Fransiscus Xaverius Mario Jevta, A. Thoriq, Kralawi Sita, Rizky Mulya Sampurno
{"title":"Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Hasil Panen Teh Melalui Pendekatan Sistem Dinamis","authors":"Fransiscus Xaverius Mario Jevta, A. Thoriq, Kralawi Sita, Rizky Mulya Sampurno","doi":"10.21082/jtidp.v9n1.2022.p45-56","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jtidp.v9n1.2022.p45-56","url":null,"abstract":"Pemetikan daun teh secara mekanis dengan gunting atau mesin pemetik selain dapat mengatasi kekurangan tenaga kerja, juga dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi sistem panen. Proses pemanenan teh dipengaruhi oleh alat pemetikan, kemiringan lahan, waktu pemetikan, luas areal petik, bobot hasil panen teh dan variabel lainnya yang bersifat dinamis. Peramalan hasil panen yang dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan model dinamis. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbandingan antara hasil pemanenan teh dengan menggunakan gunting petik dan menggunakan mesin petik, menganalisis faktor-faktor yang menentukan hasil panen teh, dan menentukan skenario yang dapat diterapkan untuk meningkatkan produktivitas pemanenan teh. Data lapang dikumpulkan pada musim kemarau dari beberapa blok pada afdeling Gambung Selatan dan Gambung Utara. Data yang dikumpulkan untuk pengolahan data menjadi model dinamis sistem pemanenan teh adalah kemiringan lahan, waktu pemanenan, panjang lintasan pemetikan, lebar pemetikan, dan bobot hasil panen teh. Data yang telah dikumpulkan diolah menjadi sebuah model dinamis sistem pemanenan teh berupa diagram stock and flow menggunakan perangkat lunak komputer bernama Vensim dengan skenario perubahan alat petik, kemiringan, dan persentase mutu. Model dinamis yang dihasilkan akan menunjukkan besarnya produktivitas pemanenan teh berdasarkan waktu dan kondisi lahan sehingga dapat menentukan alat pemanenan mekanis yang tepat. Hasil penelitian menunjukkan perbandingan produktivitas rata-rata dengan mesin petik sebesar 47,829 kg/JOK yang lebih besar 3,4 kali dari gunting yang sebesar 14,007 kg/JOK. Faktor pengungkit untuk meningkatkan kinerja sistem pemanenan adalah jenis alat pemetikan sehingga skenario yang dapat diterapkan untuk meningkatkan produktivitas pemanenan teh adalah dengan penggunaan alat petik mesin.","PeriodicalId":201337,"journal":{"name":"Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar","volume":"109 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123440027","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ahmad Thoriq, Lukito Hasta Pratopo, Rizky Mulya Sampurno, Desviana Devanni Fajriyanti
{"title":"Analisis Tekno-Ekonomi Perencanaan Industri Kopi Bubuk dalam Kemasan Sachet","authors":"Ahmad Thoriq, Lukito Hasta Pratopo, Rizky Mulya Sampurno, Desviana Devanni Fajriyanti","doi":"10.21082/jtidp.v9n2.2022.p107-118","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jtidp.v9n2.2022.p107-118","url":null,"abstract":"Ketersediaan bahan baku biji kopi yang terus meningkat dan tidak diimbangi dengan tumbuhnya industri pengolahan menyebabkan banyak biji kopi yang dijual dalam bentuk kopi ceri. Padahal pengolahan kopi tidak hanya memberikan nilai tambah tetapi juga peningkatan pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan melakukan analisis teknoekonomi perencanaan industri kopi bubuk dalam kemasan sachet di Kabupaten Sumedang. Penelitian diawali dengan formulasi produk yang ditentukan dengan uji organoleptik. Selanjutnya dilakukan pengumpulan data lapang melalui pengujian dan wawancara langsung. