D. Zulkarnain, A. S. Aku, Rahmatullah Rahmatullah, Laode Muh. Munadi
{"title":"Prevalensi Cacing Fasciola Hepatica Pada Sapi Akseptor Program Upsus Siwab Di Kabupaten Muna","authors":"D. Zulkarnain, A. S. Aku, Rahmatullah Rahmatullah, Laode Muh. Munadi","doi":"10.32530/JLAH.V4I1.291","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/JLAH.V4I1.291","url":null,"abstract":"UPSUS SIWAB adalah program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan populasi sapi melalui perbaikan manajemen pemeliharaan dan reproduksi ternak. Salah satu kendala dalam pencapaian program tersebut adalah infeksi penyakit. Infestasi parasit cacing dilaporkan mampu menurunkan produktivitas ternak seperti penurunan bobot badan, daya kerja, kualitas daging, kulit, jeroan, dan terhambatnya pertumbuhan pada sapi muda serta berpotensi sebagai penular penyakit pada manusia (agen zoonosis). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi cacing Fasciola hepatica (F. hepatica) pada sapi akseptor program UPSUS SIWAB di Kabupaten Muna. Sebanyak 270 sampel feses sapi dikoleksi dari sembilan kecamatan menggunakan metode random sampling. Variabel yang diamati, yaitu jenis telur cacing yang menginfestasi sapi akseptor menggunakan metode natif dan pembesaran mikroskop 100x (10x10). Selanjutnya, data dianalisis menggunakan persamaan prevalensi. Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat prevalensi kejadian F. hepatica di Kabupaten Muna adalah 4,9%. Berdasarkan lokasinya, infestasi cacing F. hepatica dideteksi pada sapi akseptor yang tersebar di lima kecamatan, yaitu Kecamatan Parigi (0,74% ; 2/270), Lasapela (0,37% ; 1/270), Kabawo (2,59% ; 7/270), Watopute (0,37% ; 1/270) dan Tangkuno Selatan (0,74% ; 2/270). Faktor yang diduga berpengaruh terhadap variasi infeksi ini adalah sistem pemeliharaan ternak, keberadaan inang perantara dan tampungan air serta metode diagnose yang digunakan pada studi ini.","PeriodicalId":423931,"journal":{"name":"Journal of Livestock and Animal Health","volume":"115 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116626515","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Identifikasi Reaktor Brusellosis Pada Populasi Sapi di Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Ambon","authors":"A. D. Tagueha","doi":"10.32530/jlah.v3i2.261","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jlah.v3i2.261","url":null,"abstract":"Brusellosis merupakan penyakit ekonomis pada hewan yang bersifat infeksius dan mudah menyebar. Evaluasi keberadaan reaktor di titik penyebaran seperti RPH penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi reaktor brusellosis pada sapi di RPH Kota Ambon. Variabel yang diamati yaitu asal sapi, umur, jenis kelamin, dan status kebuntingan. Besaran sampel ditentukan berdasarkan rumus deteksi penyakit dengan tingkat konfidensi 95%, asumsi prevalensi 2%, dan error 0,05. Sebanyak 175 sampel darah diambil untuk pemeriksaan Rose Bengal Test (RBT) dan dikategorikan reaktor jika muncul reaksi aglutinasi pada saat pengujian. Hasil penelitian menunjukkan 10.29% sapi adalah reaktor. Diantara sejumlah sapi yang berstatus reaktor, 55.56% berasal dari Pulau Seram, 88.89% berumur > 1,5 tahun, 66.67% adalah betina, dan 75% positif bunting. Hasil ini perlu divalidasi dengan Complement Fixation Test (CFT) sehingga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan program monitoring dan survailans secara berkelanjutan","PeriodicalId":423931,"journal":{"name":"Journal of Livestock and Animal Health","volume":"38 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115586806","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Nilai pH, VFA, dan NH3 Ransum Berbasis Jerami Padi Fermentasi yang Diberi Penambahan Tepung Daun Sirsak (Annona muricata) Secara In Vitro","authors":"N. Suningsih, Sadjadi Sadjadi","doi":"10.32530/jlah.v3i2.274","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jlah.v3i2.274","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai pH, VFA, dan NH3 ransum yang diberi penambahan tepung daun sirsak secara In Vitro. Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu persiapan ransum perlakuan yang dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian dan pelaksanaan pengukuran pH, VFA, dan NH3 secara In Vitro dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah IPB. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri : T0 = Ransum basal, T1 = Ransum basal + Tepung daun sirsak 1%, T2 = Ransum basal + Tepung daun sirsak 2%, T3 = Ransum basal + Tepung daun sirsak 3%. Peubah yang diamati pH, VFA dan NH3. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam dan uji lanjut jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tepung daun sirsak dalam ransum secara In Vitro berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai pH, VFA, dan NH3. Nilai pH tertinggi ditunjukkan T0 (6,95) dan terendah T3 (6,73), nilai VFA tertinggi T3 (130,95 mM) dan terendah T0 (73 mM), serta nilai NH3 tertinggi ditunjukkan T3 (10,90 mM) dan terendah T0 (8,73). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penambahan tepung daun sirsak dalam ransum hingga 3% signifikan menurunkan nilai pH, meningkatkan nilai VFA dan NH3","PeriodicalId":423931,"journal":{"name":"Journal of Livestock and Animal Health","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116174923","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kualitas Mikrobiologi Telur Ayam Berdasarkan Jumlah Total Mikroba dan Kolifrom di Pasar Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur","authors":"A. Rizaldi, E. Zelpina","doi":"10.32530/jlah.v3i2.273","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jlah.v3i2.273","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini untuk mengetahui total jumlah mikroba dan Coliform pada telur ayam yang dijual di Pasar Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Total Sampel adalah 20 butir, dari seluruh pedagang telur ayam yang berjumlah 5 pedagang. Pengujian jumlah total mikrob (TPC) dan Coliform pada telur menggunakan metode SNI: 2897:2008 tentang Metode Pengujian Cemaran Mikroba dalam Daging, Telur dan Susu serta Hasil Olahannya. Hasil penelitian menunjukkan TPC <1 X 10 2 sampai 9,1 x 10 5 CFU/gram dengan rata-rata 1,9 x 10 5 CFU/gram yang sudah melebihi ambang batas maksimum cemaran mikroba pada pangan. Sedangkan Coliform masih <3,6 MPN/gram","PeriodicalId":423931,"journal":{"name":"Journal of Livestock and Animal Health","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129413322","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kualitas Nutrisi Silase Daun Ubi Kayu dengan Penambahan Molases dan Lama Penyimpanan yang Berbeda","authors":"Ayu Lestari, A. E. Harahap, W. Zain","doi":"10.32530/jlah.v3i2.249","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jlah.v3i2.249","url":null,"abstract":"Limbah daun ubi kayu dapat menjadi solusi dalam persoalan penyediaan bahan pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas nutrisi yang terkandung dalam silase daun ubi kayu dengan penambahan molases dan lama penyimpanan yang berbeda. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial (3x3) dengan 3 ulangan. Faktor A adalah level penambahan molases 0%, 7%, dan 14%. Faktor B lama penyimpanan 0 hari, 14 hari, dan 28 hari. Parameter yang diukur adalah bahan kering (%), protein kasar (%), lemak kasar(%), serat kasar (%), abu (%) dan BETN (%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian level molases dan lama penyimpanan mampu menurunkan (P<0,01) bahan kering dan serat kasar serta terjadi interaksi (P<0,01) antara pemberian level molases dan lama penyimpanan pada protein kasar, lemak kasar, dan BETN silase daun ubi kayu. Perlakuan terbaik adalah level molases 14% dan lama penyimpanan 28 hari karena menurunkan kandungan bahan kering, serat kasar dan meningkatkan BETN silase daun ubi kayuLimbah daun ubi kayu dapat menjadi solusi dalam persoalan penyediaan bahan pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas nutrisi yang terkandung dalam silase daun ubi kayu dengan penambahan molases dan lama penyimpanan yang berbeda. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial (3x3) dengan 3 ulangan. Faktor A adalah level penambahan molases 0%, 7%, dan 14%. Faktor B lama penyimpanan 0 hari, 14 hari, dan 28 hari. Parameter yang diukur adalah bahan kering (%), protein kasar (%), lemak kasar(%), serat kasar (%), abu (%) dan BETN (%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian level molases dan lama penyimpanan mampu menurunkan (P<0,01) bahan kering dan serat kasar serta terjadi interaksi (P<0,01) antara pemberian level molases dan lama penyimpanan pada protein kasar, lemak kasar, dan BETN silase daun ubi kayu. Perlakuan terbaik adalah level molases 14% dan lama penyimpanan 28 hari karena menurunkan kandungan bahan kering, serat kasar dan meningkatkan BETN silase daun ubi kayu","PeriodicalId":423931,"journal":{"name":"Journal of Livestock and Animal Health","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126559758","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Karakteristik patty burger yang dibuat dari daging itik dengan berbagai persentase tepung talas","authors":"Daniyal Hanafi, Deni Novia, Aronal Arief Putra","doi":"10.32530/jlah.v3i1.195","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jlah.v3i1.195","url":null,"abstract":"Penggunaan tepung talas sebagai bahan pengikat pada pembuatan patty burger yang dibuat dari daging itik telah dilakukan. Persentase tepung talas berbeda (0, 5, 10, dan 15%) digunakan sebagai perlakuan. Patty yang dihasilkan dianalisis untuk sifat fisik (kadar air, susut masak, penyusutan diameter, peningkatan ketebalan, tekstur) dan profil sensori (warna, aroma, rasa, tekstur, dan daya terima keseluruhan). Kadar air, susut masak, dan penyusutan diameter dari sampel menurun secara signifikan dengan peningkatan penggunaan tepung talas, tetapi peningkatan ketebalannya meningkat (P<0.05). Warna, rasa, dan penerimaan keseluruhan juga meningkat dengan persentase penggunaan tepung talas yang semakin besar. Sebagai kesimpulan, penggunaan 10 persen tepung talas pada formulasi menjadi perlakuan terbaik dalam pembuatan daging burger.","PeriodicalId":423931,"journal":{"name":"Journal of Livestock and Animal Health","volume":"75 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125991918","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kinerja Reproduksi Sapi Brahman Cross di Kabupaten Batubara","authors":"Solehudin Solehudin, Muhammad Syawal Hasibuan","doi":"10.32530/jlah.v3i1.191","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jlah.v3i1.191","url":null,"abstract":"Kabupaten Batubara merupakan salah satu daerah di Sumatera Utara yang mendapat sasaran program pengembangan bibit sapi unggul yaitu Brahman cross. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja reproduksi sapi Brahman cross di Kabupaten Batubara. Metode yang digunakan adalah survey dengan pengambilan sampel secara purposive sampling. Materi penelitian adalah 100 ekor sapi induk Brahman cross yang diambil masing-masing 25 ekor dari 4 kelompok tani di 3 kecamatan yaitu Kelompok Sentosa (Kecamatan Sei Balai), Kelompok Anugerah (Kecamatan Sei Suka), Kelompok Karya Mandiri dan Tunas Muda (Kecamatan Limapuluh). Parameter yang diukur adalah umur pertama kawin, service per conception (s/c), post partum mating (ppm) dan calving interval (ci). Data dialisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan umur pertama kawin adalah 36 bulan, nilai s/c adalah 3,15, post partum mating adalah 9 bulan dan lama calving interval adalah 18 bulan. Dapat disimpulkan bahwa kinerja reproduksi sapi Brahman cross di Kabupaten Batubara masih jelek. Penyebabnya adalah manajemen pemberian pakan yang buruk dan sistem perkawinan yang belum tepat. Walaupun demikian, kelompok Anugerah dapat dijadikan model pengembangan bibit sapi Brahman cross di Kabupaten Batubara karena sudah mengembangkan manajemen pemeliharaan dengan baik.","PeriodicalId":423931,"journal":{"name":"Journal of Livestock and Animal Health","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126891369","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Kajian Sistem Pengelolaan Usaha Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Sijunjung","authors":"Riza Andesca Putra, Vivi Hendrita","doi":"10.32530/jlah.v2i2.186","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jlah.v2i2.186","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik peternak, sistem pemeliharaan, sistem pengelolaan pakan, sistem pengelolaan reproduksi, dan sistem pemasaran ternak sapi potong di Kabupaten Sijunjung. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Sijunjung yaitu peternak di daerah terpilih pada bulan Juni sampai Juli 2019. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan respondennya adalah peternak sapi potong yaitu 44 orang responden. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usaha peternakan sapi potong di Kabupaten Sijunjung masih usaha sampingan masyarakat (93,18%), jumlah ternak yang dipelihara 1-3 ekor per peternak (77,27%) dan pada umumnya merupakan sapi milik sendiri (61,36%). Sistem pemeliharaan ternak pada umumnya dengan sistem semi intensif (45,45%) dengan pakan yang diberikan adalah hijauan dengan merumput ditambah hijauan hasil pemotongan (47,73%). Sistem reproduksi menggunakan kawin alam dengan jantan pemacek (50%) dan inseminasi buatan (50%) serta pemasaran ternak masih melalui toke ternak/pedagang pengumpul (88,64%).","PeriodicalId":423931,"journal":{"name":"Journal of Livestock and Animal Health","volume":"75 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125867529","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Karakteristik Daging Burger yang Diproduksi Menggunakan Tepung Sorgum, Tepung Talas dan Tepung Sukun","authors":"Rahmadanisa Rahmadanisa, Aronal Arief Putra, Deni Novia","doi":"10.32530/jlah.v2i2.171","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jlah.v2i2.171","url":null,"abstract":"Aplikasi penggunaan lima persen bahan pengikat bebas gluten pada pembuatan daging burger telah dilakukan. Tepung sorgum, tepung talas, dan tepung sukun telah digunakan pada formulasi daging burger sebagai representasi tepung bebas gluten dan dibandingkan dengan burger dengan bahan pengikat tepung terigu sebagai kontrol (tepung yang mengandung gluten). Kadar air, susut masak, penyusutan diameter, kekerasan, dan profil sensori (warna, aroma, rasa, tekstur, dan penerinaan keseluruhan) telah dievaluasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata pada kadar air, susut masak, penyusutan diameter, dan kekerasan sampel. Daging burger menggunakan tepung sukun memiliki daya terima yang lebih rendah dibanding perlakuan lainnya (P<0.05), dimana daya terima burger menggunakan tepung sorgum dan tepung talas setara dengan burger menggunakan tepung terigu (P>0.05). Dari penelitian ini disimpulkan bahwa tepung sorgung dan tepung talas dapat menjadi sumber bahan pengikat alternatif pada pembuatan burger yang umumnya menggunakan tepung yang mengandung gluten.","PeriodicalId":423931,"journal":{"name":"Journal of Livestock and Animal Health","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115294184","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Muhammad Syafril Harahap, H. Siregar, E. Erlina, Rahmanta Rahmanta
{"title":"Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pembangunan Sektor Peternakan Provinsi Sumatera Utara Menggunakan Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi","authors":"Muhammad Syafril Harahap, H. Siregar, E. Erlina, Rahmanta Rahmanta","doi":"10.32530/jlah.v2i2.185","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jlah.v2i2.185","url":null,"abstract":"Pembangunan Sektor peternakan di Sumatera Utara tidak terlepas dari peran pemerintah daerah mulai dari perencanaan dan pembiayan yang berasal dari Anggaran Belanja Daerah (APBD). Untuk itu perlu diketahui dampak dari pengeluaran pemerintah daerah dalam pembangunan peternakan di Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014, di Provinsi Sumatera Utara, dengan menggunakan pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (Social Accounting Matriks) dan sekaligus dilakukan simulasi pengeluaran anggaran Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada sektor peternakan, dengan menggunakan data pegeluaran Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tahun 2014, dan data lainnya yang berkaitan dengan penelitian. Dampak injeksi Rp. 1 Milyar pengeluaran pemerintah pada sektor peternakan akan meningkatkan output pada sektor peternakan Rp 2,8954 Milyar, pendapatan rumah tangga sebesar Rp 0,3403 Milyar, pendapatan faktor produksi modal Rp 0,3608 milyar dan tenaga kerja pertanian Rp 0,2154 milyar. Jumlah pendapatan sektor pertanian (termasuk peternakan) pada tahun 2014 di Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp. 22.563.848 /jiwa, dengan jumlah pekerja sebesar 2.556.044 jiwa atau 43% dari total tenaga kerja.","PeriodicalId":423931,"journal":{"name":"Journal of Livestock and Animal Health","volume":"70 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121677042","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}