{"title":"PENGARUH POLA DAN PANJANG DATA HUJAN TERHADAP DESAIN PENAMPUNGAN AIR HUJAN PADA TIGA STASIUN HUJAN DI INDONESIA","authors":"Elly Kusumawati Budirahardjo","doi":"10.32679/jsda.v18i2.776","DOIUrl":"https://doi.org/10.32679/jsda.v18i2.776","url":null,"abstract":"Penampungan Air Hujan (PAH) merupakan salah satu upaya mandiri untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga. Salah satu parameter input dalam desain PAH adalah hujan, dengan asumsi evaporasi diabaikan. Tiga stasiun hujan di wilayah Indonesia memiliki pola hujan yang berbeda sehingga ingin diketahui sejauh mana pengaruh pola hujan terhadap volume tampungan PAH. Dalam melakukan simulasi tampungan PAH dibutuhkan seri data hujan yang panjang agar hasilnya memiliki tingkat keandalan yang tinggi. Namun tidak semua daerah memiliki seri data hujan yang cukup panjang sehingga ingin dikaji kemungkinan menggunakan data hujan yang lebih pendek dalam mendesain PAH. Pengaruh pola hujan terhadap PAH diuji dengan membandingkan volume tampungan dari ketiga tipe hujan. Tampungan optimal diperoleh dengan mengoptimasi parameter reliabilitas waktu. Pengujian panjang data dilakukan dengan mencari kemiripan antara tingkat penghematan air yang disimulasi dengan data hujan panjang dan data hujan pendek. Dari hasil pengujian disimpulkan bahwa pola hujan mempengaruhi volume tampungan PAH. Pola hujan Ekuatorial dan Lokal membutuhkan volume tampungan yang lebih kecil dibanding pola hujan Monsoon. Karakteristik hujan yang mempengaruhi PAH adalah intensitas dan jumlah hari hujan. Kajian ini juga menyimpulkan bahwa data hujan pendek dapat digunakan untuk mendesain PAH di Indonesia. Panjang data yang memenuhi syarat adalah 15 tahun untuk tipe Ekuatorial, 13 tahun untuk tipe Monsoon dan 9 tahun tipe Lokal. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan perubahan kinerja PAH yang diwakili oleh parameter reliabilitas tampungan (output) tidak sensitif terhadap perubahan parameter inputya.Kata Kunci: pemanenan air hujan; pola hujan; seri data; kinerja PAH","PeriodicalId":409496,"journal":{"name":"JURNAL SUMBER DAYA AIR","volume":"103 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128965948","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"ANALISIS DAYA DUKUNG SUMBER DAYA AIR UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN AIR DI KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT","authors":"Fayra Parahita, Dwi Putro Tejo Baskoro, Darmawan Darmawan","doi":"10.32679/jsda.v18i2.721","DOIUrl":"https://doi.org/10.32679/jsda.v18i2.721","url":null,"abstract":"DAS Cisangkuy merupakan sumber utama dalam memenuhi kebutuhan air baku di wilayah Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Kondisi hidrologisnya saat ini telah mengalami penurunan yang ditunjukkan dengan tingginya fluktuasi aliran sungai. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi perubahan penggunaan lahan dan ketersediaan air di DAS Cisangkuy serta untuk menyusun arahan rekomendasi penggunaan lahan untuk dapat meningkatkan ketersediaan air di Kabupaten Bandung berdasarkan hasil simulasi hidrologi Data yang digunakan antara lain peta tata guna lahan, peta rencana tata ruang kabupaten bandung, penduduk, kebutuhan air industri, debit, luas sawah, areal tambak ikan air tawar serta jumlah hewan ternak. Secara ringkas, tahapan penelitian ini diawali dengan evaluasi perubahan penggunaan lahan untuk mendapatkan output antara berupa matriks perubahan penggunaan lahan dan inkonsistensi berdasarkan RTRW Kabupaten Bandung, kemudian menghitung neraca air dengan menggunakan model SWAT. Perubahan penggunaan lahan di DAS Cisangkuy dari tahun 2007-2017 terjadi dari tutupan lahan bervegetasi menjadi non-vegetasi yang berdampak pada sistem hidrologi dan ketersediaan air di DAS Cisangkuy. Potensi ketersediaan air