{"title":"Uji Kualitas Kimia Kefir Dari Imbangan Susu Kambing Dan Susu Sapi Dengan Lama Fermentasi Yang Berbeda","authors":"Alfath Rusdhi, Purwo Siswoyo, Tiara Adelia","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.284","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.284","url":null,"abstract":"Penelitian bertujuan untuk mempelajari kualitas kimia kefir dari imbangan susu kambing dan susu sapi dengan lama fermentasi yang berbeda. Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap pola faktorial. Faktor pertama adalah jenis susu (susu sapi 100%, susu kambing 50% + susu sapi 50%, dan susu kambing 100%), faktor kedua adalah lama permentasi (24, 36 dan 48 jam). Hasil penelitian menunjukkan jenis susu, lama permentasi dan interaksinya berpengaruh nyata terhadap kadar protein, lemak, alcohol, total padatan terlarut dan total asam laktat. kualitas kefir yang seimbang tinggi protein, rendah lemak dan alkohol terdapat pada kefir susu kambing dengan fermentasi selama 60 jam, dimana jumlah protein 4,16%, Lemak 4,27%, dan alkohol 0,59%, Total padatan terlarut 5,5667% dan Total asam laktat 0,7871%.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":"89 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136158861","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dwiyarina Margarisa, Firman Rezaldi, Isti Dwi Pruschia, Muhammad Andry, M. Fariz Fadillah, Mutia Muhardiyanti, Hendra Jaya, Leni Halimatusyadiah, Muhammad Amin Nasution
{"title":"Fermentasi kombucha bunga telang (Clitoria ternatea L) sebagai produk bioteknologi sederhana dalam memberikan reaksi farmakodinamik mencit (Mus musculus L) yang terpapar asap rokok dan morfometri ovarium","authors":"Dwiyarina Margarisa, Firman Rezaldi, Isti Dwi Pruschia, Muhammad Andry, M. Fariz Fadillah, Mutia Muhardiyanti, Hendra Jaya, Leni Halimatusyadiah, Muhammad Amin Nasution","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.254","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.254","url":null,"abstract":"Indikator kesuburan pada wanita salah satunya adalah kerja ovarium secara fungsional yang optimal. Menurunnya fungsi kerja ovarium secara kualitas dan kuantitas dipengaruhi oleh paparan asap rokok. Komponen utama yang terkandung pada asap rokok meliputi tar, nikotin, karbon monoksida, gas anorganik, logam berat, nitrosamine, karbonil, formaldehida, dan hidrokarbon aromatik polinuklir. Komponen-komponen utama yang terkandung pada asap rokok tersebut berkolerasi secara positif dalam mempengaruhi kadar hormon reproduksi wanita bahkan menurunkan fertilitas. Salah satu upaya dalam mencegah radikal bebas asap rokok dan berpotensi sebagai antioksidan secara natural adalah mengkonsumsi kombucha bunga telang. Kombucha bunga telang dari penelitian sebelumnya mengandung fitokimia yang mampu menghambat radikal bebas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari mengenai pengaruh kombucha bunga telang terhadap morfometri ovarium mencit betina yang terpapar asap rokok. Desain penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hewan uji yang digunakan berupa mencit betina yang berumur 10 sampai 12 minggu yang berbobot 20 sampai 20 g sejumlah 24 ekor. Kombucha bunga telang yang diberikan adalah 10 mL/L , 20 mL/L , 30 mL/L , dan 40 mL/L. Pemaparan asap rokok terhadap mencit dilakukan pada hari 1-20 sebanyak 1 batang dan diobati dengan kombucha bunga telang pada hari ke 21-40 hari. Pengawinan mencit betina dilakukan pada hari ke 40. Pengamatan morfometri ovarium seperti panjang, lebar, bobot, dan jumlah korpus luteum dilakukan pada 18 hari usia kebuntingan. ANOVA dan DMRT dengan taraf kepercayaan 1% adalah analisis data yang dilakukan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kombucha bunga telang mempunyai efek yang baik dalam memperbaiki taraf fertilitas yang dapat diamati dengan parameter uji seperti panjang, lebar, bobot, dan jumlah korpus luteum serta pemberian kombucha dengan konsentrasi 40 mL/L merupakan perlakuan yang terbaik.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":"53 12","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135511390","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Indra Ginting, Singgar Ni Rudang, Muhammad Andry, Mayang Sari, Muhammad Amin Nasution
