{"title":"POTENSI TEKNOLOGI IRADIASI ENERGI FOTON UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT BERCAK DAUN Curvularia sp. PADA TANAMAN KELAPA SAWIT","authors":"H. Priwiratama, Bambang Widiyatmoko","doi":"10.22302/iopri.war.warta.v27i3.91","DOIUrl":"https://doi.org/10.22302/iopri.war.warta.v27i3.91","url":null,"abstract":"Bercak daun Curvularia merupakan penyakit utama pada pembibitan kelapa sawit. Penyakit ini selalu terjadi pada setiap siklus pembibitan dan berpotensi menyebabkan kerusakan berat hingga kematian pada bibit kelapa sawit. Pengendalian penyakit bercak daun hingga saat ini masih bertumpu pada aplikasi fungisida, namun tingkat efikasinya cenderung mengalami penurunan. Di sisi lain, tanaman tahan bercak daun yang menjadi alternatif ideal untuk pengendalian penyakit belum tersedia dan masih memerlukan tahapan pemuliaan yang panjang. Oleh karena itu, teknologi alternatif yang dapat dikembangkan dalam jangka waktu pendek masih sangat diperlukan untuk diintegrasikan dengan fungisida. Cahaya sebagai salah satu sumber kehidupan memiliki banyak peranan penting pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Energi foton dari berbagai spektrum cahaya mampu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap berbagai jenis patogen. Pemanfaatan iradiasi energi foton juga telah didemonstrasikan pada skala lapangan dan terbukti mampu menekan perkembangan penyakit tanaman. Teknologi iradiasi energi foton sangat berpeluang dikembangkan di pembibitan kelapa sawit untuk mengatasi permasalahan bercak daun Curvularia. Teknologi iradiasi ini juga berpotensi untuk diintegrasikan dengan teknologi lain seperti drone dan IoT sehingga dapat memfasilitasi automasi dalam pengaplikasiannya. Namun, beberapa kajian awal masih diperlukan untuk pengembangan teknologi iradiasi energi foton di pembibitan kelapa sawit guna memastikan teknologi yang dihasilkan tidak hanya efektif menekan penyakit tanaman, namun juga tidak berdampak negatif terhadap manusia dan lingkungan.","PeriodicalId":197056,"journal":{"name":"WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130415542","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PEMBUATAN COKELAT CAIR BERBASIS OLEIN SAWIT","authors":"H. Hasibuan, Dedy Weyslani","doi":"10.22302/iopri.war.warta.v27i3.79","DOIUrl":"https://doi.org/10.22302/iopri.war.warta.v27i3.79","url":null,"abstract":"Cokelat cair merupakan produk makanan cokelat berbentuk cair yang dapat digunakan sebagai penambah citarasa dalam makanan seperti sebagai topping pada produk es krim. Berbeda dengan cokelat batang, cokelat cair dibuat dengan menggunakan lemak atau minyak yang berbentuk cair pada suhu ruangan dengan asam lemak tak jenuh tinggi, titik leleh dan kandungan lemak padat rendah. Namun, pada suhu rendah, lemak atau minyak berbentuk padat sehingga cokelat menempel di permukaan produk tertentu. Olein sawit merupakan fraksi minyak sawit yang berpotensi digunakan sebagai lemak dalam pembuatan cokelat cair karena berbentuk cairan pada suhu ruangan namun berbentuk padatan pada suhu < 10°C. Penelitian ini dilakukan untuk membuat cokelat cair dengan dua jenis olein sawit yaitu olein normal dan olein super, masing-masing sebanyak 29,9, 32,4 dan 34,9% dari bahan adonan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa olein normal dan olein super dapat digunakan sebagai lemak dalam pembuatan cokelat cair. Dari hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa olein super sebanyak 34,9% dari bahan adonan paling disukai oleh panelis. Pada formula tersebut, cokelat cair memiliki ukuran partikel 0,02 mm, kadar air 0,22%, kadar lemak 37,98% dan titik leleh lemak 16,8°C.","PeriodicalId":197056,"journal":{"name":"WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127840070","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KOREKSI TITIK REFERENCE DENGAN METODE STATIK PADA PENGUKURAN MIKRO-TOPOGRAFI PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT","authors":"Heri Santoso","doi":"10.22302/iopri.war.warta.v27i3.89","DOIUrl":"https://doi.org/10.22302/iopri.war.warta.v27i3.89","url":null,"abstract":" GPS RTK merupakan bagian dari tipe Differential GPS (DGPS) yang mempunyai prinsip data akuisisi lapangan dilakukan koreksi terhadap stasiun acuan (reference) atau jaringan. Pemanfaatan DGPS untuk pembuatan peta mikro topografi telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Di perkebunan kelapa sawit, beberapa kewajiban memiliki peta topografi skala detil adalah pada pengelolaan lahan gambut. Ketersediaan titik reference dari Badan Informasi Geospasial sebanyak 7.326 titik yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, namun masih terbatas terutama pada areal-areal remote seperti perkebunan kelapa sawit. Penentuan titik reference dengan metode static merupakan cara yang efisien dan relatif mudah dilakukan. Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) No. 15 tahun 2013 tentang Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013 menjelaskan ketinggian geoid menjadi sistem referensi vertikal nasional. Pengukuran dengan GPS merupakan ketinggian ellipsoid, sehingga perlu dilakukan penghitungan. Tulisan ini bertujuan untuk melakukan penghitungan ketinggian geoid secara online di BIG dan UNAVCO. Hasil penghitungan menunjukkan ketinggian geoid dari BIG mempunyai selisih sekitar 0.604 meter dengan metode non cubic (bilinear) dan 2.922 meter dengan metode interpolasi cubic. Pengitungan ketinggian geoid dari BIG mempunyai tingkat ketelitian sebesar 17.3 cm atau setara dengan skala peta 1:5000.","PeriodicalId":197056,"journal":{"name":"WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit","volume":"430 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132692175","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Arfan Nazhri Simamora, Agung Kurniawan, Hernawan Y. Rahmadi
{"title":"PERTUMBUHAN BIBIT KLON KELAPA SAWIT CABUTAN (BARE-ROOT) SAAT REAKLIMATISASI","authors":"Arfan Nazhri Simamora, Agung Kurniawan, Hernawan Y. Rahmadi","doi":"10.22302/iopri.war.warta.v27i3.92","DOIUrl":"https://doi.org/10.22302/iopri.war.warta.v27i3.92","url":null,"abstract":"Kebutuhan bahan tanaman unggul kelapa sawit terus bertambah. Bahan tanaman kelapa sawit asal klon menawarkan produktivitas yang lebih tinggi 20% daripada bahan tanaman unggul asal perbanyakan benih. Salah satu komponen biaya yang cukup tinggi adalah biaya transportasi bibit ke areal tanam. Metode bibit cabutan (bare-root) tanpa tanah menjadi alternatif pengiriman bibit yang efisien, terutama dalam jumlah besar dan jarak angkut yang jauh. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan bibit cabutan saat perlakuan reaklimatisasi sebelum bibit ditanam di pembibitan utama terbuka. Penelitian menggunakan bibit klon kelapa sawit dari varietas La Mé dan PPKS 718 berumur 7 – 9 bulan. Bibit klon dikirim dari Sumatera Utara ke Kalimantan Barat berupa bibit cabutan yang dibungkus menggunakan koran pada bagian akarnya setelah sebelumnya dibersihkan dari tanah dan disemprot dengan fungisida. Bibit selanjutnya dikemas dan dikirim via kargo pesawat. Bibit kemudian dipindah tanam di media campuran top soil, kompos dan pasir dengan rasio 10 : 3 : 1. Reaklimatisasi bibit dilakukan dengan memberikan naungan 100% sebanyak 3 lapis pada areal pembibitan yang selanjutnya dikurangi satu lapis setiap bulannya selama 3 bulan reaklimatisasi. Hasil analisis data pertumbuhan vegetatif populasi bibit klon menunjukkan bahwa pertambahan tinggi, diameter dan jumlah pelepah bibit cenderung sedikit meningkat pada dua bulan pertama reaklimatisasi dan bertambah pesat di bulan ketiga reaklimatisasi. Dua bulan pertama reaklimatisasi merupakan waktu pemulihan bibit cabutan dari cekaman akibat pengiriman dan cekaman kekurangan air dan hara akibat ketiadaan media tanah. Reaklimatisasi bibit cabutan sangat penting untuk dilakukan sebelum bibit dipelihara di pembibitan utama dengan areal terbuka.","PeriodicalId":197056,"journal":{"name":"WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115197847","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Haikal Nando Winata, M. A. Nasution, Henny Lidyasari, Arjanggi Nasution, Ayu Wulandari