permukaan di DAS Cisangkuy dengan skenario eksisting (tahun 2017) sebesar 495,58 juta m3 dan total kebutuhan air konsumsi pengguna sebesar 592,78 juta m3, sehingga terdapat defisit neraca air sebesar 97,20 juta m3. Penerapan skenario perbaikan pengelolaan lahan melalui peningkatan luas pertanian lahan kering campur dengan metode agroforestri, melakukan reboisasi pada lahan hutan tanaman, penerapan sumur resapan pada permukiman dan penerapan terasering pada lahan sawah memberikan respon hidrologi yang cukup baik sehingga terjadi penurunan defisit air baku dari 174,91 juta menjadi 63,98 juta m3.Kata kunci: perubahan penggunaan lahan, kebutuhan air, ketersediaan air, neraca air, DAS Cisangkuy","PeriodicalId":409496,"journal":{"name":"JURNAL SUMBER DAYA AIR","volume":"47 27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133662472","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"IDENTIFIKASI LOKASI PRIORITAS UNTUK PEMBANGUNAN AKUIFER BUATAN SIMPAN AIR HUJAN (ABSAH) DI WILAYAH SUNGAI CITANDUY, JAWA BARAT","authors":"Fabian Priandani","doi":"10.32679/jsda.v18i2.775","DOIUrl":"https://doi.org/10.32679/jsda.v18i2.775","url":null,"abstract":"Akuifer Buatan Simpanan Air Hujan (ABSAH) merupakan salah satu teknologi pemanenan air hujan yang dirancang dan dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air Kementerian PUPR. ABSAH dibuat dengan memanfaatkan air hujan dan dialirkan ke dalam akuifer buatan yang kemudian ditampung oleh reservoir. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan lokasi prioritas pembangunan ABSAH di Wilayah Sungai (WS) Citanduy. Metode yang digunakan yaitu overlay berbobot dengan menggunakan Analytical Hierachy Process dan Sistem Informasi Geografis. Peta lokasi prioritas tersebut disusun dengan menggunakan 6 parameter yang meliputi parameter biofisik dan sosial-ekonomi, yaitu curah hujan, tata guna/tutupan lahan, keberadaan cekungan air tanah, kelas rawan kekeringan, pengembangan pembangunan desa, dan biaya konstruksi yang direpresentasikan dengan besaran upah minimum. Klasifikasi lokasi prioritas dibagi menjadi 5 zona yaitu, prioritas sangat tinggi, prioritas tinggi, prioritas sedang, prioritas rendah dan prioritas sangat rendah. Hasil analisis menunjukan bahwa zona prioritas sedang mendominasi area studi (63,73% dari luas WS Citanduy), kemudian diikuti zona prioritas tinggi (24.03%), prioritas sangat tinggi (3,58%) dan prioritas sangat rendah (0,17%). Evaluasi ABSAH yang telah dibangun saat ini terhadap peta lokasi prioritas menunjukkan bahwa terdapat 8 unit ABSAH berada di lokasi prioritas sedang, 7 unit di lokasi prioritas tinggi dan 2 unit di lokasi prioritas sangat tinggi. Peta lokasi prioritas pembangunan ABSAH dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemangku kepentingan dalam menetapkan lokasi yang optimal dan desain bangunan ABSAH yang efisien dalam rangka memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat di daerah penelitian. Studi ini juga dapat dijadikan pembanding untuk penelitian terkait penentuan lokasi penampungan air hujan di daerah lain.Kata Kunci: ABSAH, identifikasi lokasi, pemanenan air hujan, analytical hierarchy process, sistem informasi geografis","PeriodicalId":409496,"journal":{"name":"JURNAL SUMBER DAYA AIR","volume":"103 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115142784","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"STUDI PENGELOLAAN AIR HUJAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN TAMAN KONSERVASI DI KOTA SAWAHLUNTO, SUMATERA BARAT","authors":"Steven Kent, Doddi Yudianto, Finna Fitriana","doi":"10.32679/jsda.v18i2.820","DOIUrl":"https://doi.org/10.32679/jsda.v18i2.820","url":null,"abstract":"Taman Konservasi Kota Sawahlunto merupakan area yang dikembangkan untuk kegiatan perlindungan tanaman serta aktivitas pariwisata. Kota