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah untuk mengetahui kapasitas produksi, dan rendemen produk. Pemilihan teknologi proses dilakukan menggunakan sistem pendukung keputusan berbasis indeks kinerja sedangkan analisis finansial dilakukan pada teknologi terpilih untuk mengetahui besarnya biaya produksi, harga pokok produksi, Net Present Value (NPV), Benefit cost ratio (BCR), Internal Rate of Return (IRR), Pay back Period (PBB) dan harga jual minimal produk kopi sachet. Hasil penelitian menunjukkan pada formulasi yang paling disukai adalah perbandingan 7 g kopi dan 7 g gula. Teknologi terpilih yang digunakan untuk mengolah kopi adalah full was, dengan kapasitas produksi yang direncanakan sebesar 77 ton bahan baku pertahun dan lokasi terpilih berada di Kecamatan Rancakalong. Analisis kelayakan finansial dihitung pada suku bunga kredit usaha mikro 14% dan umur proyek 10 tahun menunjukkan bahwa biaya produksi sebesar Rp195.797.223,32 per bulan, harga pokok produksi sebesar Rp1.1164 per sachet., pada harga jual produk sebesar Rp.1.500 per sachet diperoleh nilai NPV sebesar Rp2.044.861.731,91, BCR sebesar 1,14, IRR sebesar 7,43% dan modal kembali pada bulan ke-14 dan harga jual minimal produk sebesar Rp1.350,00 per sachet.","PeriodicalId":201337,"journal":{"name":"Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124984433","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Saefudin Saefudin, Sakiroh Sakiroh, Edi Wardiana, Dibyo Pranowo, M. Syakir
{"title":"Pengaruh Ukuran Bulbil dan Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Porang (Amorphophallus Muelleri Blume)","authors":"Saefudin Saefudin, Sakiroh Sakiroh, Edi Wardiana, Dibyo Pranowo, M. Syakir","doi":"10.21082/jtidp.v9n2.2022.p69-78","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jtidp.v9n2.2022.p69-78","url":null,"abstract":"Tanaman porang dapat dikembangkan secara vegetatif menggunakan bulbil. Ukuran bulbil sangat beragam dan diduga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil umbi. Selain itu, komposisi media tanam yang terdiri dari tanah dan pupuk kandang (pukan) ayam dengan proporsi yang berbeda diduga akan berpengaruh juga terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil umbi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran bulbil dan komposisi media tanam yang terdiri dari campuran tanah dengan pukan ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman porang. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Pakuwon, Sukabumi, mulai September 2021 sampai Februari 2022. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan petak terpisah dengan 3 ulangan. Petak utama adalah ukuran bulbil yang didasarkan pada bobot bulbil: (1) ukuran kecil (5,03-8,48 g/bulbil), (2) sedang (9,40-11,50 g/bulbil), dan (3) besar (12,35-15,62 g/bulbil). Anak petak adalah komposisi media tanam: (1) tanah (100%), (2) tanah:pukan ayam dengan proporsi15:1 (v/v), (3) tanah:pukan ayam dengan proporsi 10:1 (v/v), dan (4) tanah:pukan ayam dengan pproporsi 5:1 (v/v). Peubah yang diamati meliputi: tinggi tanaman, diameter batang, lebar tajuk, serta tebal, diameter, dan bobot segar umbi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot bulbil tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil porang, kecuali terhadap tinggi tanaman pada pertumbuhan vegetatif awal. Aplikasi pukan ayam sebagai media campuran tanah memberikan pengaruh yang positif. Komposisi media tanam yang terdiri dari tanah:pukan ayam dengan proporsi 5:1 menghasilkan pertumbuhan dan hasil porang yang paling tinggi. Media tanam dengan proporsi tersebut sesuai diaplikasikan pada semua ukuran benih (bulbil) porang.","PeriodicalId":201337,"journal":{"name":"Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126567653","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Iing Sobari, N. Firdaus, Dibyo Pranowo, Edi Wardiana