{"title":"TEKNOLOGI PENGOLAHAN CITRA SEBAGAI DETEKSI WARNA TBS","authors":"Haikal Nando Winata, M. A. Nasution, Henny Lidyasari, Arjanggi Nasution, Ayu Wulandari","doi":"10.22302/iopri.war.warta.v27i2.70","DOIUrl":"https://doi.org/10.22302/iopri.war.warta.v27i2.70","url":null,"abstract":"Telepon pintar (smartphone) telah menjadi bagian tidak terpisahkan dan diakui sangat berguna di bidang perkebunan. Mobilitasnya yang tinggi, biaya perangkat terjangkau, daya komputasi tinggi untuk aplikasi praktis membuatnya sangat sesuai dengan karakter perkebunan untuk membantu tugas pelaku perkebunan. Pada penelitian ini, teknologi kamera smartphone menjadi fokus utama sebagai deteksi pola warna (color pattern detection) pada Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit untuk mengenali dan memprediksi kematangan. Proses deteksi pola warna TBS dengan teknik pengolahan citra RGB (Red, Green, Blue) dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu: akuisisi citra, pra-proses, dan penyesuaian data. Diketahui kandungan minyak pada daging buah mesocarp mempengaruhi warna buah secara langsung sehingga memungkinkan untuk dikenali dan dianalisa pada citra RGB. Dengan uji coba intensif, didapatkan bahwa tingkat kematangan dan channel warna merah pada citra RGB memiliki korelasi dan capaian yang baik dengan R2 = 0.89. Hasil studi sangat berguna untuk menentukan kematangan kelapa sawit untuk dipanen, menentukan nilai potensi rendemen pada TBS dan kedepannya dapat digunakan dalam pengoperasian alat sterilisasi untuk mengenali TBS matang atau tidak matang serta prediksi rendemen pada pabrik kelapa sawit (PKS). Sehingga menjadi solusi alternatif yang efisien, efektif dan murah bagi dunia perkebunan kelapa sawit.","PeriodicalId":197056,"journal":{"name":"WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132683488","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"TEKNOLOGI PROSES UNTUK PRODUKSI BIODIESEL BERBASIS MINYAK KELAPA SAWIT","authors":"Silva Latisya","doi":"10.22302/iopri.war.warta.v27i2.75","DOIUrl":"https://doi.org/10.22302/iopri.war.warta.v27i2.75","url":null,"abstract":"Pengenalan kembali minyak nabati ke mesin diesel memicu berkembangnya penelitian biodiesel. Tulisan ini bertujuan untuk menelaah kembali latar belakang, perkembangan, kebijakan, dan penelitian mengenai biodiesel secara komprehensif. Tulisan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dalam rangka usaha pemanfaatan minyak sawit untuk menghasilkan produk turunan yaitu energi terbarukan yang ramah lingkungan, sesuai standar bahan bakar mesin, ekonomis dan berkelanjutan. Biodiesel adalah mono alkil ester asam lemak yang diturunkan dari minyak nabati maupun minyak hewani. Minyak sawit merupakan sumber bahan baku biodiesel paling mendominasi di dunia karena produktivitas yang tinggi. Namun tingginya fluktuasi harga bahan baku (feedstock oil) yaitu minyak sawit rafinasi (RBDPO) menjadi salah satu isu penting. Pemerintah Indonesia memberikan dukungan terhadap industri biodiesel sawit sejak tahun 2008 hingga saat ini yakni mandat blending biodiesel dengan petrodiesel dan menginisiasi pembentukan BPDPKS sebagai dukungan mekanisme finansial. Secara teknis, biodiesel berbasis sawit sesuai untuk diaplikasikan ke mesin diesel karena memiliki karakteristik serupa dengan petrodiesel dan sesuai dengan standar SNI 7182:2015, ASTM, dan EN 14214. Biodiesel diproduksi melalui proses transesterifikasi atau esterifikasi bergantung pada kandungan asam lemak bebas (ALB) dalam feedstock oil dan