{"title":"EFEK METODE PENGOLAHAN DAN PENYIMPANAN TERHADAP KADAR SENYAWA FENOLIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN","authors":"Octavia Trisna Mahardani, Leny Yuanita","doi":"10.26740/ujc.v10n1.p64-78","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ujc.v10n1.p64-78","url":null,"abstract":"Abstrak. Senyawa fenolik merupakan hasil metabolit sekunder tanaman dengan banyak manfaat seperti antioksidan, antiinflamasi, antidiabetik, imunoregulasi, antikanker, antimikrobia, dan sebagainya. Kelemahan dari senyawa ini adalah kestabilannya yang rendah terutama ketika proses pengolahan dan penyimpanan. Oleh karenanya diperlukan pengetahuan tentang efek pengolahan dan penyimpanan terhadap kadar senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan untuk mengetahui pengolahan dan penyimpanan yang tepat. Pengolahan umumnya dilakukan dengan perebusan, fermentasi, iradiasi UV C, penambahan enzim, pasteurisasi, dan pengeringan dengan oven. Dalam pengolahan dan penyimpanan, senyawa fenolik dapat mengalami peningkatan maupun penurunan bergantung suhu, lama, tingkat oksigen, paparan cahaya dan enzim yang digunakan. Hasilnya, proses pengolahan yang disarankan untuk mempertahankan senyawa fenolik adalah steam, vakum, sonikasi, blanching, pasteurisasi, freezing, fermentasi, dan perkecambahan. Untuk proses penyimpanan yang disarankan adalah penyimpanan dengan suhu dan kadar oksigen yang rendah serta terhindar dari cahaya. Stabilitas senyawa fenolik juga tidak selalu berbanding lurus dengan aktivitas antioksidannya, penurunan senyawa fenolik tidak selalu menghasilkan penurunan nilai aktivitas antioksidan. Hal tersebut karena adanya kemungkinan senyawa antioksidan lain yang ikut terdeteksi sebagai nilai aktivitas antioksidan. \u0000Kata kunci : Senyawa fenolik, pengolahan, penyimpanan, aktivitas antioksidan \u0000 Abstract. Phenolic compounds are the result of plant secondary metabolites with many benefits such as antioxidants, anti-inflammatory, antidiabetic, immunoregulatory, anticancer, antimicrobial, and so on. The weakness of this compound is its low stability, especially during processing and storage. Therefore, it is necessary to know about the effects of processing and storage on the levels of phenolic compounds and antioxidant activity to determine the proper processing and storage. Processing is generally carried out by boiling, fermentation, UV C irradiation, adding enzymes, pasteurization, and oven drying. In processing and storage, phenolic compounds can increase or decrease depending on temperature, duration, oxygen levels, light exposure and the enzymes used. As a result, the recommended treatment processes for maintaining phenolic compounds are steam, vacuum, sonication, blanching, pasteurization, freezing, fermentation, and germination. The recommended storage process is storage with low temperature and oxygen levels and avoiding light. The stability of phenolic compounds is also not always directly proportional to their antioxidant activity, a decrease in phenolic compounds does not always result in a decrease the value of antioxidant activity. This is due to the possibility of other antioxidant compounds being detected as a value of antioxidant activity. \u0000Key words: Phenolic compounds, processing, storage, antioxidant activity","PeriodicalId":53369,"journal":{"name":"UNESA Journal of Chemistry","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46999660","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Muhammad Lathiful Hidayatul Rohmat, Nuniek Herdyastuti
{"title":"REVIEW ARTIKEL: ISOLASI DAN PENGUKURAN AKTIVITAS ENZIM XANTIN OKSIDASE","authors":"Muhammad Lathiful Hidayatul Rohmat, Nuniek Herdyastuti","doi":"10.26740/ujc.v10n1.p96-108","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ujc.v10n1.p96-108","url":null,"abstract":"Abstrak. Xantin oksidase adalah enzim yang mengkatalisis oksidasi hipoxantin menjadi xantin dan kemudian xantin menjadi asam urat yang memerankan peran penting dalam katabolisme purin. Xantin oksidase dapat diisolasi dari berbagai sumber susu, jaringan hewan, dan mikroorganisme baik mesofilik maupun termofilik. Pemurnian enzim xantin oksidase untuk mendapatkan aktivitas enzim yang tinggi telah dilakukan dengan berbagai