{"title":"PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KETERSEDIAAN PANGAN RUMAH TANGGA, DAN KONSUMSI SAYURAN PADA MASYARAKAT PENERIMA P2KP DAN NON P2KP","authors":"Rahmawati Rasidin, Prita Dhyani Swamilaksita, Vitria Melani, Putri Ronitawati, Mury Kuswari","doi":"10.14710/jnc.v12i3.36723","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i3.36723","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar belakang: Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan bagian dari Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Penerima program ini merupakan sekelompk wanita yang tergabung dalam kelompok wanita tani. Melalui program ini diharapkan masyarakat penerima program memiliki pengetahuan gizi yang lebih baik dan tercapainya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, terutama pada aspek ketersediaan dan konsumsi pangan, khususnya pada konsumsi sayuran.Tujuan: Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan gizi, ketersediaan pangan rumah tangga, dan konsumsi sayuran pada masyarakat penerima P2KP dan Non-P2KP.Metode: Penetian ini dilakukan pada bulan Maret 2021 – Agustus 2022 menggunakan analitik observasional dengan desain penelitian cross-sectional. Teknik pengambilan sampel purposive sampling sebanyak 43 penerima P2KP dan 43 Non-P2KP. Pengambilan data tingkat pengetahuan gizi menggunakan kuesioner pengetahuan gizi, pada ketersediaan pangan rumah tangga menggunakan kuesioner HFIAS (Household Food Insecurity Access Scale), serta konsumsi sayuran menggunakan kuesioner FFQ (Food Frequency Questionnaire). Analisis data menggunakan uji statistik t-test independen dan Mann-Whitney dengan tingkat kepercayaan 95%.Hasil: Pada penerima P2KP nilai rata-rata tingkat pengetahuan gizi sebesar 93,00 sedangkan pada Non-P2KP memiliki nilai rata-rata 82,10 yang menunjukkan ada perbedaan dengan nilai (p=0,001). Pada variabel ketersedian pangan rumah tangga penerima P2KP memiliki skor nilai rata-rata 2,27 dan Non-P2KP memiliki skor nilai rata-rata sebesar 5,18 dengan nilai (p=0,001). Pada variabel konsumsi sayuran, penerima P2KP mengonsumsi rata-arta 25,276 kali per bulan, sedangkan pada Non-P2KP 9,102 kali per bulan (p=0,001).Simpulan: Ada perbedaan tingkat pengetahuan gizi, ketersediaan pangan rumah tangga, dan konsumsi sayuran pada masyarakat Penerima P2KP dan Non-P2KP. ","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87795320","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"HUBUNGAN ANTARA FOOD TABOO DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL","authors":"Rifatul Imaliyah, Lirista Dyah Ayu Oktafiani, Farida Wahyu Ningtyias","doi":"10.14710/jnc.v12i3.36973","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i3.36973","url":null,"abstract":"ABSTRACTBackground: Factors that cause anemia in pregnancy include food taboos and adherence to taking iron tablets. The application of food taboos affects the diversity of food consumption so that it has an impact on meeting the need for iron. The Iron supplement program is a government effort to reduce the incidence of anemia in pregnancy.Objectives: This study aims to analyze the relationship between food taboos and compliance with consuming iron supplement tablets with the incidence of anemia in pregnant women.Methods: This type of research was survey research with a cross-sectional approach. A sample of 35 people from 37 pregnant women was selected using simple random sampling. Samples were randomly selected using software on a mobile phone. This research was conducted on September 5-23, 2022. In this study, food taboos and adherence to consuming iron supplement tablets were the independent variables, and the dependent variable was anemia in pregnant women. In this study, primary data included: general characteristics of the respondents (age, working status, education, distance between pregnancies, family income), food taboos and adherence to consuming iron supplement tablets. Primary data was collected by filling out a questionnaire and secondary data related to Hb in the second trimester of pregnant women was obtained from the MCH handbook. Bivariate analysis using chi square.Results: The results showed that 40.0% of the respondents who applied food taboos had anemia and 25.7% of them experienced anemia. Based on the results of the chi-square test, a p-value of 0.001 was obtained, which means that there is a relationship between food taboos and the incidence of anemia in pregnant women. 