Sawahlunto awalnya dibangun sebagai kota pendukung kegiatan pertambangan batu bara, sehingga taman konservasi mempunyai beberapa cekungan yang dapat digunakan sebagai kolam parkir banjir. Cekungan-cekungan tersebut dapat digunakan sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan penyiraman tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ketersediaan air serta analisis banjir pada kawasan yang hendak dibangun. Area taman konservasi dibagi menjadi tiga kawasan berdasarkan ke-empat lokasi kolam tampungan, yaitu kawasan Taman Kandih, kawasan taman bagian utara, dan kawasan taman bagian selatan. Dalam studi ini, akan dilakukan analisis hidrologi serta analisis hidraulik. Pada analisis hidrologi, simulasi kapasitas tampungan dilakukan untuk menggambarkan jumlah air yang dapat dipakai setiap bulannya. Pada analisis hidraulik, program SWMM digunakan untuk memodelkan air hujan sebagai limpasan permukaan, mengestimasi dimensi saluran rencana, dan volume banjir tampungan. Hasil simulasi kapasitas tampungan menunjukan kebutuhan air penyiraman tanaman dapat terpenuhi seluruhnya. Namun, volume kolam yang tersedia jauh lebih kecil dibandingkan volume air, sehingga kolam akan limpas sepanjang tahun. Hasil pemodelan SWMM menunjukan dimensi saluran rencana dari 0,2 m x 0,2 m hingga 0,5 m x 0,5 m, mampu mengalirkan debit banjir dengan periode ulang 2 tahun, dengan tinggi jagaan sebesar periode ulang lima tahun. Studi ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan kawasan konservasi dalam rangka pemanfaatan kembali potensi lahan bekas pertambangan. Kata Kunci: Perencanaan Drainase, Konservasi Air, Simulasi Tampungan, SWMM, Taman Konservasi Sawahlunto","PeriodicalId":409496,"journal":{"name":"JURNAL SUMBER DAYA AIR","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121769807","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"APLIKASI CROPWAT 8.0 UNTUK MERENCANAKAN POLA TANAM OPTIMAL DAN MEMAKSIMALKAN HASIL PERTANIAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI","authors":"Susilawati Cicilia Laurentia, Lesty Arlensietami","doi":"10.32679/jsda.v18i2.772","DOIUrl":"https://doi.org/10.32679/jsda.v18i2.772","url":null,"abstract":"Perkembangan penduduk memicu peningkatan pertanian agar mampu memenuhi kebutuhan pangan. Peningkatan hasil pertanian bergantung pada kebijakan cara menyusun pola tanam dalam realita ketersediaan air dan ketersediaan lahan yang semakin terbatas, agar dapat memberikan hasil yang maksimal. Aplikasi Cropwat 8.0 adalah bagian dari sistem informasi berbasis komputer (termasuk sistem berbasis pengetahuan/manajemen pengetahuan) yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam menyusun pola tanam yang optimal dan memaksimalkan hasil pertanian. Tujuan penelitian ini untuk mensimulasikan beberapa alternatif pola tanam pada lahan studi dengan menggunakan aplikasi Cropwat 8.0. Dari simulasi beberapa alternatif pola tanam, ditentukan yang dapat memberikan hasil pertanian maksimal. Penelitian ini dilakukan pada peningkatan pertanian di Kecamatan Gunungpati, menggunakan aplikasi Cropwat 8.0 yang memiliki 5 modul data masukan yaitu iklim/ETo, curah hujan, tanaman, tanah dan pola tanam serta 3 modul data perhitungan yaitu kebutuhan air tanaman, jadwal pemberian air irigasi dan banyaknya kebutuhan air irigasi suatu daerah dalam liter per detik per Ha. Beberapa alternatif simulasi dilakukan dengan menggeser tanggal tanam ataupun jenis tanaman dan luasan lahan untuk menemukan pola tanam yang optimal dan memberikan hasil yang maksimal. Analisis dihasilkan secara cepat karena setiap perubahan pola tanam, langsung dapat diketahui kebutuhan air irigasi dalam liter/detik/hektar untuk menemukan hasil pertanian yang maksimal. Hasil simulasi beberapa alternatif ditemukan yang paling optimal dengan cepat. Simulasi dengan