dilakukan dengan bantuan katalis, baik katalis homogen ataupun heterogen. Industri biodiesel di Indonesia memiliki prospek yang baik. Perkembangan teknologi proses biodiesel saat ini menunjukkan kecenderungan pemilihan proses serta bahan baku yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan seperti HVO/HEFA maupun bahan baku limbah kelapa sawit (POME dan TKKS). Biodiesel berbasis sawit masih memiliki berbagai isu baik teknis maupun non teknis yang harus diselesaikan untuk menghadapi tantangan di pasar global.","PeriodicalId":197056,"journal":{"name":"WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128676679","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENGEMASAN MINYAK GORENG SAWIT CURAH: KENDALA DAN PELUANG PENGEMASAN PADA SKALA INDUSTRI KECIL MENENGAH","authors":"Hasrul Abdi Hasibuan","doi":"10.22302/iopri.war.warta.v27i2.32","DOIUrl":"https://doi.org/10.22302/iopri.war.warta.v27i2.32","url":null,"abstract":"Minyak goreng yang umumnya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah minyak goreng sawit dalam bentuk curah dan branded. Minyak goreng curah biasanya dijual tanpa dikemas terlebih dahulu sementara minyak goreng branded dijual dengan kemasan. Minyak goreng curah dijual oleh pedagang-pedagang di pasar tradisional relatif kurang memenuhi standar kehigienisan dibandingkan minyak yang sudah dikemas. Oleh karena itu, Pemerintah membuat kebijakan minyak goreng wajib dikemas agar mutu dan keamanan serta kesehatan minyak goreng meningkat. Program tersebut memiliki kendala dikarenakan dibutuhkan investasi, ruang produksi dan penyimpanan serta biaya distribusi yang cukup besar. Namun demikian, program ini memberikan peluang tumbuhnya industri kecil menengah (IKM) dalam pengemasan minyak goreng yang dilakukan oleh masyarakat.","PeriodicalId":197056,"journal":{"name":"WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130261463","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sachnaz Desta Oktarina, Ratnawati Nurkhoiry, R. Amalia, Iput Pradiko, Suroso Rahutomo
{"title":"DAMPAK KETIDAKPASTIAN COVID-19, IKLIM, DAN KOMPLEKSITAS LAINNYA PADA INDUSTRI KELAPA SAWIT","authors":"Sachnaz Desta Oktarina, Ratnawati Nurkhoiry, R. Amalia, Iput Pradiko, Suroso Rahutomo","doi":"10.22302/iopri.war.warta.v27i2.83","DOIUrl":"https://doi.org/10.22302/iopri.war.warta.v27i2.83","url":null,"abstract":"Upaya mempertahankan peran strategis komoditas kelapa sawit sebagai salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia memerlukan pemahaman mendalam terhadap faktor fundamental yang mempengaruhi dinamika supply dan demand komoditas ini. Di sisi supply, realisasi produksi kelapa sawit nasional pada tahun berjalan akan dipengaruhi oleh iklim dan tren pelaksanaan teknik budidaya khususnya pemupukan di lapangan bahkan sejak 1 hingga 2 tahun sebelumnya. Pada situasi terkini, hadirnya pandemi COVID-19 diduga telah menambah kompleksitas dalam upaya peningkatan produksi pada tahun 2020 dan 2021. Tidak hanya dari sisi supply, ketidakpastian tentang akhir dari pandemik COVID-19 ini juga telah mengakibatkan demand terhadap CPO menjadi lebih sulit diprediksi. Kajian ini dilaksanakan untuk mengantisipasi dampak kompleksitas faktor-faktor tersebut di tingkat produksi serta merumuskan alternatif solusinya. Analisis konten dengan kajian eksploratif digunakan untuk memberikan gambaran seberapa kuat keterkaitan antar-variabel yang menjadi fokus kajian. Proyeksi iklim, produksi, dan perbandingan year on year memberikan justifikasi tingkat perubahan yang terjadi ketika suatu faktor dipertimbangkan. Penilaian ex-ante dan ex-post tingkat pemeliharaan kebun juga menjelaskan perubahan perilaku pekebun dalam menyikapi efek jangka pendek dari pandemi. Disimpulkan bahwa pandemi COVID-19 dan anomali curah hujan akibat El Niño telah menyebabkan penurunan produksi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Faktor lain yang