28.6% of respondents get anemia from 45.7% of respondents who were non-compliant in consuming iron-supplement tablets and the results of the chi-square test between adherence to consuming iron-supplement tablets and the incidence of anemia in pregnant women obtained a p-value of 0.001, which means there is a relationship between both;Conclusions: There is a relationship between food taboos and compliance with consuming iron supplement tablets with the incidence of anemia in pregnant women in the working area of Sukowono Public Health Center, Jember Regency.Keyword: Anemia; Food taboos; The adherenceABSTRAKLatar Belakang: Faktor penyebab anemia kehamilan diantaranya adalah food taboo dan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah. Penerapan food taboo mempengaruhi keberagaman konsumsi pangan sehingga berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan zat besi. Program pemberian tablet tambah darah merupakan upaya pemerintah untuk menurunkan kejadian anemia kehamilan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara food taboo dan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah dengan kejadian anemia pada ibu hamil.Metode: Jenis penelitian ini yakni penelitian survei dengan pendekatan cross-sectional. Sampel sebanyak 35 orang dari 37 ibu hamil yang dipili","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90955377","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"HUBUNGAN KONSUMSI SUPLEMEN PROTEIN DENGAN MASSA OTOT PADA ANGGOTA LEMBAH FITNESS CENTRE TAJEM, YOGYAKARTA","authors":"M. Wihelmina, Yuni Afriani, Endri Yuliati","doi":"10.14710/jnc.v12i3.37720","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i3.37720","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar belakang: Suplemen merupakan produk kesehatan yang mengandung satu atau lebih zat yang bersifat nutrisi atau obat. Pembentukan massa otot yang optimal membutuhkan zat gizi, salah satunya adalah protein.Mempunyai massa otot yang baik menjadi salah satu tujuan seseorang mengikuti latihan pada fitness centre.Tujuan: Penelitian ini bertujuan unntuk mengetahui hubungan konsumsi suplemen protein dengan massa otot pada anggota fitness centre di Lembah Fitness Centre Tajem.Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional, dengan desain cross sectional. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 40 orang anggota fitness centre yang aktif dan berusia 20 – 35 tahun. Data konsumsi suplemen diperoleh dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner konsumsi suplemen sedangkan massa otot diperoleh dari pengukuran LOLA (lingkar otot lengan atas) dan LILA (lingkar lengan atas) dengan 3 kali pengulangan. Analisa data menggunakan uji chi-square.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden tidak mengkonsumsi suplemen yaitu sebanyak 25 orang (62,5%) dan memiliki massa otot dalam kategori normal yaitu 33 orang (82,5%). Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara konsumsi suplemen dan massa otot (p > 0,05).Simpulan: Konsumsi suplemen protein tidak berhubungan dengan massa otot. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan mengendalikan variabel-variabel perancu seperti asupan protein dari makanan dan intensitas latihan. ","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77419615","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nuryanto Nuryanto, Astrid Rossalia Putri, Ekowati Chasanah, Muhammad Sulchan, Diana Nur Afifah, Pujoyuwono Martosuyono, Nazulatul G B Asmak
{"title":"PROFIL ASAM AMINO MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PROTEIN HIDROLISAT IKAN KUNIRAN","authors":"Nuryanto Nuryanto, Astrid Rossalia Putri, Ekowati Chasanah, Muhammad Sulchan, Diana Nur Afifah, Pujoyuwono Martosuyono, Nazulatul G B Asmak","doi":"10.14710/jnc.v12i3.40395","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i3.40395","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar belakang: Ikan kuniran merupakan sumber protein yang tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Agar nilai cerna protein tinggi maka dapat dilakukan hidrolisat protein.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan asam amino pada MP-ASI protein hidrolisat ikan kuniran.Metode: Penelitian eksperimen dengan design rancangan acak lengkap (RAL) dua kali ulangan. Sampel penelitian ini adalah produk MP-ASI Protein hidrolisat ikan kuniran yang di bagi menjadi tiga formula MP-ASI yaitu formulasi 1 (F1), formulasi 2 (F2) dan Fromulasi 3 (F3) dengan komposisi bahan baku protein hidrolisat ikan (PHIK), susu skim beras merah dan kacang hijau yang berbeda setiap formulasi. Variabel bebas penelitian ini adalah formulasi F1, F2 dan F3, sedangkan variabel terikat penelitian ini adalah kandungan asam amino. Analisis asam amino menggunakan metode AOAC 2005, dengan HPLC. Analisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptif dan di sajikan dalam bentuk grafikHasil: Formula MP-ASI PHIK mengandung 15 asam amino yang terdiri dari 9 asam amino esensial yaitu histidin, arginin, treonin, valin, metionin, isoleusin, leusin, fenilalanin, lisin dan 6 asam amino non esensial yaitu asam glutamat, asam aspartat, serin, glisin, alanin, dan tirosin. Kandungan asam amino esensial yang tinggi adalah leusin dan lisin sedangkan asam amino non esensial tertinggi yaitu asam glutamat yang terdapat pada F2.Simpulan: Kandungan asam amino yang tertinggi adalah leusin, lisin dan asam glutamat yang terdapat pada MP-ASI F2. ","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88501718","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Intan Yusuf Habibie, Agni Nur Imanti, Ghina Putri Dyanti, Rohis Inggrit Aprilia