{"title":"Uji aktivitas antibakteri kombinasi ekstrak kulit dan biji Pepaya (Carica papaya L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli","authors":"Indra Ginting, Singgar Ni Rudang, Muhammad Andry, Mayang Sari, Muhammad Amin Nasution","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.262","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.262","url":null,"abstract":"Pendahuluan; Penyakit infeksi yang banyak diderita masyarakat di antaranya infeksi Enterobacteria dari golongan E.coli dan infeksi kulit karena S.aureus. Salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai antibaketri adalah pepaya seperti biji dan kulit nya. Tujuan; Penelitian dilakukan untuk mengetahui aktivitas ekstrak kombinasi kulit dan biji pepaya (Carica papaya L) terhadap S.aureus dan E.coli. Metode; Yang digunakan eksperimen. Ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etanol 80%, 60%. 40% dan 20%. Uji Aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram dan uji skrining fitokimia pada ekstrak kulit pepaya (Carica papaya L). Hasil; Orientasi keempat etanol pada konsentrasi yang diambil (60:40) paling besar menghambat bakteri S.aureus dan E.coli adalah etanol 60% dengan diameter zona hambat 14,3 mm dan 14,0 mm.Hasil Uji skrining pada ekstrak kulit pepaya (Carica papaya L) terdapat positif pada alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, dan Steroid. Hasil yang diperoleh pada etanol 60% menunjukkan bahwa ekstrak kombinasi kulit dan biji pepaya (Carica papaya L) pada S.aureus dengan konsentrasi (20:80) – (80:20) sebesar 11,9 mm - 15,6 mm. Pada E.coli dengan konsentrasi (20:80) – (80:20) sebesar 9,7 mm - 14,9 mm. Kesimpulan; Penelitian ekstrak kombinasi kulit dan biji pepaya (Carica papaya L) dari berbagai konsentrasi lebih besar menghambat bakteri S.aureus dibanding bakteri E.coli.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":"182 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135729075","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Data collection within patient support programs in Canada and implications for real-world evidence generation: the authors' perspective.","authors":"Allison Wills, Arif Mitha, Winson Y Cheung","doi":"10.3389/jpps.2023.11877","DOIUrl":"10.3389/jpps.2023.11877","url":null,"abstract":"<p><p>Patient support programs (PSPs) offer a unique opportunity to collect real-world data that can contribute to improving patient care and informing healthcare decision making. In this perspective article, we explore the collection of data through PSPs in Canada, current advances in data collection methods, and the potential for generating acceptable real-world evidence (RWE). With PSP infrastructure already in place for most specialized drugs in Canada, adding and strengthening data collection capacities has been a focus in recent years. However, limitations in PSP data, including challenges related to quality, bias, and trust, need to be acknowledged and addressed. Forward-thinking PSP developers have been taking steps to strengthen the PSP datasphere, such as engaging third parties for data analysis, publishing peer-reviewed studies that utilize PSPs as a data source and incorporating quality controls into data collection processes. This article illustrates the current state of PSP data collection by examining six PSP RWE studies and outlining their data characteristics and the health outcomes collected from the PSP. A framework for collecting real-world data within a PSP and a checklist to address issues of trust and bias in PSP data collection is also provided. Collaboration between drug manufacturers, PSP vendors, and data specialists will be crucial in elevating PSP data to a level acceptable to healthcare decision makers, including health technology assessors and payers, with the ultimate beneficiary being patients.</p>","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":"26 ","pages":"11877"},"PeriodicalIF":2.7,"publicationDate":"2023-10-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10603246/pdf/","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"71415062","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"OA","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Determination of Total Phenolic Content, Secondary Metabolite Profile from Mangosteen Leaf Extract and Its Potential Utilization in Herbal Tea Preparations as Anticancer","authors":"Muhammad Andry, Hanafis Sastra Winata","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.265","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.265","url":null,"abstract":"Background; Mangosteen