{"title":"Prinsip Dasar Pemberitaan Injil Menurut Kisah Para Rasul 28:23-31","authors":"Esau Huwae","doi":"10.55798/kapata.v1i2.14","DOIUrl":"https://doi.org/10.55798/kapata.v1i2.14","url":null,"abstract":"New Testament record church growing as result of God works through church and missionary. The failure of Christian mission because they do not understand the basic principles of missionary work. Narration of Luke in Acts 28:23-31 provides basic principles of missionary work. This article examines the passages of Acts 28:23-31 with evangelical approaching. Church and missionary workers must have a pure heart, biblical material, good quality based on Holy Spirit work and continuously follow-up. Thus, the basis of missionary work carry out of God’s will according the scripture. Abstrak Perjanjian Baru mencatatkan tentang pertumbuhan gereja sebagai dampak pemberitaan injil yang dikerjakan Allah melalui gereja dan para pekerja injil. Kegagalan pemberitaan injil yang dilaksanakan oleh gereja atau pemberita injil dikarenakan mereka tidak memahami prinsip-prinsip dasar pemberitaan injil. Narasi Lukas dalam Kisah Para Rasul 28:23-31 memberikan prinsip-prinsip dasar pemberitaan injil. Artikel ini mengkaji nats Kisah Para Rasul 28:23-31 dengan pendekatan yang dipakai oleh kaum injili. Pemberitaan injil harus memiliki pondasi motivasi yang murni, materi yang alkitabiah, mutu sesuai dengan pekerjaan Roh Kudus dan tindak lanjut yang terus menerus. Dengan demikian dasar pekerjaan injil yang dilakukan gereja adalah berdasarkan kehendak Allah yang tertulis dalam Alkitab.","PeriodicalId":432832,"journal":{"name":"KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"53 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131439968","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Makna Penggunaan Gaya Bahasa Ironi dalam Narasi Hakim-Hakim 4:1-24","authors":"Giyarto Giyarto, Daniel Lindung Adiatma","doi":"10.55798/kapata.v1i2.13","DOIUrl":"https://doi.org/10.55798/kapata.v1i2.13","url":null,"abstract":"The book of judges is an important historical theological book in Old Testament Canon. This book uses narrative literature as common narrative books in Old Testament. Judges 4:1-24 is part of narrative book of Judges. Some interpretation books do not pay attention to literary approach. Especially on Judges 4:1-24 some interpretation only concern to Deborah dan Barak and their success. Irony is one of the language styles used in describing a narrative. This article aims to examine the meaning of the use of irony in the narrative of Judges 4: 1-24. Through narrative literary research and the use of irony in language, the interpreters discover the theological meanings that contained in the narrative of Israel's deliverance of the oppression. Abstrak Kitab Hakim-Hakim merupakan kitab sejarah teologis yang penting dalam kanon Perjanjian Lama yang memakai sastra narasi. Tidak banyak buku tafsir yang memeriksa penggunakan unsur sastra dalam menafsirkan kitab Hakim-Hakim 4:1-24. Ironi adalah salah satu gaya bahasa yang dipakai dalam melukiskan narasi. Artikel ini bertujuan meneliti makna penggunaan gaya bahasa ironi dalam narasi Hakim-Hakim 4:1-24. Melalui penelitian sastra narasi dan penggunaan gaya bahasa ironi, penafsir menemukan kekayaan makna teologis yang terkandung dalam narasi pembebasan Israel dari penindasan raja Kanaan. ","PeriodicalId":432832,"journal":{"name":"KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115362835","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Penebusan Rut Oleh Boas Sebagai Tipologi Penebusan Kristus Dan Refleksi Bagi Teologi Misi Masa Kini","authors":"Ruat Diana, Sonny Eli Zaluchu, Deni Triastanti","doi":"10.55798/kapata.v1i2.10","DOIUrl":"https://doi.org/10.55798/kapata.v1i2.10","url":null,"abstract":"This article deals with Boaz's redemption of Ruth as an Old Testament typology in explaining Christ's redemption in the New Testament. The formulation of the research problem is how is the relationship between the redemption of Ruth in the Old Testament and the redemption of Christ and the reflection of today's mission theology? The author uses historical methods (Historical Research) and descriptive methods (Descriptive Research), namely literature studies through supporting books and journals, regarding the redemption of Ruth by Boaz in the Old Testament and explaining Christ's redemption in the New Testament. From the context of redemption (go'el) in the Old Testament, the redeemer must have more ability or strength than someone who is redeemed. Because people who are redeemed are often described as weak or slave. Meanwhile, the context of redemption in the New Testament was immediately carried out by the Lord Jesus Christ through Christ's death on the cross and His resurrection to reveal redemption to all tribes, nations, who exist on earth as weak and sinful creatures, which is also the basis of mission theology for the message. The gospel for all sinners. The redemption made by Christ is not only for one tribe of Israel, but all people have the same right to salvation and redemption to live in union with Christ. Artikel ini membahas tentang penebusan Rut oleh Boas sebagai tipologi Perjanjian Lama dalam menjelaskan penebusan Kristus dalam PerjanjianBaru. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana kaitan penebusan Rut dalam Perjanjian Lama dan penebusan Kristus dan refleksi teologi misi masa kini? Penulis menggunakan metode historis (Historical Research) dan metode deskriptif (Descriptive Research) yaitu studi pustaka melalui buku-buku dan jurnal yang mendukung, tentang penebusan Rut oleh Boas dalam Perjanjian Lama dan menjelaskan penebusan Kristus dalam Perjanjian Baru. Dari konteks penebusan (go’el) di dalam Perjanjian Lama,penebusharus memiliki kemampuan atau kekuatan lebih dari seseorang yang ditebus. Karenaorang yang ditebussering digambarkan sebagai orang yang lemah atau budak. Sedangkan konteks penebusan di dalam Perjanjian Baru langsung dilakukan Tuhan Yesus Kristus melalui kematian Kristus di kayu salib dan kebangkitan-Nya untuk menyatakan penebusan kepada semua suku, bangsa, yang ada di bumi sebagai mahkluk yang lemah dan berdosa, yang sekaligus sebagai dasar teologi misi bagi pekabaran Injil bagi semua manusia berdosa. Penebusan yang dilakukan oleh Kristus bukan hanya kepada satu suku Israel saja, tetapi semua orang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan keselamatan dan penebusan untuk hidup bersatu dengan Kristus.","PeriodicalId":432832,"journal":{"name":"KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"750 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115218082","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ayu Rotama Silitonga, Priskha Natonis, I Putu Ayub Darmawan
{"title":"Implikasi Konsep Yesus Pengudus Menurut A.B. Simpson Bagi Orang Kristen Masa Kini","authors":"Ayu Rotama Silitonga, Priskha Natonis, I Putu Ayub Darmawan","doi":"10.55798/kapata.v1i2.12","DOIUrl":"https://doi.org/10.55798/kapata.v1i2.12","url":null,"abstract":"Sanctification is a blessing and gift from God to believers. According to Albert Benyamin Simpson, the Holy Jesus has an important meaning, which is a form of complete submission to God. The problem formulation in this writing is what is the concept of Jesus the Holiness according to the thought of Albert Benjamin Simpson? The purpose of this paper is to know the concept of the Holy Jesus according to the thought of Albert Benyamin Simpson. To obtain information in this writing, the writer uses the Literature method by observing books and journals to support writing. The result of this writing is that Simpson thinks that the concept of Jesus is a form of submission to God. The meaning of the Holy Jesus as explained by the author is to live in holiness and as a sign of submission to God. The implication that today's believers can do is continue to believe in God and fully surrender to the Lord Jesus Christ as a sanctuary. Abstrak:Pengudusan merupakan berkat dan anugrah dari Tuhan kepada orang percaya. Menurut Albert Benyamin Simpson, Yesus Pengudus memiliki makna penting, yaitu bentuk penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini ialah seperti apa konsep Yesus Pengudus menurut pemikiran Albert Benyamin Simpson? Adapun tujuan dalam penulisan ini ialah untuk mengetahui konsep Yesus Pengudus menurut pemikiran Albert Benyamin Simpson. Untuk mendapatkan informasi dalam penulisan ini, maka penulis menggunakan metode Literatur dengan melakukan observasi terhadap buku-buku dan jurnal untuk mendukung penulisan. Hasil dari penulisan ini adalah Simpson beranggapan bahwa konsep Yesus Pengudus ialah bentuk penyerahan diri kepada Allah. Makna Yesus Pengudus yang dipaparkan oleh penulis adalah hidup dalam kekudusan dan sebagai tanda penyerahan diri kepada Allah. Implikasi yang dapat dilakukan orang percaya masa kini adalah tetap percaya kepada Tuhan dan berserah penuh kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai pengudus.","PeriodicalId":432832,"journal":{"name":"KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"45 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132043618","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Implementasi Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Karakter Anak","authors":"Nahum Pinat, Ezra Tari, Purnama Pasande","doi":"10.55798/kapata.v1i2.8","DOIUrl":"https://doi.org/10.55798/kapata.v1i2.8","url":null,"abstract":"Penulis tertarik untuk menemukan pola pendidikan di dalam keluarga jemaat GMIT Betel Dalehi. Karena anak ada masalah dengan kepribadian terutama rasa percaya diri. Penulis mencari tahu penyebab anak bertumbuh jauh dari karakter kristiani. Penelitian ini hendak memberi jalan keluar bagi orang tua dalam mendidik anak. Usaha untuk mendekati persoalan