{"title":"Validitas Estimasi Tinggi Badan berdasarkan Tinggi Lutut pada Lansia di Kota Malang (Validity of Height Estimation based on Knee Height in the Elderly in Malang)","authors":"Wulan Sari Nur Azkiyah, Dian Handayani, Holipah","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.02.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.02.5","url":null,"abstract":"Abstrak Pengukuran antropometri lansia pada dasarnya sama dengan usia lainnya, tetapi terkadang memerlukan cara yang berbeda untuk memberikan hasil yang lebih tepat karena perubahan fisiologi. WHO menekankan pentingnya persamaan yang tepat pada setiap negara dalam memprediksi tinggi badan lansia. Di Indonesia, beberapa studi mengenai persamaan tinggi lutut telah dilakukan, namun belum banyak dilakukan penerapannya untuk keakuratan pada suatu daerah. Analisis dari persamaan Chumlea I, Oktavianus, dan Fatmah kemungkinan akan menimbulkan hasil yang berbeda jika diterapkan di Kota Malang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis validitas prediksi tinggi badan berdasarkan tinggi lutut menggunakan persamaan Chumlea I, Oktavianus, dan Fatmah serta merumuskan suatu model persamaan prediksi tinggi badan berdasarkan tinggi lutut pada lansia di Kota Malang. Penelitian cross sectional ini menggunakan 123 responden (69 laki-laki dan 54 perempuan) dengan usia 60-80 tahun yang dipilih dengan teknik purposive sampling . Kemudian peneliti melakukan perhitungan tinggi badan estimasi berdasarkan tinggi lutut menggunakan persamaan Chumlea I, Oktavianus, dan Fatmah. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan antara rata-rata tinggi badan aktual dengan persamaan Chumlea I (p 0,8). Ada perbedaan pada empat kelompok data, yaitu tinggi badan aktual, persamaan Chumlea I, Oktavianus, dan Fatmah pada laki-laki dan perempuan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ketiga persamaan tersebut cenderung bersifat overestimate . Dan persamaan baru yang dihasilkan dari penelitian ini tidak ada perbedaan rata-rata tinggi badan aktual dengan rata-rata estimasi tinggi badan menggunakan persamaan baru. Kata kunci: lansia, Persamaan Chumlea I, Oktavianus, Fatmah Abstract Anthropometric measurement on elderly is principally the same as any other age measurements, but sometimes needs a different way to give more accurate results due to physiological changes. WHO emphasizes the importance of exact equation in each country in predicting the height of the elderly. In Indonesia, several studies on knee height equations have been conducted, but the accuracy of its application on a particular area has not been done much. The analysis of Chumlea I, Oktavianus, and Fatmah equations will likely lead to different results if applied in Malang. This study aimed to analyze the height predictive validity of knee height using the equations of Chumlea I, Oktavianus, and Fatmah and to formulate an equation model on height prediction based on knee height of the elderly in Malang. This cross-sectional study used 123 respondents (69 males and 54 females) aged 60-80 years old selected by purposive sampling. Then, the researchers conducted height estimation calculations based on knee height using Chumlea I, Oktavianus, and Fatmah equations. The results showed that there were differences between the average height of the actual equation of Chumlea I (p 0.8). There were differences in the four groups of data, i.e","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"3 1","pages":"93-104"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317229","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Asam Lemak Bebas dan Bilangan Asam Selai Kacang “Home Fortification” selama Penyimpanan (Free Fatty Acids and Acid Values of \"Home Fortification\" Peanut Butter during Storage)","authors":"T. S. Kusuma, J. Kusnadi, Winarsih","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.02.