Journal of human nutrition最新文献

筛选
英文 中文
Karakteristik Organoleptik Formulasi Biskuit Berbasis Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata), Tepung Kacang Koro (Mucuna prurien), dan Tepung Sagu (Metroxilon sago) (The Organoleptic Characteristics of Biscuit Formulation with Curcubita moschata, Mucuna prurien, and Metroxilon sago Based Curcubita moschata、Mucuna瘙痒症和Metrosilon sago饼干配方的感官特征
Journal of human nutrition Pub Date : 2016-07-01 DOI: 10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.10
Rachma Wati, Rosi Novita, Ampera Miko
{"title":"Karakteristik Organoleptik Formulasi Biskuit Berbasis Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata), Tepung Kacang Koro (Mucuna prurien), dan Tepung Sagu (Metroxilon sago) (The Organoleptic Characteristics of Biscuit Formulation with Curcubita moschata, Mucuna prurien, and Metroxilon sago Based","authors":"Rachma Wati, Rosi Novita, Ampera Miko","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.10","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.10","url":null,"abstract":"Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa prevalensi status gizi anak balita di Provinsi Aceh berdasarkan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB diatas prevalensi nasional, yaitu berturut-turut 25%, 40% dan 15%. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah gizi adalah pemberian makanan tambahan pada anak balita.  Pengembangan produk biskuit dari bahan pangan lokal dapat dijadikan salah satu alternatif makanan tambahan untuk meningkatkan status gizi anak balita. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik organoleptik formulasi biskuit berbasis pangan lokal dari tepung labu kuning (Cucurbita moschata), tepung kacang koro (Mucuna prurient) dan tepung sagu (Metroxilon sago). Desain penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu kombinasi penggunaan tepung labu kuning, kacang koro dan sagu dalam formulasi biskuit. Pengujian sifat organoleptik metode hedonik merupakan parameter yang digunakan untuk menentukan formulasi biskuit yang paling disukai. Panelis yang digunakan adalah panelis semi terlatih sebanyak 30 orang. Hasil analisis sidik ragam ketiga formulasi biskuit terhadap parameter warna dan rasa biskuit menunjukkan hasil berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% (α = 0,05), sedangkan untuk parameter aroma dan tekstur tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Berdasarkan karakteristik organoleptik, formulasi biskuit yang lebih disukai oleh panelis adalah biskuit dengan kombinasi tepung labu kuning 20 gram, tepung kacang koro 10 gram dan tepung sagu 20 gram. Kata kunci : biskuit, tepung labu kuning, tepung kacang koro, tepung sagu, organoleptik  Riskesdas (2013) shows that prevelance of children under nutrition in Aceh province based on index weight for age, height for age, and weight for height are above National prevalency, comprising 25%, 40%, and 15% respectively. One of the efforts conducted to reduce nutrition problem is the adminstration of supplementary food for children. Development of biscuit from local food can be used as supplemetary food to help the unfortunate children. This research was aimed to study the  organoleptic characteristic of biscuit formulation based on local food pumpkin flour (Cucurbita moschata), koro bean flour (mucuna prurien) and sago flour (Metroxilon sago). The research design used was one factor complete randomized design, with  the combination of pumpkin flour, koro bean and sago in biscuit combination. The quality of the biscuits was assessed organolepticaly using 30 semi trained panelists.  The result of the analysis of variance of colours and flavour paramaters showed a significant difference at  95% confident interval. The analysis of variance resulted in confident interval 95% (α=0,05), while from the smell and texture parameter it does not show a significantly different result. Based on the characteristic of organoleptics, the preferrred biscuit formulation chosen by panelists is biscuit with the combination of 20 g pumpkin flour, 10 g koro bean flour ","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"3 1","pages":"91-97"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317531","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Perbedaan Kekuatan Genggam Berdasarkan Status Gizi pada Pasien DM Tipe 2 (Handgrip Strength Difference based on Nutritional Status in Type 2 Diabetic Patients) 基于营养状况的2型糖尿病患者握力差异
Journal of human nutrition Pub Date : 2016-07-01 DOI: 10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.2
Banun Rohimah, S. Sugiarto, A. Probandari, B. Wiboworini
