PROSIDING PELITA BANGSA最新文献

筛选
英文 中文
Teologi Kebangsaan: Sebuah Tafsir atas Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
PROSIDING PELITA BANGSA Pub Date : 2021-12-30 DOI: 10.30995/ppb.v1i2.513
Edward Everson Hanock, Indria Samego, Martina Novalina
{"title":"Teologi Kebangsaan: Sebuah Tafsir atas Sila Ketuhanan Yang Maha Esa","authors":"Edward Everson Hanock, Indria Samego, Martina Novalina","doi":"10.30995/ppb.v1i2.513","DOIUrl":"https://doi.org/10.30995/ppb.v1i2.513","url":null,"abstract":"Since the last 2 (two) decades, Pancasila has received a sharp spotlight in the midst of its finality as the ideology of the Indonesian nation. This shows that the perspective on Pancasila has not depicted an encouraging and constructive trend. If it is specified again, then the spotlight actually leads to the first precept: \"Belief in the One Supreme God\". This first precept is always brought to the surface as a point of contention as if the discussion has not yet reached a mutual agreement from fellow com-ponents of the nation. The word 'Divinity' is the trigger. By using the qualitative-descriptive method, differences of opinion that develop in the community, both descriptively and normatively will be studied critically and constructively. It is a necessity to make the precepts of the One and Only God as a theological meeting point in the frame of national theology.  AbstrakSejak 2 (dua) dekade terakhir ini, Pancasila mendapat sorotan yang tajam di tengah finalitasnya sebagai ideologi bangsa Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa cara pandang terhadap Pancasila belum menggambarkan trend menggembirakan dan konstruktif. Bila dispesifikan lagi, maka sorotan tersebut sebenarnya mengarah pada sila pertama: “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sila pertama ini selalu diangkat ke permukaan sebagai titik tengkar, seolah-olah pembahasannya belum juga mencapai kesepakatan ber-sama dari sesama komponen bangsa. Kata ‘Ketuhanan’ menjadi pemicunya. Dengan menggunakan me-tode kualitatif-deskriptif, perbedaan-perbedaan pendapat yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, baik secara deskriptif maupun normatif akan dikaji secara kritis dan konstruktif. Adalah sebuah kenis-cayaan menjadikan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai titik temu teologis dalam bingkai teologi kebangsaan.   ","PeriodicalId":153218,"journal":{"name":"PROSIDING PELITA BANGSA","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125326988","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Makna Tarian dalam Ibadah sebagai Sarana Pemulihan Jiwa 它的意思是在崇拜中跳舞是恢复灵魂的一种手段
PROSIDING PELITA BANGSA Pub Date : 2021-12-30 DOI: 10.30995/ppb.v1i2.524
Agustin Soewitomo Putri
{"title":"Makna Tarian dalam Ibadah sebagai Sarana Pemulihan Jiwa","authors":"Agustin Soewitomo Putri","doi":"10.30995/ppb.v1i2.524","DOIUrl":"https://doi.org/10.30995/ppb.v1i2.524","url":null,"abstract":"The pattern of Church worship has undergone many developments from time to time, even from the Old Testament. In the Pentecostal and Charismatic churches, this development seems very sharp, especially in the Praise and Worship section, which on the one hand tries to accommodate the tastes of young people who follow technological developments such as the use of sound systems, lighting, music, and dance. This resulted in an uproarious form of worship, where some groups, such as older church members, felt something foreign, even far from being \"spiritual\". One of the contemporary worship instruments is the dance (tambourine player), which is still controversial among the people; there are those who can accept and there are those who do not agree that it exists. Meanwhile, dance forms continue to develop forms and expressions, as well as the use of various properties. This paper aims to provide a response in the midst of many questions: How should dance be in worship, and what is its function and role for God's people. With the observation method, both object, and literature, this study concludes that dance in worship is a way for people to express their love and respect for God so that it becomes a forum for God's fellowship with humans in the Holy Spirit, which can restore life. AbstrakPola ibadah gerejawi telah mengalami banyak perkembangan dari masa ke masa, bahkan dari masa Perjanjian Lama. Di lingkungan gereja-gereja Pentakostal dan Kharismatik, perkembangan tersebut nampak begitu tajam, khususya pada bagian Praise and Worship, yang di satu sisi mencoba mengakomo-dir selera anak muda yang mengikuti