dilakukan dengan mempelajari fakta dilapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua belum mampu mempraktikkan bentuk pendidikan yang mampu membuat anak memiliki karakter yang baik. Pola asuh yang diterapkan orang tua cenderung orotiter. Ada pola permisif, yang menyebabkan anak tidak bertumbuh sesuai dengan karakter Kristiani. Bentuk bimbingan dalam keluarga berperan penting terhadap kepribadian anak. Pengetahuan secra teoritis yang dimiliki oleh orang tua di Jemaat betel Dalehi sangat kurang sehingga orang tua belum melaksanakan bentuk pola pendidikan yang seharusnya diberikan dalam keluarga. Pembentukan keluarga Kristen belum dijalankan sesuai dengan seharusnya. Orang tua lebih perlu menerapkan pola demokratis dalam hal memberi pendidikan dalam keluarga.","PeriodicalId":432832,"journal":{"name":"KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"174 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132298468","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kemuliaan Karya Keselamatan Allah Tritunggal: Studi Eksposisi Efesus 1:3-14","authors":"Sigit Wijoyo","doi":"10.55798/kapata.v1i1.7","DOIUrl":"https://doi.org/10.55798/kapata.v1i1.7","url":null,"abstract":"The letter of Paul to the Ephesians gives us insight about God’s works in salvation history. This article intends to explain about doxology of Paul because of God’s salvation. Some interpretation using topical approach to interpreting Ephesians 1:3-14, so that deviated of Paul’s motive in his script. The author stresses on structure and grammatical arrangement of Paul’s writings to find a properly interpretation of Ephesians 1:3-14. AbstrakSurat Paulus kepada jemaat di Efesus memberi kita wawasan tentang karya-karya Allah dalam sejarah keselamatan. Artikel ini bermaksud menjelaskan tentang doksologi Paulus karena keselamatan Allah. Beberapa penafsiran menggunakan pendekatan topikal untuk menafsirkan Efesus 1: 3-14, sehingga menyimpang dari motif Paulus dalam naskahnya. Penulis menekankan pada struktur dan pengaturan tata bahasa dari tulisan-tulisan Paulus untuk menemukan interpretasi yang tepat dari Efesus 1: 3-14.","PeriodicalId":432832,"journal":{"name":"KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126799219","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Doa Puasa Dan Manfaatnya Terhadap Kehidupan Orang Percaya","authors":"Demianus Nahaklay","doi":"10.55798/kapata.v1i1.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.55798/kapata.v1i1.3","url":null,"abstract":"Doa puasa adalah merupakan sarana penting dalam meningkatkan iman serta mendekatkan diri kepada Tuhan sebagai pencipta. Kesulitan serta tantangan dari waktu ke waktu turut mendorong manusia untuk mencari bagaimana terciptanya suatu hidup yang bahagia serta terlepas dari tekanan dan penderitaan. Banyak orang percaya yang masih dangkal pemahamannya terhadap manfaat doa puasa, sehingga sangat sedikit yang berminat menjalankannya. Secara faktual Alkitab memberikan referensi keteladanan para tokoh Alkitab yang mencapai hidup yang berkemenangan karena menjadikan doa puasa sebagai gaya hidup. Doa puasa yang dijalankan bukan hanya meningkatkan keintiman dengan Tuhan semata, melainkan sangat manfaat untuk kesehatan fisik, kesehatan psikis, dan juga dapat memupuk solidaritas sosial, serta dapat meningkatkan spiritualitas manusia.","PeriodicalId":432832,"journal":{"name":"KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"75 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123573746","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Implikasi Pentingnya Pelaksanaan Disiplin Gereja","authors":"A. André, S. Susanto","doi":"10.55798/kapata.v1i1.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.55798/kapata.v1i1.1","url":null,"abstract":"In the development of the church today, the problem that arises is the confusion of people who sin, the church seems to ignore the implementation of church discipline. This neglect is wrong attitude, because it does not carry out church discipline that means the church allows a person to fall into sin the reason of fear for making the person offended even though this kind of attitude makes the person's spiritual growth die. Death spiritual growth will become the root of the problem in the church and have an adverse effect on other congregations, therefore church leaders must be brave in making decisions. The method used in this paper is a qualitative method with a descriptive approach. The results of this study indicate that church discipline is very important in correcting mistakes so that the congregation can live righteously according to God's Word. The church needs to be brave in taking decisions in carrying out church discipline, and must not neglect the implementation of church discipline, because church discipline is God's command according to the truth of God's Word.","PeriodicalId":432832,"journal":{"name":"KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128568973","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Studi Biblika Tentang Perceraian Berdasarkan Kitab Perjanjian Baru","authors":"Isunmiati Sidin","doi":"10.55798/kapata.v1i1.