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.02.4","url":null,"abstract":"Abstrak Selai kacang tanah merupakan salah satu komoditi tinggi lemak dan protein yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan “ home fortification ” untuk anak usia 6-24 bulan sehingga dapat mencegah terjadinya stunting, wasting , dan underweight . Lemak kacang tanah mudah teroksidasi dan menjadi tengik jika selama proses penyimpanan jika tidak disimpan dengan benar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu pasteurisasi terhadap asam lemak bebas dan bilangan asam produk selai kacang tanah selama proses penyimpanan. Rancangan penelitian menggunakan Nested Design 3 faktor penelitian. Faktor penelitian I, pembuatan selai kacang tanah (tanpa pasteurisasi, 71 0 C, 10 menit; pasteurisasi 80 0 C, 1 menit), dengan 3 kali ulangan setiap kelompok. Faktor penelitian II, waktu penyimpanan dalam minggu (0, 1, 2, dan 3 minggu). Faktor penelitian III, suhu simpan (suhu kamar, suhu dingin). Pengujian yang dilakukan adalah uji asam lemak bebas dan bilangan asam. Tidak terdapat perbedaan yang singnifikan (p=0,999) pada kadar asam lemak bebas dan bilangan asam, hal ini menunjukkan bahwa lemak belum mengalami proses oksidasi yang berlebihan selama proses penyimpanan 3 minggu baik di suhu dingin maupun di suhu ruang. Dapat disimpulkan bahwa selai kacang tanah home fortitication mempunyai jangka waktu aman untuk dikonsumsi anak usia 6-24 bulan dalam jangka waktu 3 minggu, karena mutu lemak masih baik. Kata Kunci: selai kacang tanah, suhu kamar, suhu dingin, asam lemak bebas, bilangan asam Abstract Peanut butter is one of the commodities with high fat and protein that can be used as a basis for making \"home fortification\" for children aged 6-24 months in order to prevent the occurrence of stunting, wasting and underweight. The fat of peanut is easily oxidized and turns rancid during storage if not properly stored. This study aimed to determine the effect of temperature and time of pasteurization of free fatty acids and acid values of peanut butter product during storing process. This research used Nested Design with three study factors, namely, the first factor that is the manufacture of peanut butter (without pasteurization, 71ᵒ C, 10 minutes; pasteurization, 80ᵒ C, 1 min, with 3 repetitions each group; the second factor that is the storage time in week (0, 1, 2, 3 weeks); and the third factor that is storing temperature (room temperature, cold temperature). The tests conducted were tests on free fatty acid and acid value. There is no significant difference (p = 0.999) in the levels of free fatty acids and acid values, it indicates that the fat has not experienced excessive oxidation during 3 week storage process both at cold temperature and at room temperature. It can be concluded that “home fortification” peanut butter has safe time period of consumption for children aged 6-24 months within a period of 3 weeks, because the fat quality is still good. Keywords :peanut butter,room temperature, cold temperature, free fatty acid, acid valu","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"31 1","pages":"84-92"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317660","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Surmita Surmita, Ginna Megawati, S. Fatimah, Yunita Rakhmawati
{"title":"Indeks Massa Tubuh dan Massa Lemak serta Kadar Adiponektin Remaja Perawakan Pendek (Body Mass and Fat Mass Indexes and Adiponectin Levels of Stunting Adolescents)","authors":"Surmita Surmita, Ginna Megawati, S. Fatimah, Yunita Rakhmawati","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.02.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.02.2","url":null,"abstract":"Abstrak Perawakan pendek mempunyai hubungan dengan masalah kesehatan seperti kegemukan dan ketidakseimbangan metabolisme energi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalis korelasi antara indeks massa tubuh dan massa lemak tubuh dengan adiponektin pada remaja dengan perawakan pendek di daerah Jatinangor Sumedang Jawa Barat . Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan 35 responden remaja awal usia 10-14 tahun di Jatinangor. Perawakan pendek diperoleh berdasarkan kriteria WHO 2007 d engan nilai z-score TB/U < - 2 SD. Indeks massa tubuh diukur sebagai berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (cm), massa lemak diukur sebagai persentase massa lemak menggunakan alat bioelectrical impedance analysis dan kadar adiponektin diukur dengan metode ELISA. Hasil uji korelasi Pearson antara indeks massa tubuh dengan kadar adiponektin r = -0,42 (p=0,012). Hasil uji korelasi Spearman antara massa lemak dengan kadar adiponektin r = -0,415 (p=0,013). Simpulan penelitian ini adalah terdapat korelasi negatif sedang antara indeks massa tubuh dengan kadar