metode antara lain, presipitasi amonium sulfat, dialisis, dan berbagai macam metode kromatografi. Pengukuran aktivitas enzim xantin oksidase dapat dilakukan secara in vintro dengan mengukur kadar produk ataupun kadar substrat yang beraksi. xantin oksidae berpotensi diaplikasikan dalam bidang medis sebagai kit, bidang industri sebagai biosensor dan penyiapan makanan sehat rendah purin, serta dalam bidang lingkungan hidup sebagai bioremediasi senyawa heterogen siklik yang berbahaya. \u0000 \u0000Kata kunci: Xantin oksidase, isolasi, pengukuran aktivitas, aplikasi \u0000 \u0000Abstract. Xanthine oxidase is an enzyme that catalyzes the oxidation of hypoxanthine to xanthine and then xanthine to uric acid which be an important role in purine catabolism. Xanthine oxidase can be isolated from various sources of milk, animal tissue, and mesophilic and thermophilic microorganisms. Purification of xanthine oxidase to obtain high enzyme activity has been carried out by various methods include ammonium sulfate precipitation, dialysis, and various chromatographic methods. Measurement of xanthine oxidase enzyme activity can be doing by in vitro with measuring product levels or substrate levels in action. xanthine oxide has the potential to be applied in the medical field as a kit, in the industrial field as a biosensor and preparation of low purine healthy foods, as well as in the environmental field as a bioremediation of dangerous cyclic heterogeneous compounds. \u0000 \u0000Keywords: Xanthine oxidase, isolation, activity measurement, application","PeriodicalId":53369,"journal":{"name":"UNESA Journal of Chemistry","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45811595","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN KADAR FENOLIK TOTAL EKSTRAK DAUN YAKON (Smallanthus sonchifolius) DENGAN VARIASI DAERAH BUDIDAYA TANAM DAN LAMA WAKTU EKSTRAKSI","authors":"Farid Abdur Rohman, L. Yuanita","doi":"10.26740/ujc.v10n1.p16-23","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ujc.v10n1.p16-23","url":null,"abstract":"Abstrak. Yakon merupakan tanaman asli dari dataran tinggi Andes di Amerika Selatan yang selama berabad-abad telah digunakan untuk makanan maupun obat tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antibakteri dan kadar fenolik total ekstrak daun yakon dengan variasi daerah budidaya tanam dan lama waktu ekstraksi. Daun yakon diperoleh dari daerah Magetan (900 mdpl) dan Wonosobo (1200 mdpl). Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode dekoksi selama 0, 5, 10, 15 dan 20 menit. Penentuan kadar fenolik total menggunakan metode Folin-Ciocalteu dengan spektrofotometer UVVis pada 785 nm. Uji efektivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram dengan konsentrasi 200, 400, 600, 800, dan 1000 ppm. Hasil penelitian menunjukkan kadar fenolik total tertinggi terdapat pada sampel Magetan dan pada waktu ekstraksi 0 menit yaitu sebesar 158.45 mg CAE/g ekstrak. Aktivitas antibakteri tertinggi ditunjukkan oleh sampel Magetan dengan konsentrasi 1000 ppm yaitu sebesar 7.3 mm dan tergolong antibakteri yang sedang. Data dianalisis melalui Anova one way dan Kruskal-wallis. Data statistik sampel Magetan yang diperoleh dengan uji post-hoc LSD menunjukkan bahwa kadar fenolik total yang dihasilkan pada menit ke-0 hingga menit ke-20 waktu ekstraksi mengalami penurunan secara signifikan. Untuk data statistik sampel Wonosobo yang diperoleh dengan uji post-hoc Mann-Whitney menunjukkan bahwa kadar fenolik total yang dihasilkan pada menit ke-0 hingga menit ke-5 ekstraksimengalami penurunan secara signifikan namun tidak berbeda nyata sampai menit ke-20 waktu ekstraksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tempat tumbuh daun yakon paling optimum adalah di Magetan dengan kadar fenolik total paling efektif sebesar 158.45 mg CAE/g ekstrak dan menunjukkan aktivitas antibakteri tertinggi konsentrasi 1000 ppm yaitu sebesar 7.3 mm.Kata Kunci: Daun yakon, ketinggian tempat tumbuh, lama ekstraksi. \u0000Abstract. Yacon is native plant of the Andes in South America for centuries have been used for food and traditional medicines. Research is aimed to determine the effectiveness of antibacterial and total phenolic content from yacon extract leaves with the variation of