{"title":"Perbedaan Kekuatan Genggam Berdasarkan Status Gizi pada Pasien DM Tipe 2 (Handgrip Strength Difference based on Nutritional Status in Type 2 Diabetic Patients)","authors":"Banun Rohimah, S. Sugiarto, A. Probandari, B. Wiboworini","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.2","url":null,"abstract":"Abstrak Diabetes melitus (DM) merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Kondisi malnutrisi dapat terjadi pada pasien DM. Malnutrisi menyebabkan kelainan sensorimotor dan pengecilan otot yang bervariasi pada tiap tahapannya. Penilaian penurunan kekuatan genggam disarankan sebagai metode untuk mendeteksi kekurangan gizi di bidang klinik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekuatan genggam berdasarkan status gizi IMT pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan cross sectional . Jumlah sampel adalah 153 pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam rawat jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling . Semua sampel diukur kekuatan genggam menggunakan handgrip dynamometer dan untuk Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan penimbangan berat badan menggunakan timbangan digital dan pengukuran tinggi badan menggunaan microtoise kemudian dimasukkan rumus IMT. Analisis yang digunakan yaitu uji t independen untuk mengetahui perbedaan nilai rerata kekuatan genggam, perhitungan koefisien korelasi P earson untuk mengetahui hubungan kekuatan genggam dengan IMT, dan model regresi linear untuk prediksi skor dari karakteristik ke variabel kekuatan genggam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 153 subjek memiliki rentang usia 38-68 tahun dengan rata-rata 56±7,13 tahun. Terdapat perbedaan kekuatan genggam berdasar jenis kelamin dan pekerjaan pada status gizi baik dan kurang, sedangkan perbedaan kekuatan genggam berdasar pendidikan hanya pada status gizi baik. Nilai kekuatan genggam antara status gizi kurang vs. status gizi baik = 22,28±9,69 kg vs. 22,98±8,27 kg (p=0,807). Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kekuatan genggam antara status gizi kurang dan status gizi baik berdasarkan IMT pada pasien DM tipe 2. Kata kunci : Kekuatan genggam, IMT, DM Tipe 2 Abstract Diabetes mellitus is a major health problem. Malnutrition is common among diabetic patients. Malnutrition may cause sensory motor disorders and muscle wasting in varying degrees. Handgrip strength (HGS) asessment is recommended to detect undernutrition in clinical practice. The aim of this study was to determine the HGS in type 2 diabetic patients. This was an observational study with cross sectional design. 153 type 2 diabetes outpatients of internal medicine clinic in Dr Moewardi Hospital, Surakarta were recruited using purposive sampling technique. HGS level was measured using handgrip dynamometer. The bodyweight and height were measured using digital weight scale and microtoise, respectively. The body mass index (BMI) was determined from body weight in kilograms divided by the square of height in meters. Independent sample t test was used to determine the difference of HGS level based of BMI index; Pearson correlation coefficient  measures the correlation between HGS and BMI while linear regression models were used to predict score from characteristic to HGS variable. Overall, 153 type 2 d","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"2675 1","pages":"9-19"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317666","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Mi “Mocafle” Peningkatan Kadar Gizi Mie Kering Berbasis Pangan Lokal Fungsional (Mocafle Noodle to Increase the Nutritional Level of Dry Noodles as Fuctional Local Food Based) 营养面条以当地食物为基础的干面条增加营养水平。
Journal of human nutrition Pub Date : 2016-07-01 DOI: 10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.4
L. S. Aliya, Yosfi Rahmi, Setyawati Soeharto
{"title":"Mi “Mocafle” Peningkatan Kadar Gizi Mie Kering Berbasis Pangan Lokal Fungsional (Mocafle Noodle to Increase the Nutritional Level of Dry Noodles as Fuctional Local Food Based)","authors":"L. S. Aliya, Yosfi Rahmi, Setyawati Soeharto","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.4","url":null,"abstract":"Abstrak Berdasarkan Riskesdas 2010, prevalensi balita Kurang Energi Protein (KEP) sebesar 17,9%. Penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal sebanyak 40,7%, sedangkan untuk protein sebanyak 37%. Salah satu cara mengatasi KEP antara lain dengan diversifikasi pangan terutama di daerah rawan pangan ataupun masyarakat berdaya beli rendah. Pangan lokal fungsional yang bisa diupayakan adalah mocaf karena karbohidratnya tinggi dan lele karena proteinnya tinggi. Ketersediaan mocaf dan lele cukup melimpah dan mudah didapat. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan formulasi tepung mocaf dan tepung lele pada produk Mie Kering “Mocafle” dapat diterima secara mutu fisik maupun mutu organoleptik dan terdapat peningkatan kadar zat gizinya. Metode penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 taraf perlakuan dan 5 kali replikasi. Taraf perlakuan berdasarkan proporsi tepung terigu, tepung mocaf, tepung tapioka, dan tepung lele dengan perbandingan P0 (100%; 0%; 0%; 0%), P1 (40%; 40%; 20%; 0%), P2 (35%; 40%; 20%; 5%), P3 (30%; 40%; 20%; 10%), dan P4 (25%; 40%; 20%; 15%). Parameter yang diamati adalah daya putus mie, rasa, warna, aroma, tekstur, karbohidrat, protein, lemak, dan kadar air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan penilaian terbaik panelis, mie “Mocafle” dengan formulasi tepung terigu 35%, tepung mocaf 40%, tepung tapioka 20%, dan tepung lele 5% secara mutu fisik dan mutu organoleptik relatif sama dengan mie kontrol, secara kandungan gizi proteinnya sedikit lebih rendah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dapat mewujudkan suatu produk berbahan dasar pangan lokal fungsional yang dapat diterima oleh masyarakat dan pemanfaatan mocaf dapat mengurangi ketergantungan kepada terigu. Kata kunci : tepung mocaf, tepung lele, mie kering, pangan lokal Abstract Based on Riskesdas 2010, the prevalence of toddler’s Protein Energy Deficiency (PEM) was accounting for 17.9%. Indonesian people consume under the minimal requirements as much as 40.7% for energy and 37% for protein. One of the ways to overcome PEM is food diversification, especially in food insecure areas and has low purchasing power. Local functional foods that could be secured are mocaf because of its high carbohydrate and catfish because of its high protein. The availability of mocaf and catfish is relatively abundant and easily obtained. The purpose of this research is to prove mocaf flour and catfish flour formulations on dried noodles \"Mocafle\" acceptable in their physical quality and organoleptic quality and to increase the nutritional quality. Research methods were completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 5 replications. Treatment was based on the proportion of wheat flour, mocaf flour, tapioca flour, and catfish flour with comparison P0 (100%:0%:0%:0%), P1 (40%: 40%: 20%: 0%), P2 (35%: 40%: 20%: 5%), P3 (30%: 40%: 20%: 10%), and P4 (25%: 40%: 20%: 15%). Parameters measured were breaking power of noodle, taste, color, flavor, texture, ca","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"3 1","pages":"32-41"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317939","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 5
Ketersediaan dan Keragaman Pangan serta Tingkat Ekonomi sebagai Prediktor Status Gizi Balita (The Availability and Diversification of Food as Well as Economic Status as the Predictor of Nutritional Status of Children Under 5 Years Old) Ketersediaan和Keragaman Pangan和Tingkat Ekonomi作为Gizi Balita的预测地位(食物的可获得性和多样性以及经济状况作为5岁以下儿童营养状况的预测因素)
Journal of human nutrition Pub Date : 2016-07-01 DOI: 10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.9
N. N. Wirawan, W. Rahmawati
{"title":"Ketersediaan dan Keragaman Pangan serta Tingkat Ekonomi sebagai Prediktor Status Gizi Balita (The Availability and Diversification of Food as Well as Economic Status as the Predictor of Nutritional Status of Children Under 5 Years Old)","authors":"N. N. Wirawan, W. Rahmawati","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.9","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.9","url":null,"abstract":"Penyebab tidak langsung dari masalah gizi balita adalah ketersediaan pangan dan keragamannya. Ketersediaan dan keragaman pangan ini tidak terlepas dari tingkat sosial ekonomi keluarga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dari keragaman pangan, ketersediaan pangan, dan tingkat ekonomi dengan status gizi balita di Kota Malang. Penelitian cross-sectional dengan metode multistage sampling pada 57 kelurahan di kota Malang dilakukan pada 115 keluarga yang mempunyai balita pada tahun 2014. Keragaman pangan tingkat rumah tangga diukur dengan kuesioner Household Dietary Diversity Score (HDDS), ketersediaan pangan rumah tangga dengan Household 7-days-food record, tingkat ekonomi dengan indikator jenis dan total pendapatan, persen pengeluaran untuk pangan (%PP) serta status gizi balita dengan indikator z-skor BB/TB, BB/U, dan TB/U. Analisis dilakukan dengan uji korelasi Spearmann/Pearson dan Fisher’s exact.  Rata-rata usia balita adalah 24,22 ± 15,74 bulan terdiri dari laki-laki 61 (53%) dan 54 (47%) perempuan. Prevalensi balita kurus 12,17%, pendek 26,09%, dan berat badan kurang 11,3%. Median HDDS adalah 9 dengan ketersediaan energi/kapita/hari sebesar 983,28 (631,58; 2210,97) kkal/kapita/hari. Rata-rata total pendapatan per rumah tangga adalah Rp.1.176.576±1,94 dan Rp.374.47±1,9 per kapita. Adapun %PP  sebesar 59,13±1,8%. Terdapat hubungan negatif antara z-skor BB/TB dan HDDS dengan dengan %PP (p=0.042, r=-0.19 dan p=0,002 dan r=-0,29) serta hubungan positif antara HDDS dengan jumlah pendapatan (p<0,001 dan r=0,378). Z-skor BB/TB juga mempunyai hubungan dengan jenis pendapatan (p<0,05). Kesimpulannya bahwa ada hubungan antara keragaman pangan dan pendapatan (jumlah dan jenis) dengan Z-skor BB/TB sehingga hal ini dapat digunakan sebagai prediktor status gizi. Kata Kunci: Keragaman pangan; ketersediaan pangan; status gizi; HDDS The underlying cause of malnutrition among children under the age of five is food availability and food diversity. These factors are related to economic level of the household. The aim of this study was to assess the correlation betwen food availability and diversity as well as economic status and nutritional status of children under five in Malang City. A cross-sectional study with multistage sampling method from 57 villages in Malang city was conducted among 115 households having underfive age children in 2014. Food diversity was measured using  Household Dietary Diversity Score questionnaire (HDDS), household food availability using Household 7-day-food record, economic status using the indicator types of income, total income, and proportion of food expenditure (%FE). WHZ, WAZ and HAZ were used to determine nutritional status. Analisis was performed by Spearmann/Pearson correlation and Fisher’s exact.  The average age of children was 24,22 ± 15,74 months, consisting of 61 (53%) male and 54 (47%) female. Prevalence of wasting was 12,17%, stunting 26,09% and underweight 11,3%. Median HDDS was 9, food availaib","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"3 1","pages":"80-90"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317970","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 9
Hubungan Konsumsi Minuman Berpemanis dengan Kejadian Kegemukan pada Remaja di SMP Negeri 1 Bandung (Correlation of Sweetened-Drink Consumption with Obesity Prevalence in Adolescence in State Secondary School 1 Bandung) 万隆第一中学青少年期甜味饮料消费与肥胖患病率的相关性
Journal of human nutrition Pub Date : 2016-06-30 DOI: 10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.4
Mayesti Akhriani, E. Fadhilah, Fuadiyah Nila Kurniasari
{"title":"Hubungan Konsumsi Minuman Berpemanis dengan Kejadian Kegemukan pada Remaja di SMP Negeri 1 Bandung (Correlation of Sweetened-Drink Consumption with Obesity Prevalence in Adolescence in State Secondary School 1 Bandung)","authors":"Mayesti Akhriani, E. Fadhilah, Fuadiyah Nila Kurniasari","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.4","url":null,"abstract":"Abstrak Minuman berpemanis adalah minuman yang ditambahkan gula sederhana selama proses produksi sehingga dapat menambah kandungan energi, tetapi memiliki sedikit kandungan zat gizi lain. Minuman berpemanis di Indonesia mengandung 37-54 gram gula dalam kemasan saji 300-500 ml. Jumlah kandungan gula ini melebihi 4 kali rekomendasi penambahan gula yang aman pada minuman, yaitu 6-12 gram dan menyumbang energi 310-420 kkal. Konsumsi berlebih minuman berpemanis mungkin dapat menjadi penyebab dari kegemukan. Kegemukan adalah akibat dari berlebihnya asupan energi dibandingkan penggunaan energi sehingga terjadi penyimpanan berlebih lemak tubuh di jaringan adiposa. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan konsumsi minuman berpemanis dengan kejadian kegemukan remaja di SMP Negeri 1 Bandung. Data diperoleh dari cross-sectional study dengan jumlah responden 100 siswa kelas VIII pada November 2014. Responden berumur 12-14 tahun dengan status gizi IMT/U >-2,00 SD. Data konsumsi minuman berpemanis diperoleh dari metode wawancara dengan menggunakan Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaires (SQ-FFQ) selama satu minggu. Status gizi kegemukan menggunakan indikator IMT/U. Hasil uji statistik univariat didapatkan bahwa rata-rata konsumsi minuman berpemanis sebesar 60,43 gram (±36,31SD) menyumbangkan 19,04% energi dari rata-rata total energi responden 1754,089 kkal, sedangkan rata-rata status gizi berdasarkan IMT/U adalah 0,149 (±1,016SD) dan kejadian kegemukan sebesar 21% dari seluruh responden. Kesimpulan berdasarkan uji korelasi Pearson , tidak ada hubungan antara konsumsi minuman berpemanis dan kejadian kegemukan pada remaja di SMP Negeri 1 Bandung (p>0,05). Kata kunci : minuman berpemanis, remaja, kegemukan Abstract Sugar-sweetened drinks are drinks that are added with sugar during production process and contribute to energy content but have less nutrients. Sugar-sweetened drinks in Indonesia contained 37-54 gram (gms) sugar for 300-500 ml serving. This sugar content exceeds 4 times the recommended added sugar for drinks, that is 6-12 gram and has contributed in 310-420 energy calories. Excessive sugar-sweetened drinks may cause overweight. Overweight is a  condition when energy consumption was exceeding energy expenditure, therefore there will be an excessive fat storage in adipose tissue. The aim of this research is to find the correlation between sugar-sweetened drinks consumption and overweight i n adolescents. This research was a cross-sectional study with 100 subjects from second grade and held on November 2014. Subjects were aged from 12 to 14 years, and had z-score more than -2 SD. Sugar-sweetened drinks consumption was obtained by the interview with Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaires (SQ-FFQ) for a week. Overweight status was measured by using BMI for age z-score. The unvaried statistic result show that average of sugar-sweetened drinks consumption was 60,43 gram (±36,31SD) and it contributed to 19,04% energy from the average subje","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"3 1","pages":"29-40"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317634","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 6