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.55798/kapata.v1i1.2","url":null,"abstract":"The purpose of this research is to get a deep understanding of the principle of divorce in the book of the Blind Agreement. Researchers use the exegesis research method which is a careful and analytical study of a part of the Bible in order to achieve useful interpretations. Divorce is not God's plan, because \"what God has united, must not be divorced by humans (Matthew 19: 6), whatever the reason God does not allow divorce because divorce violates God's design for marriage and violates the sacred pledge made before God. The Lord Jesus reminds the Bible's teachings about marriage institutions. Marriage law must be in harmony with God's purpose in establishing marriage. The implications of this study according to the explanation that has been explained, in connection with the theological study of divorce in the new. covenant, are as follows: Commitments are accompanied by agreements, certain of which aim to make the relationship of husband and wife more harmonious and return to God's plan at first.Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang prinsip perceraian dalam kitab Perjanjian Baru. Peneliti memakai metode penelitian eksegese yaitu suatu penelaahan secara cermat dan analisis suatu bagian Alkitab agar dapat mencapai penafsiran yang bermanfaat. Perceraian bukan rancangan Allah, karena “apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (Matius 19:6), apapun alasannya Allah tidak mengijinkan perceraian karena perceraian melanggar rancangan Allah bagi perkawinan dan melanggar Ikrar janji suci yang di buat dihadapan Allah. Tuhan Yesus mengingatkan akan ajaran Alkitab mengenai Lembaga pernikahan. Hukum pernikahan harus selaras dengan tujuan Allah yang menetapkan pernikahan. Implikasi dari penelitian ini sesuai pemamparan yang telah dijelaskan, sehubungan dengan kajian teologi tentang perceraian dalam kitab Perjanjian Baru, adalah sebagai berikut : Komitmen disertai kesepakatan, tertentu yang bertujuan untuk membuat hubungan pasangan suami isteri lebih harmonis dan kembali kepada rencana Allah pada mulanya.","PeriodicalId":432832,"journal":{"name":"KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132454998","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Strategi Pelayanan Lintas Budaya Berdasarkan 1 Petrus 2: 11-17","authors":"Yohanes Andi, Anye Ingan, Ndawa Kaborang","doi":"10.55798/kapata.v1i1.6","DOIUrl":"https://doi.org/10.55798/kapata.v1i1.6","url":null,"abstract":"The times have made people to always work. The same thing happens with Christians. Some go to work, go to school, in a new place. When they go to a new place the church is not responsible. Looking for persuading Christians to search for a church is also looking for fellow churches. The church should take and compile any church member who will move to a new place. The problem statement in this study is a cross-cultural service strategy based on 1 Peter 2: 11-17? 1 Peter 2: 11-17. The method in this study, the author uses the hermeneutic or exegesis method of the biblical text, literature study to examine concepts or themes about the Bible about humanity with a supportive way of life. Based on a cross-cultural service strategy based on 1 Peter 2: 11-17. The author discovers two strategies that practice right living models and support the people involved.Perkembangan zaman membuat orang untuk selalu bekerja. Demikian juga hal yang terjadi dengan orang-orang Kristen. Ada yang pergi untuk bekerja, bersekolah, ditempat yang baru. Ketika mereka pergi ke tempat yang baru gereja tidak bertanggung jawab. Sehingga orang Kristen binggung untuk mencari gereja maupun mencari sesama jemaat. Seharusnya gereja mengambil andil ketika ada anggota jemaat yang akan pindah ke tempat baru. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalaha bagaimana strategi pelayanan lintas budaya berdasarkan 1 Petrus 2: 11-17? Kemudian tujuan penulisan dari artikel ini yaitu untuk menjelasan strategi pelayanan lintas budaya berdasarkan 1 Petrus 2: 11-17. Metode dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode hermeneutika atau eksegese terhadap teks Alkitab, studi Pustaka yaitu untuk menggambarkan konsep atau tema tentang Alkitab tentang umat Allah dengan cara hidup yang dilakukannya. Berdasarkan strategi pelayanan lintas budaya berdasarkan 1 Petrus 2: 11-17. Penulis menemukan dua strategi yaitu mempraktekkan keteladan hidup yang benar dan menghargai orang yang berpengaruh.","PeriodicalId":432832,"journal":{"name":"KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130062182","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}