leaves (Garcinia mangostana L.) have secondary metabolites, namely phenolics, flavonoids, tannins, saponins, and triterpenoids. Phenolics are one of the largest groups of compounds found in mangosteen leaves which have several pharmacological and therapeutic functions, one of which is anti-cancer. Objectives; To determine the total phenol content and profile of secondary metabolites and the type of phenolic extract of mangosteen leaves. Method; Using UV-Vis spectrophotometer Folin-Ciocalteu method with the gallic acid standard. Profile of secondary metabolites and phenolic types using LCMS. Results; Based on the research that has been done, the total phenolic content is obtained where the highest concentration is in the ethanol extract 96% (290.90 mg GAE/g extract or 29.08%), then ethyl acetate extract (161.07 mg GAE/g extract or 16, 10%). Identification of LCMS, detected 15 compounds, including 6 phenolic compounds. Phenolic compounds found were gallic acid, amarogentin, oleuropein glucoside, mandelic acid, vanillic acid, and gentisic acid.. Conclusion; Phenolic compounds can act as antioxidants by protecting body cells from damage caused by free radicals such as degenerative diseases, one of which is cancer due to free radical induction.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136356685","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Uji Toksisitas Akut ekstrak Etanol Bunga Turi Putih (Sesbania grandiflora (L.) Pers.) Terhadap Parameter SGOT dan SGPT pada Organ Hati Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Galur Wistar","authors":"Fikih Putri Ayu Nabila, Jamilatur Rohmah","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.244","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.244","url":null,"abstract":"Tumbuhan turi memiliki kandungan senyawa fenolik, tanin, flavonoid, alkaloid, dan glikosid. Selain itu, tumbuhan turi juga memiliki kandungan senyawa yang berpotensi toksik seperti senyawa pyrrolizidine. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui toksisitas akut ekstrak etanol bunga turi putih terhadap gejala toksik, pengamatan makroskopis organ hati, dan pengukuran kadar SGOT dan SGPT. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik menggunakan rancangan penelitian Post Test Only Control Group Design. Tikus terbagi menjadi 4 kelompok yaitu kontrol normal, dosis 10.000, 15.000, dan 20.000 mg/kgBB, selanjutnya diamati gejala toksik, makroskopis hati, dan kadar SGOT-SGPT. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa bunga turi mengandung senyawa alkaloid, saponin, tanin, steroid, dan triterpenoid. Hasil pengamatan makroskopis organ hati menunjukkan dalam kondisi normal. Hasil uji One Way Annova pada kadar SGOT dan SGPT menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada pada setiap kelompok. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat toksisitas ekstrak etanol bunga turi putih terhadap tikus dilihat dari gejala toksik yang muncul namun belum sampai menimbulkan kematian pada tikus, selain itu ekstrak bunga turi putih dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan kadar SGPT dan SGPT.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135696094","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Clinical observation of dexmedetomidine nasal spray in the treatment of sleep disorders on the first night after undergoing maxillofacial surgery: a single-center double-blind randomized controlled study.","authors":"Ye Wang, Zibin Jin, Wenli Xu, Keyu Chen, Lingxin Wei, Dong Yang, Xiaoming Deng, Shiyi Tong","doi":"10.3389/jpps.2023.11699","DOIUrl":"10.3389/jpps.2023.11699","url":null,"abstract":"<p><p><b>Purpose:</b> Dexmedetomidine exerts a sedative effect by promoting the sleep pathway endogenously and producing a state similar to N2 sleep. This study aimed to study the efficacy and safety of dexmedetomidine nasal spray in the treatment of postoperative sleep disturbance. <b>Methods:</b> This study enrolled 120 participants [men and women; age, 18-40 years; American Society of Anesthesiologists grade, I or II] who underwent maxillofacial surgery under general anesthesia through nasotracheal intubation. The participants were randomly divided into three groups: blank control group (BC group), 1.0 μg/kg dexmedetomidine group (1.0 Dex group), and 1.5 μg/kg dexmedetomidine group (1.5 Dex group), with 40 