Densitas Energi dan Sajian Karbohidrat Makanan Tradisional dan Modern di Kota Malang (Energy Density and Carbohydrate Serving on Traditional and Modern Food in Malang) 贫困城市传统与现代食品中的能量密度与碳水化合物
Journal of human nutrition Pub Date : 2016-06-30 DOI: 10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.2
Dian Handayani, Nurrika Azizah, Hanif Setiyawan, W. Rahmawati
{"title":"Densitas Energi dan Sajian Karbohidrat Makanan Tradisional dan Modern di Kota Malang (Energy Density and Carbohydrate Serving on Traditional and Modern Food in Malang)","authors":"Dian Handayani, Nurrika Azizah, Hanif Setiyawan, W. Rahmawati","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.2","url":null,"abstract":"Abstrak Obesitas dan diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan yang berhubungan erat dengan asupan makanan terutama energi dan karbohidrat. Tingginya prevalensi obesitas dan diabetes mellitus di Jawa Timur, terutama di Kota Malang, tidak diimbangi dengan ketersediaan informasi tentang kandungan energi dan zat gizi pada makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan densitas energi dan sajian karbohidrat pada makanan tradisional dan modern di Kota Malang. Kandungan energi dan karbohidrat dalam tiap bahan makanan dianalisis menggunakan software Nutrisurvey . Densitas energi dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan total energi pada makanan dibagi berat total makanan. Sajian karbohidrat dihitung dengan membagi total karbohidrat pada makanan dengan konstanta carbohydrate counting yaitu 15. Analisis statistik menggunakan SPSS 16 dengan independent t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa densitas energi pada makanan modern secara signifikan lebih tinggi dibanding makanan tradisional (1,87 ± 0,63 vs 1,46 ± 0,43, p=0,004). Untuk sajian karbohidrat pada makanan modern dan tradisional tidak terdapat perbedaan yang signifikan (3,53 ± 2,28 vs 4,54 ± 2,28, p=0,093). Namun, terdapat tren bahwa sajian karbohidrat makanan tradisional lebih tinggi daripada makanan modern. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang berharga bagi masyarakat. Kata kunci : Densitas energi, sajian karbohidrat, carbohydrate counting , makanan tradisional, makanan modern. Abstract Obesity and diabetes mellitus are health problems related to food intake, especially energy and carbohydrates. The high prevalence of obesity and diabetes mellitus in East Java, even in Malang is not properly balanced with the availability of information about the energy and nutrient on food. This study aims to determine differences of energy density and carbohydrate served in traditional and modern food in Malang. Energy and carbohydrate content in each food material was analyzed using software Nutrisurvey. Energy density is calculated using the formula of calculating the total amount of energy in food divided by the total weight of the food. Carbohydrate serving is calculated by dividing the total carbohydrate on food with carbohydrate counting constant of 15. Statistical analysis used SPSS 16 with Independent T-Test. The results of this study show that the energy density in the modern food was significantly higher than that of traditional food (1,87±0,63 vs 1,46±0,43, p=0,004). There is no significant difference on carbohydrate serving between modern and traditional food (3,53±2,28 vs 4,54±2,28, p=0,093). But, the trend of carbohydrate serving shows that the traditional food is higher than modern food. It is expected that this research finding is highly valuable for it provides the information regarding food energy density and carbohydrate content for obese and diabetic patients. Keywords: Energy density, carbohydrate serving, carbohydrate counting, traditiona","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"3 1","pages":"11-18"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317114","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Asupan Serat dan Tekanan Darah WUS Madura Penderita Tekanan Darah Tinggi di Malang (Fiber Intake and Blood Pressure among Madurese People Residing in Malang) WUS血压协会马杜拉纤维摄入量与贫困地区糖尿病患者血压
Journal of human nutrition Pub Date : 2016-06-30 DOI: 10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.1
Novita Sari, W. Rahmawati, F. Nugroho, N. N. Wirawan
