S. M. Permana, Dewi Susiloningtyas, S. S. Sukoraharjo, Rais Rozali
{"title":"Analisis Kesiapan Implementasi Aplikasi Fish Auction Information System (FAIS) Menggunakan Model E-Learning Readiness","authors":"S. M. Permana, Dewi Susiloningtyas, S. S. Sukoraharjo, Rais Rozali","doi":"10.15578/jkn.v18i3.13476","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jkn.v18i3.13476","url":null,"abstract":"Informasi pelelangan ikan dapat diterima secara langsung dan cepat dengan melalui aplikasi Fish Auction Information System (FAIS). Sebelum diterapkan secara menyeluruh di seluruh pelabuhan perikanan, diperlukan informasi kesiapan peserta lelang untuk menggunakan aplikasi FAIS. Pengamatan secara langsung di pelabuhan Muara Angke menunjukkan bahwa informasi pelelangan ikan diterima secara manual dan memakan waktu yang lama. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis kesiapan peserta lelang terhadap penggunaan aplikasi FAIS dengan model E-Learning Readiness (ELR) di pelabuhan Muara Angke. Penelitian deskriptif ini menggunakan metode kuantitatif dengan model ELR dari Aydin dan Tasci, yang terdiri dari empat faktor: pengetahuan, keterampilan, modal, dan respon. Subjek penelitian terdiri dari 30 responden. Penelitian ini memberikan informasi dan gambaran kesiapan peserta lelang untuk menggunakan aplikasi FAIS. Berdasarkan analisis data, skor indeks kesiapan peserta lelang berada pada indeks level 3 dengan kategori \"Siap, namun perlu sedikit peningkatan\". Pengetahuan, keterampilan, modal, dan respon dari peserta Lelang dapat menggunakan aplikasi FAIS perlu sedikit peningkatan. Dukungan pengembangan teknologi dan dukungan pelatihan diperlukan untuk meningkatkan kesiapan peserta lelang.","PeriodicalId":413743,"journal":{"name":"Jurnal Kelautan Nasional","volume":"276 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139178000","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mohammad Afdhal Adidharma, Noverita Dian Takarina, S. Supriatna, Emiyarti Emiyarti, A. G. Pratikino
{"title":"Sebaran dan Kontaminasi Logam Berat Nikel (Ni) pada Sedimen di Pesisir Desa Tapuemea dan Tapunggaya, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara","authors":"Mohammad Afdhal Adidharma, Noverita Dian Takarina, S. Supriatna, Emiyarti Emiyarti, A. G. Pratikino","doi":"10.15578/jkn.v18i3.13234","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jkn.v18i3.13234","url":null,"abstract":"Besarnya potensi Nikel di Sulawesi Tenggara berefek pada tingginya aktifitas eksploitasi tambang nikel di wilayah ini, khususnya di Desa Tapuemea dan Tapunggaya, Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara. Metode penambangan terbuka (Opet-pit mining) yang digunakan di wilayah ini, menyebabkan masuknya material padat yang membawa unsur logam berat dari daratan ke perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi, sebaran dan tingkat kontaminasi logam berat nikel dalam sedimen di Perairan Desa Tapuemea dan Tapunggaya. Pengambilan data dilakukan pada Bulan Maret 2020 di pesisir Desa Tapuemea dan Desa Tapunggaya, Kecamatan Molawe. Sampel sedimen dianalisis menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi logam berat nikel dalam sedimen berkisar antara 3,922 hingga 34,08 mgkg-1, dan hasil tersebut dikategorikan cukup tercemar menurut US EPA-2004. Konsentrasi Ni tertinggi berada di dekat area pertambangan dan jetty aktif untuk kegiatan bongkar muat material tambang, dan kemudian konsentrasinya menurun secara linear ke arah timur hingga mencapai konsentrasi terendah di muara sungai. Hasil penilaian tingkat pencemaran indeks geoakumulasi (Igeo) dan faktor kontaminasi (CF) menunjukkan bahwa sampel sedimen berada dalam kisaran tercemar sedang dan tercemar sedang hingga berat.","PeriodicalId":413743,"journal":{"name":"Jurnal Kelautan Nasional","volume":"94 9","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139186859","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pengaruh Kerapatan Mangrove terhadap Kelimpahan Kepiting Mangrove (Scylla Spp.) di Kawasan Ekosistem Mangrove Rembang","authors":"D. Pambudi","doi":"10.15578/jkn.v18i3.13149","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jkn.v18i3.13149","url":null,"abstract":"Kepiting