk.v8i2.86","url":null,"abstract":"Informasi kondisi cuaca sangat dibutuhkan untuk mendukung keselamatanpenerbangan, khususnya dalam proses take-off. Informasi cuaca yang diperlukan salah satunyaadalah data angin, arah angin maupun kecepatan angin. Komponen angin tersebut salah satunyaadalah tailwind (angin dari arah belakang). Di bandara terpencil hanya dapat di kunjungi olehpesawat seperti ATR72 dan sejenisnya, dikarenakan ketersediaan landasan pacu yang terbatasdan saat ini bandara – bandara tersebut masih banyak yang menggunakan landing dan take-offsearah dengan arah angin. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya gaya angkat pesawat saattake-off pada saat kondisi tailwind. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut dilakukan adanyapengurangan kapasitas pada pesawat. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis performapesawat ATR72 pada saat take-off dengan kondisi tailwind. Dengan perhitungan takeoff dengankondisi normal pada pesawat ATR72 kemudian memvariasikan kecepatan tailwind. Hasil yangdiperoleh adalah nilai jarak ground roll (????????) dan pengurangan berat pesawat (????) pada saattailwind. Kecepatan tailwind sebesar 0 atau normal diperoleh jarak ground roll 849 m, berat takeoff 20948 kg, pengurangan berat pesawat sebesar 0. Pada kecepatan tailwind sebesar 5 ktsdiperoleh jarak ground roll 773 m, berat take-off 20333 kg, pengurangan berat pesawat sebesar615 kg, sedangkan kecepatan tailwind 10 kts diperoleh jarak ground roll 697 m, berat saat takeoff 19308 kg, pengurangan berat pesawat sebesar 1640 kg, dan kecepatan tailwind sebesar 15kts diperoleh jarak ground roll 621 m, berat take-off 18225 kg, pengurangan berat pesawatsebesar 2723 kg.","PeriodicalId":354117,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Kedirgantaraan","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131789410","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis Korelasi Usia Pesawat Airbus A320-200 Terhadap Jumlah Korosi Yang Timbul Menggunakan Metode Korelasi Pearson Product Moment","authors":"Reynaldo Mulya Tedja, Mufti Arifin, Erna Shevilia Agustian","doi":"10.35894/jtk.v8i2.83","DOIUrl":"https://doi.org/10.35894/jtk.v8i2.83","url":null,"abstract":"Corrosion is the destruction of materials caused by the environment, where metals separate from their metal atoms and form compounds from water or gas, resulting in oxidation until the metal atoms disappear. Corrosion can also be referred to as material that is damaged by the environment and is mostly caused by natural impacts that increase as the age of the aircraft increases. Failure to maintain the strength of the main structure is caused by excessive stress that occurs in the corrosion area resulting in cracks in the structure. Due to the frequent occurrence of corrosion in the aircraft, observations, data analysis and further literature studies were carried out. This study aims to determine the relationship between aircraft aging and the amount of corrosion found during periodic \"c-check\" servicing of Airbus A320-200 aircraft at the study site. The research method that used in the discussion of this thesis is to use pearson product moment correlation analysis on age data and the amount of corrosion that occurs on each aircraft. The conclusion of the results is analysis using the Pearson product moment method on 30 sample aircraft, the correlation 0.922 is categorized as having a very strong relationship. Each aircraft section does not have a strong correlation between corrosion and age, but as a whole has a strong correlation with age. From the results of the analysis using the linear regression equation, it can be identified and estimated the amount of corrosion that occurs at a certain age on the Airbus A320-200 aircraft. The results of the linear regression equation show that the aircraft is 23 years old, the amount of corrosion that will arise is estimated at 39 points, it can be concluded that aircraft with XU-029 registration are known to have