{"title":"FENOMENA DAN KONTROVERSI HAK CIPTA KASUS PENCURIAN KESENIAN REOG PONOROGO","authors":"Arinda Emilia Putri, Miftachul Chusna, Nurhafiza Nurhafiza, Hafilda Sabila","doi":"10.21776/UB.SBN.2019.003.02.01","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.SBN.2019.003.02.01","url":null,"abstract":"ABSTRAK Kebudayaan daerah mengalami perubahan dari berbagai sudut, disertai masuknya unsur-unsur luar yang menantang identitas lokal. Namun desentralisasi politik di Indonesia dan pemindahan kewenangan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan ke dalam tangan Pemerintah Daerah mendorong pengembalian kepada identitas budaya daerah tersebut. Dalam konteks ini, pada tahun 2007 sebuah kontroversi muncul di Indonesia mengenai salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Kabupaten Ponorogo. Kontroversi itu berdasarkan persepsi masyarakat Ponorogo dan masyarakat luas Indonesia bahwa Malaysia telah mengklaim kesenian Reog Ponorogo lewat pencantuman kesenian tersebut dalam sebuah iklan pariwisata Malaysia. Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui pentingnya reog sebagai identitas Ponorogo dan mengetahui penyebab kontroversi mengenai pencurian reog tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, data diperoleh melalui wawancara dengan informan (Kepala Dinas Kebudayaan dan Informan Pariwisata Kebudayaan) merupakan teknik utama dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan adanya sebuah kesalah pahaman yang disebabkan oleh miss comunication. Pemahaman masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Ponorogo mereka beranggapan bahwa Reog benar-benar diklaim oleh Malaysia.","PeriodicalId":347377,"journal":{"name":"Studi Budaya Nusantara","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128356831","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KAJIAN ESTETIKA SENI BATIK KONTEMPORER MELALUI KARYA KOLABORASI SENIMAN AGUS ISMOYO-NIA FLIAM","authors":"E. Ernawati","doi":"10.21776/UB.SBN.2019.003.01.05","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.SBN.2019.003.01.05","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui estetika seni batik kontemporer karya kolaborasi dari seniman Agus Ismoyo-Nia Fliam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan kritik seni dan estetika, dari aspek makna dan fungsi karya. Hasil dari penelitian ini, menunjukan bahwa makna pada karya batik kontemporer mengandung nilai estetik meliputi nilai budaya kosmologis yang diwujudkan dengan bentuk visual yang terilhami dari alam/kosmos, nilai simbolik yaitu citra yang mengandung makna dan nilai etika atau sikap dari orientasi kehidupan berbudaya. Karya memiliki fungsi personal dan fungsi sosial. Hal ini penting dalam menyikapi karya seniman sebagai pengetahuan intangible , metode tranfser pengetahuan berbasis lokal, dan nilai akar tradisi sebagai konsep tumbuh dalam berkarya seni.","PeriodicalId":347377,"journal":{"name":"Studi Budaya Nusantara","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125588460","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KESADARAN EKOLOGI DALAM MITOS DI TELAGA RAMBUT MONTE DESA KRISIK, KECAMATAN GANDUSARI, KABUPATEN BLITAR","authors":"Fitrahayunitisna Fitrahayunitisna","doi":"10.21776/UB.SBN.2019.003.01.03","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.SBN.2019.003.01.03","url":null,"abstract":"Mitos di Jawa merupakan cerita yang memuat kepercayaan orang Jawa terhadap hal-hal gaib. Hal yang menarik dari mitos-mitos yang ada di Rambut Monte adalah adanya kritik ekologi dalam bentuk kesadaran terhadap kelestarian lingkungan. Mitos yang dipercayai masyarakat tentang Rambut Monte memberi implikasi terhadap kelestarian alam. Hal ini merupakan salah satu bentuk peran dan fungsi mitos dalam masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Pengolahan data dilakukan dengan cara mentraskrip hasil wawancara dari informan. Kemudian, hasil transkrip tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Data yang berasal dari observasi dan dokumentasi diorganisasi secara ulang sebagai pendukung informasi dari hasil wawancara. Selanjutnya, analisis data dilakukan berdasarkan rumusan masalah dan mengaitkan dengan wacana kritik ekologi. Mitos yang ditemukan dalam penelitian ini adalah mitos tentang asal-usul nama Rambut Monte, mitos air telaga suci, mitos ikan dewa, mitos pohon-pohon tua, dan mitos penunggu Rambut Monte. Nilai kesadaran ekologi yang ditemukan dalam mitos tersebut adalah nilai menghormati alam, nilai konservasi, nilai menghormati mahluk hidup, dan nilai keselarasan ekologi. Mitos-mitos tersebut juga berfungsi sebagai pembawa pesan dan sarana pendidikan untuk menanamkan nilai kesadaran ekologi kepada masyarakat. Maka dari itu, mitos-mitos tersebut juga berfungsi sebagai pengurai disekuilibrium relasi manusia dengan alam.","PeriodicalId":347377,"journal":{"name":"Studi Budaya Nusantara","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124572957","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PEREMPUAN DAN PANGGUNG DIALOG KEINDAHAN DUA SISI DUNIA PERAN","authors":"Muh. Fatoni Rohman","doi":"10.21776/UB.SBN.2019.003.01.06","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.SBN.2019.003.01.06","url":null,"abstract":"Risalah ini berisi tentang relasi perempuan dan panggung dalam seni pertunjukan. Selama ini relasi antara keduanya dibaca melalui pembacaan internal yang mengungkap eksistensi dan dominasi gender. Maka dalam tulisan ini, konteks eksternal dihadirkan dalam menganalisa antara relasi perempuan dan panggung seni pertunjukan. Dalam konteks ini, proses pembacaan relasi antara perempuan dengan seni pertunjukan dapat dilakukan dengan meletakkan kedua variabel tersebut dalam fungsi subyek dan obyek secara bersilangan sehingga dalam tulisan ini menghasilkan dua perspektif pembacaan, yaitu: (a) Peran perempuan dalam panggung, dan (b) Fungsi panggung bagi perempuan. Pada bagian peran perempuan dalam panggung dapat dilihat pada analisa figur perempuan seni pertunjukkan (aktris R.A. Srimulat dan Tjijih ) dan fungsi perempuan dalam cerita pertunjukkan (dalam cerita lakon Sarip Tambak Oso). Sedangkan pada fungsi panggung bagi perempuan dapat dilihat bahwa sebagai sarana gerak, panggung memberikan proporsi yang sama antara laki-perempuan. Namun sebagai sarana ekspresi, panggung memberikan ruang yang lebih terbuka bagi perempuan.","PeriodicalId":347377,"journal":{"name":"Studi Budaya Nusantara","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129059503","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"SUBJEKTIVITAS KOLEKTIF : KRISIS EKSISTENSI DALAM KARYA SENI","authors":"Nur Iksan","doi":"10.21776/UB.SBN.2019.003.01.04","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.SBN.2019.003.01.04","url":null,"abstract":"Sebagaimana manusia merupakan makhluk dinamis yang diwajibkan selalu memperbaiki kualitas hidupnya, tidak seharusnya ia menyesuaikan dan menetralkan nilainya pada tawaran dari luar. Idealnya, manusia menuju diri yang sejati melalui pemenuhan pada keterlibatannya dalam setiap proses untuk “menjadi subjek” didalamnya. Sebuah proses yang dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan holistik sebagai pondasi penyempurnaan makna kehidupannya. Menjadi diri yang berkepribadian dan membentuk diri dengan bebas serta sadar atas tindakannya. Hal ini merupakan konsekuensi yang harus dihadapi dengan menempatkan pilihan berdasarkan pada kewenangan otonom untuk sebuah keyakinan dengan penghayatan dalam beraktifitas. Tetapi ditengah arus global sekarang ini kehidupan manusia yang mampu mencapai keontetikan diri menjadi barang mewah. Realitasnya, kontruksi penguasa otoriter yang legal maupun ilegal melalui media masa telah menciptakan kebudayaan secara massal dan dalam satu pandangan. Fenomena ini dapat dilihat pada sistem kerja media masa yang menyajikan imajinasi