{"title":"Pengaruh Ukuran Biji terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Benih Kopi Liberoid Meranti","authors":"Iing Sobari, N. Firdaus, Dibyo Pranowo, Edi Wardiana","doi":"10.21082/jtidp.v9n1.2022.p23-32","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jtidp.v9n1.2022.p23-32","url":null,"abstract":"Kopi Liberika (Coffea liberica Bull ex Hiern) tergolong kopi Liberoid yang memiliki ukuran buah lebih besar daripada kopi Arabika dan Robusta. Setiap jenis kopi Liberoid memiliki ukuran biji yang beragam dari yang berukuran kecil, sedang, hingga besar. Oleh karena itu, diperlukan informasi tentang ukuran benih yang optimal untuk perbanyakan kopi Liberoid secara generatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran klas benih terhadap perkecambahan dan pertumbuhan benih kopi Liberoid Meranti. Penelitian dilakukan di rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar, Pakuwon, Sukabumi, mulai bulan Januari sampai September 2021. Penelitian dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap persemaian awal dan persemaian utama, dengan rancangannya masing-masing adalah rancangan petak terpisah yang diulang 5 kali. Sebagai petak utama adalah 2 jenis kopi Liberoid Meranti yaitu LIM 1 dan LIM 2, sedangkan sebagai anak petak adalah 3 ukuran klas benih yaitu ukuran kecil, sedang, dan besar. Pengamatan dilakukan terhadap proses perkecambahan dan pertumbuhan benih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa viabilitas, pertumbuhan tinggi, dan diameter batang benih dipengaruhi oleh interaksi antara jenis kopi dengan ukuran benih, sedangkan panjang hipokotil dan panjang akar dipengaruhi oleh perbedaan ukuran benih. Untuk meningkatkan keberhasilan perbanyakan benih melalui biji, maka untuk kopi LIM 1 sebaiknya menggunakan benih yang berukuran sedang sampai besar (0,51-0,70 g/benih), sedangkan untuk LIM 2 sebaiknya menggunakan benih yang berukuan kecil (0,56-0,62 g/benih).","PeriodicalId":201337,"journal":{"name":"Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124674957","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sakiroh Sakiroh, K. Sasmita, N. Firdaus, Dewi Listyati, Dibyo Pranowo
{"title":"Respons Pertumbuhan Benih Makadamia terhadap Dosis Pupuk N, P,dan K","authors":"Sakiroh Sakiroh, K. Sasmita, N. Firdaus, Dewi Listyati, Dibyo Pranowo","doi":"10.21082/jtidp.v9n2.2022.p97-106","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jtidp.v9n2.2022.p97-106","url":null,"abstract":"Makadamia merupakan tanaman introduksi yang belum banyak dikembangkan di Indonesia, oleh karena itu perlu digali informasi tentang suplai hara N, P, dan K yang tepat mulai dari perbenihan sampai tanaman berproduksi dalam menunjang pertumbuhan dan produktivitas tanaman yang optimal pada tanah suboptimal di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk N, P, dan K yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan benih makadamia. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan 5 kombinasi dosis pupuk N, P, dan K yaitu: P1 (tanpa pupuk/kontrol), P2 (1,09 g Urea + 1,39 g SP36 + 0,84 g KCl)/benih, P3 (2,18 g Urea + 2,78 g SP36 + 1,67 g KCl)/benih, P4 (5,44 g Urea + 6,95 g SP36 + 4,17 g KCl)/benih dan P5 (8,15 g Urea + 10,42 g SP36 + 6,25 g KCl)/benih, dengan empat kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh nyata perlakuan terhadap pertambahan tinggi benih sampai umur 24 minggu setelah aplikasi (MSA) namun tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang dan jumlah daun, serta klorofil daun. Dosis N, P, dan K pada perlakuan P3 menghasilkan pertambahan tinggi benih terbaik, menunjukkan dosis tersebut optimum untuk pertumbuhan benih makadamia sampai umur 13 bulan. Penelitian selanjutnya dapat diarahkan untuk mengetahui kebutuhan