patients allocated to each group. At 21:30 on the night after the operation, the intervention groups were administered their corresponding doses of dexmedetomidine nasal spray. The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) scale was used to evaluate the baseline sleep status of participants 1 month preoperatively and on the night after the operation. Polysomnography (PSG) was used to record the sleep status on the night after the operation. We recorded the rescue times of sedative and analgesic drugs on the first night after surgery, adverse reactions, total hospital stay duration, and total costs. <b>Results:</b> Compared with patients in the BC group, those in 1.0 Dex and 1.5 Dex groups had longer N2 sleep duration, were awake for a shorter time after dose administration, woke up less often, and had significantly improved sleep efficiency (<i>p</i> < 0.05). Compared with the BC group, the PSQI scores of 1.0 Dex and 1.5 Dex groups were significantly lower on the night after operation, and the proportion of PSQI > 5 was significantly lower (<i>p</i> < 0.05). Compared with patients in the BC group and the 1.0 Dex group, those in the 1.5 Dex group had significantly prolonged N3 sleep, reduced frequency of requiring sufentanil rescue, lower incidence of sore throat after surgery, and shorter average length of hospital stay (all, <i>p</i> < 0.05). <b>Conclusion:</b> The sleep quality of participants on the night after having undergone maxillofacial surgery was safely and effectively improved by 1.0-1.5 μg/kg dexmedetomidine atomized nasal sprays. Notably, only the latter could prolong N3 sleep. <i>Level of Evidence II</i>: Evidence was obtained from at least one properly designed randomized controlled trial.</p>","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":"26 ","pages":"11699"},"PeriodicalIF":2.9,"publicationDate":"2023-10-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10579589/pdf/","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49684341","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"OA","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Siti Aisyah Jamil, Yayuk Putri Rahayu, Minda Sari Lubis, Haris Munandar Nasution
{"title":"Uji aktivitas antibakteri formulasi sediaan sabun padat transparan ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap bakteri Cutibacterium acnes","authors":"Siti Aisyah Jamil, Yayuk Putri Rahayu, Minda Sari Lubis, Haris Munandar Nasution","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.234","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.234","url":null,"abstract":"Jerawat, adalah suatu penyakit kulit yang terjadi diawali dengan peningkatan produksi sebum diperparah karena adanya serangan bakteri Cutibacterium acnes. Saat ini banyak sediaan antijerawat, salah satunya dalam berbentuk sabun, tetapi masih sedikit yang mengandung herbal yang alami. Salah satu tanaman yang mempunyai zat aktif atau agen yang berpotensi dapat mencegah dan mengobati jerawat adalah daun belimbing wuluh (Averrhoa bililmbi L.) dengan sifat zat antibakterinya. Selain memiliki potensi dalam mencegah dan mengobati jerawat, tanaman ini juga sangat mudah ditemui di Indonesia. Dilakukannya penelitian ini untuk melihat apakah ekstrak daun belimbing wuluh dapat diformulasikan sebagai sediaan sabun dan apakah memiliki sifat antibakteri terhadap bakteri Cutibacterium acnes. Metode penelitian daun belimbing wuluh segar dibuat menjadi simplisia dan diekstraksi menggunakan etanol 96%, skrining fitokimia dilakukan terhadap daun belimbing wuluh segar dan ekstrak. Formulasi sabun padat transparan ekstrak daun belimbing wuluh dengan konsentrasi 2,5%, 5% dan 7,5%. Evaluasi sediaan meliputi uji mutu fisik sediaan, uji pH, uji tinggi dan stabilitas busa, uji kelembaban kulit, uji iritasi, uji kesukaan Panelis (hedonic test) dan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Cutibacterium acnes. Hasil penelitian dan kesimpulan menunjukkan bahwa daun belimbing wuluh segar dan ekstrak mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid/triterpenoid, dan glikosida. Ekstrak daun belimbing wuluh dapat diformulasikan kedalam sediaan sabun padat transparan, mempunyai aroma khas ekstrak, homogen, pH 9-11, dengan daya sebar 26- 29 mm. Aktivitas antibakteri termasuk kategori sensitif pada semua konsentrasi. Formula yang di sukai panelis adalah sediaan dengan konsentrasi 2,5%.