{"title":"Asupan Serat dan Tekanan Darah WUS Madura Penderita Tekanan Darah Tinggi di Malang (Fiber Intake and Blood Pressure among Madurese People Residing in Malang)","authors":"Novita Sari, W. Rahmawati, F. Nugroho, N. N. Wirawan","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.1","url":null,"abstract":"Abstrak Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kejadian obesitas sentral pada suku Madura lebih tinggi dibandingkan suku Jawa. Obesitas sentral meningkatkan risiko kejadian penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi. Menurut Riskesdas, 2013, prevalensi kurang makan buah dan sayur di Jawa Timur adalah 90,5%. Konsumsi rendah serat memiliki risiko menderita hipertensi 4,5 kali lebih besar dibandingkan dengan sampel yang mengkonsumsi serat cukup. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan asupan serat dan tekanan darah pada Wanita Usia Subur (WUS) dengan tekanan darah tinggi di Kecamatan Kedungkandang. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional . Sampel pada penelitian ini adalah WUS usia 19-44 tahun sebanyak 48 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling . Analisis menggunakan uji korelasi Spearman dengan tingkat kemaknaan 95%. Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat sampel yang asupan seratnya sesuai dengan anjuran. Hasil uji korelasi Spearman , hubungan antara asupan serat dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik tidak bermakna secara statistik (p=0,787 ; p=0,521). Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan serat dengan tekanan darah.  Kata kunci : asupan serat, tekanan darah Abstract Previous research which was conducted in Madurese and Javanese ethnic groups showed that the incidence of central obesity in Madurese ethnic group was higher than the Javanese. Central obesity increases the risk of incidence of degenerative diseases such as high blood pressure. According to Riskesdas, 2013, the prevalence of eating less fruit and vegetables in East Java were about 90.5%. People with low consumption of dietary fiber have a risk of suffering from hypertension, 4.5 times greater than the respondents with enough dietary fiber. The purpose of this study was to determine the correlation of dietary fiber intake with blood pressure in WUS with high blood pressure in Kecamatan Kedungkandang. The design of this study was a descriptive cross sectional analytic approach. Respondents in this study were 19-44 years of age WUS as many as 48 people. Respondents retrieval technique using purposive sampling technique. Analysis using Spearman correlation test with significance level of 95%. The result of the research showed that the respondents did not consume the appropriate dietary fiber intake. Spearman correlation test results, shown the correlation between dietary fiber intake with systolic and diastolic blood pressure were not statistically significant (p = 0.787 ; p = 0.521). It can be concluded that there was no statistical relationship between dietary fiber intake with blood pressure, but there was a trend where more and more dietary fiber intake, the lower the systolic and diastolic blood pressure at WUS with pre hypertension and hypertension. Keywords : dietary fiber intake, blood pressure","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"3 1","pages":"1-10"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68316679","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 3
Sensitifitas dan Spesifisitas IMT dan Lingkar Pinggang-Panggul dalam Mengklasifikasikan Kegemukan pada Wanita (Sensitivity and Specificity of Body Mass Index and Waist-Hip-Ratio in Classifying Obesity on Woman) 体重指数和腰臀比对女性肥胖分类的敏感性和特异性
Journal of human nutrition Pub Date : 2016-06-30 DOI: 10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.6
N. N. Wirawan
{"title":"Sensitifitas dan Spesifisitas IMT dan Lingkar Pinggang-Panggul dalam Mengklasifikasikan Kegemukan pada Wanita (Sensitivity and Specificity of Body Mass Index and Waist-Hip-Ratio in Classifying Obesity on Woman)","authors":"N. N. Wirawan","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.6","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.01.6","url":null,"abstract":"Abstrak Persen lemak tubuh merupakan indikator paling tepat untuk mengidentifikasi kegemukan namun memerlukan alat yang relatif mahal dan untuk pengukuran tebal lemak bawah kulit memerlukan keterampilan pengukur yang tinggi. Indikator yang sering digunakan dalam penentuan kegemukan di masyarakat adalah Indeks Masa Tubuh (IMT), Lingkar pinggang (Lipi), dan rasio lingkar pinggang panggul (RLPP). Namun uji sensitifitas dan spesifisitas ketiga parameter tersebut terhadap hasil pengukuran persen lemak tubuh perlu dilakukan. Sebanyak 185 subyek wanita usia 20-49 tahun dipilih secara convenience . Persen lemak tubuh didapatkan dari pengukuran tebal lemak suprailiac dengan skinfold caliper dan dihitung dengan rumus Sirri dan Durnin Womersly . Uji sensitifitas dan spesifisitas dilakukan menggunakan Receiver Operator Characteristic Curve (ROC). Cut-off persen lemak tubuh yang digunakan untuk mengklasifikasikan kegemukan adalah ≥32% dan ≥28%. Diagnostic power dari pengukuran IMT, Lipi, dan RLPP ditentukan berdasarkan area di bawah kurva (area under the curve (AUC)). Median IQR usia responden adalah 33 (27; 44), rata-rata IMT 24,49±0,01; Lipi 79,27±1,15, dan RLPP 0,83±0,085. Berdasarkan kurva ROC maka IMT dan lingkar pinggang mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi kegemukan yang sangat baik (AUC >0,9) dibandingkan dengan RLPP (AUC 0,79-0,8) sehingga RLPP mempunyai validitas lebih rendah dibanding IMT dan Lipi. Penggunaan cut-off IMT 25 kg/m 2 dalam mengklasifikasikan kegemukan mempunyai nilai spesifisitas yang sangat baik (97%) namun sensitifitas jelek (60%).  