yang artifisial secara kontinyu dengan mekanisme hipnosis sebagai teknik injeksi kesadaran. Sebuah sistem penyeragaman yang menawarkan “kemapanan” berdasarkan kebendaan, pencitraan, status sosial dan bahkan moralitas. Bentuk tawaran tersebut, tanpa didasari pengetahuan secara subjektif semakin mendorong individu mengalami krisis eksistensi. Fenomena di atas sebagai ide gagasan penciptaan karya seni grafis dengan muatan autokritik terhadap kondisi manusia yang sedang mengalami krisis eksistensi, dengan penggunaan metode penciptaan: ekplorasi, brainstorming dan pembentukan atau perwujudan. Proses perwujudannya dengan mengolah kelebihan karya seni grafis melalui reproduksi ke dalam satu media kanvas dengan teknik Puzzele . Karya seni dari tema \"Subjetivitas Kolektif\" diharapakan bisa menjadi media reflektif dari manusia yang sedang mengalami krisis eksistensi.","PeriodicalId":347377,"journal":{"name":"Studi Budaya Nusantara","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130974842","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"FUNGSI TRADISI BEDAH BLUMBANG DALAM PELESTARIAN AREA KONSERVASI AIR DI KAKI GUNUNG UNGARAN KABUPATEN SEMARANG","authors":"Reny Wiyatasari, Af’idatul Lathifah","doi":"10.21776/UB.SBN.2019.003.01.01","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.SBN.2019.003.01.01","url":null,"abstract":"Tradisi bedah blumbang yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Gintungan di kaki Gunung Ungaran merupakan rangkaian upacara merti dusun atau sering dikenal dengan tradisi bersih desa. Artikel ini membahas bagaimana peran tradisi bedah blumbang dalam praktek konservasi sumber daya air di kaki Gunung Ungaran serta makna tradisi tersebut pada masyarakat Dusun Gintungan. Praktek tradisi bedah blumbang telah mengalami berbagai perubahan serta improvisasi pelaksanaannya, mulai dari tata acara, kelengkapan upacara, hingga keterlibatan masyarakat. Tidak hanya masayarakat Dusun Gintungan saja yang terlibat, tetapi juga para pemangku kebijakan di tingkat pemerintahan. Bedah blumbang juga menjadi salah satu atraksi wisata di Dusun Gintungan. Keberlimpahan air di Dusun Gintungan juga belum terkelola dengan baik, warga masih menganggap air adalah sumber daya yang tidak akan habis sehingga warga cenderung menggunakannya tanpa batas. Akan tetapi, mitos-mitos yang berkembang di masyarakat seputar sumber mata air menjadi pengontrol masyarakat dalam memanfaatka sumber daya alam sekitar mereka, khususnya sumber daya air. Bedah blumbang kini berfungsi sebagai penjaga tradisi, penjaga kerukunan antar warga, ajang berwisata, dan sebagai pengingat leluhur mereka. proses konservasi lingkungan secara tidak langsung terjadi pada saat mengingat mitos tentang leluhur, dengan demikian warga terus menjaga kelestarian blumbang yang menjadi sumber mata air bagi warga Dusun Gintungan dan sekitarnya. Penelitian ini adalah penelitan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan observasi partisipasi. Wawancara mendalam dan observasi dimaksudkan untuk mendapatkan data primer.","PeriodicalId":347377,"journal":{"name":"Studi Budaya Nusantara","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133448121","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"“MBLANDONG” UNTUK MENOPANG PEREKONOMIAN MASYARAKAT PINGGIR HUTAN : SUATU PENDEKATAN HISTORIS ANTROPOLOGIS (Kasus : Di Desa Kawengen Kabupaten Semarang)","authors":"Eko Punto Hendro","doi":"10.21776/UB.SBN.2019.003.01.02","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.SBN.2019.003.01.02","url":null,"abstract":"In the people of Kawengen Village, “mblandong” is the best economy activity. They have ignored legal or illegal rules, because at the reality, mblandong can develop of the other sector of economy at their village, to the agriculture, carbon industies, industries of handicraft and furniture. Beside that, mblandong also can available to the building material. In this