cultivation area and length of time the extraction.Yacon leaves obtained from Magetan (900 masl) and Wonosobo (1200 masl). Decoction used for method of extraction with 0, 5, 10, 15 and 20 minutes. Determination of total phenolic levels using the FolinCiocalteu method with UV-Vis spectrophotometer at 785 nm. Diffusion of discs used for antibacterial test by concentration 200, 400, 600, 800, and 1000 ppm. The results showed the highest total phenolic content in the Magetan sample and at the time of extraction of 0 minutes that is equal to 158.45 mg CAE/g extract. The highest antibacterial activity in the Magetan sample with a concentration of 1000 ppm is 7.3 mm and was classified as medium. One way Anova and Kruskal-wallis were used for statistical tests. The statistical data of the Magetan ","PeriodicalId":53369,"journal":{"name":"UNESA Journal of Chemistry","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48103064","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PLASTIK BIODEGRADABLE DARI KOMPOSIT HDPE (HIGH DENSITY POLYETHYLENE) DAN PATI UMBI SUWEG (Amorphophallus campanulatus)","authors":"Regina Martha Clarinsa, S. Sutoyo","doi":"10.26740/ujc.v10n1.p85-95","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ujc.v10n1.p85-95","url":null,"abstract":"Abstrak. Plastik yang berasal dari polimer sintetik menjadi permasalahan lingkungan karena tidak dapat terdegradasi lebih cepat di dalam tanah. Penelitian ini ditujukan untuk membuat plastik biodegradable komposit HDPE dengan pati umbi suweg (HDPE-PSW) serta menentukan komposisi terbaik dari campuran HDPE dengan pati umbi suweg yang memiliki sifat biodegradabilitas yang memenuhi standart SNI. Pati diperoleh dari umbi suweg menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut air. Proses pembuatan plastik biodegradable dilakukan dengan metode grafting menggunakan pereaksi maleat anhidrida dan bahan pemlastis berupa gliserol. Variasi komposisi massa HDPE dan pati suweg yang digunakan berturut-turut 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, dan 4:6 gram. Sifat biodegradabilitas ditentukan dengan metode Soil Burial Test sedangkan gugus fungsi ditentukan menggunakan spektrofotometer FTIR. Dari proses ekstraksi diperoleh pati dengan rendemen 5,25%. Pati diperoleh dalam bentuk serbuk berwarna putih, tidak berbau, sedikit larut dalam air dan etanol, serta menunjukkan hasil positif dengan pereaksi larutan iodium. Hasil uji biodegradasi menunjukkan bahwa plastik komposit HDPE-PSW 6:4 dan 5:5 mendekati standar SNI karena setelah didegradasi selama seminggu menunjukkan persentase degradasi mendekati 60%, yakni masing-masing 58,9% dan 60,6%. Kedua komposisi plastik HDPE-PSW tersebut juga memiliki persentase degradasi mendekati plastik biodegradable komersial Cassaplast (59,4%). Berdasarkan hasil uji FTIR, plastik biodegradable HDPE-PSW memiliki gugus fungsi yang sama dengan plastik HDPE dan pati umbi suweg. Hal ini menunjukkan bahwa proses grafting dalam pembuatan plastik biodegradable HDPE-PSW telah terjadi. \u0000Kata kunci : Plastik biodegradable, pati umbi suweg, HDPE \u0000Abstract. Plastic which derived from synthetic polymers is an environmental problem because it couldn’t easily degradation in the ground. This research is aimed to make the biodegradable plastic composite of HDPE with suweg tuber starch (HDPE-PSW) as well as determining the best composition of HDPE-suweg tuber starch mixture which has biodegradability properties according to SNI standards. Suweg tuber made with ekstraction method which uses water solvent. Biodegradable plastics have been processed using grafting method with maleic anhydride reactant and glycerol plasticizer. The varians mass of HDPE plastic and suweg starch are 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, and 4:6 grams. Biodegradability of biodegradable plastics depend on Soil Burial Test method meanwhile analysis of functional group depend with FTIR spectrophotometer. From the extraction process obtained starch with a yield of 5.25%. Starch was obtained in the form of white powder, odorless, slightly soluble in water and ethanol, and showed positive results with iodine solution reagent. The biodegradation test results showed that the HDPE-PSW plastic composite of 