mengubah data iklim juga dihasilkan secara cepat. Hal ini sangat membantu pengambil kebijakan untuk menetapkan pola tanam yang tepat dan optimal dalam situasi perubahan iklim yang menuntut kecepatan dalam menanggapinya untuk memaksimalkan hasil pertanian agar ketersediaan pangan berkelanjutan.","PeriodicalId":409496,"journal":{"name":"JURNAL SUMBER DAYA AIR","volume":"61 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132338648","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENGEMBANGAN KURVA DISTRIBUSI HUJAN SINTETIS DI KOTA BEKASI, JAWA BARAT","authors":"Segel Ginting","doi":"10.32679/jsda.v18i1.708","DOIUrl":"https://doi.org/10.32679/jsda.v18i1.708","url":null,"abstract":"Distribusi waktu hujan mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menentukan besarnya puncak dan volume limpasan. Umumnya, prediksi limpasan berdasarkan hujan dibutuhkan distribusi waktu hujan, dan biasanya dipenuhi dengan menggunakan pola yang dihasilkan dari wilayah lain, sehingga memberikan hasil yang kurang tepat. Untuk itu, maka dibutuhkan pola distribusi waktu hujan yang sesuai dengan kondisi setempat dan spesifik, khususnya di Kota Bekasi. Kajian ini bertujuan untuk mengembangkan pola distribusi waktu hujan sintetis di Kota Bekasi, supaya dapat membantu perencana dalam merancang dimensi saluran drainase yang tepat. Berbagai variasi tipe data hujan dibutuhkan untuk kajian ini. Data hujan durasi pendek dengan interval pencatatan 5 menit mulai dari tahun 2010 sampai 2020 di pos hujan Bekasi berhasil dikumpulkan. Data tersebut diolah menjadi data hujan durasi 5 menit, 10 menit, 15 menit, 30 menit, 1 jam sampai dengan 3 jam. Metode yang digunakan menggunakan adalah analisis frekuensi terhadap data historis dengan membentuk grafik yang menghubungkan antara persentase akumulasi hujan dengan persentase durasi hujan. Hasilnya, telah terbentuk pola distribusi waktu hujan di Kota Bekasi untuk durasi 60 menit sampai 180 menit. Pola distribusi waktu hujan sintetis yang dihasilkan memiliki bentuk early peak dan berbeda dengan pola distribusi waktu hujan yang telah banyak digunakan seperti metode Mononobe, metode Chicago, metode SCS dan metode Huff. Kata kunci: Hietograf hujan, distribusi waktu hujan, drainase perkotaan, lengkung intensitas","PeriodicalId":409496,"journal":{"name":"JURNAL SUMBER DAYA AIR","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130937939","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Joko Nugroho, Indratmo Soekarno, F. Yunita, Arno Adi Kuntoro
{"title":"KAJIAN LAJU INFILTRASI PADA LERENG YANG TERTUTUP ABU VULKANIK BERDASARKAN EKSPERIMEN SKALA LABORATORIUM","authors":"Joko Nugroho, Indratmo Soekarno, F. Yunita, Arno Adi Kuntoro","doi":"10.32679/jsda.v18i1.744","DOIUrl":"https://doi.org/10.32679/jsda.v18i1.744","url":null,"abstract":"Indonesia memiliki 129 gunung berapi aktif, sehingga risiko bencana terkait gunung berapi tinggi. Banjir lahar merupakan bencana sekunder yang terjadi pasca erupsi gunung berapi yang dipicu oleh hujan akibat material erupsi terbawa oleh aliran hujan ke hilir. Pasca erupsi, terjadi perubahan karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) yang cenderung signifikan, terutama pada tutupan lahan, kemiringan lereng dan material erupsi. Hal ini mengakibatkan peningkatan kemungkinan terjadinya banjir lahar. Beberapa penelitian mengindikasikan peningkatan limpasan permukaan (runoff) akibat terhambatnya infiltrasi oleh endapan abu vulkanik pada lereng. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lapisan abu vulkanik pada lereng terhadap laju infiltrasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimental uji model hidraulik (UMH) berupa demonstration plot (demplot) skala laboratorium, dimana parameter yang ditinjau meliputi kemiringan lereng, ketebalan abu vulkanik serta intensitas hujan. Dari penelitian ini diperoleh laju infiltrasi pada lereng yang tertutup abu vulkanik menurun oleh ketebalan lapisan abu vulkanik dengan rata-rata penurunan rasio infiltrasi terhadap total hujan sekitar 1,6% per 1 cm ketebalan abu vulkanik. Selain itu, penurunan laju infiltrasi per 1 cm ketebalan abu vulkanik pada lereng dengan kemiringan 80 lebih tinggi (2,3%), dibandingkan lereng 150 (0,7%). Model infiltrasi Philip memberikan hasil yang lebih mendekati data pengukuran aktual dibandingkan model infiltrasi Green-Ampt. Parameter yang signifikan dalam mempengaruhi laju infiltrasi pada lapisan abu vulkanik dengan model Philip berdasarkan analisis sensitivitas adalah sorptivitas.Kata Kunci: Laju infiltrasi, Philip, Green-Ampt, abu vulkanik, uji model fisik.","PeriodicalId":409496,"journal":{"name":"JURNAL SUMBER DAYA AIR","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129575644","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENGARUH KEBUTUHAN AIR IRIGASI TERHADAP PENURUNAN MUKA AIR TANAH MENGGUNAKAN MODFLOW-USG DI SRAGEN, JAWA TENGAH","authors":"Nur Azizah, Heri Suprapto","doi":"10.32679/jsda.v18i1.736","DOIUrl":"https://doi.org/10.32679/jsda.v18i1.736","url":null,"abstract":"Ketersediaan air untuk lahan pertanian menjadi salah satu faktor penentu dalam ketahanan pangan. Curah hujan dan air permukaan yang kian menurun menjadikan air tanah sebagai salah satu solusi pemenuhan kebutuhan air lahan petanian. Kabupaten Sragen bagian Barat telah mengalami penurunan air tanah. Kajian penurunan muka air tanah di Kabupaten Sragen perlu dilakukan sehingga produksi tetap dapat ditingkatkan tanpa eksploitasi berlebihan. Kondisi air tanah dimodelkan secara matematis menggunakan MODFLOW-USG. Pemodelan dilakukan pada kondisi aktual dan diproyeksi hingga tahun 2033 dengan berbagai skenario kebutuhan air irigasi sebesar 1, 0,8 dan 0,7 l/s/ha yang merepresentasikan metode pemberian air konvensional, System of Rice Intensification (SRI), dan Alternate Wetting And Drying (AWD). Hasil pemodelan menunjukkan penurunan muka air tanah (MAT) mencapai 7,9 m dari tahun 1996 – 2019 tanpa skenario. Simulasi dari tahun 2020 – 2033 menggunakan kebutuhan air konvensional menunjukkan penurunan MAT mencapai 2,585 m; metode SRI mencapai 1,895 m; dan metode AWD mencapai 1,788 m. Berdasarkan hasil tersebut, kebutuhan air AWD adalah yang paling efektif untuk mengurangi penurunan muka air tanah sekaligus mempertahankan produktivitas tanaman. Penurunan MAT akan tetap terjadi jika pengambilan air tanah tetap berlangsung walaupun dengan adanya skenario yang dilakukan. Oleh karena itu, diusulkan agar kebutuhan air lahan pertanian juga dapat dipenuhi dari sumber air lain seperti waduk atau embung. Selain itu, perlu adanya penjadwalan dan pola tanam yang berpengaruh terhadap besarnya kebutuhan air, sehingga kebutuhan air tetap terpenuhi dan tidak mengeksploitasi air tanah secara berlebihan.Kata Kunci: Air tanah, MODFLOW-USG, konvensional, SRI, AWD","PeriodicalId":409496,"journal":{"name":"JURNAL SUMBER DAYA AIR","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129880543","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENDEKATAN SUPPLY-DEMAND UNTUK IDENTIFIKASI INDEKS KEKRITISAN AIR DI PULAU JAWA, INDONESIA","authors":"Putu Santikayasa, Dimas Okhy Wiranta","doi":"10.32679/jsda.v18i1.735","DOIUrl":"https://doi.org/10.32679/jsda.v18i1.735","url":null,"abstract":"Ketersediaan dan kebutuhan air merupakan isu yang paling banyak dibahas di dunia termasuk di Indonesia. Pulau Jawa merupakan salah satu pulau dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, sekaligus sebagai pusat kegiatan industri dan pertanian juga menghadapi masalah tidak hanya pada ketersediaan air tetapi juga dalam kebutuhan air. Kondisi ini menggambarkan potensi Pulau Jawa mengalami