mangrove merupakan salah satu komoditas perikanan asal Indonesia yang banyak diekspor keluar negeri. Salah satu daerah yang menghasilkan kepiting mangrove adalah Kabupaten Rembang. Penelitian ini akan menganalisis pengaruh kerapatan mangrove terhadap kelimpahan kepiting mangrove pada ekosistem mangrove di Kkabupaten Rembang. Penelitian dilakukan pada 3 (tiga) stasiun yang berlokasi di pantai desa Pasar Banggi Kabupaten Rembang. Metode penelitian ini menggunakan sistem jalur transek kuadrat pada setiap stasiun. Data kerapatan mangrove didapat berdasarkan banyaknya individu setiap meter perseginya. Sedangkan untuk kelimpahan kepiting mangrove sampel diambil sebanyak 4 (empat) kali dan dihitung banyaknya kepiting mangrove per meter perseginya. Hasil data tersebut dianalisis dengan menggunakan regresi linear SPSS. Hasil analisis menunjukkan bahwa kawasan ekosistem mangrove di desa Pasar Banggi Kabupaten Rembang memiliki kepadatan jenis spesies mangrove yang sangat padat. Spesies mangrove yang dominan adalah Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata,dan Avicennia marina. Kelimpahan kepiting mangrove yang paling tinggi adalah Scylla tranquebarica yang ditemukan pada semua stasiun. Pada penelitian ini, kerapatan mangrove tidak mempengaruhi kelimpahan kepiting mangrove. Terdapat dua stasiun yang memiliki nilai kerapatan jenis mangrovenya sama namun jumlah kelimpahan kepitingnya lebih rendah dari pada yang lain. Hal ini kemungkinan disebabkan pada stasiun yang kelimpahan kepitingnya rendah jenis spesies mangrove terbanyak adalah spesies Avicennia marina yang memiliki akar ceker ayam sehingga tidak dapat menjadi kanopi yang baik bagi ekosistem kepiting didalam stasiun tersebut. Untuk meningkatkan kelimpahan kepiting di Kabupaten Rembang lebih baik menanam mangrove dengan genus Rhizophora.","PeriodicalId":413743,"journal":{"name":"Jurnal Kelautan Nasional","volume":"58 10","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139187126","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Muhammad Azis Kurniawan, H. Hendra, Agustinus Agustinus, W. S. Pranowo, I. M. Astika
{"title":"Analisa Upwelling dan Downwelling Berdasarkan Data Vertical Current Velocity dan Konsentrasi Klorofil-A (Studi Kasus di Selat Ombai)","authors":"Muhammad Azis Kurniawan, H. Hendra, Agustinus Agustinus, W. S. Pranowo, I. M. Astika","doi":"10.15578/jkn.v18i3.12767","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jkn.v18i3.12767","url":null,"abstract":"Selat Ombai adalah selat yang menghubungkan Laut Banda menuju Laut Sawu. Hidrodinamika di wilayah perairan Selat Ombai sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis dari perairan disekitarnya, beragamnya variasi kondisi geografis inilah yang menyebabkan terjadinya beberapa fenomena sirkulasi di lautan yang kompleks seperti upwelling dan downwelling. Penilitian ini bertujuan menganalisa fenomena upwelling dan downwelling yang terjadi di Selat Ombai menggunakan data model vertical current velocity dan Konsentrasi klorofil-a yang di dapatkan dari situs data Marine Copernicus (CMEMS). Dalam penelitian ini dilakukan proses analisa data model selama periode satu tahun (2021). Fenomena upwelling tertinggi terjadi pada Bulan September 2021 sebesar 7,9x10-4 m/detik yang terjadi pada kedalaman 155,85 meter dan menuju ke kedalaman 7,93 meter. Sedangkan fenomena downwelling tertinggi terjadi pada Bulan Maret 2021 sebesar -2,5x10-4 m/detik yang terjadi pada kedalaman 33,43 meter dan menuju ke kedalaman 109,73 meter. Konsentrasi klorofil-a terbesar yaitu pada Bulan Desember 2021 sebesar 0,67 mg/m3.","PeriodicalId":413743,"journal":{"name":"Jurnal Kelautan Nasional","volume":"176 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139233377","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
T. Triyono, A. Arif, I. R. Suhelmi, Agus Iwan Santosa