perkembangan teknologi seperti penggunaan sound system, lighting, musik, dan tarian. Hal ini menghasilkan bentuk ibadah yang gegap gempita, di mana sebagian kelompok, seperti anggota jemaat yang berusia tua merasakan hal yang asing, bahkan jauh dari kesan “rohani”. Salah satu instrumen ibadah kekinian tersebut adalah tarian (pemain rebana), yang hingga kini masih menyisakan kontroversi di antara umat; ada yang bisa menerima dan ada yang kurang menyetujui itu ada. Sementara, bentuk tarian pun terus mengalami perkembangan bentuk dan ekspresi, serta penggunaan berbagai macam properti. Makalah ini bertujuan untuk memberi tanggapan di tengah maraknya pertanyaan: Bagaimana seharusnya tarian dalam ibadah, dan apakah fungsi dan peranannya bagi umat Tuhan. Dengan metode pengamatan, baik secara objek maupun literatur, maka kajian ini sampai pada kesimpulan bahwa tarian dalam ibadah merupakan cara umat untuk mengekspresikan rasa cinta dan hormatnya kepada Allah, sehingga hal tersebut menjadi wadah persekutuan Allah dengan manusia di dalam Roh Kudus, yang dapat memulihkan hidup.   ","PeriodicalId":153218,"journal":{"name":"PROSIDING PELITA BANGSA","volume":"273 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115115400","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Agama Kristen sebagai Opium Masyarakat dan Implikasi terhadap Integrasi Nasional 基督教作为鸦片社区的影响是国家一体化
PROSIDING PELITA BANGSA Pub Date : 2021-12-30 DOI: 10.30995/ppb.v1i2.522
Friska L. Piay, Donny Stevianus, Grant Nixon
{"title":"Agama Kristen sebagai Opium Masyarakat dan Implikasi terhadap Integrasi Nasional","authors":"Friska L. Piay, Donny Stevianus, Grant Nixon","doi":"10.30995/ppb.v1i2.522","DOIUrl":"https://doi.org/10.30995/ppb.v1i2.522","url":null,"abstract":"Indonesia as the largest archipelagic country in the world with various aspects of socio-cultural pluralism will remain a symptom that must always be taken into account in realizing national integrity and unity, a plurality or national plurality is a fact of life that has become the will of God Almighty and does not interfere with each other's faith. Religion on the one hand unites groups into groups, but on the other hand, emphasizes their differences from other groups which sometimes leads to social conflict. The quote from Karl Marx which is often misunderstood that religion is opium but through descriptive qualitative methods, the author describes religion as opium (narcotics) which relieves the pain suffered by exploited people, and about the supernatural world when all sorrow ends, suffering disappears. Christians, who are also Indonesian citizens, are called to revive the idea of nationalism both within the church (internally) and in the public (external) space with noble goals, namely, although they differ in religion, Christians view people of other religions as brothers and sisters and homeland, namely the big family of the Indonesian nation.AbstrakIndonesia sebagai negara kepulauan terbesar didunia dengan berbagai segi kemajemukan sosial-budaya akan tetap menjadi gejala yang harus selalu diperhitungkan dalam mewujudkan keutuhan dan persatuan nasional, kemajemukan atau pluralitas bangsa adalah kenyataan hidup yang sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa dan tidak saling mengganggu keimanan masing-masing pemeluk agama. Agama di satu sisi mempersatukan kelompok ke dalam, tetapi di sisi lain mempertegas perbedaannya dari kelompok lain yang kadang-kadang berujung pada konflik social. Kutipan dari Karl Marx yang sering disalah artikan bahwa agama bersifat candu namum melalui metode kualitatif deskriptif, penulis mendeskripsikan agama ibarat opium (narkotika) yang menghilangkan rasa sakit yang diderita orang yang dieksploitasi dan mengenai dunia supranatural di masa segala kesedihan berakhir, secara penderitaan menghilang. Umat Kristen yang juga merupakan warga negara Indonesia, terpanggil untuk menghidupkan gagasan nasionalisme baik di dalam (internal) gereja maupun di ruang public (eksternal) dengan maksud tujuan yang mulia, yaitu meskipun berbeda dalam agama, umat Kristen memandang umat beragama lain sebagai saudara sebangsa dan setanah air, yakni keluarga besar bangsa Indonesia.   ","PeriodicalId":153218,"journal":{"name":"PROSIDING PELITA BANGSA","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114882050","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Transformasi Pembelajaran Sekolah Minggu yang Memerdekakan di Gereja pada Masa Kenormalan Baru
PROSIDING PELITA BANGSA Pub Date : 2021-12-30 DOI: 10.30995/ppb.v1i2.518
S. L. Souisa