case, mblandong very important for economic, and than mblandong will be custom or folkways of The Kawengen people.","PeriodicalId":347377,"journal":{"name":"Studi Budaya Nusantara","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122252240","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"KAMPUNG KULSERVASI (KULINER DAN KONSERVASI) WANAMERTA, TENGGER: KONSEP PARIWISATA HIJAU","authors":"Sony Sukmawan, M. S. Rizal, Muh. Fatoni Rohman","doi":"10.21776/UB.SBN.2018.002.02.06","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.SBN.2018.002.02.06","url":null,"abstract":"Abstra k Kekayaan dan keberlimpahan sumber daya alam Tengger sangat menjanjikan harapan, namun masyarakat setempat tidak cukup produktif dan tidak pandai memanfaatkan sumberdaya alam mereka yang melimpah tersebut, salah satunya adalah tanaman terong belanda. Pada awalnya, masyarakat telah memproduksi olahan terong Belanda berupa sirup. Namun, produksi sirup terong belanda ini dalam beberapa tahun telah terhenti. Penyebabnya adalah permasalahan yang ada dalam proses produksi dan pemasaran. Selain itu, semakin kritisnya keberadaan tanaman terong belanda akibat penebangan masal juga mengancam produktivitas usaha yang tengah dirintis masyarakat. Lebih jauh, lingkungan Tengger juga terancam keseimbangnnya. Artikel ini berfokus kepada pemberdayaan ekonomi produktif masyarakat Dusun Wanamerta, Desa Tosari, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan melalui pemanfaatan terong belanda sebagai pangkal pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) masyarakat setempat. Langkah-langkah yang dilaksanakan adalah (i) penyuluhan, pelatihan, dan pengawetan sari buah terong belanda, (ii) pelatihan dan aksi pembibitan terong belanda. Melalui langkah-langkah ini diharapkan tumbuh kesadaran berwirausaha mandiri dengan menjadikan potensi sumber daya alam lokal sebagai aset sekaligus bahan baku produksi. Selanjutnya, upaya ini diarahkan untuk membangun sebuah sajian wisata kuliner yang bertumpu kepada kakayaan lokal sekaligus konservatif terhadap alam. Abstra ct The wealth and abundance of Tengger's natural resources is very promising, but the local community is not productive enough and not good at utilizing their abundant natural resources, one of which is the tamarillo (terong belanda). In the beginning, the community had produced processed tamarillo in the form of syrup. However, the production of the tamarillo syrup has stopped in a few years. The reason is the problems that exist in the production and marketing process. In addition, the more critical existence of tamarillo plant due to mass logging also threatens the business productivity that is being pioneered by the community. Furthermore, the Tengger environment is also threatened by its balance. This article focuses on the productive economic empowerment of the Wanamerta Village community, Tosari Village, Tosari District, Pasuruan Regency through the use of Dutch eggplant as a base for developing small and medium enterprises (SMEs) in the local community. The steps taken are (i) counseling, training, and preservation of Dutch eggplant juice, (ii) Dutch eggplant training and nursery action. Through these steps it is expected to grow awareness of independent entrepreneurship by making the potential of local natural resources as assets as well as raw materials for production. Furthermore, this effort is directed at building a culinary tourism dish that relies on local culture as well as being conservative towards nature.","PeriodicalId":347377,"journal":{"name":"Studi Budaya Nusantara","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124383362","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"SUKU MIGANI DAN NILAI-NILAI HIDUP KRISTIANI","authors":"K. Sondegau","doi":"10.21776/ub.sbn.2018.002.01.05","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.sbn.2018.002.01.05","url":null,"abstract":"Abstract God's