{"title":"Kondisi Geomorfologi Pulau Satonda Nusa Tenggara Barat","authors":"T. Triyono, A. Arif, I. R. Suhelmi, Agus Iwan Santosa","doi":"10.15578/jkn.v18i3.13332","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jkn.v18i3.13332","url":null,"abstract":"Pulau Satonda merupakan pulau gunungapi kaldera yang terletak di Pulau Sumbawa, Nusatenggara Barat. Pulau Sumbawa dan pulau-pulau sekitarnya merupakan pulau oseanik yang terbentuk dari proses subduksi pada busur gunungapi. Sebagai wilayah dengan iklim tropis, sebagian besar bentuklahan di Indonesia dipengaruhi oleh pola curah hujan yang menyebabkan terjadinya bentuklahan denudasional. Namun demikian bentukan ini jarang dijumpai di Pulau Nusatenggara karena curah hujan yang rendah, seperti di Pulau Satonda. Penelitian ini bertujuan mendeskripsi kondisi geomorfologi Pulau Satonda sebagai informasi yang dapat digunakan dalam rencana pengelolaan sumberdaya. Identifikasi bentuklahan dapat dilakukan dengan teknik penginderaan jauh, Data Elevation Model (DEM) yang diekstrak dari citra satelit Google Earth untuk memperoleh data elevasi yang lebih rapat.Pulau Satonda didominasi oleh lereng dengan kemiringan steep (16° – 35°) dibagian baratlaut dan moderately steep (8°–16°) dibagian tenggara. Secara geomorfologi, terdapat 4 satuan bentuklahan gunungapi (volcanic) dan lima satuan bentuk lahan marin. Kondisi iklim yang memiliki curah hujan rendah menyebabkan tidak terbentuknya bentuklahan fluvial; sedangkan proses erosi terjadi secara mikro pada bagian lereng yang mengalami pelapukan dan memiliki lapisan tanah.","PeriodicalId":413743,"journal":{"name":"Jurnal Kelautan Nasional","volume":"2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139315246","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Herlina Ika Ratnawati, Dini Purbani, M. Jayawiguna
{"title":"Estimasi Neraca Air Tanah di Pulau Karimunjawa yang Dipengaruhi Kondisi Hidro-Meteorologi Laut Jawa","authors":"Herlina Ika Ratnawati, Dini Purbani, M. Jayawiguna","doi":"10.15578/jkn.v18i3.12581","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jkn.v18i3.12581","url":null,"abstract":"Ketersediaan Ketersediaan air tawar di wilayah Pulau Karimunjawa dengan luas wilayah sekitar 43.025 km2 pada umumnya terbatas dengan jumlah penduduk yang cenderung terus meningkat dan penggunaan air tawar pada umumnya bersumber dari air hujan dan air tanah. Studi ini bertujuan untuk mengestimasi neraca air di wilayah Pulau Karimunjawa dengan pendekatan menggunakan data iklim dari data reanalisis curah hujan Global Precipitation Climatology Project (GPCP) dan data reanalisis temperatur udara ERA-5 selama 20 tahun (1996-2015). Pola hujan di wilayah Pulau Karimunjawa menunjukkan sifat unimodial atau termasuk dalam tipe monsunal dengan satu satu puncak hujan minimum (musim kering) dan satu puncak hujan maksimum (musim hujan). Satu puncak musim kemarau terjadi pada Juli-Agustus-September dengan curah hujan bulanan kurang dari 100 mm. Satu puncak musim hujan terjadi pada November hingga April dengan curah hujan bulanan mencapai lebih dari 200 mm. Estimasi neraca air di wilayah Pulau Karimunjawa dilakukan dengan menggunakan metode Thornwaite. Parameter utama neraca air menunjukkan kondisi surplus air bulanan yang bervariasi antara 57,7mm hingga 175,6mm pada periode musim hujan, mulai Desember hingga April. Defisit air mulai terlihat pada bulan Mei hingga Oktober, dengan kondisi defisit maksimum pada bulan September sebesar 63,7mm. Ketersediaan air tawar di wilayah Pulau Karimunjawa dengan luas wilayah sekitar 43.025 km2 pada umumnya terbatas dengan jumlah penduduk yang cenderung terus meningkat dan penggunaan air tawar pada umumnya bersumber dari air hujan dan air tanah. Studi ini bertujuan untuk mengestimasi neraca air di wilayah Pulau Karimunjawa dengan pendekatan menggunakan data iklim dari data reanalisis curah hujan Global Precipitation Climatology Project (GPCP) dan data reanalisis temperatur udara ERA-5 selama 20 tahun (1996-2015). Pola hujan di wilayah Pulau Karimunjawa menunjukkan sifat unimodial atau termasuk dalam tipe monsunal dengan satu satu puncak hujan minimum (musim kering) dan satu puncak hujan maksimum (musim hujan). Satu puncak musim kemarau terjadi pada Juli-Agustus-September dengan curah hujan bulanan kurang dari 100 mm. Satu puncak musim hujan terjadi pada November hingga April dengan curah hujan bulanan mencapai lebih dari 200 mm. Estimasi neraca air di wilayah Pulau Karimunjawa dilakukan dengan menggunakan metode Thornwaite. Parameter utama neraca air menunjukkan kondisi surplus air bulanan yang bervariasi antara 57,7mm hingga 175,6mm pada periode musim hujan, mulai Desember hingga April. Defisit air mulai terlihat pada bulan Mei hingga Oktober, dengan kondisi defisit maksimum pada bulan September sebesar 63,7mm.","PeriodicalId":413743,"journal":{"name":"Jurnal Kelautan Nasional","volume":"2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139315473","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Agustin Rustam, Dini Purbani, D. Suryono, H. Salim, N. Sudirman, Restu Nur Afi Ati, Mariska A. Kusumaningtyas, Wahyu Hidayat