6:4 and 5:5 approached the SNI standard because after being degraded for a week showed the percentage of degradation wa","PeriodicalId":53369,"journal":{"name":"UNESA Journal of Chemistry","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45496597","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"REVIEW ARTIKEL: SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK MENGGUNAKAN BIOREDUKTOR EKSTRAK TUMBUHAN SEBAGAI BAHAN ANTIOKSIDAN","authors":"Intan Nabilah Oktavia, Suyatno Sutoyo","doi":"10.26740/ujc.v10n1.p37-54","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ujc.v10n1.p37-54","url":null,"abstract":"Abstrak. Review artikel ini ditujukan untuk membahas tentang metode pembuatan nanopartikel perak dan potensi pengaplikasian nanopartikel perak sebagai bahan antioksidan. Berdasarkan hasil review dapat dinyatakan bahwa nanopartikel perak merupakan suatu logam perak yang memiliki ukuran nano. Nanopartikel perak banyak diaplikasikan dalam berbagi bidang, misalnya optik, elektronik, biologi, katalis, kesehatan, pangan, dan lingkungan. Nanopartikel perak dapat dibuat dengan metode top-down maupun bottom-up. Sintesis dengan metode bottom-up dapat dilakukan melalui reaksi reduksi ion Ag+ dengan penambahan pereduktor. Zat yang berperan sebagai zat pereduktor dapat diperoleh dari ekstrak tumbuhan atau yang dikenal dengan bioreduktor. Bioreduktor dapat dibuat dari ekstrak air atau ekstrak alkohol dari berbagai bagian tanaman. Nanopartikel hasil sintesis dikarakterisasi untuk mengetahui karakteristik kimia dengan spektroskopi UV-Vis dan FTIR dan karakteristik fisik dengan TEM dan PSA. Nanopartikel hasil sintesis dengan bioreduktor memiliki potensi sebagai antioksidan, sebab nanopartikel perak mampu mendonorkan elektron valensinya ke radikal bebas dan capping agent dari ekstrak tanaman mampu mendonorkan atom hidrogen ke radikal bebas. Aktivitas antioksidan dapat ditentukan dengan metode DPPH, ABTS dan FRAP. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan hasil jika nanopartikel yang dihasilkan melalui reaksi reduksi menggunakan bioreduktor memiliki aktivitas antioksidan yang kuat. Hal tersebut yang mendasari banyaknya penelitian mengenai potensi nanopartikel perak sebagai bahan antioksidan. \u0000 \u0000Kata kunci : nanopartikel perak, bioreduktor, ekstrak tumbuhan, antioksidan \u0000 \u0000Abstract. This review article is intended to describe the method of making silver nanoparticles and the potential application of silver nanoparticles as an antioxidant material. Based on the results of the review it can be stated that silver nanoparticles are a silver metal that has a nano size. Silver nanoparticles are widely applied in various fields, such as optics, electronics, biology, catalysts, health, food, and the environment. Silver nanoparticles can be obtained by top-down or bottom-up methods. Synthesis by the bottom-up method can be done through Ag + ion reduction reaction with the addition of a reducing agent. Substances that act as reducing agents can be obtained from plant extracts, known as bioreductors. Bioreductors can be made from water extracts or alcohol extracts from various parts of the plant. Synthesized nanoparticles were characterized to determine chemical characteristics by UV-Vis and FTIR spectroscopy also for physical characteristics with TEM and PSA. Nanoparticles synthesized by bioreductors have potential as antioxidants because silver nanoparticles can donate its valence electrons to free radicals and capping agents from plant extracts can donate hydrogen atoms to free radicals. Antioxidant activity can be determined by DPPH,","PeriodicalId":53369,"journal":{"name":"UNESA Journal of Chemistry","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46304463","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"POTENSI SENYAWA ANTIOKSIDAN YANG DIHASILKAN BAKTERI ENDOFIT PADA DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.)","authors":"Rizka Dwi Widya Putri, Nuniek Herdyastuti","doi":"10.26740/ujc.v10n1.p55-63","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ujc.v10n1.p55-63","url":null,"abstract":"Abstrak. Bakteri endofit memiliki kemampuan untuk memproduksi senyawa metabolit sekunder yang diduga sebagai akibat transfer genetik dari tanaman