adiponektin dan terdapat korelasi negatif sedang antara massa lemak dengan kadar adiponektin pada remaja perawakan pendek di Jatinangor Sumedang. Kata Kunci: indeks massa tubuh, massa lemak, kadar adiponektin, remaja perawakan pendek Abstract Short stature has a correlation with health problems such as overweight and impaired balance energy metabolism. The objective of this study was to analyze the correlation of body mass index and fat mass with adiponectin on stunted adolescents in Jatinangor, Sumedang, West Java. This research was a cross sectional study using 35 respondents aged between 10 to 14 years old in Jatinangor. Stature measurement was using 2007 WHO criteria with z-score value TB / U <- 2 SD. Body mass index was measured as weight divided by height squared, fat mass was measured as fat mass percentage using bioelectrical impedance analysis, and adiponectin level was measured using ELISA. Pearson correlation test results showed significant correlations between body mass index with adiponectin r=-0.42 (p=0.012). Spearman correlation test results show significant correlations between fat mass with adiponectin r=-0.415 (p=0.013). The conclusions of this study is that there is a medium negative correlation between body mass index with adiponectin levels, and there is a medium negative correlation between fat mass with adiponectin levels on stunted adolescent in Jatinangor, Sumedang. Keywords : body mass index, fat mass, adiponectin, stunting adolescent","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"20 1","pages":"69-74"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317455","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Asupan Kolesterol dan Tekanan Darah pada WUS Hipertensi Suku Madura di Kota Malang (Cholesterol Intake and Blood Pressure in WRA’s Hypertension of Madurese Ethnic Group in Malang)","authors":"D. Rahima, W. Rahmawati, Holipah, N. N. Wirawan","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.02.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.02.3","url":null,"abstract":"Abstrak Tekanan darah tinggi atau hipertensi diprediksikan akan meningkat sebesar 60% pada tahun 2025. Wanita Usia Subur (WUS) mempunyai risiko lebih tinggi mengalami hipertensi yang da-pat disebabkan oleh pola makan tinggi energi, protein dan lemak tetapi minim serat. Masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku mempunyai pola makan yang berbeda, salah satunya pada suku madura yang pola makannya tinggi sumber kolesterol dan rendah serat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan kolesterol dengan tekanan darah pada WUS. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional study dengan teknik pengambilan subjek menggunakan purpossive sampling ( n= 48). Hasil penelitian menunjukkan 93,8% asupan kolesterol sesuai dengan rekomendasi WHO yaitu ≤300 mg. Berdasarkan uji statistik, asupan kolesterol tidak berhubungan dengan tekanan darah responden ( p=1,000 ). Kesimpulan dari penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan antara asupan kolesterol dengan tekanan darah pada WUS tekanan darah tinggi. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai hal serupa dengan jumlah responden yang lebih banyak dan jika memungkinkan dilakukan uji laborato-rium untuk mengetahui jangka waktu asupan kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol darah. Kata kunci : asupan kolesterol, tekanan darah, WUS Abstract High blood pressure or hypertension is predicted to increase by 60% in 2025. Women of Reproductive Age (WRA) have a higher risk of hypertension caused by a diet of high energy, high protein, and high fat, but low in fiber. Indonesian is composed of various ethnics that have different diets, one of them is Madurese ethnic whose diets are high in cholesterol but low in fiber. This study aims to determine the relationship of cholesterol intake with blood pressure in WRA. This study used a cross sectional study and purposive sampling technique (n=48). The result showed 93.8% of cholesterol intake is in accordance with the WHO recommendation that is ≤300 mg. Based on statistic test, cholesterol intake was not related with respondents blood pressure (p=1.000). This research concludes that there is no relationship between cholesterol intake and blood pressure in WRA with high blood pressure. Further research is needed on the same subjects with more of respondents and laboratory test, if possible, to find out the duration of cholesterol intake that can increase blood cholesterol level. Keywords : cholesterol intake, blood pressure, women of reproductive age","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"3 1","pages":"75-83"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317561","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Widya Rahmawati, N. N. Wirawan, C. Wilujeng, E. Fadhilah, Fajar Ari Nugroho, Intan Yusuf Habibie, Ilmia Fahmi, Agustiana Dwi Indiah Ventyaningsih