{"title":"NARRATIVE LITERATURE REVIEW: MEDIA EDUKASI KALENDER BERPENGARUH TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN PERUBAHAN PERILAKU MENGENAI STUNTING DI INDONESIA","authors":"Intan Yusuf Habibie, Agni Nur Imanti, Ghina Putri Dyanti, Rohis Inggrit Aprilia","doi":"10.14710/jnc.v12i3.37648","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i3.37648","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar belakang: Berdasarkan data terakhir SSGI (Survei Status Gizi Indonesia) pada tahun 2021, stunting masuk dalam kategori sedang dengan prevalensi kejadian stunting di Indonesia sebesar 24,4%. Salah satu upaya intervensi untuk mencegah stunting dapat dilakukan dimulai dari calon pengantin dan ibu balita dengan meningkatkan pengetahuan terkait stunting. Peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku dapat dibantu dengan suatu media seperti kalender. Kalender dapat dijadikan sebagai upaya preventif yang dapat memberikan dampak positif yang dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap sehingga dapat merubah perilaku terkait upaya pencegahan kejadian stunting.Tujuan: Mengetahui efektifitas kalender dalam peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku mengenai stunting di Indonesia.Metode: Penelitian ini berupa literature review dengan metode naratif serta mengkaji dua artikel berdasarkan tujuan, metode dan hasil yang disajikan dari artikel tersebut. Pencarian artikel dilakukan dengan menggunakan artikel nasional dan internasional yang ditelusuri dengan database Google Scholar, ScienceDirect dan Academia.edu.Hasil: Hasil kajian literatur menyatakan bahwa edukasi gizi menggunakan media kalender dapat meningkatkan pengetahuan terkait stunting dan upaya pencegahan stunting. Selain itu, penggunaan media kalender dalam edukasi gizi juga dapat meningkatkan sikap terhadap perubahan perilaku, perspektif, dan praktik terhadap upaya peningkatan kesehatan pada ibu dan anak.Simpulan: Pemberian edukasi gizi kalender memiliki pengaruh dalam meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku mengenai upaya pencegahan stunting di Indonesia. ","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84172588","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN MIKRO DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 12-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RADAMATA","authors":"Adriana Inna Natara, Tri Siswati, Almira Sitasari","doi":"10.14710/jnc.v12i3.34499","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i3.34499","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar Belakang: Stunting atau pendek masih menjadi masalah gizi di negara berkembang khususnya Indonesia. Nusa Tenggara Timur merupakan daerah dengan menyumbang tingginya kasus tersebut.Tujuan: untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi makro dan mikro dengan kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Radamata, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara TimurMetode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain kasus-kontrol (case-control) yang di lakukan dengan membandingkan dua kelompok yaitu kelompok kasus sebanyak 40 balita dan kelompok kontrol sebanyak 40 balita. Pengumpulan data meliputi asupan makan balita dengan pengisin kuesioner SQ-FFQ dan menghitung hasil asupan zat gizi mikro dan makro menggunakan program nutria survey kemudian hasil dirata-rata dan bandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG).Penelitian ini menggunakan uji chi-squareHasil: Penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan signifikan antara stunting dengan asupan energi (p<0.05), asupan lemak (p<0,05) dengan nilai OR= 9.08 (95% CI=3.28-5.08) dan 3,56(95% CI 1,40 - 9,08). Balita memiliki risiko stunting 9.08 kali dan 3.56 kali lebih besar jika kekurangan asupan energi dan lemak.Simpulan: Dalam upaya penanggulangan stunting, sangat penting untuk memonitor asupan zat gizi makro khususnya jumlah energi dan lemak. ","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79275298","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Yunita Sekar Asri, Gemala Anjani, D. N. Afifah, Rachma Purwanti