salvation mission for mankind has been carried out by Jesus Christ throughout life and work in this world. The Holy Spirit also animates the entire work of God's salvation so that the love of God displayed by Christ is increasingly experienced by human beings in a concrete way. Today the Catholic Church as its Mystical Body takes part in the mission of the Triune God for the salvation of mankind on this earth as well as the salvation of life in the afterlife. Thus, the Church continues to proclaim Christian values to all tribes including the Migani tribe. In the process of preaching the Church is certainly dealing with the context of local culture. This context will affect the pattern of the Church's preaching. Therefore inculturation efforts become very important because the Church realizes that every culture has positive values that deserve appreciation and then become a means of proclaiming Christian values. This paper will show a number of cultural values of the tribe of Migani who have sameness with Christian values in order to enrich each other so that their preaching is contextual.","PeriodicalId":347377,"journal":{"name":"Studi Budaya Nusantara","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125423192","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Pola Hidup Nelayan Migran di Pelabuhan Pantai Sadeng Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunung Kidul DIY","authors":"Af’idatul Lathifah, Lydia Christianti","doi":"10.21776/ub.sbn.2018.002.01.01","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.sbn.2018.002.01.01","url":null,"abstract":"Abstrak Sektor perikanan adalah salah satu sektor ekonomi yang saat ini sedang gencar diitngkatkan performanya oleh pemerintah Negara Indonesia. Salah satu pelabuhan ikan yang ada adalah Pelabuhan Pantai Sadeng di Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunung Kidul. Sebagai pelabuhan buatan, Pantai Sadeng tidak memiliki sumber daya manusia yang berprofesi sebagai nelayan, sehingga muncullah nelayan-nelayan migran yang didatangkan dari provinsi-provinsi lain di Indonesia. Kehidupan nelayan migran yang merupakan pendatang di Gunung Kidul memiliki pola yang berbeda dengan nelayan lokal. Profesi nelayan adalah profesi utama, sehingga para nelayan migran lebih memilih menggunakan kapal besar dan berlayar hingga berhari-hari. Agenda pulang kampung dilaksanakan rata-rata setahun dua kali ketika musim laut sedang tidak baik. Pemukiman nelayan migran juga merupakan pemukiman tidak tetap, mereka hanya menyewa dari pemerintah daerah. Selain itu, muncul pula kebudayaan sedekah laut yang sebelumnya tidak memiliki akar budaya dari warga lokal, sehingga pelaksanaan sedekah laut pun bervariasi dari waktu ke waktu. Abstract The fishery sector is one of the economic sectors that is currently being intensively perceived by the government of Indonesia. One of the existing fish port is the Port of Sadeng Beach in Girisubo District Gunung Kidul Regency. As an artificial harbor, Sadeng Beach does not have human resources as a fisherman, so emerging migrant fishermen are imported from other provinces in Indonesia. The life of migrant fishermen who are migrants in Gunung Kidul have different patterns with local fishermen. Fisherman profession is the main profession, so the migrant fishermen prefer to use large boats and sail for days. The agenda for returning home is done on average twice a year when the seasons are not good. Migrant fishermen settlements are also non-permanent settlements, they only rent from local government. In addition, there is also a culture of sea alms that previously did not have cultural roots from local residents, so that the implementation of sea alms also varied from time to time.","PeriodicalId":347377,"journal":{"name":"Studi Budaya Nusantara","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128956178","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}