a total corrosion rate of 42 points with poor corrosion conditions, then when compared to aircraft with registration XU-030 which is 23 years old is also known to have a corrosion rate of 30, so it can be concluded that the corrosion conditions on this aircraft are better than expected.","PeriodicalId":354117,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Kedirgantaraan","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133378451","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis Kerusakan Kepala Silinder Blok Mesin Pada Kendaraan Jenis Minibus Kapasitas 1500 CC","authors":"Ahmad Zayadi, Sungkono, Masyhudi","doi":"10.35894/jtk.v8i2.79","DOIUrl":"https://doi.org/10.35894/jtk.v8i2.79","url":null,"abstract":"Abstrak, \u0000Kendaraan roda empat merupakan salah satu moda transportasi yang umum digunakan pada era kini, pada umumnya kendaraan roda empat memiliki kepala silinder untuk menempatkan katup-katup dan tempat mantel pendingin. Apabila pada kepala silinder tersebut mengalami kerusakan maka akan mengakibatkan terganggunya sistem kerja mesin dalam jangka waktu yang panjang. Pada bagian mesin terdapat komponen kepala silinder apabila mengalami kerusakan maka akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses perbaikan. Dari informasi yang diperoleh bahwa kepala silinder mengalami kerusakan pada jarak tempuh 80.000 km. Kerusakan yang dialami kepala silinder adalah timbulnya suara kasar pada mesin, bercampurnya air pendingin ke ruang bakar dan temperatur suhu cepat naik, pada penelitian ini akan dilakukan kajian terhadap kerusakan yang terjadi pada kepala silinder tersebut. Berdasarkan hasil pengujian makrostruktur korosi terjadi akibat fluida pendingin mesin selain itu terdapat deposit yang melekat sangat kuat dan bersifat korosif kepala silinder pada blok mesin, pengujian mikrostruktur terlihat adanya endapan (hitam) yang diduga mempengaruhi proses korosi, butiran dendrit dan batang dalam mikrostruktur tidak mengalami perubahan ukuran butir. Berdasarkan pengujian kekerasan hasil menunjukan nilai kekerasan permukaan yang rusak sebesar 102,22 HV dan nilai kekerasan permukaan yang tidak rusak sebesar 102 HV berdasarkan tersebut kerusakan pada kepala silinder blok mesin tidak disebabkan oleh deformasi material akibat beban mekanik dan thermal. Hasil uji komposisi kimia kepala silinder yang mengalami kerusakan adanya penurunan Al 1,1%, Si 0,11%, Cu 0,37, Fe 0,088% dan Mg 0,081% dan adanya penurunan komposisi kimia unsur penyusun material tersebut diakibatkan oleh interaksi air dengan permukaan kepala silinder yang ditandai dengan terbentuknya oksida dari Al,Si,Cu,Fe, dan Mg. Berdasarkan hasil perngujian tersebut kerusakan kepala silinder lebih disebabkan karena kurangnya melakukan perawatan terhadap blok mesin agar komponen dapat bertahan lama sehingga kinerja dari mesin terjaga optimal. \u0000 ","PeriodicalId":354117,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Kedirgantaraan","volume":"134 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116337092","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KONSEP DESAIN KAPAL UDARA SEBAGAI TRANSPORTASI MASSAL UDARA DI WILAYAH JABODETABEK","authors":"Riyan Eko Prasetiyo, Michael Tobing, Sovian Aritonang, Novsky Asmoro, Gita Amperiawan","doi":"10.35894/jtk.v8i2.80","DOIUrl":"https://doi.org/10.35894/jtk.v8i2.80","url":null,"abstract":"Angkutan massal yang ada saat ini tidak mampu menampung pertambahan penduduk Jakarta. Badan Pusat Statistik menyebutkan jumlah kendaraan di Jakarta pada 2022 sebanyak 26.370.535. Tingginya tingkat mobilisasi kendaraan mengakibatkan kemacetan kendaraan di Jakarta. Untuk itu perlu adanya moda transportasi massal untuk menjadi solusi mengatasi kemacetan. Kapal udara adalah alat transportasi massal udara dengan sistem propulsi yang terdiri dari gas dan mesin. Perancangan moda transportasi dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif melalui pendekatan literature review dan analisis formulasi numerik. Desain pesawat yang