pemupukan N, P, dan K pada benih makadamia di atas umur 13 bulan sampai produksi pada tanah masam di Indonesia.","PeriodicalId":201337,"journal":{"name":"Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar","volume":"48 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127030068","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pengaruh Formulasi Kulit Buah Kopi Arabika dan Umbi Bawang Dayak terhadap Mutu Seduhan Minuman Herbal Carcara","authors":"Dian Hasni, Murna Muzaifa, Cut Nilda, Risda Munarti Rusdi Harahap","doi":"10.21082/jtidp.v9n2.2022.p57-68","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jtidp.v9n2.2022.p57-68","url":null,"abstract":"Cascara merupakan suatu produk samping limbah kulit kopi yang dapat diolah menjadi minuman herbal. Cascara dan seduhannya berpotensi sebagai antioksidan alami karena mengandung metabolit sekunder seperti golongan polifenol. Secara organoleptik, seduhan cascara beraroma buah, dengan rasa asam yang segar dan ringan. Di sisi lain, umbi bawang dayak mengandung flavonoid dan berpotensi sebagai obat hipertensi, anti-inflamasi dan anti-diabetes. Namun rasanya yang cenderung pahit menyebabkan umbi bawang dayak sulit berkembang sebagai produk minuman herbal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari formulasi cascara dan bawang dayak yang digunakan terhadap mutu seduhan minuman herbal yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan perlakuan formulasi cascara dan bawang dayak (K1= 100:0, K2= 80:20, K3= 60:40, K4= 40:60, K5= 20:80, K6= 0:100), dan diulang 4 kali. Hasil penelitian menunjukkan semakin besar proporsi cascara dalam formulasi minuman herbal celup, maka pH seduhannya cenderung semakin asam dan nilai total fenolnya semakin tinggi, warna teh yang semakin terang, rasa asam dan sepat yang semakin kuat dan pahit yang lemah. Panelis cenderung menyukai aroma dan rasa minuman herbal dengan proporsi cascara yang lebih besar sehingga formulasi K3 (60:40) menghasilkan minuman herbal dengan mutu terbaik. Formulasi K3 memiliki pH 4,34, total fenol 488,3 mg GAE/mL dan berdasarkan uji deskripsi, rasa sepat, rasa asam, dan rasa pahit berada dalam kisaran yang sama sehingga tidak ada rasa yang lebih dominan.","PeriodicalId":201337,"journal":{"name":"Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121353772","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Keragaman Genetik Kemiri [Aleurites moluccana (L.) Willd.] Berdasarkan Barkode DNA Maturase K (matK)","authors":"Fajrin Suci Madyasti, Cici Tresniawati, Annisa Annisa","doi":"10.21082/jtidp.v9n2.2022.p87-96","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jtidp.v9n2.2022.p87-96","url":null,"abstract":"Tanaman kemiri [(Aleurites moluccana (L.) Willd.] merupakan tanaman yang memiliki potensi tinggi dan bersifat multiguna dalam berbagai bidang seperti bahan masakan, bahan baku obat-obatan, dan bahan baku industri lainnya. Namun, produksi A. moluccana masih rendah sehingga memerlukan adanya perbaikan-perbaikan dalam praktek budidaya tanaman dan bahan tanam yang berasal dari varietas unggul baru. Informasi keragaman dan kekerabatan genetika diperlukan dalam upaya merakit varietas yang unggul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik A. moluccana menggunakan barkode DNA matK. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan menggunakan metode observasi yang meliputi pengoleksian sampel, ekstraksi DNA dengan metode CTAB, kuantifikasi DNA, amplifikasi dengan barkode DNA matK, pengurutan (sekuensing), dan analisis data. Bahan tanaman yang digunakan adalah sebelas aksesi kemiri yang berasal dari Alor, Jatinangor, Majalengka, dan Sukabumi. Analisis keragaman dan kekerabatan dilakukan menggunakan MEGA 11. Hasil observasi menunjukkan gen matK berhasil diamplifikasi dan diurutkan dari seluruh sampel dengan panjang sekuen sekitar 622 bp. Analisis spesifitas sekuen menggunakan BLAST menunjukkan persen identitas sebesar 99,37%-99,68%. Analisis keragaman genetik menunjukkan keragaman nukleotida yang sangat rendah yaitu sebesar 0,00027 dengan jumlah situs polimorfik yaitu 2 dari 618 situs. Rekonstruksi pohon filogenetik dengan metode Neighbor-Joining menghasilkan satu clade tunggal dengan jarak genetik yang sangat rendah. Hal ini menunjukan DNA matK yang digunakan memiliki keragaman genetik yang sangat rendah serta tidak mampu mendiskriminasi aksesi A. moluccana yang terdapat dalam penelitian ini. ","PeriodicalId":201337,"journal":{"name":"Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar","volume":"456 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132620326","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
I. Suwitra, S. Saidah, Andi Nirma Wahyuni, Anugerah Fitri Amalia, S. Syafruddin, H. Rahayu, Nurul Fadilah, L. Udarno
{"title":"Pertumbuhan Benih Kakao pada Berbagai Taraf Pupuk NPK pada Media Sub Soil","authors":"I. Suwitra, S. Saidah, Andi Nirma Wahyuni, Anugerah Fitri Amalia, S. Syafruddin, H. Rahayu, Nurul Fadilah, L. Udarno","doi":"10.21082/jtidp.v9n2.2022.p79-86","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jtidp.v9n2.2022.p79-86","url":null,"abstract":"Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan sektor perkebunan Indonesia, namun saat ini produktivitasnya mengalami penurunan. Hal ini salah satunya diakibatkan umur tanaman yang tidak produktif lagi serta intensitas serangan hama dan penyakit yang tinggi. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan penanaman kembali dengan benih unggul yang memiliki potensi hasil tinggi. Pertumbuhan benih kakao dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia dalam media tanam, diantaranya unsur N, P, dan K. Tanah lapisan atas (top soil) merupakan media yang paling baik namun tidak selalu tersedia, sehingga pemanfaatan tanah lapisan bawah (sub soil) dapat menjadi alternatif dengan penambahan unsur hara N, P, dan K. Penelitian ini bertujuan mendapatkan dosis pupuk NPK yang tepat untuk memacu pertumbuhan benih kakao pada media sub soil. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Sidondo. Benih kakao yang digunakan adalah ICCRI 08H. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan enam taraf dosis NPK 16-16-16, yakni: 1) Kontrol atau dosis 2,5 g/benih (P0); 2) 10 g/benih (P1); 3) 12,5 g/benih (P2); 4) 15 g/benih (P3); 5) 17,5 g/benih (P4) dan 6) 20 g/benih (P5), dengan ulangan sebanyak empat kali. Pengamatan komponen pertumbuhan meliputi: tinggi tanaman, diameter batang, panjang akar, jumlah daun, dan bobot tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK 16-16-16 dengan dosis 12,5 g/benih menghasilkan pertumbuhan benih kakao terbaik khususnya pada perkembangan pembentukan akar, namun dengan dosis 10 g/benih mampu meningkatkan pertubuhan tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun. Benih kakao yang dihasilkan dengan media sub soil memenuhi syarat untuk disalurkan.","PeriodicalId":201337,"journal":{"name":"Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar","volume":"155 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129192185","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Sifat Tanah dan Produksi Kopi Liberika pada Ketebalan Gambut yang Berbeda di Jambi","authors":"Yulius Ferry, Bariot Hafif, K. Sasmita","doi":"10.21082/jtidp.v9n1.2022.p33-44","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jtidp.v9n1.2022.p33-44","url":null,"abstract":"Ketebalan gambut bervariasi sesuai dengan umur serta jaraknya dari aliran sungai. Ketebalan