{"title":"Gambaran Masalah Gizi pada 1000 HPK di Kota dan Kabupaten Malang (Illustration of Nutritional Problem in the First 1000 Days of Life in Both City and District of Malang, Indonesia)","authors":"Widya Rahmawati, N. N. Wirawan, C. Wilujeng, E. Fadhilah, Fajar Ari Nugroho, Intan Yusuf Habibie, Ilmia Fahmi, Agustiana Dwi Indiah Ventyaningsih","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.3","url":null,"abstract":"Abstrak Masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK) merupakan masa terpenting dalam daur kehidupan manusia. Status gizi pada 1000 HPK akan mempengaruhi terhadap kualitas kesehatan, intelektual dan produktivitas pada masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji gambaran status gizi pada 1000 HPK di wilayah Kota dan Kabupaten Malang. Penelitian ini menganalisis database dan laporan kegiatan survey gizi ( Pre Dietetics Internship , Program Studi Ilmu Gizi-Universitas Brawijaya) di wilayah Kota dan Kabupaten Malang dalam kurun waktu Februari 2012-Februari 2016 dengan sasaran ibu hamil ( n 777), ibu menyusui ( n 718), bayi ( n 638) dan baduta ( n 554). Status gizi diukur menggunakan metode antropometri, indikator status gizi ibu hamil: IMT sebelum hamil, LILA dan peningkatan BB/minggu; ibu menyusui: IMT dan LILA; bayi dan baduta: z-score BB/PB, PB/U dan BB/U. Asupan zat gizi diperoleh melalui metode 24h recall . Pola pemberian ASI, MP ASI dan faktor yang mempengaruhi status gizi dikaji menggunakan kuesioner terstruktur. Seluruh data disajikan dalam statistik deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa prevalensi masalah gizi pada subyek ibu hamil, menyusui, bayi dan baduta masih tergolong tinggi dan sedang. Sebanyak 18,9% ibu hamil kurus dan 30,3% gemuk di awal kehamilan, serta penambahan BB/minggu kurang=49,3%. Status gizi kurang pada ibu menyusui=8,4%. Kurus dan pendek termasuk kategori “masalah sedang” pada bayi dan baduta (kurus: 7,5% vs. 7,8%; pendek: 21,0% vs. 21,2%). Prosentase pemberian ASI termasuk tinggi (94,4%), namun pemberian prelakteal dan MP ASI dini tinggi (52,8% dan 66,5%), dan ASI Eksklusif rendah (28,8%). Masalah gizi di Kota dan Kabupaten Malang masih merupakan tantangan untuk diatasi. Kata Kunci : status gizi, ibu hamil, ibu menyusui, baduta, ASI Eksklusif Abstract The first 1000 day of life is the most important period in human life. Nutritional status during this period highly influences the quality of health, cognitive and productivity in the future. This research aims to assess the nutritional status of the first 1000 days in City and District of Malang. This research analyses the database and report of nutritional survey (Pre Dietetics Internship, Nutritional Study Program University of Brawijaya) in area of City and District Malang from February 2012-February 2016. The research subjects included pregnant women (n 777), lactating mother (n 718), infant (n 638) and children under two year (n 554). Nutritional status was measured by using anthropometry method, with indicators for pregnant women: BMI pre pregnancy, MUAC and pregnancy weight gain; for lactating mother: BMI and MUAC; infant and under two year children: z-score weight-for-length, length-for-age dan weight-for-age. Nutrient intake was obtained by using 24h recall. Breastfeeding pattern, complementary feeding practice, and factors associated with nutritional status were collected by using structured questionnaire. All data was presented using descriptive stati","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"3 1","pages":"20-31"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317841","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Faktor Risiko Stunting Pada Anak Usia 6-23 Bulan di Kabupaten Jeneponto (Risk Factors of Stunting among Children Aged 6-23 Months in Jeneponto Regency)","authors":"Fahmi Hafid, Nasrul Nasrul","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.5","url":null,"abstract":"Abstrak Stunting adalah retardasi pertumbuhan linier kurang dari -2 SD panjang badan menurut usia. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis faktor risiko stunting anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Bontoramba Kabupaten Jeneponto. Jenis penelitian analitik dengan disain cross sectional. Populasi penelitian adalah 410 Set e-files data Survei Gizi & Kesehatan Ibu dan Anak Kecamatan Bontoramba Kabupaten Jeneponto 2014 jumlah sampel sebanyak 350 set data dengan teknik exhaustive sampling. Analisis data dengan uji Chi Square dan regresi logistic . Hasil penelitian menemukan bahwa faktor risiko stunting pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Bontoramba Kabupaten Jeneponto adalah berat badan lahir rendah OR=4,018; 95%Cl 1,714-9,420, usia anak 12-23 bulan OR=2,688; 95%Cl 1,646-4,390, tinggi badan ibu <150cm dengan OR=1,948 95%Cl 1,202-3,158, pengasuh anak tidak mencuci tangan menggunakan sabun OR=1,785; 95%Cl 1,102-2,893 serta imunisasi dasar yang tidak lengkap dengan OR= 1,673; 95%Cl 1,049-2,669. Berbagai tindakan pencegahan stunting anak usia di bawah dua tahun terutama pada kelompok berisiko stunting seperti anak dengan berat lahir rendah, tinggi badan ibu<150cm dengan membiasakan praktik mencuci tangan menggunakan sabun serta imunisasi dasar yang lengkap. Kata Kunci: Stunting, Anak usia 6-23 bulan, BBLR Abstract Stunting is a linear growth retardation of less than -2SD body height based on age from the WHO Child Growth Standards. This study was aimed to analyze the risk factors for Stunting of children aged 6-23 months in Regency of Bontoramba Jeneponto. This type of research is analytic research with cross sectional design. The population was 410 Set e-files Nutrition Survey data and Maternal and Child Health District of Bontoramba Jeneponto 2014 with the total sample of 350 sets of data with exhaustive sampling technique. Data were analyzed by chi square test and logistic regression. The study found that the risk factors for Stunting in children aged 6-23 months in District Bontoramba Jeneponto is due to low birth weight OR = 4,018;95%Cl 1,714-9,420, age 12-23 months OR = 2,688; 95%Cl 1,646- 4,390), maternal height <150cm with OR = 1,948; 95%Cl 1,202-3,158, caregivers not washing hands with soap OR = 1,785;95%Cl 1,102-2,893) and incomplete basic immunization with OR = 1,673; 95%Cl 1,049-2,669. There are various prevention of stunting in children aged under two years especially at-risk groups such as the stunting of children with low birth weight, maternal height <150cm including getting the practice of washing hands with soap and complete basic immunization. Keywords : Stunting, Children aged 6-23 months, low birth body weight","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"33 1","pages":"42-53"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317996","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Laksmi Karunia Tanuwijaya, Amanda Putri Gita, Ismi Indah Ummi, T. S. Kusuma, Amalia Ruhana
{"title":"Potensi “Khimelor” sebagai Tepung Komposit Tinggi Energi Tinggi Protein Berbasis Pangan Lokal (Health Potential of “Khimelor” as Composite Fluor Having Both High Energy and High Protein Level Based on Local Food)","authors":"Laksmi Karunia Tanuwijaya, Amanda Putri Gita, Ismi Indah Ummi, T. S. Kusuma, Amalia Ruhana","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.8","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.8","url":null,"abstract":"Abstrak Penggunaan tepung terigu sebagai bahan dasar produk makanan untuk diet tinggi energi tinggi protein masih cukup besar. Kedelai, kacang hijau, bayam merah dan daun kelor merupakan bahan pangan lokal sumber zat gizi yang potensial untuk diolah menjadi tepung komposit pengganti tepung terigu, yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai produk makanan jadi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh proporsi kedelai, kacang hijau, bayam merah dan daun kelor (KhiMeLor) terhadap mutu gizi, mutu protein dan organoleptik tepung komposit. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Taraf perlakuan berupa perbedaan komposisi tepung terigu dibanding tepung komposit (kedelai, kacang hijau, bayam merah, dan daun kelor) yaitu P0 (100% : 0%); P1 (75% : 25%); P2 (50% : 50%); P3 (25% : 75%); dan P4 (0% : 100%). Kandungan karbohidrat, protein, dan lemak diuji menggunakan uji proksimat sedangkan kandungan zat besi dan beta karoten diuji dengan metode Spektrofotometri. Mutu protein ditinjau dari asam amino pembatas dan mutu cerna protein. Mutu organoleptik diuji menggunakan hedonic scale scoring pada 20 panelis agak terlatih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P4 memiliki kandungan energi (393,80 ± 2,46 kkal/100g), protein (32,85 ± 0,52%), dan lemak (9,12 ± 0,37%), tertinggi dibanding 4 perlakuan lain dengan perbedaan yang signifikan (p<0,05). Kandungan zat besi dan beta karoten tertinggi pada P3 yaitu 15,02 ± 0,80 mg/kg dan 5816,9 ± 289,1 µg/100g. Asam amino pembatas pada P4 adalah metionin dan sistein, dengan mutu cerna 88,21%. P2 memiliki tingkat kesukaan tertinggi terhadap warna dan tekstur, namun semakin banyak penambahan tepung komposit semakin rendah penerimaan panelis terhadap parameter aroma (p<0,05). Kata kunci : tepung komposit, pangan lokal, KHiMeLor Abstract The use of wheat flour as the basic ingredients of food products for high energy high protein diet is considerably high. Soybeans, mung beans, red leaf spinach and moringa leaf is local food sources of nutrients that are potential to be processed into a composite flour substituting wheat flour, which can be utilized for a variety of food products. The research was aimed to know the influence of proportion of soybeans, mung beans, red leaf spinach and moringa leaf (KhiMeLor) on the quality of nutrition, protein and organoleptik quality of composite flour. This was experimental research with a complete random design. The treatment were several composition mixtures of wheat and composite flour, consisting of soybean, mung bean, red leaf spinach and moringa leaf ) P0 (100% : 0%); P1 (75% : 25%); P2 (50% : 50%); P3 (25% : 75%); P4 (0% : 100%). The content of carbohydrate, protein and fat was analyzed using proximate analysis. The quality of protein was examined from limiting amino acid and protein digestibility score. The sensory test was used to examine the costumer acceptance on sensory parameters. Statistical analysis used One Way Anova which s","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"3 1","pages":"71-79"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317776","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pengaruh Edukasi Gizi terhadap Feeding Practice Ibu Balita Stunting Usia 6-24 Bulan (The Effect of Nutritional Knowledge on Feeding Practice of Mothers Having Stunting Toddler Aged 6-24 Months)","authors":"Maryati Dewi, M. Aminah","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.1","url":null,"abstract":"Abstrak Stunting merupakan masalah gizi kurang yang kronis. Praktik pemberian makan merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kejadian stunting, sehingga diperlukan adanya edukasi gizi mengenai praktik pemberian makan. Tujuan dilakukannya penelitian adalah mempelajari pengaruh intervensi edukasi gizi terhadap perbaikan pengetahuan dan praktik pemberian makan ( feeding practice ) ibu yang memiliki balita stunting. Desain penelitian digunakan desain quasi experiment dengan pre-post test two group design . Lokasi penelitian adalah 6 posyandu di kelurahan Cibeureum Kota Cimahi yang memiliki prevalensi stunting cukup tinggi, jumlah subyek penelitian penelitian pada kelompok satu dan dua masing-masing adalah 20 orang dengan kriteria inklusi meliputi ibu memiliki anak balita stunting usia 6-24 bulan saat penelitian berlangsung, anak tidak cacat, ibu dapat diajak berkomunikasi, bersedia menjadi subyek penelitian penelitian. Intervensi berupa edukasi gizi menggunakan booklet PMBA, cara mencuci tangan yang benar, daftar ukuran rumah tangga dan contoh hidangan yang diberikan 3 kali dengan selang waktu 1 minggu. Data yang dikumpulkan meliputi usia ibu, pendidikan, status bekerja, memberikan ASI, mulai MP-ASI, mendapat penyuluhan gizi, pre-post pengetahuan, pre-post feeding practice . Analisis statistik yang digunakan adalah uji Wilcoxon dan uji Mann Whitney . Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang bermakna pada skor pengetahuan sebelum dan setelah intervensi pada kedua kelompok (p=0,006; p=0,003), terdapat perbedaan rerata yang bermakna pada skor feeding practice sebelum dan setelah intervensi pada kedua kelompok (p=0,002; p=0,05). Kata k unci : stunting , pengetahuan gizi, feeding practice Abstract Feeding practices was one of the factors that contribute to the incidence of stunting and nutritional education needed to improve feeding practices. The purpose of this study was to study the effect of nutritional educational interventions to improve the knowledge and mother’s practice of feeding who has stunting toddlers. The design of this study used quasi-experimental design with pre-post test of two group design. This research was done in the six Public Health Centres of Cibeureum Cimahi which has high prevalence of stunting with the total number of samples in this study were 40 people and the member of each group was 20 people who have a criteria of mothers having stunting toddler aged 6-24 months as the research proceeds, toddler not disabled, mothers being able to communicate, willing to be a sample. The Intervention of nutritional education using a PMBA booklet, poster about proper wash hands, and food sample given three times at intervals of one week. Data collected were maternal age, education, work status, breastfeeding, complementary feeding, nutritional counseling administration, pre-post knowledge, pre-post feeding practice. The statistical analysis used was Wilcoxon and Mann Whitney test. The result showed ","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"21 2 1","pages":"1-8"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68317465","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pandangan Sosial Budaya terhadap ASI Eksklusif di Wilayah Panarung Palangkaraya (Social and Cultural Aspect toward Exclusive Breastfeeding in Panarung Palangkaraya)","authors":"Dwirina Hervilia, Dhini Munifa","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.7","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.7","url":null,"abstract":"Abstrak Faktor sosial budaya merupakan suatu faktor pendorong yang cukup kuat terhadap seseorang untuk berperilaku. Faktor sosial budaya ini yang membentuk seorang ibu mau untuk memberikan ASI eksklusif. Seorang ibu yang lingkungan sosialnya mendukung ASI eksklusif juga akan mempengaruhi sikap ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Menurut laporan bulanan di Puskesmas Panarung pada bulan September 2015 angka cakupan ASI eksklusifnya adalah 5,81%. Tujuan dari penelitian ini adalah Diketahuinya sikap dan faktor sosial budaya ibu terhadap ASI eksklusif. Metode yang dipergunakan dengan pendekatan kualitatif, dengan cara mengeksplorasi sumber-sumber informasi melalui wawancara mendalam kepada ibu dan tenaga kesehatan di Puskesmas sebagai informan. Dilakukan juga observasi partisipatif kepada ibu dan bayi. Hasil penelitian didapatkan Semua informan berpendapat bahwa makanan yang paling bagus diberikan untuk bayi adalah Air Susu Ibu (ASI). Tetapi pada pelaksanaannya para ibu merasa masih banyak menghadapi kesulitan. Tenaga kesehatan bersikap positif dan menganggap bahwa kemauan ibu untuk memberikan ASI eksklusif merupakan kunci untuk keberhasilan. Informan percaya akan adanya makanan pelancar ASI kebanyakan menjawab bahwa sayuran hijau yang dapat memperlancar produksi ASI. Seperti daun katuk, pucuk pepaya, dan kacang-kacangan. Makanan prelakteal yang diberikan berupa madu hutan, air kopi, santan kental, air gula merah dan susu formula. Makanan prelakteal dipercaya secara budaya turun temurun contohnya untuk memberikan madu hutan karena manis, air kopi supaya tidak step , santan kental untuk membersihkan perut. Pemberian makanan bayi yang dilakukan informan paling banyak dipengaruhi oleh orang tua. Ada juga peran bidan, tetangga, posyandu dan ada juga yang mencari informasi sendiri. Kesimpulan dari penelitian ini adalah menurut informan sosial budaya sangat mempengaruhi, ibu bayi sangat terpaku dan patuh dengan adat kebiasaan. Karena banyak informasi-informasi yang berdasar pada sosial budaya tidak relevan dengan informasi kesehatan. Kata kunci : ASI eksklusif, sosial budaya, makanan prelakteal. Abstract Socio-cultural factors is an adequately strong driving factor towards someone to behave. This socio-cultural factors shape a mother’s willingness to give breast feeding exclusively. A mother who supports her neighborhood to do exclusive