dihasilkan berkapasitas 40 orang, total beban 9764 kg, dimensi balon 46 m x 13 m x 18 m, dan dimensi gondola 11 m x 4 m x 2 m. Penelitian ini memberikan kajian tentang perancangan moda transportasi massal dengan operasional udara yang dapat menjadi solusi dari kemacetan yang terjadi. Dapat mengurangi kemacetan yang ada dengan rute yang efisien untuk proses mobilisasi pada jam kerja.","PeriodicalId":354117,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Kedirgantaraan","volume":"110 10","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114087014","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"ANALISIS KEANDALAN SKIN AIR OUTLET VALVE 22HQ PADA PESAWAT AIRBUS 320 DI MASKAPAI BBB","authors":"Harun Alrasid, Mufti Arifin, Aprilia Sakti","doi":"10.35894/jtk.v8i2.85","DOIUrl":"https://doi.org/10.35894/jtk.v8i2.85","url":null,"abstract":"Setiap komponen elektronik yang terpasang pada pesawat menghasilkan panas yang harus dikontrol agar setiap komponen elektronik dapat berkerja dengan baik dan menghindari terjadinya panas yang berlebih. Panas yang dihasilkan oleh komponen elektronik pada pesawat Airbus 320 didinginkan oleh sistem Avionic Equipment Ventilation (AEV). Salah satu komponen AEV ialah Skin Air Outlet Valve yang merupakan katup pembuangan udara panas, katup ini harus tertutup ketika terbang dan terbuka ketika pesawat di darat (suhu skin lebih dari 12 derajat celcius). Jika terjadinya kegagalan pada katup utama dan terbuka ketika pesawat terbang, maka sistem pressurization akan terganggu dan menyebabkan operational interuption seperti Rejected Take-Off (RTO), In-Flight Turn Back (IFTB), Return To Apron (RTA) dan bahkan Aircraft On Ground (AOG). Perlunya analisis keandalan serta menentukan langkah-langkah yang tepat agar operational interuption dapat diminimalisir. Dengan menggunakan metode perhitungan Alert Level, MTBUR, serta metode Root Cause Analysis (RCA), didapatkan hasil grafik CURR yang melebihi batas AL pada bulan Mei 2022 dan nilai tertinggi MTBUR adalah 9935,63 FH dan nilai terendahnya adalah 5672,26 FH. Terlihat MTBUR dari SAOV maskapai BBB berada dibawah dari MTBUR worldwide dan guarantine MTBUR. Hasil dari perbandingan ini memperlihatkan keandalan dari komponen SAOV yang buruk. Faktor utama penyebab gagalnya Skin Air Outlet Valve (SAOV) menutup saat penerbangan berlangsung diketahui adanya beberapa kesalahan yang disebabkan oleh faktor kelalaian dan prosedur yang kurang detail. Adapun tindakan korektif yang dilakukan seperti penambahan prosedur pemeriksaan dan catatan pada dokumen MEL, merekomendasikan overhaul setiap 7000 FH dan rekomendasi untuk setiap engineer yang melakukan perawatan supaya mengikuti langkah-langkah pada AMM.","PeriodicalId":354117,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Kedirgantaraan","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121115864","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"ANALISIS PERFORMA PESAWAT ATR 72-500 SEBAGAI PESAWAT CHARTER RUTE BANDARA HALIM PERDANAKUSUMA-MATAK DAN HALIM PERDANAKUSUMA- BADAK BONTANG","authors":"Fortune JR Ombuh, Mufti Arifin, Endah Yuniarti","doi":"10.35894/jtk.v8i1.81","DOIUrl":"https://doi.org/10.35894/jtk.v8i1.81","url":null,"abstract":"Dengan luas dan geografis Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau kecil, menyebabkan sulitnya upaya eksplorasi Sumber Daya Alam (SDA) di pulau-pulau kecil ini. Perusahaan yang melakukan kegiatan eksplorasi ini harus membangun fasilitas pendukung untuk memperlancar proses eksplorasi di daerah tersebut. Bandara adalah salah satu fasilitas pendukung yang dibangun oleh perusahaan untuk kegiatan eksplorasi. Bandara yang dibangun perusahaan untuk menunjang transportasi udara ini, pasti dibangun sesuai dengan lahan dan kebutuhan perusahaan tersebut, salah satunya adalah runway. Dengan runway terbatas, banyak perusahaan menggunakan pesawat ATR 72-500 sebagai pesawat charter untuk mendukung kegiatan ekplorasi di daerah yang jauh dari bandara komersil. Oleh karena itu dilakukan