inangnya ke dalam bakteri endofit. Beberapa senyawa metabolit yang dihasilkan bakteri endofit berfungsi sebagai agen biokontrol tanaman, antibakteri, antijamur, antidiabetes, antiinflamasi, dan antioksidan. Telah dilakukan isolasi bakteri endofit dari daun jambu biji (Psidium guajava L.) yang diduga dapat menghasilkan antioksidan. Isolasi bakteri menggunakan metode sterilisasi permukaan (surface sterilization) dengan perendaman menggunakan NaOCl dan alkohol. Isolat bakteri endofit diperoleh sebanyak dua, yaitu isolat bakteri endofit A dan B yang memiliki morfologi koloni yang berbeda, yaitu morfologi koloni isolat bakteri endofit A berbentuk tidak teratur, tepian utuh, permukaan rata, dan berwarna putih hampir bening, sedangkan isolat bakteri endofit B berbentuk tidak teratur, tepian keriting, permukaan rata, dan berwarna keputih-putihan. Hasil uji metabolit sekunder menunjukkan bahwa isolat bakteri endofit A dan B memiliki kandungan flavanoid dan fenolik. Uji antioksidan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH (1,1–diphenyl-2-picryhidrazil) menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada λ516 nm menggunakan asam askorbat sebagai kontrol positif. Berdasarkan hasil uji diperoleh nilai (IC50) isolat bakteri endofit A pada fraksi metanol yaitu 201,8010 ppm dan pada fraksi etil asetat 232,9740 ppm. Nilai (IC50) isolat bakteri endofit B pada fraksi metanol yaitu 146,9645 ppm dan pada fraksi etil asetat 189,8048 ppm. Aktivitas antioksidan tertinggi dimiliki oleh isolat bakteri endofit B pada fraksi metanol dan diklasifikasikan sebagai antioksidan sedang. \u0000 Kata Kunci: Bakteri endofit, antioksidan, daun jambu biji (Psidium guajava L.) \u0000 \u0000 Abstract. Endophytic bacteria have the ability to produce secondary metabolites which are thought to be a result of genetic transfer from host plant into endophytic bacteria. Several secondary metabolites that can be produced by endophytic bacteria used to biocontrol agent, antibacterial, antifungal, antidiabetic, anti-inflammatory, and antioxidant. This research has been done about isolation of Endophytic Bacteria on Guajava Leaf (Psidium guajava L) which are thought to produce antioxidant. Bacterila isolation using the surface sterilization method by siaking using NaOCl and alcohol. Two bacterila were obtained, namely endophytic bacterial isolates A and endophytic bacterial isolates B which had different colony morphology, morphology of bacterial isolate A is irregular shaped, entire edge, flat surface, and almost transculent white, whereas bacterial endophytic bacterial isolates B is irregular shaped, undunate edge, flat surface, and whitish. Secondary metabolites test results showed that endophytic bacterial isolates A and B contained flavonoids and phenolics. Antioxidant test using using DPPH radical scavenging method (1,1–diphenyl-2-picryhidrazil) using Spectr","PeriodicalId":53369,"journal":{"name":"UNESA Journal of Chemistry","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41622570","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"REVIEW ARTIKEL: POTENSI BUNGA TANAMAN SUKUN (ARTOCARPUS ALTILIS [PARK. I] FOSBERG) SEBAGAI BAHAN ANTIOKSIDAN ALAMI","authors":"Ika Fitri Kurniawati, Suyatno Sutoyo","doi":"10.26740/ujc.v10n1.p1-11","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ujc.v10n1.p1-11","url":null,"abstract":"Abstrak. Review artikel ini ditujukan untuk membahas tentang potensi bunga tanaman sukun sebagai antioksidan. Sukun (Artocarpus altilis) merupakan salah satu tanaman yang menjadi kekayaan alam hayati Indonesia. Tanaman tersebut telah dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan pangan, bahan peralatan rumah tangga, serta obat tradisional untuk mengobati penyakit rematik, diabetes, penyakit jantung, sariawan, gangguan hati, asam urat, radang sendi, gangguan ginjal, panu, hipertensi, dan menurunkan kolesterol. Bunga sukun mengandung senyawa metabolit sekunder golongan flavonoid, tanin dan saponin. Senyawa flavonoid dan tanin merupakan senyawa fenolik yang memiliki aktivitas antioksidan, sehingga mampu menghambat proses oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas. Aktivitas antioksidan dapat ditentukan dengan metode antara lain DPPH, ABTS, FRAP, CUPRAC, dan