Edward Everson Hanock, Indria Samego, Martina Novalina
{"title":"Teologi Kebangsaan: Sebuah Tafsir atas Sila Ketuhanan Yang Maha Esa","authors":"Edward Everson Hanock, Indria Samego, Martina Novalina","doi":"10.30995/ppb.v1i2.513","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Since the last 2 (two) decades, Pancasila has received a sharp spotlight in the midst of its finality as the ideology of the Indonesian nation. This shows that the perspective on Pancasila has not depicted an encouraging and constructive trend. If it is specified again, then the spotlight actually leads to the first precept: \"Belief in the One Supreme God\". This first precept is always brought to the surface as a point of contention as if the discussion has not yet reached a mutual agreement from fellow com-ponents of the nation. The word 'Divinity' is the trigger. By using the qualitative-descriptive method, differences of opinion that develop in the community, both descriptively and normatively will be studied critically and constructively. It is a necessity to make the precepts of the One and Only God as a theological meeting point in the frame of national theology.  AbstrakSejak 2 (dua) dekade terakhir ini, Pancasila mendapat sorotan yang tajam di tengah finalitasnya sebagai ideologi bangsa Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa cara pandang terhadap Pancasila belum menggambarkan trend menggembirakan dan konstruktif. Bila dispesifikan lagi, maka sorotan tersebut sebenarnya mengarah pada sila pertama: “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sila pertama ini selalu diangkat ke permukaan sebagai titik tengkar, seolah-olah pembahasannya belum juga mencapai kesepakatan ber-sama dari sesama komponen bangsa. Kata ‘Ketuhanan’ menjadi pemicunya. Dengan menggunakan me-tode kualitatif-deskriptif, perbedaan-perbedaan pendapat yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, baik secara deskriptif maupun normatif akan dikaji secara kritis dan konstruktif. Adalah sebuah kenis-cayaan menjadikan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai titik temu teologis dalam bingkai teologi kebangsaan.   ","PeriodicalId":153218,"journal":{"name":"PROSIDING PELITA BANGSA","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"PROSIDING PELITA BANGSA","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30995/ppb.v1i2.513","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

在过去的二十年里,潘卡西拉作为印尼民族的意识形态,在其最终地位的过程中受到了强烈的关注。这说明,对潘卡西拉的看法并没有描绘出一个令人鼓舞和建设性的趋势。如果再具体说明,那么焦点实际上指向第一条戒律:“信仰独一至尊神”。第一条原则总是作为一个争论点浮出水面,就好像这个国家的其他组成部分还没有达成共同协议一样。“神性”这个词是导火索。通过使用定性-描述性方法,在社区中发展的意见分歧,描述性和规范性将被批判性和建设性地研究。在民族神学的框架中,有必要把独一上帝的诫命作为一个神学交汇点。[摘要]sejak 2 (dua) dekade terakhir ini, Pancasila mendapat sorotan yang tajam di tengah finalitasya sebagai ideology bangsa Indonesia。hallini menunjukan bahwa cara pandang terhadap Pancasila belum menggambarkan趋势menggembirakan和konstruktif。Bila dispesfikan lagi, maka sorotan tersebut sebenarya mengarah pada sila pertama:“Ketuhanan Yang Maha Esa”。这句话的意思是:“我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。”Kata ' Ketuhanan ' menjadi pemicunya。登安menggunakan me-tode kalitatif -deskriptif, perbedaan-perbedaan pendapat yang berkembang di tengaah - tengaah masyarakat, baik secara deskriptif maupun normatif akan dikaji secara kritis dan konstruktif。Adalah sebuah kenis-cayaan menjadikan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai titik temu tecologi dalam bingkai tecologi kebangsaan。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Teologi Kebangsaan: Sebuah Tafsir atas Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Since the last 2 (two) decades, Pancasila has received a sharp spotlight in the midst of its finality as the ideology of the Indonesian nation. This shows that the perspective on Pancasila has not depicted an encouraging and constructive trend. If it is specified again, then the spotlight actually leads to the first precept: "Belief in the One Supreme God". This first precept is always brought to the surface as a point of contention as if the discussion has not yet reached a mutual agreement from fellow com-ponents of the nation. The word 'Divinity' is the trigger. By using the qualitative-descriptive method, differences of opinion that develop in the community, both descriptively and normatively will be studied critically and constructively. It is a necessity to make the precepts of the One and Only God as a theological meeting point in the frame of national theology.  AbstrakSejak 2 (dua) dekade terakhir ini, Pancasila mendapat sorotan yang tajam di tengah finalitasnya sebagai ideologi bangsa Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa cara pandang terhadap Pancasila belum menggambarkan trend menggembirakan dan konstruktif. Bila dispesifikan lagi, maka sorotan tersebut sebenarnya mengarah pada sila pertama: “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sila pertama ini selalu diangkat ke permukaan sebagai titik tengkar, seolah-olah pembahasannya belum juga mencapai kesepakatan ber-sama dari sesama komponen bangsa. Kata ‘Ketuhanan’ menjadi pemicunya. Dengan menggunakan me-tode kualitatif-deskriptif, perbedaan-perbedaan pendapat yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, baik secara deskriptif maupun normatif akan dikaji secara kritis dan konstruktif. Adalah sebuah kenis-cayaan menjadikan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai titik temu teologis dalam bingkai teologi kebangsaan.   
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信