{"title":"Kajian Potensi Karbon Biru dan Habitat Penyu Daerah Konservasi Kabupaten Berau: Studi Kasus Biduk Biduk","authors":"Agustin Rustam, Dini Purbani, D. Suryono, H. Salim, N. Sudirman, Restu Nur Afi Ati, Mariska A. Kusumaningtyas, Wahyu Hidayat","doi":"10.15578/jkn.v18i3.12637","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jkn.v18i3.12637","url":null,"abstract":"Daerah Biduk-biduk merupakan bagian dari 285.266 ha kawasan konservasi laut daerah Berau. Lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang dapat dikaitkan dengan keberadaan penyu dan potensi sebagai penyimpan karbon pesisir. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, studi literatur dan analisis di laboratoraium. Kondisi eksisting lamun yang ditemukan dengan indeks nilai penting (INP) jenis Halophila ovalis (Ho) di P Kaniungan Besar dan Halodule pinifolia (Hp) di Teluk Sulaiman merupakan lamun berukuran kecil yang membentuk hamparan. Stok karbon pada biomasa lamun sebesar 2,11 kgC/ha setara dengan penyerapan 7,74 kgCO2e/ha. Ekosistem lamun yang berukuran kecil membentuk hamparan menunjukkan jenis lamun yang tumbuh rapat dan merupakan makanan bagi penyu dan biota lainnya. Keberadaan rhizoma lamun akan menjaga stok karbon sedimen dan membuat sedimen menjadi stabil. Produksi perikanan di Kecamatan Biduk-biduk meningkat 7,7 % sejak tahun 2010 sampai 2014. Sehingga diperlukan menjaga keberadaan ekosistem lamun di Kecamatan Biduk-Biduk khususnya dan Kabupaten Berau pada umumnya agar keberadaan penyu dan layanan ekosistem lamun terpelihara dengan baik.","PeriodicalId":413743,"journal":{"name":"Jurnal Kelautan Nasional","volume":"120 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139320261","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Silvy Ana Dwi Fallahiyah, Asri Sawiji, Noverma Noverma
{"title":"Pemetaan Tingkat Kerentanan Wilayah Pesisir Terhadap Perubahan Iklim di Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo","authors":"Silvy Ana Dwi Fallahiyah, Asri Sawiji, Noverma Noverma","doi":"10.15578/jkn.v18i2.10246","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jkn.v18i2.10246","url":null,"abstract":"Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo merupakan kawasan industri yang mulai berkembang di pesisir utara Jawa Timur. Perkembangan industri tersebut memicu terjadinya pemanasan global (perubahan iklim) yang dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan diantaranya adalah abrasi pantai, kemunduran garis pantai, konflik penggunaan lahan, kerusakan fisik khususnya habitat pesisir, dan lain sebagainya. Perubahan iklim yang yang terjadi terus-menerus akan dapat meningkatkan kerentanan wilayah terhadap bencana salah satunya adalah banjir rob. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kerentanan di wilayah tersebut terhadap perubahan iklim menggunakan metode Coastal Vulnerability Index (CVI). Metode CVI merupakan metode pembobotan relatif berbasis skala indeks dari parameter fisik. Parameter fisik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi parameter pasang surut, tinggi gelombang, kemiringan pantai, perubahan garis pantai, kenaikan muka air laut, ketinggian permukaan tanah dan geomorfologi (tutupan lahan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Gending yang meliputi beberapa Desa diantaranya Desa Curahsawo, Desa Pajurangan, Desa Gending, Desa Pesisir dan Desa Klaseman memiliki tingkat kerentanan yang sedang dengan parameter paling berpengaruh adalah kenaikan muka air laut, dan parameter yang paling rendah pengaruhnya adalah parameter tinggi gelombang. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka diperlukan upaya penanggulangan berupa kegiatan mitigasi baik secara hard structure maupun soft untuk mengurangi dampak dari bencana banjir rob di wilayah pesisir.","PeriodicalId":413743,"journal":{"name":"Jurnal Kelautan Nasional","volume":"47 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139354355","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Hutan Mangrove Hoat Tamgil untuk Ekowisata di Desa Rumadian Kecamatan Manyeuw - Kabupaten Maluku Tenggara","authors":"Dedi Biloro, M. Renjaan, Anggiat Manulang","doi":"10.15578/jkn.v18i2.11234","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jkn.v18i2.11234","url":null,"abstract":"Rumadian merupakan salah satu desa di Kabupaten Maluku Tenggara yang memiliki potensi hutan mangrove. Hutan mangrove yang terletak di sepanjang Teluk Tamngil atau dikenal dalam bahasa daerah adalah Hoat Tamngil. Luas hutan mangrove Hoat Tamngil sekitar 45 ha. Saat ini kawasan Hoat Tamngil telah dimanfaatkan untuk kegiatan ekowisata mangrove. Pemanfaatan kawasan mangrove untuk kegiatan ekowisata belum maksimal, hanya berupa branding ekowisata dan minimnya pengetahuan tentang pengelolaan kawasan mangrove yang sesuai untuk kegiatan ekowisata. Hingga saat ini, belum ada pengembangan di kawasan ekowisata mangrove. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni 2021 hingga Agustus 2021 di kawasan ekowisata mangrove desa Rumadian, Kecamatan Manyeuw, Kabupaten Maluku Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Indeks Kesesuaian Wisata mangrove (IKW). Penelitian ini menggunakan metode analisis kesesuaian wisata dengan pendekatan spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori pengamatan 1 sampai 5 termasuk dalam sesuai untuk kegiatan ekowisata. Nilai IKW masing-masing stasiun adalah 2,1 2.1, 2.22, 2,22 dan 2,85. Stasiun 5 merupakan kawasan yang sangat sesuai untuk kegiatan ekowisata mangrove.","PeriodicalId":413743,"journal":{"name":"Jurnal Kelautan Nasional","volume":"42 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139361317","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Ekstraksi Magnesium Hidroksida dari Air Sisa Pembuatan Garam Menggunakan Teknologi Pengeringan Semprot (spray dryer)","authors":"Hariyanto Triwibowo, Nanang Ruhyat, Dwiyoga Nugroho, Fajar Yudi Prabowo","doi":"10.15578/jkn.v17i3.11417","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jkn.v17i3.11417","url":null,"abstract":"Indonesia memiliki potensi besar dalam pemanfaatan sumberdaya non hayati laut. Salah satu potensi tersebut ialah garam laut. Kepulauan Indonesia dipengaruhi oleh iklim basah akibat curah hujan yang menyebabkan kegiatan penambangan garam dari laut untuk kebutuhan konsumsi memiliki kandungan kemurnian NaCl di bawah kebutuhan standar untuk industri. Namun, terdapat kandungan Magnesium Hidroksida Mg(OH)2 yang dapat diekstrasi sebagai nilai tambah produksi garam indonesia. Metode umum yang digunakan untuk mendapatkan Mg(OH)2 ialah dengan membentuk gel dengan menambahkan soda api (NaOH2) pada proses penguapan berulang dari air limbah garam (air tua) di tambak garam. Lebih lanjut, gel yang terbentuk perlu dicuci menggunakan air tawar untuk menghilangkan NaCl. Metode umum tersebut membutuhkan waktu pengeringan yang lama dan lahan yang luas. Penelitian ini bertujuan menyediakan teknologi untuk mempercepat ekstraksi Mg(OH)2 berkualitas baik yang memanfaatkan lahan kecil dengan menggunakan spray dryer. Dari hasil percobaan spray dryer, didapatkan hasil waktu rata-rata untuk proses penguapan droplet ialah 2 detik. Sedangkan dari hasil perhitungan waktu tinggal bahan di dalam tabung pengering spray dryer berkisar 2,5 detik. Seluruh penguapan droplet untuk melepaskan H2O terjadi di dalam tabung pengering. Simulasi hasil produksi magnesium hidroksida menggunakan alat spray dryer dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam dapat menghasilkan lebih kurang 235,44 kg senilai Rp 9.394.056 dengan tingkat efiensinya lebih kurang 98%.","PeriodicalId":413743,"journal":{"name":"Jurnal Kelautan Nasional","volume":"60 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125056468","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}