ORAC.Kata kunci : Artocarpus altilis, bunga sukun, antioksidanAbstract. This review article is intended to discuss the potential of breadfruit plant flowers as antioxidants. Breadfruit (Artocarpus altilis) is one of the plants that is part of Indonesia's natural resources. These plants have been used by the community as food, household utensils, and traditional medicines to treat rheumatism, diabetes, heart disease, mouth sores, liver disorders, gout, arthritis, kidney problems, tinea versicolor, hypertension, and lowering cholesterol. Breadfruit flowers contain secondary metabolite compounds, flavonoids, tannins and saponins. Flavonoids and tannins are phenolic compounds that have antioxidant activity, so they can inhibit the oxidation process caused by free radicals. Antioxidant activity can be determined by methods including DPPH, ABTS, FRAP, CUPRAC, and ORAC.Key words: Artocarpus altilis, breadfuit flowers, antioxidant","PeriodicalId":53369,"journal":{"name":"UNESA Journal of Chemistry","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44957954","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Antosianin dalam Produksi Fermentasi dan Perannya sebagai Antioksidan","authors":"Herman Joseph Bimo Kunnaryo, P. R. Wikandari","doi":"10.26740/ujc.v10n1.p24-36","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ujc.v10n1.p24-36","url":null,"abstract":"Antosianin merupakan senyawa flavonoid larut dalam air, berada dalam bentuk aglikon sebagai antosianidin. Antosianin banyak terdapat di alam baik terkandung di dalam buah, daun ataupun bunga. Antosianin memiliki manfaat biologis salah satunya sebagai antioksidan. Faktor yang mempengaruhi kestabilan senyawa ini ialah pH, suhu dan enzim polifenol oksidase (PPO), sehingga aktivitas antioksidannya juga dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi kestabilan antosianin. Beberapa penelitian proses fermentasi bakteri asam laktat (BAL) terbukti menurunkan pH serta menghambat aktivitas enzim PPO sehingga meningkatkan kestabilan antosianin serta meningkatkan aktivitas antioksidan. Artikel review ini membahas tentang struktur, stabilitas antosianin, aktivitas antioksidan antosianin, dan pengaruh fermentasi terhadap kestabilan antosianin. \u0000 \u0000Kata Kunci: Antosianin, Antioksidan, Bakteri Asam Laktat","PeriodicalId":53369,"journal":{"name":"UNESA Journal of Chemistry","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48905399","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENGARUH SUHU KALSINASI KOMPOSIT Zn TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOSIT TiO2/ZnO","authors":"Shofi Nur Aliyah, D. Maharani","doi":"10.26740/ujc.v10n1.p79-84","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ujc.v10n1.p79-84","url":null,"abstract":"Abstrak. Sintesis semikonduktor TiO2 dan ZnO diharapkan dapat meningkatkan sifat fisik dan karakteristik katalis. ZnO berperan sebagai dopan yang melapisi permukaan kristal TiO2, sehingga mampu meningkatkan energi gap dari semikonduktor TiO2. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh suhu kalsinasi terhadap karakteristik komposit TiO2/ZnO. Sol TiO2 dan sol ZnO disintesis menggunakan metode sol-gel. Komposit TiO2/ZnO dikasinasi pada suhu 400 °C, 450 °C 500 °C, dan 550 °C. Karakterisasi yang dilakukan yaitu analisis dengan instrument Fourier Transform Infra Red (FTIR) yang menunjukkan terdapat gugus fungsi -OH, Ti-O dan Zn-O pada komposit yang terbentuk. Dan analisis X-Ray Driffraction (XRD) yang menunjukkan fasa anatase dan ukuran kristal komposit TiO2/ZnO didapatkan semakin tinggi suhu kalsinasi maka semakin besar ukuran kristalnya pada komposit yang terbentuk. \u0000 \u0000Kata kunci : Komposit, TiO2/ZnO, Sol-gel \u0000 \u0000Abstract. The synthesis of TiO2 and ZnO semiconductors is expected to improve the physical properties and characteristics of the catalyst. ZnO acts as a dopant that coats the surface of TiO2 crystals, thereby increasing the energy gap of the TiO2 semiconductor. The purpose of this study was to determine the effect of calcination temperature on the characteristics of TiO2/ZnO composites. TiO2 sol and ZnO sol were synthesized using the sol-gel method. TiO2/ZnO composites were cured at 400 °C, 450 °C 500 °C, and 550 °C. The characterizations