{"title":"Transformasi Pembelajaran Sekolah Minggu yang Memerdekakan di Gereja pada Masa Kenormalan Baru","authors":"S. L. Souisa","doi":"10.30995/ppb.v1i2.518","DOIUrl":"https://doi.org/10.30995/ppb.v1i2.518","url":null,"abstract":"The Covid-19 pandemic has had an impact on various sectors of life, including religious activities. Worship and ecclesiastical ministry at a certain time must be transferred to the virtual world, including Sunday School services. After going through such a long time, finally, everyone is ready to enter the new normal. This paper aims to show a transformation of Sunday School learning in the new romantic era. Sunday School in a new era of romance. Learning in the new normal era promotes learning that is fun, effective, recreational, democratic, empathic, creative, and active, or abbreviated as so-called \"MERDEKA\". AbstrakPandemi Covid-19 telah menghasilkan dampak di berbagai sektor kehidupan, termasuk kegia- tan keagamaan. Ibadah dan pelayanan gerejawi dalam waktu tertentu harus dialihkan ke dunia virtual, termasuk pelyanan Sekolah Minggu. Setelah melewati waktu yang begitu panjang, akhirnya semua bersiap untuk masuk pada kenormalan baru (new normal). Paper ini bertujuan untuk menunjukkan sebuah transformasi pembelajaran Sekolah Minggu di era kenromalan baru. Pembelajaran di era kenormalan baru mengusung permbelajaran yang menyenangkan, efektif, rekreatif, demokratis, empatik, kreatif, dan aktif, atau disingkat “MERDEKA”.","PeriodicalId":153218,"journal":{"name":"PROSIDING PELITA BANGSA","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123759758","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Spiritualitas Kristen sebagai Dasar Implementasi HAM bagi Kaum Marginal 基督教灵性是边缘化人权实现的基础
PROSIDING PELITA BANGSA Pub Date : 2021-12-30 DOI: 10.30995/ppb.v1i2.514
S. Sujatmoko, Yehuda Indra Gunawan, A. Andri
{"title":"Spiritualitas Kristen sebagai Dasar Implementasi HAM bagi Kaum Marginal","authors":"S. Sujatmoko, Yehuda Indra Gunawan, A. Andri","doi":"10.30995/ppb.v1i2.514","DOIUrl":"https://doi.org/10.30995/ppb.v1i2.514","url":null,"abstract":"Cases of violence and discrimination against marginalized people are a condition that still often occurs in our society. In this situation, the role of spirituality becomes something fundamental in helping this social challenge, as well as with Christian spirituality, how Christians can apply human rights in this issue. The discussion in this article uses qualitative research with a literature review approach. The results of the study show that mature Christian spirituality through the source, namely the Lord Jesus, is manifested by the work of the Holy Spirit to be able to understand and interpret every teaching of God's Word, then it is applied in behavior and actions. The values of Christian spirituality in respecting God, respect for others, justice and love are the basic human rights for church members against the marginalized. Christian spirituality must touch the church, family, and school segments to continue to form church members so that they have mature Christian spirituality so that they are able to apply it to the marginalized. AbstrakKasus kekerasan dan diskriminasi kepada kaum marginal merupakan sebuah keadaan yang masih kerap terjadi di masyarakat kita. Dalam situasi ini, peran spiritulaitas menjadi sesuatu yang fundamental dalam membantu tantangan sosial ini, demikian juga dengan spiritualitas orang Kristen, bagaimana orang Kristen dapat mengaplikasikan HAM dalam persoalan itu. Pembahasan dalam artikel ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi pustaka atau literture review. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa spiritualitas Kristen yang matang melalui sumber yaitu Tuhan Yesus yang diwujudkan dengan karya Roh Kudus untuk dapat memahami dan menginterpretasikan setiap penagaja- ran Firman Tuhan, kemudian di aplikasikan dalam perilaku dan tindakan. Nilai spiritualitas Kristen dalam menghargai Allah, menghargai sesama, keadilan dan kasih menjadi dasar HAM bagi warga gereja terhadap kaum marginal. Spiritualitas Kristen harus menyentuh segmen gereja, keluarga dan sekolah untuk terus membentuk warga gereja supaya memiliki spiritualitas Kristen yang matang sehingga mampu mengaplikasikannya kepada kaum marginal.   ","PeriodicalId":153218,"journal":{"name":"PROSIDING PELITA BANGSA","volume":"94 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131391705","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
相关产品
×
本文献相关产品
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信