analisis performa pesawat ATR 72-500 sebagai pesawat charter dengan rute Bandara Halim Perdanakusuma (HLP) -Matak (MWK) Dan Bandara Halim Perdanakusuma- Badak Bontang (BXT) untuk mengetahui biaya operasional. Performa pesawat ATR72-500 dilihat dari performa take-off dibutuhkan, range, konsumsi fuel, dan payload. Pada rute HLP-MWK dengan 68 penumpang ditempuh dengan jarak 577 NM membutuhkan fuel sebanyak 2.456 kg dengan TOW 22.342 kg, sedangkan untuk take-off membutuhkan panjang runway 1056 m, biaya operasional sebesar Rp. 235.535.469,92 dan biaya per penumpang sebesar Rp. 3.463.756,91. Untuk rute HLP-BXT dengan 68 penumpang ditempuh dengan jarak 742 NM membutuhkan fuel sebanyak 2.584,862 kg dengan TOW 22.471 kg, sedangkan untuk take-off membutuhkan panjang runway 1068 m, biaya operasional sebesar Rp. 247.891.620,16 dan biaya per penumpang sebesar Rp. 3.645.465.","PeriodicalId":354117,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Kedirgantaraan","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114233959","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pengembangan Perangkat Lunak Rencana Terbang (Flight Plan) Simulasi Terbang","authors":"A. Rachmanto, Hernawati","doi":"10.35894/jtk.v8i1.66","DOIUrl":"https://doi.org/10.35894/jtk.v8i1.66","url":null,"abstract":"Flight plan (rencana terbang) merupakan salah satu tahapan yang harus dilakukan sebelum melakukan penerbangan. Flight plan harus dikirimkan kepada ATS (Air Traffic Services) paling lambat satu jam sebelum pesawat lepas landas dari bandara asal. Flight plan merupakan persyaratan apakah terbang IFR atau VFR. Pada penelitian ini akan dibuat sebuah perangkat lunak untuk membuat flight plan yang berisi informasi dasar (rute penerbangan) seperti nomer pesawat, awal keberangkatan, bandara tujuan/kedatangan, bahan bakar (fuel) yang dibawa, titik waypoint(rute) yang dilalui dengan Navaid sebagai panduan penerbangan, ketinggian. Perangkat lunak dikembangkan dengan menggunakan pemodelan peta menggunakan MapX 4.0 dengan bahasa pemrograman menggunakan C# Visual Studio 2010, database menggunakan MySql untuk menyimpan data airport,data NavAids, data flight plan termasuk data-data waypoint yang merupakan rute . Peta dilengkapi dengan titik-titik bandara udara Indonesia, NavAids (VOR dan NDB), waypoint dan airways. Metoda pengembangan perangkat lunak menggunakan metoda Prototipe.","PeriodicalId":354117,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Kedirgantaraan","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125975987","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Aditia Kusuma Wibawa, F. Franciscus, Endah Yuniarti
{"title":"Analisis Keandalan Business Class Seat Terpasang Di Pesawat A330-200/300 Garuda Indonesia","authors":"Aditia Kusuma Wibawa, F. Franciscus, Endah Yuniarti","doi":"10.35894/jtk.v8i1.82","DOIUrl":"https://doi.org/10.35894/jtk.v8i1.82","url":null,"abstract":"\u0000 \u0000 \u0000Abstract - From January 1, 2021 to June 30, 2021, the AIRBUS A330-200/300 aircraft belonging to PT Garuda Indonesia has experienced 36 cases of damage to the business class seat. These cases most often occur due to external factors on the seat. often damaged by crew of flight attendants as well as technicians working. In the study that discussed the factors that caused the failure of the recline mechanism on the B/E Aerospace Minipod Seat and B/E Aerospace MCX Diamond Seat, then aimed at finding a comparison of reliability and cost benefits with the fishbone method. From the results of the study, it was found that the reliability score obtained with the MAREP rate on the B/E Aerospace Minipod seat was 5.798/1000FH and the B/E Aerospace MCX Diamond seat was 5.551/1000FH. As for the maintenance costs, the results obtained on the B/E Aerospace Minipod require a total cost of US$ 9,587.59 with an average maintenance seat price of US$ 24.21/seat and B/E Aerospace MCX Diamond is US$ 5,134.24 with an average treatment seat of US$ 53.48/seat in beetwen 6 months. \u0000 \u0000 \u0000","PeriodicalId":354117,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Kedirgantaraan","volume":"101 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132452864","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis Keterlambatan Penyelesaian C-check","authors":"Ayu Martina, Edy Suwondo, Endah Yuniarti","doi":"10.35894/jtk.v8i1.76","DOIUrl":"https://doi.org/10.35894/jtk.v8i1.76","url":null,"abstract":"PT XYZ merupakan salah satu perusahaan transportasi udara di Indonesia yang mengalami keterlambatan dalam penyelesaian C-check maintenance berdasarkan jadwal yang telah ditentukan. Indikator TAT (Turn Around Time) digunakan sebagai ukuran kinerja penyelesaian maintenance di PT XYZ. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor penyebab terjadinya delay maintenance pada pesawat B737NG dan meminimalisir keterlambatan TAT. Penelitian ini menggunakan metode fishbone diagram dan diagram Pareto untuk melakukan root cause analysis. Terdapat tiga faktor utama yang menjadi penyebab keterlambatan dari penyelesaian perawatan C-check yaitu karena kekurangan manpower, proses menunggu penyediaan material, dan lamanya memproses finding. Untuk memperkuat hasil analisis maka dilanjutkan dengan menerapkan metode Define Measure Analyze Improve Control (DMAIC) dengan bantuan FMEA untuk membuat tabel perhitungan nilai RPN atau skala prioritas risiko. Hasil perhitungan menunjukkan nilai RPN tertinggi yaitu tidak memperhatikan rasio pekerjaan dengan tenaga kerja yang tersedia, dengan nilai RPN 216. Kemudian diberikan rekomendasi solusi untuk menurunkan RPN hingga mendapatkan nilai 168 yang bertujuan untuk mengurangi keterlambatan TAT pada penyelesaian C-check maintenance pesawat Boeing 737NG milik PT XYZ.","PeriodicalId":354117,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Kedirgantaraan","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116559570","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN PESAWAT CASA 212-200 SAAT GROUND RUN TEST BERDASARKAN VARIASI SUDUT","authors":"Adam Adam, Mufti Arifin, Ericko Chandra Utama","doi":"10.35894/jtk.v8i1.70","DOIUrl":"https://doi.org/10.35894/jtk.v8i1.70","url":null,"abstract":"Kebisingan merupakan suatu istilah yang dipergunakan untuk menyatakan suatu bunyi yang tidak diinginkan, termasuk bunyi yang timbul akibat efek samping dari kegiatan-kegiatan seperti kegiatan industri dan transportasi. Intensitas kebisingan terbesar di lingkungan hangar perawatan pesawat dihasilkan oleh adanya pengoperasian engine pesawat saat di ground atau yang sering disebut dengan Aircraft Ground Run Test. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel menggunakan pesawat CASA 212-200 yang dilengkapi dengan jenis engine turboprop. Pengukuran kebisingan yang dihasilkan oleh aktivitas pesawat terbang diukur dengan menggunakan alat seperti Sound Level Meter AS804. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitas kebisingan pesawat terbang saat melakukan ground run test yang diukur berdasarkan variasi sudut lokasi pengukuran terhadap sumber dengan jarak 30 m berdasarkan acuan sudut 0o berada di depan nose pesawat dan 180o berada di belakang pesawat dengan perputaran searah jarum jam. Pengukuran tingkat kebisingan ini didasarkan oleh tiga acuan yaitu LAmax, LAmin dan LAeq. Pada saat idle variasi arah penerima kebisingan yang memiliki potensi menghasilkan nilai LAmax terbesar pada sudut (30o) sebesar 97 dB. LAmin terendah pada sudut (180o) dan (210o) bernilai sama sebesar 84,6 dB. Hasil LAeq terbesar pada sudut (330o) yaitu 95,3 dB. Pada saat max power variasi arah penerima kebisingan yang memiliki potensi nilai LAmax terbesar pada sudut (45o) sebesar 99,1 dB, LAmin terendah pada sudut (135o) sebesar 94,8 dB. Hasil LAeq tertinggi pada sudut (45o) sebesar 97,8 dB.","PeriodicalId":354117,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Kedirgantaraan","volume":"46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123530619","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}