carried out was the Fourier Transform Infra Red (FTIR) instrument analysis which showed that there were an -OH, Ti-O and Zn-O functional groups in the formed composite. And X-Ray Driffraction (XRD) analysis which showed the anatase phase and crystalline size of TiO2/ZnO composites, the higher the calcination temperature, the greater the crystal size in the formed composite. \u0000 \u0000Key words: Composite, TiO2/ZnO, Sol-gel","PeriodicalId":53369,"journal":{"name":"UNESA Journal of Chemistry","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44528000","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI TULANG SAPI (Bos taurus) MENGGUNAKAN TEKNIK KALSINASI SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF HYDROXYAPATITE FROM COW BONES (Bos Taurus) USING CALCINATION TECHNIQUES","authors":"Fifi Afifah, Sari Edi Cahyaningrum","doi":"10.26740/ujc.v9n3.p189-196","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ujc.v9n3.p189-196","url":null,"abstract":"Tulang sapi memiliki kandungan hidroksiapatit cukup tinggi, sehingga berpotensi sebagai prekursor material dalam sintesis hidroksiapatit. Tulang sapi memiliki komposisi anorganik yang terdiri dari 93% hidroksiapatit dan 7% β-TCP. Hidroksiapatit merupakan biomaterial dengan struktur heksagonal yang dapat dimanfaatkan sebagai implan tulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil karakterisasi secara kimia (gugus fungsional dan fasa) maupun fisika (kristalinitas) sintesis hidroksiapatit dari tulang sapi. Tulang sapi dipreparasi dengan cara direbus, dicuci dengan aquades, lalu direndam dengan larutan H2O2 selama 5 jam sehingga dihasilkan tulang sapi bebas lemak berwarna putih. Hidroksiapatit diperoleh dari hasil kalsinasi tulang sapi menggunakan furnace dengan suhu 900⁰C selama 6 jam. Kalsinasi dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan hidroksiapatit dari tulang sapi dan untuk menghilangkan senyawa organik yang tidak dibutuhkan dalam tulang manusia. Rendemen yang dihasilkan pada proses kalsinasi sebesar 83,41%. Hidroksiapatit yang dihasilkan dikarakterisasi kimia dengan instrumen FT-IR menunjukkan adanya gugus fungsi OH-, PO43-, dan CO32-, dimana gugus-gugus tersebut merupakan ciri yang dimiliki oleh hidroksiapatit. Pada instrumen XRD menunjukkan adanya fasa hidroksiapatit dan fasa apatit karbonat. Fasa apatit karbonat tersebut tidak membahayakan tulang manusia disebabkan tulang manusia juga terdiri atas komposisi anorganik karbonat. Hidroksiapatit dikarakterisasi fisika menunjukkan derajat kristalinitas sebesar 95%. Hidroksiapatit memiliki kristalinitas yang tinggi karena memiliki struktur yang rapat dan pori yang kecil.Kata kunci : Tulang sapi, hidroksiapatit, kalsinasi \u0000Cow bone has a high hydroxyapatite composition, so it can be determined as a preliminary material in the synthesis of hydroxyapatite. Cow bone has an inorganic composition consisting of 93% hydroxyapatite and 7% (β-TCP). Hydroxyapatite is a biomaterial with a hexagonal structure that can be utilized as a bone implant. This research aims to study the results of chemical characterization (functional groups and phases) and physics (crystallinity) of hydroxyapatite synthesis from cow bones. Cow bones are prepared by boiling, replaced with distilled water, then soaked with a solution of H2O2 for 5 hours so that the resulting cow bone is free of white fat. Hydroxyapatite is obtained from the calcination of cow bones using a furnace at 900⁰C for 6 hours. Calcination is done to get hydroxyapatite from cow bones and to eliminate organic compositions that are not needed in human bones. The yield produced in the calcination process is 83.41%. Hydroxyapatite produced was chemically characterized by FT-IR instruments showing the presence of OH-, PO43-, and CO32- functional groups, whereas these groups were by the characteristics provided by hydroxyapatite. On the XRD intruments shows the presence of the hydroxyapatite phase and the apatite carbonate phase. This carbonate apatite phase ","PeriodicalId":53369,"journal":{"name":"UNESA Journal of Chemistry","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-11-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43610580","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}