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135895489","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Deteksi Bakteri Proteolitik Dari Ileum Gallus Gallus Sebagai Kandidat Agen Probiotik Pakan Fermentasi Unggas","authors":"Tengku Gilang Pradana, Alfath Rusdhi, Indah Pratiwi Purba","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.261","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.261","url":null,"abstract":"The ileum is part of the small intestine that functions as the absorption of food and for the growth and development of bacteria to degrade feed, such as lactic acid bacteria. The purpose of this study was to explore and detect proteolytic bacteria from the ileum of Gallus gallus as a candidate probiotic agent. The research method is a selection of proteolytic bacteria, catalase, and motility. The results showed that the average proteolytic index in isolates GP sp. 4, GP sp.3, and GP sp. 1 were 1.533, 1.531, and 1.500. Nine isolates were gram-positive and one gram-negative (GP sp. 3). The ten isolates could hydrolyze hydrogen peroxide, as indicated by the formation of air bubbles. The motility test showed that eight isolates were motile and the other two isolates were non-motile (GP sp.8 and GP sp.10). The ten proteolytic bacterial isolates obtained did not have the potential to be used as probiotic agents for fermented poultry feed because low proteolytic index value.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135769877","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tri Damaiyanti, Muhammad Amin Nasution, Haris Munandar Nasution, Rafita Yuniarti
{"title":"Penetapan Kadar Kafein Dari Ekstrak Daun Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) Dan Daun Kopi Arabika (Coffea arabica L.) Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.","authors":"Tri Damaiyanti, Muhammad Amin Nasution, Haris Munandar Nasution, Rafita Yuniarti","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.257","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.257","url":null,"abstract":"Kopi merupakan tanaman yang mengandung kafein dan bisa diolah menjadi minuman yang nikmat, saat ini telah meraih popularitas yang sangat tinggi di seluruh dunia, menempati peringkat kedua setelah air dan teh dalam daftar minuman yang paling disukai. Minuman kopi digemari oleh berbagai kalangan, dari remaja hingga dewasa, dan di Indonesia, kopi bahkan menjadi minuman terbesar yang dikonsumsi, hanya berada di bawah air putih dalam tingkat konsumsi. Rata-rata, orang mengonsumsi kopi sekitar 3-4 kali sehari, mencerminkan betapa populernya minuman ini di antara penduduk Indonesia. Kopi memiliki tingkat kafein yang relatif tinggi, dan konsumsi berlebihan yang berlanjut dapat meningkatkan risiko perkembangan beberapa jenis penyakit, seperti hipertensi, penyakit jantung, dan stroke. Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), batas maksimum konsumsi kafein dalam makanan dan minuman adalah 150 mg per hari dan 50 mg per sajian. Konsumsi kopi yang berlebihan dan berkelanjutan dapat meningkatkan risiko perkembangan penyakit tertentu seperti hipertensi, penyakit jantung, dan stroke. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dari daun kopi robustadan daun kopi arabika dan untuk menentukan kadar kafein dalam daun kopi robusta dan daun kopi arabika secara kromatografi cair kinerja tinggi. Tahap-tahap penelitian ini mencakup pengolahan bahan tumbuhan, karakterisasi, pembuatan ekstrak etanol, skrining fitokimia, dan penentuan kadar kafein pada ekstrak daun kopi robusta dan daun kopi arabika melalui kromatografi cair kinerja tinggi. Ekstrak dari daun kopi robusta dan daun kopi arabika dibuat dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%. Ekstrak yang dihasilkan kemudian dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator, dan selanjutnya dilakukan pengujian kualitatif kafein menggunakan metode Parry. Kadar kafein ditetapkan dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi, dengan menggunakan persamaan regresi y = ax+b, di mana y adalah luas area, a= 49,668, dan b= - 16,536. Kadar kafein dalam ekstrak daun kopi robusta diukur sekitar 51,42916 mg/g, sementara ekstrak daun kopi arabika memiliki kadar kafein sekitar 29,97927 mg/g.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":"77 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135924631","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}