{"title":"PROFIL KANDUNGAN MAKRONUTRIEN DAN GULA TAMBAHAN PADA PRODUK SUSU CAIR DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP KECUKUPAN HARIAN BATITA","authors":"Yunita Sekar Asri, Gemala Anjani, D. N. Afifah, Rachma Purwanti","doi":"10.14710/jnc.v12i3.33746","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i3.33746","url":null,"abstract":"ABSTRAK Latar Belakang: Pelabelan gizi pada produk susu cair di pasaran tidak menggunakan acuan kebutuhan yang sesuai dengan anjuran kecukupan harian batita, sehingga informasi kecukupan kandungan pada produk menjadi kurang tepat.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kandungan makronutrien dan gula tambahan pada produk susu cair dan kontribusinya sesuai anjuran kecukupan harian batita.Metode: Merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan observasional secara cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive dan memenuhi kriteria inklusi. Total sebanyak 30 sampel meliputi varian plain(n=10) dan berperisa(n=20) didapatkan melalui pembelian produk dari tiga pasar retail di wilayah Tangerang Selatan. Data kandungan makronutrien dan gula tambahan didapatkan melalui label informasi nilai gizi pada kemasan produk. Kandungan makronutrien dan gula tambahan pada sampel dibandingkan dengan kecukupan harian untuk batita.Hasil: Tiap 100ml produk susu cair plain dibandingkan susu cair berperisa memiliki rerata kandungan lemak (4,90±1,84g vs 2,8±0,89g) dan protein (3,02±0,76 vs 2,11±0,48 g). Sedangkan kandungan energi total (59,58±4,44 vs 69,06±10,51 kkal), karbohidrat total (5,04±1,01 vs 10,42±1,77 g), gula tambahan (0,15±0,47 vs 6,11±2,18 g) lebih tinggi pada susu cair berperisa.Simpulan: Secara keseluruhan kontribusi kandungan makronutrien pada produk susu cair tergolong rendah terhadap kecukupan harian batita, namun pada susu cair plain memiliki kecukupan tinggi pada kandungan protein sedangkan susu cair berperisa pada kandungan gula tambahan. ","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73461355","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"THE EFFECT OF TABURIA FORTIFICATION AND NUTRITION EDUCATION OF MOTHERS TO ON NUTRITIONAL STATUS OF 12-24 MONTHS OLD CHILDREN IN INDONESIA : RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL STUDY","authors":"Yulia Wahyuni, M. Mexitalia, M. Z. Rahfiludin","doi":"10.14710/jnc.v12i3.34518","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i3.34518","url":null,"abstract":"ABSTRACTBackground: Mother's nutritional knowledge and parents' feeding practices will influence children's eating behavior which have an impact on the child's growth.Objective: The purpose of this study was to determine the effects of Taburia fortification and nutrition education of mothers on the nutritional status of children in Waipare Public health center in East Nusa Tenggara.Materials and Methods: This study was a randomized controlled trial. A total of 180 mothers and their children aged 12-24 months who had malnourished (z-score -3 to -2). The group divided into teams were the intervention group (IG) (n=90) and the control group (CG) (n=90). The IG give intervention for three months. The mothers were given nutrition education, while their children were given taburia. The CG, mothers were given nutrition education. Data feeding rules obtained using a self-administered feeding practice-Questionnaire (FPQ). Dietary intake assessment of macronutrient and micronutrient three-day food records, nutritional status, and percentage of child's sick day was conducted before and after the intervention.Results: The result of the study showed that there was no significant difference in the mean increase (P> 0.01) between knowledge scores in IG and CG, post-intervention. Lower percentage of sickness among children in IG than CG. The average nutrient intake, WAZ (0.97±0.52), WLZ (1.02±0.42) of IG increased and was higher than CG after the intervention. The LAZ of IG increased (0.34±0.66 SD) while on the CG declined (0.27±0,31 SD).Conclusion: Thus, The Taburia fortification intervention was useful in improving WAZ, LAZ, WLZ in children who experienced malnutrition, but the intervention nutrition education of mothers can increase WAZ and WLZ. ","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88064423","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PERSEPSI PERAWAT TERHADAP INSTRUMEN SKRINING MST DAN SNST DI RSUD CIDERES","authors":"Rd. Yadi Andayani, Ibnu Zaki, F. Farida","doi":"10.14710/jnc.v12i3.36266","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i3.36266","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar belakang: Kejadian malnutrisi masih menjadi masalah di rumah sakit di Indonesia. Sebanyak 20-50% pasien mengalami malnutrisi di rumah sakit sehingga meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas, meningkatkan resiko komplikasi penyakit, memperpanjang terapi medis dan masa rawat inap sebanyak 1,6 kali. Kejadian malnutrisi di rumah sakit dapat diminimalisir apabila proses skrining gizi pasien baru dilakukan secara efektif. RSUD Cideres Kabupaten Majalengka menggunakan Malnutrition Screening Tool (MST) sebagai instrument skrining gizi. Namun penggunaan MST memiliki keterbatasan dalam mengkuantifikasikan penurunan