breast feeding will also affect the attitude of the mother to give breast feeding exclusively. According to the monthly reports on the number of Puskesmas Panarung coverage exclusive breast feeding figures was 5,81%. The purpose of this research is to know the attitudes and socio-cultural factors of the mother toward exclusive breast feeding The method used was a qualitative approach by exploring the sources of information through in-depth interviews to mothers and health workers in Puskesmas as informants as many as 28 people. Participatory observation was also performed to mothers and babies. The research results obtaine","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"3 1","pages":"63-70"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68318142","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Hubungan Status Gizi dan Pola Makan terhadap Penambahan Berat Badan Ibu Hamil (Correlation between Nutritional Status and Dietary Pattern on Pregnant Mother’s Weight Gain)","authors":"Leny Budhi Harti, I. Kusumastuty, Irwan Hariadi","doi":"10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.6","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.IJHN.2016.003.SUPLEMEN.6","url":null,"abstract":"Abstrak Status gizi dan pola makan merupakan faktor yang mempengaruhi penambahan berat badan ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan antara status gizi dan pola makan terhadap penambahan berat badan ibu hamil. Penelitian ini menggunakan studi observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada 71 orang responden di wilayah kerja Puskesmas Penujak Kecamatan Praya Barat Nusa Tenggara Barat. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan kuesioner, SQ-FFQ, dan data dari buku KIA. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik responden, berat badan awal, berat badan saat hamil trimester 3 serta pola makan (pola makan makanan pokok dan lauk hewani). Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson pada program SPSS windows version 15. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berstatus gizi normal dengan rata-rata IMT 21,68 kg/m 2 (±1,887 SD), rata-rata penambahan berat badan selama kehamilan 7,06 + 3,956 SD, dan sebagian besar pola konsumsi makanan pokok adalah 6 porsi dan lauk hewani 4 porsi. Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi terhadap penambahan berat badan (p= 0,008, r = -0,311), ada hubungan antara pola makan makanan pokok terhadap penambahan berat badan (p= 0,003, r = 0,344), dan ada hubungan antara pola makan lauk sumber hewani terhadap penambahan berat badan (p= 0,024, r = 0,268). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dan pola makan (pola makan makanan pokok dan lauk hewani) terhadap penambahan berat badan ibu hamil. Kata kunci: status gizi, pola makan, penambahan berat badan ibu hamil Abstract Nutritional status and diet are factors that influence weight gain for pregnant women. This study aims to prove the relationship between nutritional status and diet on weight gain for pregnant women. This study uses an analytic observational study with cross sectional approach conducted on 71 respondents in Public Health Centre of Penujak Praya District of West Nusa Tenggara Barat. Data was collected through interviews with questionnaires, SQ-FFQ, and data from KIA book. Data collected included the characteristics of the respondent, the initial weight loss, weight gain during pregnancy in the third trimester and diet (diet of staple food and animal protein dish). Statistical analysis was performed using Pearson correlation test in SPSS windows version 15. The results showed that most respondents have normal nutritional status with an average BMI of 21,68 kg / m2 (± 1,887 SD), the average weight gain during pregnancy 7,06+ 3,956 SD, and the majority of staple food consumption patterns is 6 servings and animal protein side dish 4 servings. Based on the statistical test it showed that there is a correlation between the nutritional status of the weight gain (p = 0,008, r = -0,311) and there is a relationship between diet of staple food to weight gain (p = 0,003, r = 0,344), a","PeriodicalId":76005,"journal":{"name":"Journal of human nutrition","volume":"3 1","pages":"54-62"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68318085","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}