Adapun Lipi  dengan cut-off 80 cm mempunyai spesifisitas 98% dan sensitifitas 70%; RLPP dengan cut-off 0,8 mempunyai sensitifitas dan spesifisitas tingkat sedang (70% dan 70%). Sehingga direkomendasikan cut-off dengan sensitifitas dan spesifisitas optimal untuk IMT adalah 21,41-22,7 kg/m 2 dan 73,9-76,08 cm untuk Lipi. Kata kunci: s ensitifitas, kegemukan, lingkar pinggang, RLPP, IMT. Abstract Percent body fat is the most appropriate indicator for identifying obesity. However this indicator requires sophisticated instruments and a high skillful personel. Some alter native indicators mostly used in community are body mass index (BMI), waist circumference (WC) and waist hip ratio (WHR). This study aims to assess sensitivity and specificity of these three indicators by comparing with two percent body fat (BF) cut-off, i.e. 32% and 28%. A total of 185 female subjects aged 20-49 years old was selected using convenience sampling. BF was derived from suprailiac skinfold thickness that was measured by using skinfold caliper and calculated using Sirri and Durnin Womersly formula. Sensitivity and specificity were performed by Receiver Operator Characteristic Curve (ROC). Diagnostic power from BMI, WC and WHR was defined based on the area under the curve (AUC). Median IQR of respondents ages was 33 (27; 44) years with the mean±SD of BMI was 24,49±0,01 kg/m 2 ; WC 79,27±1,15cm and WHR 0,83±0,085. BMI and WC ha","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"3 1","pages":"49-59"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317234","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Peningkatan Kadar Kalsium dengan Penambahan Tepung Wijen pada Cake Ampas Tahu 通过向已知Ampas缓存添加Virgin Borders来提高钙率
Journal of human nutrition Pub Date : 2015-12-31 DOI: 10.21776/UB.IJHN.2015.002.02.5
Yudi Arimba Wani, Amelia Farina, E. Wahyuni
{"title":"Peningkatan Kadar Kalsium dengan Penambahan Tepung Wijen pada Cake Ampas Tahu","authors":"Yudi Arimba Wani, Amelia Farina, E. Wahyuni","doi":"10.21776/UB.IJHN.2015.002.02.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2015.002.02.5","url":null,"abstract":"Abstrak Tiga puluh persen lebih anak di Indonesia memiliki rata-rata konsumsi energi dan protein di bawah 70% Angka Kecukupan Gizi (AKG). Selain itu, asupan kalsium anak usia sekolah masih rendah yaitu 246,5 mg dari 1000 mg per hari. Maka, diperlukan upaya perbaikan dengan pembuatan produk pangan yang difortifikasi bahan makanan tinggi kalsium. Salah satu bahan makanan tinggi kalsium yang mudah didapatkan di Indonesia adalah wijen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kadar kalsium dan mutu organoleptik cake ampas tahu dengan penambahan tepung wijen. Penelitian ini merupakan True Experimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang dilakukan dengan 4 perlakuan dan 6 replikasi. Perlakuan yang diterapkan berdasarkan proporsi penambahan tepung wijen, yaitu P0 (tanpa penambahan), P1 (penambahan 30 g), P2 (penambahan 40 g), P3 (penambahan 50 g). Kadar kalsium cake diukur dengan metode spectrophotometri . Pengujian mutu organoleptik cake menggunakan Hedonic Scale Test , dengan 50 orang panelis dari siswa kelas 5 Sekolah Dasar, untuk melihat atribut rasa, aroma, warna, dan tekstur. Penelitian ini membuktikan perbedaan signifikan kadar kalsium pada semua perlakuan (p 0,05). Produk yang paling disukai adalah P2 berkadar kalsium 415,54 mg, memenuhi 41,5% AKG/100 g. Sehingga, penambahan tepung wijen pada cake ampas tahu memberikan perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kadar kalsium dan mutu organoleptik (rasa, aroma, tekstur) cake ampas tahu. Kata kunci : kalsium, cake ampas tahu, tepung wijen, mutu organoleptik Abstract More than one third of Indonesian children lacked their intake of energy and protein which is less than 70% of nutritional adequacy level. Besides, they have low calcium intake which accounts for 246,5 mg of 1000 mg daily. Thus, it’s necessary to make a product which is fortified by calcium rich foods. Sesame is one of them that is easily obtained in Indonesia. This study aimed to find out the difference of increased level of calcium content and organoleptic qualities of product. this study was conducted using true