berat badan . Simple Nutrition Screening Tool (SNST) merupakan instrumen skrining gizi yang dikembangkan menurut populasi Indonesia. Oleh karena itu instrumen SNST dapat menjadi solusi alternatif dalam mengatasi kelemahan MST.Tujuan: membandingkan persepsi perawat dalam penggunaan MST dan SNST sebagai instrument skrining gizi di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka.Metode: Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan desain penelitian deskriptif. Data penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam, kemudian dilakukan triangulasi metode dan referensi wawancara mendalam difokuskan pada pada bagaimana pemahaman, cara pandang, atau penafsiran narasumber tentang aspek kemudahan penggunaan kedua instrumen tersebut.Hasil: sebanyak lima narasumber menyatakan MST lebih unggul dibandingkan dengan SNST. Berdasarkan durasi, pelaksanaan skrining gizi dengan MST lebih singkat dibanding SNST. Lima narasumber menyatakan instrument MST lebih mudah dipelajari daripada SNST. Instrumen MST berdasarkan kebutuhan lebih sesuai jika dibandingkan SNST karena lebih sederhana sehingga lebih efisien. Sebagian narasumber menyatakan bahwa pertanyaan yang terdapat pada MST lebih tepat untuk digunakan karena lebih mudah dipahami dan di sampaikan kepada pasien.Simpulan: Penggunaan MST sebagai instrument skrining gizi lebih disukai dibandingkan dengan SNST. ","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88972811","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"ANALISIS FAKTOR DETERMINAN KEBUGARAN JASMANI REMAJA PUTRI DI MADRASAH ALIYAH","authors":"Angga Hardiansyah, Aratsia Wahdinia Alamsah, Ines Rohmattul Hinyah, Moh Arifin","doi":"10.14710/jnc.v12i2.36755","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i2.36755","url":null,"abstract":"ABSTRACT Background: Physical fitness is something that needs to be considered by teenagers because it can relate to aspects of their health. Factors of physical fitness can be influenced by several things, such as hemoglobin levels, nutritional status, percent fat, and physical activity.Objectives: The purpose of this study to determine the relationship between hemoglobin levels, nutritional status, percent fat and physical activity with the physical fitness of female adolescents at MAN 2 Kota SemarangMethods: This research was conducted using a cross-sectional design with a total sample of 87 female students. The sample was collected with proportionate stratified sampling. Data on hemoglobin levels were taken from capillary blood which were then measured using the kapiler blood with Point of Care Testing (easytouch GCHB brand), while nutritional status was measured using the BMI/U indicator, percent fat using the BIA tool and physical activity was measured using the IPAQ questionnaire. Bivariate analysis in this study used the Gamma test and multivariate used the ordinal logistic regression test.Results The results of this study showed that the samples had normal hemoglobin levels (67.8%), good nutritional status (79.3%), normal fat percentage (67.8%) and strenuous physical activity (49.4%). The results of the bivariate analysis showed that there was a relationship between hemoglobin level (p<0.001), nutritional status (p= 0.005), percent fat (p<0.001) and physical activity (p<0.001) and physical fitness of female adolescents. Conclusion: There is a relationship between hemoglobin levels, nutritional status, percent body fat and physical activity with the physical fitness of young women and what most influences the physical fitness of young women is nutritional status.Keywords: Hemoglobin level; Nutritional status; Percent fat; Physical activity; Physical fitness.ABSTRAKLatar belakang: Kebugaran jasmani merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh remaja karena dapat berhubungan dengan aspek kesehatannya. Faktor kebugaran jasmani dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kadar hemoglobin, status gizi, persen lemak dan aktivitas fisik.Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin, status gizi, persen lemak dan aktivitas fisik dengan kebugaran jasmani remaja putri di MAN 2 Kota Semarang.Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 87 orang siswi. Sampil diambil dengan menggunakan teknik proportionate stratified sampling. Data kadar hemoglobin diambil dari darah kapiler yang kemudian diukur dengan menggunakan darah kapiler metode digital (Point of Care Testing) merk easytouch GCHB, sedangkan status gizi diukur dengan menggunakan indikator Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U), persen lemak dengan menggunakan alat bioimpedance analysis (BIA) dan aktivitas fisik diukur dengan menggunakan kuesioner International Physical Activity Questionnaire ","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84081372","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}