harus diantisipasi oleh pelaku usaha sawit adalah kebijakan peningkatan tariff barrier, rasionalisasi demand akibat kenaikan harga yang tinggi, pembatasan mobilisasi disebabkan pandemi, dan realisasi program PSR serta insentif biodiesel.","PeriodicalId":197056,"journal":{"name":"WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121047971","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"3-Monochloro-1,2-Propanediol Ester (3-MCPDE) PADA MINYAK SAWIT TERAFINASI: TINJAUAN PEMBENTUKAN, METODE ANALISIS DAN MITIGASI PENURUNAN","authors":"Serarifi Elagin Harahap","doi":"10.22302/iopri.war.warta.v27i2.74","DOIUrl":"https://doi.org/10.22302/iopri.war.warta.v27i2.74","url":null,"abstract":"3-monochloro-1,2-propanediol ester (3-MCPDE) merupakan senyawa yang dikategorikan sebagai kontaminan pada minyak nabati yang telah melalui proses rafinasi, termasuk minyak sawit terafinasi (RBD Palm Oil). 3-MCPDE memiliki dampak buruk terhadap kesehatan dalam jangka panjang karena bersifat karsinogenik. 3-MCPDE terbentuk dari adanya reaksi antara prekursor klorin dan asilgliserol yang diduga terjadi pada proses deodorisasi. Tulisan ini mengkaji tentang proses pembentukan 3-MCPDE pada minyak sawit terafinasi, metode analisisnya dan mitigasi penurunannya. Saat ini, belum ada regulasi ekspor-impor mengenai batasan maksimum kandungan 3-MCPDE pada minyak sawit terafinasi. Namun, beberapa institusi kesehatan dan pangan dunia, seperti WHO dan FAO telah melakukan kajian dampak negatif 3-MCPDE terhadap kesehatan. Pada masa mendatang, rilisnya regulasi tersebut akan memberikan dampak terhadap industri minyak sawit Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar di dunia. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan kajian mendalam mengenai 3-MCPDE agar dapat menjadi referensi bagi industri minyak sawit Indonesia. Kajian ini dapat mendukung usaha untuk memitigasi atau meminimalkan kandungan 3-MCPDE pada produk minyak sawit. Penulis berharap artikel ini dapat berkontribusi dalam meningkatkan daya saing industri sawit Indonesia.","PeriodicalId":197056,"journal":{"name":"WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit","volume":"102 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123730399","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Fadlin Qisthi Nasution, M. A. Nasution, Henny Lydiasari, Arjanggi Nasution, Ayu Wulandari
{"title":"PENCEGAHAN KOROSI PADA PABRIK KELAPA SAWIT","authors":"Fadlin Qisthi Nasution, M. A. Nasution, Henny Lydiasari, Arjanggi Nasution, Ayu Wulandari","doi":"10.22302/iopri.war.warta.v27i2.72","DOIUrl":"https://doi.org/10.22302/iopri.war.warta.v27i2.72","url":null,"abstract":"Korosi dapat didefinisikan sebagai berkurangnya logam yang diakibatkan oleh interaksi psikokimia antara logam dan lingkungannya. Korosi juga terjadi di pabrik kelapa sawit yang mengakibatkan kegagalan pada komponen-komponen mesin proses. Beberapa jenis mekanisme korosi yang terjadi di pabrik kelapa sawit di antaranya elektrokimia, kimia, biologi, dan kimia-mekanik. Oleh karena itu, dibutuhkan pencegahan korosi untuk meminimalisir biaya dan kerugian akibat gagalnya komponen akibat korosi. Untuk mencegah terjadinya kegagalan pada pabrik kelapa sawit akibat terjadinya korosi, maka dibutuhkan penanganan dan pencegahan korosi dengan melakukan pemilihan material yang tepat, modifikasi media korosif, pelapisan dan pengecekan berkala. Pengecekan berkala dilakukan dengan menggunakan metode pengujian tidak merusak (non destructive test) yang terdiri dari ultrasonic testing, magnetic particle inspection dan dye penetrant inspection untuk memperpanjang umur penggunaan dan menghindari kegagalan komponen akibat korosi.","PeriodicalId":197056,"journal":{"name":"WARTA Pusat Penelitian Kelapa Sawit","volume":"58 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131250048","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}