experimental design with completely randomized design which was done in 4 groups and 6 repetition. The groups were distinguished based on the proportion of sesame flour addition: P0 (0 g), P1 (30 g), P2 (40 g), P3 (50 g). Calcium content was determined by spectrophotometry method. Organoleptic qualities was determined using Hedonic Scale Test in 50 panelists of the fifth grade elementary school children to assess their experiences of sensory attributes of products as taste, aroma, colour, and texture. This study showed the addition of sesame flour to cake with tofu waste had a significant difference on the calcium level (p 0,05). The most preferred product of this study was P2 that contained 415,54 mg of calcium and met 41,5% of nutritional adequacy rate per 100 g of cake. Finally, the addition of sesame flour on cake with tofu waste had a significant difference to the rise of calcium level a","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"2 1","pages":"101-107"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68316885","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 4
Formulasi Food Bar Tepung Bekatul dan Tepung Jagung sebagai Pangan Darurat 沥青棒和玉米粉的配方作为紧急食品
Journal of human nutrition Pub Date : 2015-12-31 DOI: 10.21776/UB.IJHN.2015.002.02.1
Inggita Kusumastuty, Laily Fandianty, Arliek Rio Julia
{"title":"Formulasi Food Bar Tepung Bekatul dan Tepung Jagung sebagai Pangan Darurat","authors":"Inggita Kusumastuty, Laily Fandianty, Arliek Rio Julia","doi":"10.21776/UB.IJHN.2015.002.02.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2015.002.02.1","url":null,"abstract":"Abstrak Pangan darurat merupakan pangan yang dalam keadaan darurat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sebesar 233-250 kkal/50 gram bahan. Salah satu contoh produk pangan darurat adalah food bar . Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan food bar ini berasal dari tepung bekatul dan tepung jagung. Bekatul dan jagung dipilih karena selama ini pemanfaatan bekatul masih terbatas untuk pangan, padahal kandungan gizinya dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan suatu produk food bar . Sementara itu jagung dipilih karena jagung merupakan penyumbang terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi food bar dari tepung bekatul dan tepung jagung yang sesuai syarat pangan darurat dan daya terima produk. Penelitian ini menggunakan desain true experiment dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perbandingan tepung bekatul dan tepung jagung yang diterapkan adalah 10:90, 20:80, 30:70, 40:60, 50:50. Uji yang dilakukan adalah uji Kruskall Wallis dan uji Man Whitney dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi food bar berbahan baku tepung bekatul dan tepung jagung tidak berbeda terhadap parameter mutu gizi protein (p=0,187), lemak (p=0,852), karbohidrat (p=0,114), akan tetapi memberikan perbedaan yang signifikan terhadap parameter mutu organoleptik rasa (p=0,004), aroma (p=0,016), tekstur (p=0,005), warna (p=0,004). Maka food bar yang tepat sesuai syarat pangan darurat dan baik daya terimanya adalah food bar dengan tepung bekatul : tepung jagung (10:90) yang mengandung energi 232,43 kkal, protein 6,35 gram, lemak 9,41 gram dan karbohidrat 30,58 gram dalam 50 gram bahan serta memiliki tingkat kesukaan “suka” pada rasa, aroma dan tekstur, dan tingkat kesukaan “sangat suka” pada warna. Kata kunci : pangan darurat, food bar, bekatul, jagung, mutu gizi. Abstract Emergency food products are food in emergency situation that are expected to meet requirements of 233-250 kcal/50 grams food. One of the forms of emergency food product is food bar. Materials used in this research were rice bran flour and corn flour. This study aims to determine the food bar formulation of rice bran flour and corn flour that is appropriate with emergency food product requirements and product acceptance. True experiment with a completely randomized design (CRD) were used in this study. The independent variables were amount of wheat flour (100%) and amount of rice bran flour: corn flour (10:90, 20:80, 30:70, 40:60, 50:50), while the dependent variable was the value of macronutrients (protein, fat, carbohydrate) and physical quality (texture, flavor, color, scent). Statistical test used k ruskall W allis and M a n n -Whitney with level of credibility 95%. The results showed that the formulation of food bar from rice bran flour and corn flour did not have any difference with nutritional quality parameters of protein (p=0,187), fat (p=0,852), carbohydrate (p=0,114), but had a significant difference with organ","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"2 1","pages":"68-75"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68316652","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 14
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
相关产品
×
本文献相关产品
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信