kelangkaan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi status air di Pulau Jawa menggunakan pendekatan neraca air dan water scarcity index (WSI). Analisis dilakukan untuk mengevaluasi perubahan neraca air tahunan Pulau Jawa dalam setiap periode rata-rata 10 tahunan (1981-1990, 1991-2000, dan 2001-2010). Penelitian ini menggunakan data curah hujan dari CHIRPS dan suhu udara dari CRU untuk menghitung ketersediaan air. Kebutuhan air dihitung untuk sektor domestik, industri, pertanian, dan lingkungan dari standar penggunaan air Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan ketersediaan air rata-rata Pulau Jawa jumlahnya berbeda-beda setiap periodenya. Ketersediaan air tertinggi terjadi pada periode 1981-1990 (160 miliar m3/tahun), sedangkan terendah pada periode 1991-2000 (149 miliar m3/tahun). Dilihat secara perkapita, ketersediaan air Pulau Jawa mengalami penurunan (1981-2010). Selain kondisi defisit air yang mengalami perubahan setiap periodenya, kondisi tingkat kekritisan air wilayah juga ikut berubah setiap periodenya. Kabupaten/kota yang mengalami defisit air menggambarkan tingkat kekritisannya berada dalam kelas sangat kritis. Sebagian besar (> 50%) wilayah Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur berada dalam kondisi sangat kritis. Berdasarkan hasil penelitian, evaluasi neraca air dan indeks kekritisan air dapat digunakan untuk menggambarkan status air di suatu wilayah yang mampu menjadi referensi pengambil kebijakan dalam menentukan prioritas program dalam pengelolaan sumberdaya air.Kata Kunci: Status air, neraca air, pengelolaan sumber daya air, tingkat kritis air, analisis spasial","PeriodicalId":409496,"journal":{"name":"JURNAL SUMBER DAYA AIR","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125576410","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"ANALISIS KEKERINGAN DI KABUPATEN SRAGEN DENGAN METODE PALMER, THORNTHWAITE, DAN STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX","authors":"Safrudin Nor Aripbilah, Heri Suprapto","doi":"10.32679/jsda.v17i2.742","DOIUrl":"https://doi.org/10.32679/jsda.v17i2.742","url":null,"abstract":"El Nino and La Nina in Indonesia are one of the reasons that caused climate changes, which has possibility of drought and flood disasters. Sragen Regency wherethe dry season occurs, drought happened meanwhile other areas experience floods and landslides. A study on drought needs to be carried out so as to reduce the risk of losses due to the drought hazard. This study is to determine the drought index in Sragen Regency based on several methods and the correlation of each methods and its suitability to the Southern Oscillation Index (SOI) and rainfall. Drought was analyzed using several methods such as Palmer Drought Severity Index (PDSI), Thornthwaite-Matter, and Standardized Precipitation Index (SPI) then correlated with SOI to determine the most suitable method for SOI. The variables are applied in this method are rainfall, temperature, and evapotranspiration. The results showed that the drought potential of the Palmer method is only in Near Normal conditions, which is 1%, Severe drought conditions are 29% for the Thornthwaite-Matter method, and Extreme Dry conditions only reach 1,11% for the SPI method. The PDSI and SPI methods are inversely proportional to the Thornthwaite-Matter method and the most suitable method for SOI values or rainfall is the SPI method. These three methods can be identified the potential for drought with only a few variables so that they could be applied if they only have those data.Keywords: Drought, PDSI, Thornthwaite-Matter, SPI, SOI","PeriodicalId":409496,"journal":{"name":"JURNAL SUMBER DAYA AIR","volume":"186 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114837478","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}