gambut sangat berhubungan dengan kandungan unsur hara, daya beban lahan, dan kedalaman aras air sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat tanah gambut, pertumbuhan dan produksi tanaman kopi liberika pada beberapa ketebalan gambut. Penelitian dilakukan di desa Mekar Jaya Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. Penelitian dirancang sesuai dengan rancangan acak kelompok, dengan 4 perlakuan yaitu ketebalan: (T1) <50 cm, (T2) 50-75 cm, (T3) 76-100 cm, dan (T4) 101-125 cm, dengan jumlah ulangan 6 kali dan ukuran plot 2 x 5 pohon (10 pohon) (90 m2). Pengamatan meliputi laju subsiden, sifat kimia tanah, tinggi tanaman, jumlah cabang/tanaman, lilit batang, lebar tajuk, jumlah dompol buah/cabang, jumlah buah/dompol, jumlah buah/tanaman, dan bobot 100 biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ketebalan 101-125 cm memiliki tingkat subsiden yang paling tinggi (4,3 cm/tahun) dan pH paling rendah (3,49). Pertumbuhan dan produksi kopi Liberika terbaik dicapai pada gambut dengan ketebalan 51-75 cm dengan produksinya mencapai 1195,4 buah/pohon/tahun atau 1,37 ton biji/ha/tahun Pada ketebalan 101-125 cm, pertumbuhan vegetatif terhambat dan produksinya paling rendah yaitu sebesar 602,1 buah/pohon/tahun atau 0,56 ton biji/ha/tahun.","PeriodicalId":201337,"journal":{"name":"Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar","volume":"120 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129174133","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis Kualitas Buah Merah Kopi Arabika Gayo dan Korelasinya dengan Kualitas Biji pada Ketinggian Berbeda","authors":"Yusya' Abubakar, Dian Hasni, Siti Agustina Wati","doi":"10.21082/jtidp.v9n1.2022.p1-14","DOIUrl":"https://doi.org/10.21082/jtidp.v9n1.2022.p1-14","url":null,"abstract":"Kualitas biji dan citarasa kopi Arabika Gayo dipengaruhi oleh ketinggian tempat tumbuh dan kondisi kematangan buah. Kematangan buah kopi yang dipanen sering bercampur dan dikhawatirkan akan memengaruhi mutu dan citarasa kopi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas buah kopi Arabika yang berasal dari ketinggian tempat yang berbeda dengan kualitas kopi beras dan seduhannya. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Aceh Tengah, bulan April-Juni 2021. Penelitian dilakukan melalui wawancara kepada petani dan pengepul, serta mengamati kualitas buah merah, mutu fisik, dan mutu seduhan (SCAA) kopi yang berasal dari tiga ketinggian tempat yang berbeda, yaitu 1000-1200 m dpl (E1), 1201-1400 m dpl (E2), dan 1401-1600 m dpl (E3). Penelitian dirancang berdasarkan Rancangan Acak Kelompok nonfaktorial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketinggian tempat tumbuh berpengaruh terhadap kualitas buah yang dipanen. Semakin tinggi tempat tumbuh maka semakin menurun persentase buah rusak dan semakin tinggi kualitas kopi berasnya. Hasil cupping test menunjukkan kualitas kopi termasuk specialty dengan skor rata-rata 82,67 + 0,98. Kopi dari lokasi yang lebih tinggi mempunyai skor atribut fragrance, flavor, dan acidity yang lebih tinggi. Analisis korelasi menunjukkan adanya korelasi positif kuat antara persentase buah kopi rusak dengan nilai cacat kopi beras, korelasi positif moderat antara persentase buah mengapung dengan nilai cacat kopi beras dan korelasi positif lemah antara persentase buah hijau dengan skor total cup test. Hasil penelitian mengidikasikan perlunya meningkatkan pemahaman kepada petani untuk hanya memanen kopi Arabika yang sudah berwarna merah.","PeriodicalId":201337,"journal":{"name":"Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar","volume":"237 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124236740","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}